ABSTRAK
Pramesti Muninggar. 1105632. Studi Tentang Pengembangan Nilai-nilai Civic
Culture Melalui Kesenian Tari Nyalawena (Studi Deskriptif di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur).
Penelitian ini berisi tentang pengembangan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) yang dilaksanakan di Sanggar Perceka Art Centre. Nilai-nilai budaya bangsa seperti halnya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Tari Nyalawena merupakan cerminan kepribadian dan wawasan bangsa Indonesia yang harus dipertahankan keberadaannya. Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung didalam Tari Nyalawena, proses pewarisan, hambatan dan solusi dalam proses pewarisan Tari Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre, serta mengetahui peran Sanggar, Masyarakat, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur dalam mengembangkan nilai-nilai budaya yang ada dalam Tari Nyalawena. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, studi literature, catatan lapangan, dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah Ketua Sanggar Perceka Art Centre, Pengajar Sanggar Perceka Art Centre, Anggota Sanggar Perceka Art Centre, Masyarakat Cianjur, dan Pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) Nilai-nilai yang terkandung dalam Tari Nyalawena adalah nilai religi, nilai gotong royong, nilai silaturahmi, nilai harmonisasi, nilai peduli lingkungan dan nilai filsafat. (2) Proses pewarisan nilai -nilai budaya dalam Tari Nyalawena dilakukan di lingkungan keluarga, di masyarakat, dan di Sanggar sebagai tempat pengembangan Tari Nyalawena. (3) Hambatan yang ditemui dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya dalam Tari Nyalawena ada dua faktor, yaitu faktor internal bahwa kurangnya pemahaman akan makna sesungguhnya dari Tari Nyalawena. Kemudia factor eksternal yaitu sudah banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia, sehingga menyebabkan minimnya kesadaran masyarakat khususnya orang tua untuk menanamkan nilai budaya daerahnya tersebut kepada anak-anaknya. (4) Solusi untuk mengatasi hambatan dalam melestarikan Tari Nyalawena yaitu dengan memasukkan nilai -nilai budaya yang ada dalam Tari Nyalawena ini menjadi suatu pembelajaran di sekolah dan mengupayakan pengenalan Tari Nyalawena ke seluruh nusantara dengan cara mengikutsertakan Tari Nyalawena ke festival-festival budaya. (5) Peran dari Sanggar, Masyarakat dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih kurang maksimal, hal ini disebabkan karena masyarakat hanya sebatas menonton dan mengenal Tari Nyalawena sebagai pertunjukkan yang mempunyai daya pikat tersendiri bukan sebagai media untuk mengembangkan nilai-nilai civic culture sebagai identitas budaya yang ada di Kabupaten Cianjur.
ABSTRACT
Pramesti Muninggar. 1105632. Studi on Development of Civic Culture Values Through Dance Arts Nyalawena (Descriptive Study in Studio Art Centre Perceka Cianjur District).
This study describes the development of civic cluture values are implemented in Perceka Studio Art Centre. Cultural values of the nation as well as the values contained in Nyalawena Dance art is a reflection of personality and insight into the Indonesian nation that must be protected. The purpose of this study was to determine the values contained in Dance Nyalawena, inheritance process, barriers and solutions in the process of inheritance Dance Studio Nyalawena in Perceka Art Centre, as well as knowing the role Studio, Society, and the Department of Culture and Tourism Cianjur Regency in developing cultural values that exist in Nyalawena Dance. The approach used in this study is a qualitative approach using descriptive methods. Data collected through interview, observation, literature study, field notes, and documentation. Subjects in this study is the Chairman Perceka Studio Art Centre, Faculty Perceka Studio Art Centre, Member Perceka Studio Art Centre, Cianjur Society, and Government Department of Culture and Tourism Cianjur Regency. Based on the results of this research is that (1) The values contained in Dance Nyalawena are religious values, values of mutual aid, the value of friendship, the value of harmonization, the value of environmental care and value philosophy. (2) The process of inheritance of cultural values in Nyalawena Dance performed in the family, in society, and in the studio as a development Nyalawena Dance. (3) Obstacles encountered in the process of inheritance of cultural values in Dance Nyalawena two factors, namely internal factors that a lack of understanding of the true meaning of Dance Nyalawena. Then the external factors are already many foreign culture into Indonesia, causing lack of public awareness, especially parents to instill the value of the local culture to their children. (4) The solution to overcome obstacles in preserving Dance Nyalawena by integrating cultural values that exist in this Nyalawena Dance becomes a lesson in school and pursue Nyalawena Dance introduction to the entire archipelago in a way to include Dance Nyalawena to cultural festivals. (5) The role of the studio, Society and the Department of Culture and Tourism is still less than the maximum, it is because the public was limited to watching and getting to know dance performances Nyalawena as having its own allure not as a medium to develop the values of civic culture as cultural identity in Cianjur.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
D.Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Nilai ... 11
1. Fenomena Nilai ... 11
2. Konsep Nilai ... ` 12
3. Sistem Nilai ... 13
4. Orientasi Nilai (Budaya) ... 15
5. Macam-Macam Nilai ... 17
6. Sumber Nilai ... 19
B. Kajian Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ... 20
1. Pengertian Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ... 20
3. Ciri-ciri Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ... 22
4. Unsur Budaya Kewarganegaraan (CivicCculture) ... 23
5. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ... 24
C. Kajian Tentang Kesenian ... 25
1. Konsep Kesenian ... 25
2. Fungsi Kesenian ... 26
3. Seni sebagai Ungkapan Nilai ... 28
4. Konsep Nilai Seni ... 29
5. Hubungan Seni dan Masyarakat ... 30
D.Kajian Tentang Tari Nyalawena ... 32
1. Sejarah Tari Nyalawena ... 32
2. Bentuk Penyajian Tari Nyalawena ... 33
E. Kajian Tentang Pengembangan Nilai-nilai Civic Culture Melalui Kesenian Tari Nyalawena dengan PKn ... 37
F. Penelitian Terdahulu ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 50
1. Pendekatan Penelitian ... 50
2. Metode Penelitian ... 51
B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 52
1. Lokasi Penelitian ... 52
2. Subyek Penelitian ... 52
C. Definisi Operasional ... 53
1. Nilai Civic Culture ... 53
2. Kesenian Tari Nyalawena ... 54
D.Teknik Pengembangan Instrumen ... 55
1. Wawancara ... 56
2. Observasi ... 57
4. Catatan Lapangan ... 59
5. Studi Literatur ... 59
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 60
1. Reduksi Data ... 62
2. Display Data ... 63
3. Kesimpulan dan Verifikasi ... 63
F. Pengujian Keabsahan Data ... 64
1. Validitas Data ... 64
a. Perpanjangan Pengamatan ... 65
b. Meningkatkan Ketekunan ... 65
c. Triangulasi ... 66
d. Menggunakan Bahan Referensi ... 68
e. Mengadakan Member Check ... 68
2. Pengujian Transferability (Validitas Ekternal) ... 69
3. Pengujian Dependability (Reliabilitas) ... 69
4. Pengujian Confirmability (Obyektivitas) ... 70
G.Prosedur Penelitian ... 70
1. Tahap Pra Penelitian ... 70
2. Tahap Pelaksanaan ... 71
3. Tahap Analisis Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73
1. Lokasi Penelitian ... 73
2. Prestasi Sanggar ... 75
3. Pelakonan Tari Nyalawena ... 77
4. Kemasan Tari Nyalawena ... 78
B. Hasil Deskripsi Penelitian ... 79
1. Deskripsi Hasil Observasi ... 79
a. Nilai-nilai civic culture yang terkandung dalam
kesenian tari nyalawena ... 82 b. Proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui
kesenian tari nyalawena ... 90 c. Hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan
nilai-nilai civic culture melalui kesenian tari
nyalawena ... 98 d. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui
kesenian tari nyalawena ... 102 e. Peran masyarakat, Sanggar, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata dalam upaya pengembangan nilai-nilai
civic culture melalui kesenian tari nyalawena ... 106 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111
1. Nilai-nilai civic culture yang terkandung dalam kesenian tari nyalawena ... 115 2. Proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian
tari nyalawena ... 117 3. Hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan nilai-
nilai civic culture melalui kesenian tari nyalawena ... 119 4. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui
kesenian tari nyalawena ... 120 5. Peran masyarakat, Sanggar, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dalam upaya pengembangan nilai-nilai civic culture melalui
kesenian tari nyalawena ... 121
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 134
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, maka pendekatan yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata -kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007, hlm.3).
Pendekatan kualitatif dikembangkan oleh para ahli antropologi, sosiologi,
politik, pendidikan seperti Guba, Bogdan dll. Glaser dan Strauss didalam bukunya
yang berjudul The Discovery of Grounded Theory, yang membahas metode umum
dengan jelas seperti yang diungkapkan oleh Stuart A Schlegel 1986 dalam Danial
dan Wasriah (2009, hlm.60).
Creswell (2010, hlm.293) menjelaskan salah satu karakteristik dari
pendekatan kualitatif yaitu “pendekatan kualitatif berfokus kepada proses-proses
yang terjadi, atau hasil dan outcome. Peneliti kualitatif khususnya tertarik pada
usaha memahami bagaimana sesuatu itu muncul”.
Berdasarkan pendapat di atas, penelitian kualitatif sifatnya terbuka dan mendalam untuk memperoleh data baik secara lisan maupun tulisan untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif diharapkan dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang masalah yang diteliti oleh peneliti.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada
waktu secara akurat. Penelitian deskriptif semata-mata mengkaji fenomena
sebagaimana adanya/kemunculannya; tidak ada upaya untuk memanipulasi
kondisi atau situasinya secara sengaja. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
melukiskan dan menginterpretasikan status individu, objek, setting, kondisi, atau
peristiwa saat ini (Mether dan Charles 2011, hlm.149).
Nawawi (1991, hlm.63), mengemukakan mengenai metode deskriptif adalah “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang
tampak atau sebagaimana mestinya”.
Tujuan metode ini untuk memperlihatkan keberadaan suatu fenomena yang ada, misalnya dengan menggunakan sensus; sosial ekonomi penduduk, potensi pendidikan dan yang lainnya. Mengidentifikasi berbagai masalah, seperti potensi konflik dan pencegahan konflik social pada masyarakat, faktor pendukung dan penghambat pembauran etnis, problematika pendidikan dan kemiskinan di daerah terpencil.
melalui kesenian Tari Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian adalah Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur. Lokasi ini dipilih karena disanggar inilah awal mulanya diciptakan tarian dalam menyambut panen impun yang disebut tari nyalawena. Alasan pemilihan lokasi ini adalah:
a. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa Sanggar Perceka Art Centre merupakan sanggar yang dijadikan tempat pelatihan tari nyalawena.
b. Merupakan salah satu Sanggar yang memiliki prestasi yang baik sehingga dikenal ke berbagai daerah khususnya daerah Jawa Barat. Selain itu dari Sanggar ini juga pertama kali Tari Nyalawena dikukuhkan dan hingga saat ini menjadi tarian khas daerah Kabupaten Cianjur.
c. Studi awal peneliti menemukan bahwa dalam Tari Nyalawena terdapat nilai -nilai yang dapat membentuk terwujudnya budaya kewarganegaraan (civic culture)
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga memerlukan data-data atau informasi dari beberapa sumber yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Maka subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber data atau informasi yang sesuai dengan pendapat Nasution (2003, hlm.32) menyatakan bahwa:
Berdasarkan uraian ahli diatas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian adalah:
a. Ketua Sanggar Perceka Art Centre
b. Pengajar/pelatih Sanggar Perceka Art Centre
c. Anggota Sanggar Perceka Art Centre
d. Masyarakat Kabupaten Cianjur
e. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur
Jadi dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan data dari informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh hasil yang sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan dari responden berikutnya.
C.Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah tafsir, maka dirumuskan definisi operasional sebagai berikut:
1. Nilai Civic Culture
Nilai-nilai kewarganegaraan sangat dipengaruhi civic culture, karena civic culture merupakan seperangkat ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan. Jadi sebagai hasil pemikiran yang berkenaan dengan adaptasi psikologi sosial individual dari ikatan budaya komunitas (keluarga, suku, masyarakat lokal) ke dalam ikatan budaya kewarganegaraan suatu Negara atau dalam ikatan suatu kewarganegaraan.
Budaya kewarganegaraan (civic culture) menurut Budimansyah dan Winataputra (2007, hlm.220) adalah sebagai berikut:
kewarganegaraan harus tetap dipelihara dan dipertahankan sebagai pembentuk identitas Negara.
Sejalan dengan pengertian budaya kewarganegaraan (civic culture) tersebut, adapun beberapa ciri-ciri budaya Menurut Kuntjara, (2006, hlm.3) adalah sebagai berikut:
a. Dapat di pelajari. Budaya dapat dipelajari lewat pepatah-pepatah, cerita-cerita rakyat, legenda-legenda, mite, dan lewat media massa.
b. Diturunkan dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tertulis, baik disengaja maupun tidak disengaja.
c. Memiliki simbol-simbol tertentu. Setiap budaya memiliki banyak simbol yang memiliki makna khusus dan biasanya dimengerti oleh masyarakatnya.
d. Selalu berubah. Tidak ada budaya yang statis. Budaya suatu masyarakat selalu dinamis dan terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
e. Memiliki sistem yang integral. Setiap unsur kebudayaan terkait satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, satu unsur kebudayaan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi menyangkut unsur-unsur lain dalam suatu jaringan yang kompleks.
f. Sifatnya adaptif. Kebudayaan berubah untuk beradaptasi dengan dunia yang berubah. Kebudayaan suatu masyarakat mudah beradaptasi dengan munculnya kebudayaan lain atau bila mengalami benturan dengan budaya asing.
2. Kesenian Tari Nyalawena
seniman Cianjur mengubah tarian dalam bentuk ritual menjadi tarian bentuk indoornya agar mudah di pahami oleh masyarakat yang ingin mempelajarinya.
Sejalan dengan pendapat Collingwood (1997) dalam Darsono (2004, hlm.2) yang mengatakan bahwa:
Seni merupakan simbol dari perasaan. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia. Bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang merupakan universalisasi dari pengalaman, dan bukan merupakan terjemahan dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosionalnya yang bukan dari pikirannya semata. Hal ini karena seni merupakan kebutuhan manusia dan merupakan hubungan yang tak terpisahkan antara manusia, seni, dan lingkungan masyarakatnya.
Dengan demikian, kesenian Tari Nyalawena merupakan simbol dari perasaan. Yaitu bentuk rasa suka cita masyarakat Cianjur Selatan yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya dan masih di gunakan dalam ritual menyambut panen impun setiap setahun sekali. Adapun beberapa karakteristik dari kesenian Tari Nyalawena adalah sebagai berikut:
a) Kesenian Tari Nyalawena di laksanakan setiap tanggal 25 pada bulan islam dalam jangka waktu sekali dalam satu tahun tergantung keadaan alam.
b) Tari Nyalawena di ikuti oleh beberapa penari dalam jumlah yang banyak, sekitar 50-100 orang dalam sekali tampil untuk kemasan Tari Nyalawena outdoor, namun untuk kemasan Tari Nyalawena indoor tergantung kebutuhan, biasanya digunakan 10-25 orang.
c) Mengandung banyak makna positif yang hendak disampaikan kepada masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tari tersebut.
d) Pada jaman dahulu hanya dilakukan secara adat/ritual saja, namun seiring perkembangan jaman Tari Nyalawena di ubah menjadi bentuk Indoor sehingga dapat mudah di pahami oleh siapa saja yang ingin mempelajarinya.
D.Teknik Pengembangan Instrumen
setting). Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2007, hlm.137).
Hal ini sesuai dengan pengertian wawancara menurut Danial dan Wasriah, (2007, hlm.71) yaitu “teknik kumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh”. Wawancara dilakukan dengan panduan instrumen pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap subjek penelitian guna mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
Adapun pengertian wawancara menurut Schmuck (1997) dalam Mertler dan Charles (2011, hlm.200) merupakan “percakapan antara peneliti-guru dengan pertisipan di dalam penelitian yang gurunya mengajukan pertanyaan kepada partisipan”.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Wawancara bisa dilakukan dengan individu ataupun kelompok. Bagus sekali menyusun sebuah panduan wawancara yang memuat pertanyaan spesifik sekaligus umum untuk diajukan sebelum pelaksanaan wawancara.
Penelitian tentang pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian tari tradisional nyalawena, wawancara mendalam dilakukan kepada:
a. Ketua Sanggar Perceka Art Centre
c. Anggota Sanggar Perceka Art Centre
d. Masyarakat Kabupaten Cianjur
e. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur
Wawancara yang dilakukan peneliti ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Nilai-nilai civic culture apa saja yang terkandung dalam kesenian Tari
Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimana proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian Tari Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur?
3. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam upaya pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian Tari Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur?
4. Solusi apa saja yang diharapkan dapat mengatasi hambatan dalam proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian Tari Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur?
5. Bagaimanakah peran masyarakat, sanggar dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam upaya pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian Tari Nyalawena di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur?
2. Observasi
Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk menunjang data-data yang di dapat dari wawancara. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka.
Nasution (2003, hlm.57) menyatakan bahwa:
Dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan. Alat ini digunakan untuk mengamati; dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu. Observasi merupakan alat ilmiah untuk menguji suatu hipotesis, bahkan bias memunculkan konsep dan teori baru seperti halnya kuisioner.
Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu terjun langsung ke lapangan ke Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tari Nyalawena serta seluruh hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture). Peneliti mengamati keadaan sanggar, ketua serta jajaran pengurus sanggar, proses pelatihan tari nyalawena, sarana dan prasarana sanggar, serta pementasan dari tari nyalawena.
3. Studi Dokumentasi
Danial dan Wasriah (2009, hlm.79) mengungkapkan bahwa: “Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian”.
Sejalan dengan pernyataan diatas, bahwa dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998, hlm.236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya”.
Berdasarkan pendapat diatas, studi dokumen dilakukan agar dapat mengungkap data yang ada serta dapat memberikan gambaran dan data yang menunjang bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Catatan Lapangan
Pada saat peneliti melakukan wawancara atau pengamatan digunakan alat bantu berupa catatan/buku kecil/notes untuk membantu mengingat hal-hal yang dikemukakan/terjadi atau ada istilah/kata-kata sulit. Catatan saat pengumpulan data ini berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat (bisa steno), berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lain-lain (Satori dan Komariah, 2012, hlm.179).
Sejalan dengan pendapat di atas, Moleong (2012, hlm.153) berpendapat bahwa:
Catatan lapangan bisa diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba dirumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.
Catatan lapangan berfungsi sebagai jantungnya penelitian, karena tanpa catatan lapangan tidak akan diperoleh data yang lengkap dan terpercaya untuk disusun dalam laporan penelitian. Catatan lapangan menjadi bukti dilakukannya penelitian dan menunjukkan kesiapan peneliti, kapan saja dan dimana saja penelitiannya akan dikonfirmasi dan diaudit.
Berdasarkan pernyataan di atas, adapun catatan lapangan yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah catatan langsung mengenai sejarah tari nyalawena, makna dari komponen atau pelakonan dari Tari Nyalawena, proses pelatihan dan pelaksanaan tari nyalawena. Selain itu peneliti juga mencatat hal-hal yang ditemukan pada saat penelitian berlangsung mengenai pengembangan nilai -nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui kesenian Tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur.
Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan
bebagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Faisal (1992, hlm.30) menjelaskan bahwa “hasil
studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan
merinci masalah-masalah yang akan diteliti; termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.”
Adapun menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm.80) pengertian studi
kepustakaan (literature) adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan
masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang
akan diolah dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra dan
bahasa.
Teknik ini dimaksudkan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam kesenian tari nyalawena.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono (2009, hlm.334) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Sejalan dengan pernyataan diatas, menurut Stainback dalam Sugiyono, (2009, hlm.335) mengemukakan bahwa:
penelitian kualitatif. Analisis data digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
Berdasarkan hal di atas, dapat dikemukakan bahwa analisis data adalah proses mancari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009, hlm.337) mengemukakan bahwa ”aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclucion drawing/verification”.
Berdasarkan pendapat diatas, dalam pengolahan data dan menganalisis data, peneliti menggunakan model Miles dan Huberman dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Periode Pengumpulan
….……….………
Reduksi Data
Antisipasi Selama Setelah
Display Data Analisis
Selama Setelah
Kesimpulan/Verifikasi
Gambar 3.1
Flow Model Miles dan Huberman (1984)
Sumber Sugiyono (2009, hlm.337)
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution (2003, hlm.129) mengemukakan “dalam penelitian kuatitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”. Berdasarkan gambar diatas, aktivitas analisis Miles dan Huberman terdiri atas reduksi data, display data, dan kesimpulan/verifikasi yang dilakukan secara terus menerus, sehingga datanya mencapai titik jenuh.
Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3.2
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Sumber: Sugiyono (2009, hlm.338)
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawan yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
Data Display Data
Collectio n
Data Reductio n
[image:20.596.146.509.332.600.2]penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. (Sugiyono, 2009, hlm.338).
Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan data melalui wawancara, observasi, catatan lapangan, studi literatur, dan analisis dokumen yang berkaitan dengan ketua, pelatih sanggar, anggota sanggar, masyarakat dan dinas kebudayaan dan pariwisata, hasil dari wawancara berupa catatan kecil, rekaman suara ataupun video dituangkan kedalam bentuk tulisan dengan cara mengambil intisari dari hasil wawancara tersebut.
2. Display Data
Setelah data direduksi, selanjutnya adalah display data yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat. Melalui penyajian data tersebut maka data akan terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. (Sugiyono, 2009, hlm.341).
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009, hlm.341) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif.
Tahap ini dilakukan peneliti melalui pengolahan data yang telah dihasilkan untuk mempersingkat dan memperjelas hasil dari reduksi data sebelumnya, sehingga data yang disajikan lebih sistematis dan terorganisir guna mempermudah dalam memahami hasil penelitian.
3. Kesimpulan atau Verifikasi
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Sugiyono (2009, hlm.345) mengemukakan bahwa:
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Dengan demikian tahap ini merupakan tahap terakhir dalam analisis data, tahap ini dilakukan dengan cara peneliti menganalisis data yang telah diperoleh sebelumnya, sehingga hasil yang dituangkan penulis berupa data dan fakta yang ada dilapangan yang diintegrasikan dengan analisis peneliti. Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini dapat menggambarkan pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui kesenian Tari Nyalawena sehingga mendapatkan penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
F. Pengujian Keabsahan Data
Sugiyono (2012, hlm. 366) mengatakan bahwa “dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), tranferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas)”.
1. Validitas Data
Creswell (2010, hlm.285) menjelaskan validitas merupakan “upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur -prosedur tertentu”. Akurasi hasil penelitian bisa didapat melalui -prosedur triangulasi. Creswell (2010, hlm.286) menjelaskan strategi triangulasi sebagai berikut:
Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini validitas data digunakan untuk menghasilkan akurasi hasil penelitian melalui triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dengan sumber data yang berbeda yang bertujuan untuk mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Menurut Sugiyono (2009, hlm.368) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:
a. Perpanjang Pengamatan
Sugiyono (2003, hlm.369) mengemukakan bahwa:
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpajangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Berdasarkan kutipan diatas, perpanjangan pengamatan ini dilakukan peneliti untuk mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Peneliti melakukan perpanjangan pengamatan dengan cara kembali ke lokasi penelitian selama beberapa hari, guna mengamati apakah penelitian mengalami perubahan atau tidak. Karena, apabila data yang diperoleh selama dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Namun, bila dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka peneliti mengakhiri waktu perpanjangan pengamatan.
b. Meningkatkan Ketekunan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 371) “sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi -dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti”.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam meningkatkan ketekunan dalam mengolah sejumlah data sangatlah dibutuhkan peneliti untuk mendapatkan hasil yang pasti dan akurat. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Begitupun dengan peneliti dalam mengolah sejumlah data dengan membaca berbagai referensi buku-buku yang sesuai dengan fokus permasalahan yang peneliti kaji mengenai pengembangan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui kesenian Tari Nyalawena.
c. Triangulasi
Menurut Wiliam Wiersma (1986) dalam Sugiyono (2009, hlm.372) mengungkapkan bahwa:
Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of the multiple data sources or multiple data collection procedures. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu seperti yang dicontohkan pada gambar berikut:
Ketua Sanggar Anggota Sanggar
Gambar 3.3
Triangulasi dengan tiga sumber data
Wawancara Observasi
Studi Dokumentasi
Gambar 3.4
Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data
1) Triangulasi Sumber
Menurut Sugiyono (2009, hlm.373) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari ketiga sumber tersebut tidak bisa dirata -ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikatergorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara mengecek kembali data yang telah di peroleh dari beberapa sumber responden yang telah diteliti. Sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) denga tiga sumber data tersebut.
.
2) Triangulasi Teknik
[image:25.596.156.486.222.365.2]kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan obsevasi, dokumentasi, atau kuisioner.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang sama, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitiannya. Namun apabila data yang diperoleh berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
d. Menggunakan Bahan Referensi
Sugiyono (2009, hlm.375) mengemukakan bahwa:
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancaraa perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.
Berdasarkan pendapat diatas, pada penelitian ini penulis menggunakan berbagai bahan referensi untuk menunjang hasil penelitian. Penulis menggunakan bahan referensi seperti hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto -foto yang berhubungan dengan penelitian, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui kesenian Tari Nyalawena sehingga informasi yang diperoleh memiliki tingkat kesahihan yang tinggi.
e. Mengadakan Member Check
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Oleh karena itu, peneliti menggunakan member check kepada subjek penelitian diakhir kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti, yakni pengembangan nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui kesenian Tari Nyalawena.
2. Pengujian Transferability (Validitas Ekternal)
Menurut Sugiyono (2009, hlm.376) nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakah hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Selain itu apabila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas (Sanafiah, 1990 dalam Sugiyono, 2009, hlm.377).
3. Pengujian Dependability (Reliabilitas)
secara kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan tujuan supaya peneliti dapat menunjukkan hasil aktivitas di lapangan. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan dapat ditunjukkan oleh peneliti.
4. Pengujian Confirmability (Obyektivitas)
Menurut Sugiyono (2009, hlm.377) mengemukakan bahwa “dalam penelitian kualitatif uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan”.
Dengan demikian peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.
G.Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian
Dalam tahap pra penelitian, peneliti melakukan persiapan yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Sehingga ketika melakukan penelitian yang sesungguhnya peneliti bisa mengetahui secara pasti mana saja yang akan difokuskan untuk diteliti.
wawancara serta format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus penelitian.
Pedoman wawancara yang dibuat terdiri dari lima bagian yaitu pedoman wawancara untuk ketua Sanggar Perceka Art Centre, pengajar Sanggar Perceka Art Centre, anggota/masyarakat Sanggar Perceka Art Centre yang mengikuti tari nyalawena, masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tari nyalawena, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti menempuh proses perijinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.
b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.
c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin penelitian untuk disampaikan kepada Ketua Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur.
d. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat ijin dari UPI kepada pihak Sanggar Perceka Art Centre, kemudian meminta surat balasan dari pihak Sanggar yang menyatakan bahwa peneliti telah mengadakan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat peneliti ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan data secara mendetail dan lengkap. Peneliti diharapkan dalam tahap ini memiliki sikap yang selektif, menjauhkan diri dari keadaan yang akan mempengaruhi data, dan mencari informasi yang relevan.
3. Tahap Analisis Data
Menurut Moleong (2007, hlm.103) menjelaskan bahwa “analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan pada data-data”.
Sejalan dengan pendapat diatas, Bogdan dalam Sugiyono (2009, hlm.334) menyatakan bahwa “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan disini bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dipaparkan dalam BAB IV, maka pada BAB V ini peneliti akan merumuskan
beberapa hasil penelitian untuk dijadikan sebagai kesimpulan penelitian ini.
Selanjutnya, pada bagian akhir peneliti mengajukan saran atau rekomendasi
kepada pihak terkait. Adapun simpulan dan saran dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
A.Simpulan
1. Simpulan Umum
Kesenian Tari Nyalawena mampu mengembangkan nilai-nilai civic
culture di Sanggar Perceka Art Centre Kabupaten Cianjur. Adapun nilai-nilai
yang di kembangkan dalam Tari Nyalawena ini adalah nilai religi, nilai gotong
royong/kerjasama, nilai silaturahmi, nilai harmonisasi, nilai peduli lingkungan dan
nilai filsafat. Nilai-nilai tersebut selalu muncul ketika pertunjukan Tari Nyalawena
berlangsung, baik dalam kemasan Outdoor yaitu pada saat prosesi adat di daerah
Cianjur Selatan yaitu Sindang Barang dan kemasan Indoor yang biasanya
ditampilkan pada berbagai festival baik dalam wilayah Kabupaten Cianjur atau
tingkat nasional.
2. Simpulan Khusus
Adapun simpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Nilai-nilai yang terkandung dalam pelakonan Tari Nyalawena diantaranya nilai
religius, yang terlihat sebelum dan sesudah pertunjukkan ditampilkan, yaitu
bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa khususnya bagi para nelayan
yang telah diberikan panen impun yang begitu banyak dari sang pencipta.
Nilai gotong royong, hal ini terlihat pada masyarakat yang ikut serta dalam
pertunjukkan Tari Nyalawena pada gerakan nyair impun secara bersama-sama.
penari, pemusik, masyarakat maupun kalangan pemerintahan saling bertemu
dan berinteraksi satu sama lainnya. Nilai harmonisasi, dapat terlihat pada
pementasan Tari Nyalawena yaitu kekompakan antara penari dengan pengiring
musik, nilai peduli lingkungan yaitu terlihat pada saat panen impun tiba,
masyarakat Sindang Barang saling membantu untuk mengambil impun dan
setelah selesai panen masyarakat membersihkan pinggiran pantai Sindang
Barang tersebut, agar sisa-sisa dari impun itu tidak berserakan dimana-mana
dan nilai filsafat yaitu mengambarkan bahwa Tari Nyalawena ini memiliki
sejarah dari sebuah ritual adat menjadi tarian yang diajarkan di setiap sanggar
yang ada di Kabupaten Cianjur.
b) Proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui kesenian tari nyalawena
dilakukan dengan cara memperkenalkan Tari Nyalawena ini melalui beberapa
lembaga pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
Selain itu, sejak Tari Nyalawena ini dikukuhkan menjadi sebuah tarian, Tari
Nyalawena diperkenalkan ke sanggar-sanggar yang ada di Kabupaten Cianjur,
kemudian Tari Nyalawena ini dibuat dalam bentuk indoor, tujuannya adalah
untuk memudahkan mensosialisasikan Tari Nyalawena ke seluruh masyarakat
Cianjur.
c) Hambatan yang dihadapi dalam proses pengembangan nilai-nilai civic culture
melalui Tari Nyalawena ada dua faktor, yaitu faktor internal, bahwa kurangnya
pemahaman akan makna sesungguhnya dari Tari Nyalawena ini. Kemudian
faktor eksternal yaitu sudah banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia,
sehingga menyebabkan minimnya kesadaran masyarakat khususnya orang tua
untuk menanamkan nilai budaya daerahnya tersebut kepada anak-anaknya
akibat informasi yang diterima masyarakat kebanyakan pengaruh dari luar saja.
d) Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam melestarikan tari
nyalawena, yaitu dengan memasukkan nilai-nilai budaya yang ada dalam Tari
Nyalawena ini menjadi suatu pembelajaran di sekolah. Misalkan budaya Tari
Nyalawena ini masuk ke dalam salah satu ektrakurikuler tari di sekolah. Selain
itu juga untuk melestarikan Tari Nyalawena melalui pemerintah mengupayakan
mengikutsertakan Tari Nyalawena ke festival-festival budaya,
memperkenalkan lewat poster, media elektronik, dan internet.
e) Peran dari sanggar dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sendiri masih kurang
maksimal dalam proses pengembangan nilai-nilai civic culture melalui
kesenian tari nyalawena. Selain itu peran dari masyarakatnya sendiri masih
kurang, hal ini disebabkan karena masyarakat hanya sebatas menonton dan
mengenal Tari Nyalawena sebagai pertunjukan yang mempunyai daya pikat
tersendiri bukan sebagai media untuk mengembangkan nilkai-nilai civic culture
sebagai identitas budaya yang ada di Kabupaten Cianjur.
B.Saran
Terdapat beberapa saran yang peneliti berikan kepada pihak-pihak yang
terkait dalam mengembangkan pendidikan dimasa yang akan datang. Adapun
beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru PKn
a. Nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) yang terdapat dalam
sebuah seni dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran PKn di
sekolah karena dengan mengenalkan nilai-nilai budaya tersebut dapat
membentuk identitas warga Negara yang tinggal dalam suatu daerah
tersebut.
b. Guru PKn diharapkan mamberikan materi ajar tentang budaya
kewarganegaraan (civic culture) secara lebih mendalam karena budaya
kewarganegaraan merupakan salah satu pendukung tujuan budaya
kewarganegaraan (civic culture) dalam pembentukan identitas warganegara
dengan melakukan pengembangan sikap dan perilaku. Pengembangan
tersebut dapat dilakukan masyarakat dengan turut berpartisipasi secara aktif
di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Jurusan PKn diharapkan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
secara maksimal dan berkelanjutan serta mengetahui keterkaitan penelitian
yang diadakan dengan mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia demi mencetak
tenaga pendidik PKn yang berkualitas, berkompeten dan profesional.
3. Bagi Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan
Bagi mahasiswa jurusan PKn diharapkan dapat lebih memahami lagi mengenai
budaya kewarganegaraan (civic culture) secara maksimal agar dapat
mengimplementasikan kembali ilmu yang telah di dapat dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur
Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur diharapkan dapat
menarik minat wisatawan untuk datang ke kabupaten Cianjur. Selain itu agar dapat mengembangkan masyarakat Cianjur untuk mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang memiliki ciri khas budaya.
5. Bagi Sanggar Perceka Art Centre
Bagi pihak Sanggar Perceka Art Centre diharapkan mampu lebih berusaha
untuk tetap melestarikan kesenian tari Nyalawena, agar tetap dapat di
pertahankan keberadaannya. Selain itu, diharapkan sanggar lebih bisa mengajar
generasi muda untuk ikut bergabung dengan sanggar Perceka Art Centre dan
mempelajari lebih banyak tarian lain yang mengandung makna positif bagi
keberlangsungan hidup dalam bermasyarakat.
6. Bagi Anggota Sanggar Perceka Art Centre
Bagi anggota Sanggar Perceka Art Centre diharapkan mampu terus belajar
mengenai tari nyalawena, agar kelak dapat mentranformasikan kembali ilmu
yang telah di dapat dalam mempelajari Tari Nyalawena kepada generasi
7. Bagi Masyarakat Kabupaten Cianjur
Bagi masyarakat Kabupaten Cianjur diharapkan dapat terus mendukung Tari
Nyalawena di Kabupaten Cianjur untuk tetap dapat dilestarikan. Karena
apabila di kaji lebih dalam banyak sekali nilai-nilai budaya kewarganegaraan
(civic culture) yang terdapat di dalam kesenian Tari Nyalawena bagi pedoman
bertingkah laku masyarakat.
8. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai budaya
kewarganegaraan (civic culture), diharapkan meneliti secara lebih mendalam
mengenai kesenian Tari Nyalawena sebagai salah satu sumber pembelajaran
PKn di sekolah. Mengingat dalam kesenian Tari Nyalawena ini terdapat
nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) yang dapat dijadikan pedoman
Pramesti Muninggar, 2015
DAFTAR PUSTAKA
I. Sumber Buku
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan dan
Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan.
Budimansyah, D. dan Winataputra, U. (2007). Civic Education: Konteks,
Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Budimansyah, D. dan Winataputra, U. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam Persperktif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil). Bandung:
Widya Aksara Press.
Caturwati, E. (2008). Tradisi Sebagai Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung: Sunan
Ambu Press-STSI
Creswell, J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danial, E. dan Wasriah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
Pramesti Muninggar, 2015
Ethel M. A. (1972). Konsep Sistem-sistem Nilai Budaya. Jakarta: Bumi Aksara.
Faisal, S. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi).
Jakarta: Rajawali Pers.
Hartomo dan Azis. (1999). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT RAJA GRAFINDO
PERSADA.
Kalijernih, F.K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologikal
dan Political. Bandung: Widya Aksara Press.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kuntjara, E. (2006). Penelitian Kebudayaan Sebuah Panduan Praktis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mertler, C. A. (2011). Action Research Mengembangkan Sekolah dan
Memberdayakan Guru. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nawawi, H. (1991). Metode Reseach (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi
Pramesti Muninggar, 2015
Satori, D, dan Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Soelaeman. M. (2010). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tilaar, H.A.R. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Winataputra, U. S. (2001). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
II.Sumber Skripsi
Al-Rakhman, R. (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic
Culture) Indonesia melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Lingkungan
Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Pramesti Muninggar, 2015
Culture” (Studi Deskriptif Analitis di Desa Kasugengan Kidul Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon). Bandung: Tidak Diterbitkan.
Fatimah, S. (2009). Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya dengan Civic Culture
Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi Kasus
Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu). Bandung: Tidak Diterbitkan.
Iswandi, H. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan
Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Nuraini, F. (2013). Pelestarian Nilai Budaya Dalam Seni Tari Tarawangsa Di
Kabupaten Sumedang (Suatu Studi Pada Sekolah Sebagai Pusat
Budaya). Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rahmah, A. N. (2010). Kajian Tentang Upaya Pewarisan Nilai Budaya Pesta
Serang untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam
Mempertahankan Civic Culture (studi Dekriptif di Desa Serang
Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon). Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Yogi, A. S. (2009). Budaya Pesta Laut Nadran sebagai Upaya Melestarikan
Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Civic Culture (Studi Deskriptif di
Desa Eretan Wetan Kabupaten Cirebon). Bandung: Tidak Diterbitkan.
Yuniati, Y. (2009). Pewarisan Nilai-Nilai Tarawangsa Untuk Mengembangkan
Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) (Studi Kasus Di desa
Rancakalong Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang). Bandung:
Pramesti Muninggar, 2015
Yunita. (2014). Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng Dalam
Memperkaya Civic Culture Di Kota Cirebon. Bandung: Tidak
Diterbitkan.
III. Sumber Internet
Carsidiawan, D. (2009). Budaya Nusantara. [Online] Tersedia:
http://www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [2009]
____________. (2012). Perceka di Cianjur. [Online] Tersedia: http://perceka.
diCianjur.com/
_____________. (2010). Cianjur Cyber City. [Online] Tersedia:
http://www.Cianjur
cybercity.com/2010/12/22/perceka-pusat-pembinaan-kesenian-sunda-Cianjur.html.
Saputra. (2011). Nilai Budaya, Sistem Nilai, dan orientasi Nilai Budaya. [Online]
Tersedia: http://wirasaputra.wordpress.com