• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KTP 1000546 Chapter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KTP 1000546 Chapter 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah digencarkan dengan adanya

perubahan kurikulum. Dalam draft sosialisasi Kurikulum 2013 dijelaskan

rasionalisasi perubahan kurikulum tersebut didasarkan pada permasalahan yang

terdapat dalam Kurikulum 2006diantaranyadisebutkan bahwa konten kurikulum

masih terlalu padat serta belum sepenuhnya berbasis kompetensi yang sesuai

tuntutan kebutuhan dan pekembangan jaman, kompetensi belum

menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan,

selain itu standar penilaian pun belum mengarahkan pada penilaian berbasis

kompetensi atau penilaian proses dan hasil.

Dari hasil identifikasi kesenjangan yang terdapat dalam draft

sosialisasiKurikulum 2013 tersebut diperoleh gambaran bahwa terdapat masalah

dalam aspek kompetensi lulusan, pengelolaan kurikulum, materi, proses dan

penilaian pembelajaran serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan saat ini.

Materi pembelajaran diharapkan memuat materi esensial yang sesuai dengan

kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013

mengenai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI menegaskan bahwa

Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar didesain dengan menggunakan

pembelajaran tematik terpadu. Sebelum diterapkannya Kurikulum 2013,

penetapan pendekatan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar telah disebutkan

pula oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) tahun

2006.Berdasarkan kondisi tersebut maka diketahui bahwa pembelajaran tematik

bukanlah suatu hal yang baru dalam sejarah kependidikan di Indoneasia.

Adapun hal yang menjadi perbedaan dalam penerapan pembelajaran

(2)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

tidak hanya diterpakan di kelas awal Sekolah Dasar (kelas I-III) saja, tapi

diterapkan mulai dari kelas I sampai kelas VI.

Urgensi penetapan pendekatan tematik dalam program pembelajaran

dikarenakan perkembangan peserta didik di Sekolah Dasar memiliki ciri

tersendiri. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir Piaget, Majid (2014: 10) menyebutkan “kecenderungan belajar anak sekolah dasar memiliki tiga ciri yaituanak melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, selain itu anak belajar

secara bertahap mulai dari sederhana ke kompleksdan proses belajar beranjak

dari hal-hal konkrit”.

Pembelajaran tematik dapat memberikan kebermaknaan dari materi yang

di pelajari. Hal ini dipertegas oleh Syaifurahman & Ujiati (2013; 93) yang mengatakan “Pembelajaran tematik dapat memberikan kebermaknaan dalam belajar yang diperoleh dari pengalaman langsung yang dilakukan siswa”.

Adapun menurut Semiawan (2013: 74-75)

Pembelajaran tematik terpadu melatih anak mengaitkan informasi dengan informasi yang lain sejak kecil sehingga akan dapat menghadapi situasi silang lingkungan, silang pengetahuan ataupun silang perangkat dengan keasyikan yang menyenangkan dan sekaligus menjadikan siswa belajar aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan nyata.

Dengan kata lain, kebermaknaan hasil pembelajaran berkaitan dengan nilai

manfaat dari apa yang telah dipelajari sehingga dapat digunakan sebagai bekal

dalam kehidupannya sehari-hari di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Sebaliknya, pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah

atau terkotak-kotak kurang mengembangkan peserta didik untuk berpikir holistik

dan membuat hambatan bagi peserta didik dalam mengkaitkan konsep dengan

kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya peserta didik tidak mengerti

manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Ostroff (2013:

35) menyebutkan bahwa pendekatan yang sangat akademis tidak produktif bagi

anak-anak kecil. Ditegaskannya bahwa

(3)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

Banyak negara yang menerapkan sistem pembelajaran berbasis tematik

terpadu sampai SD kelas VI seperti Finlandia, England, Jerman, Scotland,

Perancis dan negara-negara maju lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar

pemikiran urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar

yang dimaksudkan dalamKurikulum 2013. Selain itu, banyak sekolah alternatif

yang menunjukan hasil menggembirakan karena menerapkan sistem

pembelajaran integratif berbasis tema.

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran tematik di banyak

daerah selama ini dinilai masih belum efektif. Telah banyak penelitian yang

mengungkap permasalahan mengenai ketidakefektifan pembelajaran tematik ini.

Salah satu hasil menyebutkan bahwa “implementasi pembelajaran tematik pada Sekolah Dasar dalam kategori tidak efektif” (Amelia, 2012; Sadri, 2012 ). Selain itu, penelitian Sulastri (2012: i) mengenai analisis kesenjangan pelaksanaan

standar proses pembelajaran temaik di Sekolah Dasar menunjukan bahwa “pelaksanaan standar proses pada pembelajaran tematik kelas permulaan SD di kecamatan Kuta Kabupaten Badung belum mencapai standar yang dipersyaratkan”.

Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik

dalam Kurikulum 2013 juga didasarkan pada fakta bahwa terdapat hal-hal yang

mempengaruhi kurang efektifnya pembelajaran tematik terpadu selama ini yaitu

faktor kompetensi guru yang kurang mampu dalam merencanakan, mengelola

dan menilai hasil pembelajaran tematik. Adapun faktor penyebab

ketidakefektifan pembelajaran tematik menurut hasil penelitian tentang permasalahan dan hambatan pembelajaran tematik ditemukan fakta bahwa“guru Sekolah Dasar tidak maksimal dalam melaksanakan pembelajaran tematik

karena kurangnya pemahaman tentang pembelajaran tematik secara utuh, belum

disesuaikannya waktu pelaksanaan, minimnya sumber-sumber belajar yang ada, dan sarana prasarana yang belum lengkap”. (Arif Nur Wahyuni, 2008:i)

PenelitianPudjiastuti(2011:i)menerangkan secara lebih rinci mengenai

(4)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

tahap perencanaan, pelaksanaan sampai padatahap penilaian pembelajaran. Hal

yang menjadi permasalahan dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain :

(1) Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator terutama dalam hal menentukan kata kerja operasional yang tepat; (2) Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (3) Guru kesulitan tentang bagaimana cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema; (4) Beberapa contoh silabus pembelajaran tematik yang ada sangat beragam pendekatannya sehingga menimbulkan masalah dan keraguan untuk menggunakan; (5) Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Selanjutnya Pujiastuti menyatakan permasalahan dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik antara lain :

(1) Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema; (2) Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; (3) Bahan ajar tematik masih bersifat nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (4) Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi pada masing-masing guru; (5) Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di kelas awal; (6) Untuk guru kelas dapat menggunakan model webbed yakni pembelajaran yang menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran; (7) Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat; (8) Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes; (10) Penggunaan jadwal tema lebih luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran.

Sedangkan permasalahan penilaian pembelajaran tematik antara lain : (1)

(5)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

menggunakan penilaian tertulis; (4) Guru masih kesulitan menentukan Kriteria ketuntansan Minimal; (5) Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran.

Hal ini pun di pertegas dalam draft kurikulum 2013 yang menyebutkan “permasalahan dalam pembelajaran tematik yaitu tidak ada kompetensi inti yang mengikat semua mata pelajaran dan warna mata pelajaran sangat kental bahkan

berjalan sendiri-sediri dan saling mengabaikan”. Menimbang urgensi penerapan

pembelajaran tematik terpadu tersebut, maka perlu diadakan

perbaikan-perbaikan dalam implementasi tematik terpadu di Sekolah Dasar.

Tematik terpadu dalam kurikulum 2013 hadir dengan menawarkan

kemudahan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik terpadu yaitu

dengan disediakannya sarana penunjang implementasi pembelajaran tematik

berupa buku panduan guru yang disusun sebagai acuan bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dikelas. “Buku ajar dan buku siswa

diberikan secara gratis yang berasal dari anggaran khusus Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan” (Puspitarini, 2014: p1). Buku panduan guru dan

buku siswa yang difasilitasi oleh pemerintah tersebut diharapkan dapat

membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran tematik terpadu.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik terpadu

memerlukan persiapan yang tinggi dari guru dalam segi pemahaman dan

keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Guru disebut sebagai ujung

tombak keberhasilan pendidikan karena guru adalah manajer utama dalam kelas

yang bertugas untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan kurikulum

menjadi satuan aksi pembelajaran. Selain faktor guru sebagai pelaksana, juga

terdapat sumber daya pendidikan lain yang dapat mempengaruhi ketercapaian

tujuan kurikulum 2013 seperti sarana prasarana serta budaya sekolah atau

organisasi seperti peran pengawasan dan pembinaan.

Pemerintah pun telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas

praktisi dalam menerapkan kurikulum 2013 dengan memberikan pelatihan

sebagai pembekalan agar dapat membantu mengimplementasikan kurikulum

(6)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

Instruktur nasional dilatih menggunakan empat materi utama, yakni konsep kurikulum 2013, analisis materi ajar, model rancangan pembelajaran, dan praktik. Peserta dilatih para narasumber kurikulum. Peserta terdiri dari guru, dosen, penyusun buku, dan widyaswara... Pelatihan digelar di enam kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Surabaya, dan Malang. Buku-buku pelajaran pun, sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia (Malau, 2013, p. 6-10).

Kurikulum 2013 diterapkan secara bertahap mulai dari tahun ajaran

2013/2014 terhitung dari bulan Juli 2013. Seperti yang telah diketahui bahwa banyak sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, “Adapun Sekolah Dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 saat ini berjumlah 44.609

Sekolah. Pada jenjang Sekolah Dasar, Kurikulum 2013 tahap pertama diterapkan di kelas I dan kelas IV” (Afifah, 2013: p.7).

Mengingat adanya upaya pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas

pembelajaran, maka studi mengenai keberlangsungan penerapan tematik terpadu

perlu dilakukan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian untuk mengetahui

bagaimana implementasi pembelajaran tematik terpadu yang telah diterapkan di

beberapa Sekolah Dasar di Kota Bandung untuk membantu optimalisasi

implementasi kurikulum 2013 secara menyeluruh pada tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung?”

Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di

Kota Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di

Kota Bandung?

3. Bagaimana sistem penilaian pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar

di Kota Bandung?

4. Apa yang menjadi kesulitan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

(7)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

5. Bagaimana upaya guru untukmengatasi kesulitan dalam implementasi

pembelajaran tematik terpadu di Sekolah dasar di Kota Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan sejauh

mana implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota

Bandung.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

b. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

c. Mendeskripsikan dan menganalisis penilaian yang dilakukan guru dalam

pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

d. Mengidentifikasi kesulitan dalam implementasi pembelajaran tematik

terpadu di Sekolah Dasar di Kota Bandung

e. Mendeskripsikan upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam

implementasi tematik terpadu di Sekolah dasar di kota Bandung

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian deskriptif tentang implementasi pembelajaran tematik terpadu di

Sekolah Dasar di Kota Bandungini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis sebagai berikut;

1. Manfaat teoritis

Analisis terhadap implementasi pembelajaran tematik terpadu di Sekolah

Dasar di Kota Bandung ini memberikan gambaran mengenai penerapan tematik

(8)

57/ S1/ KTP/ JUNI 2014

mengembangkan pembelajaran tematik terpaduserta sebagai dasar pertimbangan

dalam evaluasi implementasi pembelajaran tematik terpadu.

2. Manfaat praktis

a. Untuk sekolah yag diteliti, dapat mengetahui bagaimana implementasi

pembelajaran dan kesulitan guru dalam pengimplementasian pembelajaran

tematik terpadu yang diterapkan, sehingga dapat dijadikan masukan dalam

upaya perbaikan implementasi pembelajaran tematik terpadu.

b. Untuk guru, dapat dijadikan bahan refleksi mengenai hal-hal yang harus

diperbaiki atau ditingkatkan untuk menjamim kualitas kinerja dalam

mengelola pembelajaran.

c. Untuk peneliti, penelitian ini menjadi sumbangan pengetahuan dalam

melaksanakan studi implementasi kurikulum khususnya mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh pengamatan yang dilakukan penulis terkait penelitian tentang efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle yang terinduksi karagenin 3% secara subkutan

Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan parameter hidrolika pada bagian hulu dengan kemiringan dasar sungai yang curam terjadi lebih cepat dibandingkan

Hasil penelitian menunjukkan respon pertumbuhan tinggi, jumlah daun, berat basah akar, berat kering akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, dan rasio tajuk dan akar

17 : Grafik kandungan unsur vs % berat unsur hasil foto SEM dan EDX untuk komposisi rasio tekanan Oxygen terhadap Propana 5,1 Kemudian dikonfirmasi hasil pengukuran EDX di

pembangunan dengan terus menerus karena tidak habisnya sumber daya yang menjadi.

Brosur adalah suatu alat untuk promosi barang, jasa dan lain-lain, yang terbuat dari kertas yang dimana di dalamnya terdapat sejumlah informasi dan juga penawaran mengenai

Gender adalah sifat yang melekat baik pada kaum laki-laki maupun perempuan yang di kontruksikan baik secara social maupun cultural. Misalnya perempuan dikenal lemah lembut,

Adsorption characteristics from Chetoceros sp biomass adsorbent of immobilization result via encapsulation process with silica aquagel were studied with evaluation of kinetic