• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif di Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan

Oleh

ELIZA BAROKAH 1000546

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Di Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. H. Zainal Arifin, M.Pd NIP :19610501 1986011003

PembimbingII

Dr. Deni Kurniawan, M.Pd NIP : 19691204 2005011002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd NIP. 195911211985031001

Ketua Prodi TeknologiPendidikan

(3)

Tematik Terpadu di Sekolah Dasar(Studi Deskriptif di Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung) ini beserta seluruh isinya adalah benar- benar karya saya

sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang

lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Bandung,Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

(4)

57/ S1/

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI... 9

A.Konsep Dasar Pembelajaran Tematik... 9

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 10

2. Landasan pembelajaran tematik ... 12

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik... 14

4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik ... 15

B.Pembelajaran Tematik Dalam Kurikulum 2013 ... 16

1. Perencanaan Pembelajaran Tematik ... 16

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 21

3. Penilaian Pembelajaran Tematik ... 28

C.Implikasi Pmebelajaran Tematik ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A.Pendekatandan Metode Penelitian... 36

B.Populasi dan Sample Penelitian ... 37

C.Definisi Operasional ... 40

D.Teknik Pengumpulan Data ... 41

(5)

57/ S1/

A.Hasil Uji Coba Instrumen ... 46

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

1. Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 46

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 52

3. Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu ... 61

4. Kesulitan-Kesulitan Guru Dalam Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu ... 66

5. Upaya Guru Untuk Mengatasi Kesulitan dalam Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu ... 70

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

1. Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 73

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 77

3. Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu... 78

4. Kesulitan-Kesulitan Guru Dalam Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu ... 84

5. Upaya Guru Untuk Mengatasi Kesulitan dalam Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu ... 92

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94

A.Simpulan ... 94

B.Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(6)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 ABSTRACT

Eliza Barokah (1000546). Implementation of Integrated Thematic Learning in Primary Schools (Descriptive Study in Primary School in Bandung Region). Thesis Department of Curriculum and Technology Education, Faculty of Education, University of Indonesia, 2014.

The general objective of this study was to describe the extent to which the implementation of integrated thematic learning in an elementary school in Bandung Region, and in particular the study aims to describe and analyze the implementation of learning at the planning, implementation, assessment, teacher difficulties in the implementation of an integrated thematic learning as well as efforts to overcome these difficulties.

This research is a descriptive study in an elementary school in Bandung region teachers have developed lesson plans kompenen learning appropriate to the circumstances, but not all teachers prepare assessment instruments 2) In the implementation of scientifically-based thematic learning teachers still need to improve student engagement in learning. In addition, teachers still need to facilitate the diversity of the characteristics of students through variations in the use of learning methods and media 3) Authentic Assessment has not done well 4) Teachers have difficulty in designing and implementing scientific-based learning, developing materials, the ability to accommodate a diversity of students, teach a song, assessing attitudes students and report the result 5) Efforts to address the complexity of the implementation of thematic learning difficulties who do most of the teachers are doing a discussion with a fellow teacher, only a small percentage of principals and supervisors involved in the effort to overcome the difficulties of implementing an integrated thematic learning in an elementary school in Bandung Region

(7)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah digencarkan dengan adanya

perubahan kurikulum. Dalam draft sosialisasi Kurikulum 2013 dijelaskan

rasionalisasi perubahan kurikulum tersebut didasarkan pada permasalahan yang

terdapat dalam Kurikulum 2006diantaranyadisebutkan bahwa konten kurikulum

masih terlalu padat serta belum sepenuhnya berbasis kompetensi yang sesuai

tuntutan kebutuhan dan pekembangan jaman, kompetensi belum

menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan,

selain itu standar penilaian pun belum mengarahkan pada penilaian berbasis

kompetensi atau penilaian proses dan hasil.

Dari hasil identifikasi kesenjangan yang terdapat dalam draft

sosialisasiKurikulum 2013 tersebut diperoleh gambaran bahwa terdapat masalah

dalam aspek kompetensi lulusan, pengelolaan kurikulum, materi, proses dan

penilaian pembelajaran serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan saat ini.

Materi pembelajaran diharapkan memuat materi esensial yang sesuai dengan

kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013

mengenai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI menegaskan bahwa

Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar didesain dengan menggunakan

pembelajaran tematik terpadu. Sebelum diterapkannya Kurikulum 2013,

penetapan pendekatan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar telah disebutkan

pula oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) tahun

2006.Berdasarkan kondisi tersebut maka diketahui bahwa pembelajaran tematik

bukanlah suatu hal yang baru dalam sejarah kependidikan di Indoneasia.

Adapun hal yang menjadi perbedaan dalam penerapan pembelajaran

(8)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 tidak hanya diterpakan di kelas awal Sekolah Dasar (kelas I-III) saja, tapi

diterapkan mulai dari kelas I sampai kelas VI.

Urgensi penetapan pendekatan tematik dalam program pembelajaran

dikarenakan perkembangan peserta didik di Sekolah Dasar memiliki ciri

tersendiri. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir Piaget, Majid (2014: 10) menyebutkan “kecenderungan belajar anak sekolah dasar memiliki tiga ciri yaituanak melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, selain itu anak belajar

secara bertahap mulai dari sederhana ke kompleksdan proses belajar beranjak

dari hal-hal konkrit”.

Pembelajaran tematik dapat memberikan kebermaknaan dari materi yang

di pelajari. Hal ini dipertegas oleh Syaifurahman & Ujiati (2013; 93) yang mengatakan “Pembelajaran tematik dapat memberikan kebermaknaan dalam belajar yang diperoleh dari pengalaman langsung yang dilakukan siswa”. Adapun menurut Semiawan (2013: 74-75)

Pembelajaran tematik terpadu melatih anak mengaitkan informasi dengan informasi yang lain sejak kecil sehingga akan dapat menghadapi situasi silang lingkungan, silang pengetahuan ataupun silang perangkat dengan keasyikan yang menyenangkan dan sekaligus menjadikan siswa belajar aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan nyata.

Dengan kata lain, kebermaknaan hasil pembelajaran berkaitan dengan nilai

manfaat dari apa yang telah dipelajari sehingga dapat digunakan sebagai bekal

dalam kehidupannya sehari-hari di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Sebaliknya, pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah

atau terkotak-kotak kurang mengembangkan peserta didik untuk berpikir holistik

dan membuat hambatan bagi peserta didik dalam mengkaitkan konsep dengan

kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya peserta didik tidak mengerti

manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Ostroff (2013:

35) menyebutkan bahwa pendekatan yang sangat akademis tidak produktif bagi

anak-anak kecil. Ditegaskannya bahwa

(9)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 Banyak negara yang menerapkan sistem pembelajaran berbasis tematik

terpadu sampai SD kelas VI seperti Finlandia, England, Jerman, Scotland,

Perancis dan negara-negara maju lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar

pemikiran urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar

yang dimaksudkan dalamKurikulum 2013. Selain itu, banyak sekolah alternatif

yang menunjukan hasil menggembirakan karena menerapkan sistem

pembelajaran integratif berbasis tema.

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran tematik di banyak

daerah selama ini dinilai masih belum efektif. Telah banyak penelitian yang

mengungkap permasalahan mengenai ketidakefektifan pembelajaran tematik ini.

Salah satu hasil menyebutkan bahwa “implementasi pembelajaran tematik pada Sekolah Dasar dalam kategori tidak efektif” (Amelia, 2012; Sadri, 2012 ). Selain itu, penelitian Sulastri (2012: i) mengenai analisis kesenjangan pelaksanaan

standar proses pembelajaran temaik di Sekolah Dasar menunjukan bahwa “pelaksanaan standar proses pada pembelajaran tematik kelas permulaan SD di kecamatan Kuta Kabupaten Badung belum mencapai standar yang dipersyaratkan”.

Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik

dalam Kurikulum 2013 juga didasarkan pada fakta bahwa terdapat hal-hal yang

mempengaruhi kurang efektifnya pembelajaran tematik terpadu selama ini yaitu

faktor kompetensi guru yang kurang mampu dalam merencanakan, mengelola

dan menilai hasil pembelajaran tematik. Adapun faktor penyebab

ketidakefektifan pembelajaran tematik menurut hasil penelitian tentang permasalahan dan hambatan pembelajaran tematik ditemukan fakta bahwa“guru Sekolah Dasar tidak maksimal dalam melaksanakan pembelajaran tematik

karena kurangnya pemahaman tentang pembelajaran tematik secara utuh, belum

disesuaikannya waktu pelaksanaan, minimnya sumber-sumber belajar yang ada, dan sarana prasarana yang belum lengkap”. (Arif Nur Wahyuni, 2008:i)

PenelitianPudjiastuti(2011:i)menerangkan secara lebih rinci mengenai

(10)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 tahap perencanaan, pelaksanaan sampai padatahap penilaian pembelajaran. Hal

yang menjadi permasalahan dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain :

(1) Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator terutama dalam hal menentukan kata kerja operasional yang tepat; (2) Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (3) Guru kesulitan tentang bagaimana cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema; (4) Beberapa contoh silabus pembelajaran tematik yang ada sangat beragam pendekatannya sehingga menimbulkan masalah dan keraguan untuk menggunakan; (5) Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Selanjutnya Pujiastuti menyatakan permasalahan dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik antara lain :

(1) Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema; (2) Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; (3) Bahan ajar tematik masih bersifat nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (4) Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi pada masing-masing guru; (5) Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di kelas awal; (6) Untuk guru kelas dapat menggunakan model webbed yakni pembelajaran yang menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran; (7) Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat; (8) Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes; (10) Penggunaan jadwal tema lebih luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran.

Sedangkan permasalahan penilaian pembelajaran tematik antara lain : (1)

(11)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 menggunakan penilaian tertulis; (4) Guru masih kesulitan menentukan Kriteria ketuntansan Minimal; (5) Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran.

Hal ini pun di pertegas dalam draft kurikulum 2013 yang menyebutkan “permasalahan dalam pembelajaran tematik yaitu tidak ada kompetensi inti yang mengikat semua mata pelajaran dan warna mata pelajaran sangat kental bahkan

berjalan sendiri-sediri dan saling mengabaikan”. Menimbang urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu tersebut, maka perlu diadakan

perbaikan-perbaikan dalam implementasi tematik terpadu di Sekolah Dasar.

Tematik terpadu dalam kurikulum 2013 hadir dengan menawarkan

kemudahan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik terpadu yaitu

dengan disediakannya sarana penunjang implementasi pembelajaran tematik

berupa buku panduan guru yang disusun sebagai acuan bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dikelas. “Buku ajar dan buku siswa diberikan secara gratis yang berasal dari anggaran khusus Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan” (Puspitarini, 2014: p1). Buku panduan guru dan buku siswa yang difasilitasi oleh pemerintah tersebut diharapkan dapat

membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran tematik terpadu.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik terpadu

memerlukan persiapan yang tinggi dari guru dalam segi pemahaman dan

keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Guru disebut sebagai ujung

tombak keberhasilan pendidikan karena guru adalah manajer utama dalam kelas

yang bertugas untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan kurikulum

menjadi satuan aksi pembelajaran. Selain faktor guru sebagai pelaksana, juga

terdapat sumber daya pendidikan lain yang dapat mempengaruhi ketercapaian

tujuan kurikulum 2013 seperti sarana prasarana serta budaya sekolah atau

organisasi seperti peran pengawasan dan pembinaan.

Pemerintah pun telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas

praktisi dalam menerapkan kurikulum 2013 dengan memberikan pelatihan

sebagai pembekalan agar dapat membantu mengimplementasikan kurikulum

(12)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 Instruktur nasional dilatih menggunakan empat materi utama, yakni konsep kurikulum 2013, analisis materi ajar, model rancangan pembelajaran, dan praktik. Peserta dilatih para narasumber kurikulum. Peserta terdiri dari guru, dosen, penyusun buku, dan widyaswara... Pelatihan digelar di enam kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Surabaya, dan Malang. Buku-buku pelajaran pun, sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia (Malau, 2013, p. 6-10).

Kurikulum 2013 diterapkan secara bertahap mulai dari tahun ajaran

2013/2014 terhitung dari bulan Juli 2013. Seperti yang telah diketahui bahwa banyak sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, “Adapun Sekolah Dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 saat ini berjumlah 44.609

Sekolah. Pada jenjang Sekolah Dasar, Kurikulum 2013 tahap pertama diterapkan di kelas I dan kelas IV” (Afifah, 2013: p.7).

Mengingat adanya upaya pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas

pembelajaran, maka studi mengenai keberlangsungan penerapan tematik terpadu

perlu dilakukan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian untuk mengetahui

bagaimana implementasi pembelajaran tematik terpadu yang telah diterapkan di

beberapa Sekolah Dasar di Kota Bandung untuk membantu optimalisasi

implementasi kurikulum 2013 secara menyeluruh pada tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung?”

Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di

Kota Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di

Kota Bandung?

3. Bagaimana sistem penilaian pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar

di Kota Bandung?

4. Apa yang menjadi kesulitan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

(13)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 5. Bagaimana upaya guru untukmengatasi kesulitan dalam implementasi

pembelajaran tematik terpadu di Sekolah dasar di Kota Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan sejauh

mana implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota

Bandung.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

b. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

c. Mendeskripsikan dan menganalisis penilaian yang dilakukan guru dalam

pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

d. Mengidentifikasi kesulitan dalam implementasi pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

e. Mendeskripsikan upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam

implementasi tematik terpadu di Sekolah dasar di kota Bandung

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian deskriptif tentang implementasi pembelajaran tematik terpadu di

Sekolah Dasar di Kota Bandungini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis sebagai berikut;

1. Manfaat teoritis

Analisis terhadap implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah

Dasar di Kota Bandung ini memberikan gambaran mengenai penerapan tematik

(14)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 mengembangkan pembelajaran tematik terpaduserta sebagai dasar pertimbangan

dalam evaluasi implementasi pembelajaran tematik terpadu.

2. Manfaat praktis

a. Untuk sekolah yag diteliti, dapat mengetahui bagaimana implementasi

pembelajaran dan kesulitan guru dalam pengimplementasian pembelajaran

tematik terpadu yang diterapkan, sehingga dapat dijadikan masukan dalam

upaya perbaikan implementasi pembelajaran tematik terpadu.

b. Untuk guru, dapat dijadikan bahan refleksi mengenai hal-hal yang harus

diperbaiki atau ditingkatkan untuk menjamim kualitas kinerja dalam

mengelola pembelajaran.

c. Untuk peneliti, penelitian ini menjadi sumbangan pengetahuan dalam

melaksanakan studi implementasi kurikulum khususnya mengenai

(15)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik. Pendekatan

positivistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian mengenai

implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar ini memerlukan

data yang akurat berdasarkan bukti-bukti empirik dan dapat diukur disertai

analisis secara statistik. Seperti yang diungkapkan Arifin (2012:15) bahwa

“pendekatan positivistik pada umumnya digunakan dalam penelitian

kuantitatif, dimana prosesnya berlangsung secara ringkas, terbatas dan

memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur”. Sejalan

dengan itu, Sugiyono (2013:14) menyatakan bahwa:

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan filsafat positivisme (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik...

Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan indormasi/ data yang

akurat dan dapat diukur dari suatu populasi, dalam hal ini adalah Sekolah

Dasar di kota Bandung yang telah menerapkan pembelajaran tematik terpadu

dalam kurikulum 2013.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif jenis

survey. Menurut Sukmadinata (2012: 72) metode deskriptif adalah metode

yang berusaha untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

(16)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 “Penelitian survey merupakan penelitian yang bertujuan bukan hanya untuk mengetahui suatu fenomena, tetapi juga untuk menentukan kesamaan status

dengan cara membandingkannya dengan kriteria atau standar yang sudah

ditentukan” (Arifin, 2012:42).

Pemilihan metode deskriptif jenis survey dalam penelitian ini didasari

oleh maksud dari penelitian yang ingin mendeskripsikan dan menganalisis

bagaimana implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar

yang ada di wilayah Kota Bandung.

B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi merupakan keseluruhan kumpulan unit yang menjadi subjek

penelitian. Menurut Sugiyono (2013:117) “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar yang telah menerapkan Kurikulum 2013 di wilayah Kota

Bandung pada tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Bandung,

pada tahun ajaran 2013/2014, terdapat 14 Sekolah Dasar yang menerapkan

Kurikulum 2013 di Kota Bandung.

Tabel 3.1

Sekolah Usulan Piloting Kurikulum 2013 Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2013

No Nama Sekolah Alamat Jumlah Guru

Kelas I & IV 1 SDPN PAJAGALAN 58 JL. PAJAGALAN NO. 58 7

2 SDN CICABE JLN.H.ABDUL HAMID

NO. 66

7

(17)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

SDN HALIMUN JL. HALIMUN NO.46

BANDUNG

7

8

SDN RANCALOA JL. CIPAMOKOLAN NO

62

12

9 SDPN SABANG

JLN SABANG NO. 2 11

10

SDN RAYA BARAT JL JEND SOEDIRMAN NO 587

6

11

SDPN SETIABUDI JL. SARIRASA BLOK 4 SARIJADI

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung

2. Sampel Penelitian

Menurut Sukmadinata (2012:250), “sampel adalah kelompok kecil yang

secara nyata kita teliti dan tarik kesimpulannya”. Sedangkan Arifin (2012:215) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah

bagian dari populasi yang dijadikan sumber data sebagai wakil dari populasi.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster

sampling. Adapun cluster dalam penelitian ini adalah sekolah. Darmadi

(18)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

dimana yang dipilih secara random bukan individual, tapi

kelompok-kelompok”. Adapun dalam penelitian ini, peneliti mengikuti langkah-langkah pemilihan sampel secara cluster menurut Darmadi sebagai berikut:

1. Menentukan dan mendefinisikan populasi 2. Menentukan Jumlah sampel yang dikehendaki 3. Menentukan dan mendefinisikan cluster secara logis 4. Mendaftar cluster yang ada dalam populasi

5. Menafsirkan jumlah rata-rata anggota populasi dalam setiap cluster

6. Menentukan jumlah cluster yang diperlukan dengan membagi besarnya sampel dengan ukuran cluster yang ditaksir

7. Memilih secara random cluster yang dibutuhkan

8. Memasukan pada penyelidikan itu semua anggota populasi pada tiap cluster yang dipilih

Dari empat belas sekolah dengan rata-rata 7 orang guru kelas I dan IV

pada tiap sekolah, peneliti memilih empat sekolah yang dibutuhkan secara

random. Pemilihan empat sekolah sebagai sampel penelitian berdasarkan

pertimbangan menurut Darmadi (2013:57) bahwa “untuk jumlah sampel yang

diambil sebanyak 100 sampai 150 subjek, maka jumlah sampel yang diambil

sebanyak lebih kurang 25%-30%”. Jadi empat sekolah dengan jumlah guru

sebanyak 37 orang guru sudah cukup mewakili populasi.Data sampel penelitian

disajikan dalam tabel berikut

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian

No Nama sekolah Alamat Jumlah Guru Kelas

1&IV 1. SDN CICABE JLN.H.ABDUL HAMID

NO. 66

7

2. SDPN SABANG JLN SABANG NO. 2 11

3. SDN ASMI JL.ASMI NO. 2 10

4. SDN HALIMUN JL. HALIMUN NO.46 BANDUNG

7

(19)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

C.Definisi Operasioanal 1. Implementasi Pembelajaran

Implementasi adalah pelaksanaan dari suatu perencanaan untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan.Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Implementasi dalam penelitian ini berupa perencanaan, pelaksanaan proses

pembelajaran dan penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran

pendekatan tematik terpadu dalam rangka implementasi kurikulum 2013 di

satuan pendidikan Sekolah Dasar.

Dalam kebijakan implementasi kurikulum 2013, perencanaan

pembelajaran tematik dimulai dari penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Penentuan tema, pemetaan kompetensi dasar dan jaringan

tema telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini disebutkan dalam panduan

teknis penyusunan RPP di Sekolah dasar oleh Kemdikbud (2013:12) bahwa

“Dalam implementasi Kurikulum 2013, tema tidak dinegosiasikan dengan

peserta didik, tetapi sudah ditetapkan oleh pemerintah, bahkan silabus tematik,

buku guru dan buku siswa telah disediakan oleh pemerintah”. Dalam penelitian ini, perencanaan pembelajaran meliputi prosedur penyusunan RPP

danPengembangan komponen pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran yang meliputipenerapan pendekatan saintifik,

pemanfaatan alat/bahan/sumber belajar dan pengelolaan kelas.

Penilaian pembelajaran meliputi penerapan penilaian otentik. Selain itu

peneliti pun meneliti kesulitan dan upaya dalam implementasi pembelajaran

tematik terpadu.

2. Tematik Terpadu

Tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam

berbagai tema sehingga pembelajaran menjadi utuh. Dengan demikian, peserta

(20)

terpecah-57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

pecah. Tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang disarankan

di tingkat sekolah dasar dalam Kurikulum 2013.

3. Sekolah Dasar

Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di

Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1

sampai kelas 6. Sekolah dasar dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar di Kota

Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014

yang di implementasikan di kelas 1 dan 4.

D.Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu angket atau

kuisioner. Menurut Sukmadinata (2012:219) “Angket merupakan suatu teknik

pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung

bertanya-jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpul datanya juga disebut

angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden”.

Angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk

campuran yang merupakan gabungan antara angket terbuka dan tertutup.

Angket campuran ini digunakan untukmengumpulkan data mengenai

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran,

kesulitan-kesulitan guru dalam implementasi pembelajaran tematik dan upaya

dalam mengatasi kesulitan implementasi pembelajaran tematik terpadu.

E.Teknik Analisis Data

Pengolahan data untuk proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan

mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif.

Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul,

mnyajikannya dalam susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan

(21)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

Analisis ini menggunakan perhitungan persentase. Teknik persentase

digunakan untuk mengetahui banyaknya responden yang menjawab suatu item

dalam pertanyaan angket. Melalui teknik prosentase ini peneliti dapat

mempresentasekan setiap jawaban responden terhadap pertanyaan yang

diajukan peneliti.

Teknik persentase ini menggunakan rumus sebagai berikut:

� = �

� � 100 Keterangan:

F = Frekuensi yang diperoleh

N = Jumlah seluruh data

Untuk memperoleh penafsiran maka persentase dari kemungkinan

jawaban yang dipilih ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3

Penafsiran Prosentase

Persentase Penafsiran

0%-1% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengahnya

76%-99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

(22)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

F. Prosedur PelaksanaanPenelitian 1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah; menyusun

serta konsultasi mengenai rancangan penelitian dengan dosen pembimbing,

membuat instrumen penelitian dan mengurus surat perizinan penelitian.

2. Tahap Uji Validitas dan Keterbacaan Instrumen

Uji validitas berkenaan dengan kesesuaian alat ukur terhadap konsep

yang diukur. “Validitas suatu menunjuk sejauh mana suatu alat mengukur

apa yang hendak diukur” (Ary dkk, 2011:293).

Penelitian ini menggunakan instrumen non-tes yang bersifat

mengimpun data, maka cukup dilakukan dengan validitas isi dan validitas

konstruk. Hidayati (2009: 508) menyatakan “untuk penggunaan instrumen

non tes yang bersifat menghimpun data dalambentuk naratif atau nominal

cukup dilakukan dengan validitas isi atau konstruk”.

a. Validitas Isi

Validitas isi menunjukan kemampuan instrumen penelitian dalam

mengungkap atau meneliti semua isi yang hendak diukur. Sukmadinata

2012:229) menyatakan “Validitas isi berkenaan dengan isi dan format

instrumen, apakah instrumen tepat mengukur apa yang hendak diukur dan

apakah butir pertanyaan telah mewakili aspek yang hendak diukur”.

Menurut Ary (2011:296), “validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam

bentuk angka, pengesahan validitas isi didasarkan pada

pertimbangan”.Menurut Furchan, Jika penilai itu sepakat bahwa butir instrumen sudah mencerminkan wilayah isi dengan memadai, maka

instrumen tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi.

Agar memenuhi validitas isi, peneliti meminta pertimbangan

(judgement) dari pakar yaitu kepada pembimbing skripsi dengan telaah

kisi-kisi dan item pertanyaan apakah materi instrumen sudah baik dan sesuai

(23)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

b. Validitas konstruk

Validitas konstruk berkenaan dengan kesanggupan instrumen

penelitian dalam mengukur pengertian dalam materi yang diukurnya.

Pengujian validitas konstruk hampir sama dengan validitas isi yaitu dengan

menggunakan bantuan ahli. Menurut Sugiyono (2013:182) “Secara teknis

pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan

menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen”.

Dalam memenuhi validitas konstruk, peneliti meminta bantuan pembimbing

skripsi.

c. Uji Keterbacaan Instrumen

Setelah pengujian isi dan konstruksi dari ahli maka diteruskan dengan

ujicoba instrumen. Arikunto (2009:178) mengemukakan mengenai tujuan

uji coba instrumen bukan tes bahwa

tujuan uji coba instrumen bukan tes tidak dimaksudkan untuk mengetahui validitas karena biasanya instrumen-instrumen tersebut sudah disusun atas dasar kisi-kisi dari variabel. Adapun tujuan adalah untuk mengetahui keterbacaan atau tingkat pemahaman responden terhadap instrumen.

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui keterbacaan instrumen oleh pengguna. Uji keterbacaan

instrumen dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas atau kejelasan kalimat

yang dipakai dalam setiap item pertanyaan.

3. Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mendata jumlah guru

SD yang akan dijadikan sumber data penelitian, dilanjutkan dengan

(24)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

4. Pengolahan Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengolahan hasil penyebaran

angket. Hasil pengolahan data penelitian dibuat penafsiran serta

kesimpulannya yang akan menjadi hasil atau kesimpulan penelitian.

5. Tahap Pelaporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaporan adalah:

a. Merumuskan hasil penelitian

b. Menyusun laporan dalam bentuk skripsi

(25)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diambil

kesimpulan bahwa masih terdapat kekurangan dalam implementasi pembelajaran

tematik terpadu di Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung baik dari tahap

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan penilaian yang dilakukan oleh

guru.Selain itu juga teridentifikasi beberapa kesulitan yang dialami guru dalam

penerapan pembelajaran tematik dan upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasinya. Secara lebih khusus, kesimpulan tersebut diuraikan sebagai

berikut:

1. Perencanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Wilayah

Kota Bandung

Dalam perencanaan pembelajaran tematik terpadu, guru di Sekolah

Dasar di Wilayah Kota Bandung telah melakukan kerjasama dalam

penyusunan RPP.Guru tidak terpaku kepada buku pedoman bagi guru dan

buku siswa yang dipersiapkan pemerintah untuk pelaksanaan pembelajaran

tematik. Hal ini berarti Guru telah melakukan kontekstualisasi pembelajaran

dengan lingkungan terdekat siswa yang menjadi tuntutan dalam

pembelajaran tematik dengan melakukan pengembangan terhadap

komponen-komponen pembelajaran seperti materi, skenario dan tahapan

pembelajaran.

Dalam penyiapan media/sumber belajar guru lebih sering menggunakan

media/sumber belajar yang telah ada (by utilization). Namun, belum semua

(26)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 2. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Wilayah

Kota Bandung

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu yang berbasis

pendekatan saintifik, guru di Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung tidak

lagi berperan sebagai single actor dalam pembelajaran.Namunguru masih

perlu memicu keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan mengakomodasi

keragaman karakteristik siswa dan masih perlu mengembangkan skenario

belajar yang lebih variatif untuk mendukung prinsip pembelajaran tematik

yang fleksibel dan menyenangkan.

Dalam pemanfaatan media, guru belum memanfaatkan teknologi

dalam pembelajaran. Sejauh ini guru mengoptimalkan buku siswa dan media

sederhana untuk menunjang pembelajaran.

3. Penilaian pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Wilayah Kota

Bandung

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan penilaian

otentik yang disarankan dalam pembelajaran tematik terpadu berbasis

saintifikbelum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini terbukti dengan

belum diterapkannya penilaian terhadap sikap siswa dankekurangan atau

kelemahan proses pembelajaran secara berkesinambungan oleh semua guru,

penilaian terhadap produk pun tidak dilaksanakan secara utuh mulai dari

perencanaan, proses serta hasil.Disamping itu, sebagian besar guru tidak

melaksanakan pengayaan sebagai bagian dari kegiatan tindak lanjut bagi

siswa yang.

4. Kesulitan-kesulitan dalam implementasi pembelajaran tematik terpadu di

Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung

Berdasarkan hasil penelitian, kesulitan guru dalam perencanaan

pembelajaran sebagian besar terletak pada penyiapan perangkat penilaian

yang terdiri dari penentuan teknik penilaian, penyiapan instrumen penilaian

(27)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 mengembangkan materi dan merancang pembelajaran dengan pendekatan

saintifik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, kesulitan yang banyak dialami

guru adalah dalam mengakomodasi keragaman kemampuan siswa,

menerapkan pendekatan saintifik dan mengajarkan lagu.

Kesulitan yang paling banyak dialami guru dalam tahap penilaian

pembelajaran tematik terpadu adalah melaporkan hasil penilaian. Hal ini

disebabkan hasil penilaian dibuat dalam bentuk deskripsi.

5. Upaya dalam mengatasi kesulitan dalam implementasi pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Wilayah Kota Bandung

Berdasarkan data hasil penelitian disimpulkan bahwa upaya

mengatasi kompleksitas permasalah implementasi pembelajaran tematik

yang dilakukan sebagian besar guru adalahdengan melakukan diskusi

bersama rekan guru. Hanya sebagian kecil kepala sekolah dan pengawas

yang terlibat dalam upaya mengatasi kesulitan implementasi pembelajaran

tematik.

B. Rekomendasi

1. Saran Bagi Kepala Sekolah& Pengawas

Dapat mengoptimalkan kegiatan pengawasan atau supervisi akademik

mulai pada tahap perencanaan, pelaksanaan danpenilaian pembelajaran untuk

meningkatkan dan menjamin keberlangsungan pembelajaran tematik terpadu.

2. Saran Bagi Guru Sekolah Dasar

a. Sebaiknya guru berupaya untuk menerapkan berbagai media dan metode

yang lebih bervariasi.

b. Mempersiapkan perangkat penilaian dengan matang untuk menjamin

(28)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap Sekolah

Dasar di Wilayah Kota Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013

pada tahun ajaran 2013/2014. Peneliti selanjutnya dapat meneliti

bagaimana perkembangan penerapan implementasi pembelajaran tematik

di SD di Wilayah Kota Bandung pada tahun-tahun ajaran berikutnya.

b. Penelitian ini merupakan penelitian yang kompleks mengenai

implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Wilayah

Kota Bandung. Peneliti selanjutnya dapat menganalisis secara lebih

mendalam mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan yang dialami guru

(29)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 DAFTAR PUSTAKA

Afifah, R. (2013) Kurikulum 2013 Mulai Diterapkan di Lebih 100.000 Sekolah. [online].

Tersedia:http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/12/15255699/Kurikulum.2 013.Mulai.Diterapkan.di.Lebih.100.000.Sekolah [5 Februari 2014]

Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Ary, D. Dkk. (2011). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Diterjemahkan oleh: Furchan, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arif Nur Wahyuni, R. (2008). Studi Deskriptif Tentang Hambatan-Hambatan Pada Proses Pembelajaran Tematik Di Kelas 2 Sekolah Dasar di Kecamatan Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Semarang. [online]. Tersedia di: http://lib.unnes.ac.id/6126/. [Diakses 15 Desember 2013]

Amelia, F. (2012). Studi Keterlaksanaan Pembelajaran Tematik Sd Di Gugus I Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar & Prasekolah, Universitas Negeri Malang. [online]. Tersedia di: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/21405 . [Diakss pada 13 Desember 2013]

Darmadi, H. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Efferi,A. (2012). Model pemb terpadu: alternatif penerapan pend holistik. Dalam Musfah, J. (Penyunting) Pendidikan holistik pendekatan lintas perspektif. Jakarta: Kencana

Hajar, I. (2013). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik. Jogjakarta: DIVA Press

Hidayati, K. (2009). Validasi Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan

Matematika. [Online]. Tersedia di:

http://eprints.uny.ac.id/7051/1/P37%20Kana%20Hidayati.pdf . Diakses 15 Mei 2014. jurnal

(30)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/file/dokumen/07.A.SalinanPermendikb udNo.65th2013ttgStandarProses.pdf [Diakses Maret 2014]

..., (2013b). Buku Tematik Terpadu buku siswa. [online]. Tersedia di: udNo.65th2013ttgStandarProses.pdf [Diakses Maret 2014]

..., (2013d). Bahan ajar Pengelolaan tematik terpadu. [omline] Tersedia:

http://115.124.92.108/unduh/kurikulum_2013/4-Tematik%20dan%20Integratif/09%20revisi%20bahan%20ajar%20versi%2015%20M ei%20%20tematik%20kurikulum%202013.pdf [Diakses Februari 2014]

..., (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Sd Kelas 1 : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV Pustaka Cendikia Utama

Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya

Malau, S. (2013). Kurikulum 2013 Diterapkan 15 Juli . [online]. Tersedia di:

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/07/09/kurikulum-2013-diterapkan-15-juli [Diakses pada 5 Februari 2014]

Ostroff, W. (2013). Memahami cara anak-anak belajar, membawa ilmu perkembangan anak kedalam kelas. Jakarta:PT Indeks

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia NO 81A Tahun 2013 Tentang Pedoman Umum Pembelajaran. [Online]. Tersedia di: https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/08/permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum.pdf [Diakses Maret 2014]

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online].

(31)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/file/dokumen/07.A.SalinanPermendikb udNo.65th2013ttgStandarProses.pdf [Diakses Maret 2014]

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. [online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/05/pp-nomor-32-tahun-2013.pdf. [Diakses 9 Feruari 2014]

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentangKerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI No 67 Tahun 2013. [online] Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/06/05-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-67-th-2013-ttg-kurikulum-sd.pdf. [Diakses 9 Feruari 2014]

Pudjiastuti, A. (2010). Permasalahan Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar. Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. [online]. Tersedia di : http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/10880. [Diakses 12 Desember 2013]

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2013). Tematik terpadu di SD. Tersedia [online]. [akses 1 Mei 2014 07.23] http://puskurbuk.net/web13/bahan-kebijakan-kurikulum-2013.html

Puspitarini, M. (2014). Pengadaan Buku guru Kurikulum 2013 Teatap Diawasi

Pemerintah. [online]. Tersedia :

http://kampus.okezone.com/read/2014/03/07/373/951576/pengadaan-buku-kurikulum-2013-tetap-diawasi-pemerintah/large [Diakses 12 Desember 2013]

Rachmawati, T. (2014). Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu. [online]. Tersedia: http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-2/edukasi/991-tutik-rachmawati

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(32)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 Syaifurahman, Ujiati. (2013). Manajemen dalam pembelajaran. Jakarta : PT

Indeks

Syaripudin T, Kurniasih. (2011). PedagogikTeoritis Sistematis. Bandung: Percikan ilmu

Semiawan, C. (2008). Belajar dan pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. (2012). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sulastri. (2012). Analisis Kesenjangan (Discrepancy) Pelaksanaan Standar Proses Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas Permulaan Sekolah Dasar Se-Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2011 – 2012. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. II (2). [online]. Tersedia di: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ep/article/view/387. [Diakses 12 Desember 2013]

Tim Pengembang Kurikulum. (2012). Presentasi Draft Kurikulum 2013. [onlone]. Tersedia di: http://www.kopertis12.or.id/2012/11/27/presentasi-draft-kurikulum-2013.html. [Diakses pada 15 Januari 2014]

Trianto. (2011). Desain Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana

Udin S. Winataputra. (2003). Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional

Gambar

Tabel 3.1 Sekolah Usulan Piloting Kurikulum 2013
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Penafsiran Prosentase

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada penelitian ini, diusulkan gagasan untuk mengembangkan suatu produk tempat sampah yang mampu membantu menguraikan sampah plastik, yakni bernama

Ovdje pretpostavljamo da se masa tijelu ne mijenja tijekom promjene brzine. Primjer gdje to nije tako je gibanje rakete. Njoj se masa prilikom ubrzavanja znaˇcajno smanjuje jer

Adsorption characteristics from Chetoceros sp biomass adsorbent of immobilization result via encapsulation process with silica aquagel were studied with evaluation of kinetic

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen karyawan adalah tingkatan di mana seorang karyawan mengidentifikasikan diri dengan perusahaan

17 : Grafik kandungan unsur vs % berat unsur hasil foto SEM dan EDX untuk komposisi rasio tekanan Oxygen terhadap Propana 5,1 Kemudian dikonfirmasi hasil pengukuran EDX di

On November 6, 2016, ANTAM and Newcrest Mining Limited announced that both companies have entered into a strategic alliance to undertake exploration for gold and

Gerbong kereta dalam puisi tersebut merepresentasikan modernisme dalam mereifikasi komoditas; ritual- ritual baru yang diciptakan itu tak lagi berjejak dalam gerbong yang

Dalam hukum Islam pada dasarnya perubahan status wakaf tidak diperbolehkan kecuali wakaf tersebut tidak dapat kembali dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf maka