PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
SISWA PADA KELAS VIII SMP PAB 2 HELVETIA T.A 2013/2014
Oleh :
Ahmad Rizki Ramadhana NIM 409411042
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
PADA KELAS VIII SMP PAB 2 HELVETIA T.A 2013/2014
Ahmad Rizki Ramadhana (NIM 409411042) ABSTRAK
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaks Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik 20 Tabel 2.2. Perbedaan pedagogi pendekatan matematika realistik
dan pembelajaran biasa 25
Tabel 3.1. Perincian Jumlah Siswa 33
Tabel 3.2. Randimized Control-Group Pre Test-Post Test Design 35 Tabel 3.3. Pedoman Penskoran kemampuan komunikasi matematika 39 Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 45 Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol 48
Tabel 4.2. Data Postes Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol 49
Tabel 4.3. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kedua Kelas 49 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
untuk Kelas Eksperimen 51
Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
untuk Kelas Kontrol 52
Tabel 4.6. Ringkasan Data Hasil Pretes dan Postes 53 Tabel 4.7. Ringkasan Uji Normalitas Data dengan Liliefors 55 Tabel 4.8. Ringkasan Data Hasil Uji Homogenitas 56 Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis (Pertama) Kemampuan
Komunikasi Matematika 57
Tabel 4.10.Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis (Kedua) Kemampuan
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 37
Gambar 4.1.Ringkasan Data Pretes Dan Posttest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol 50
Gambar 4.2.Grafik Persentase Pencapaian Hasil Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen 51
Gambar 4.3. Grafik Persentase Pencapaian Hasil Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika Kelas Kontrol 53
Gambar 4.4.Diagram Rata-rata Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54
Gambar 4.5.Diagram Rata-rata Gain Ternormalisasi <g>
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 RPP 1 Kelas Eksperimen 69
Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa 1 77
Lampiran 3 Kunci Jawaban LAS–1 79
Lampiran 4 RPP 2 Kelas Eksperimen 82
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 2 87
Lampiran 6 Kunci Jawaban LAS–2 88
Lampiran 7 RPP 1 Kelas Kontrol 90
Lampiran 8 RPP 2 Kelas Kontrol 92
Lampiran 9 Kisi-kisi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika 94 Lampiran 10 Tes Awal (Pretes) Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa 95
Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Soal Pretes 97 Lampiran 12 Kisi-kisi Postes Kemampuan Komunikasi Matematika 101 Lampiran 13 Tes Akhir (Postes) Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa 102
Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Soal Postes 104 Lampiran 15 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi 108
Lampiran 16 Lembar Validasi Soal Pretes 109
Lampiran 17 Lembar Validasi Soal Postes 110
Lampiran 18 Daftar Validator Soal Pre Test Dan Post Test Siswa 111 Lampiran 19 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 112 Lampiran 20 Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen 114 Lampiran 21 Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol 115 Lampiran 22 Perhitungan Rata-Rata, Varians, Dan Simpangan Baku
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 116
Lampiran 23 Perhitungan Rata-rata Skor Gain 118 Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Data Kemampuan
xii
Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas Data Kemampuan
Komunikasi Matematika 124
Lampiran 26 Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi
Matematika 126
Lampiran 27 Dokumentasi Penelitian di SMP Swasta PAB 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan
manusia yang seutuhnya. Sebagai konsekuensi logis setiap daerah dan setiap
anggota masyarakat termasuk siswa berhak atas segala aktivitas pembangunan
serta wajib berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan baik secara fisik
maupun mental. Selain itu juga semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) di zaman sekarang ini berdampak besar karena semakin
ketatnya persaingan dan semakin dibutuhkanya sumber daya manusia yang
berkualitas baik berketerampilan tinggi dan memiliki keterampilan khusus. Kunci
pembangunan bagi bangsa Indonesia dimasa mendatang adalah pendidikan. Hal
tersebut, sesuai dengan yang diungkapkan Trianto (2011:1) :
“Pendidikan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan”.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar baik aspek terapanya, mapun
aspek penalaranya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan
ilmu dan teknologi. Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu
dikuasai oleh segenap warga Negara Indonesia, baik penerapannya maupun pola
pikirnya. Matematika sekolah yang merupakan bagian dari matematika, yang
dipilih atas dasar kepentingan pengembangan kemampuan dan kepribadian
peserta didik serta perkembangan Ilmu dan Teknologi. Perlu selalu dapat sejalan
dengan tuntutan kepentingan peserta didik menghadapi kehidupan masa depan.
Paling (dalam Abdurrahman, 2003:252) mengemukakan bahwa :
2
matematika yang didapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik dan tabel”.
Namun pada kenyataannya peranan matematika untuk meningkatkan
kemampuan tersebut masih rendah. Seiring dengan mutu pendidikan di Indonesia
juga masih rendah. Seperti yang diungkapkan oleh Zainurie (2007:1) :
”Banyak orang bilang „mutu pendidikan Indonesia‟, terutama dalam
pelajaran matematika masih rendah. Data yang mendukung opini ini adalah : Data UNESCO menunjukkan peringkat matematika Indonesia
berada dideretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah”.
Wijaya, A (2012:1) juga mengungkapkan bahwa :
”Dari hasil Programme for Internasional Student Assesment (PISA) Matematika 2009, diperoleh hasil bahwa hampir setengah dari siswa Indonesia (yaitu 43,5%) tidak mampu menyelesaikan soal PISA paling sederhana (the most basic PISA task). Sekitar sepertiga siswa Indonesia (yaitu 43,1%) hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat. Hanya 0,1% siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berpikir dan penalaran ”.
Beberapa ahli Matematika seperti Russefendi (1982:15) mensinyalir
kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika (ilmu
pasti) bagi anak-anak pada umumnya pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan
pelajaran yang paling dibenci. Menurut Sriyanto (dalam Bambang R, 2008:4)
sikap negatif seperti ini muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran
matematika yang sulit. Menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2003:259). “Ada
beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar belajar matematika, yaitu (1)
adanya gangguan dalam hubungan ruangan,(2) abnormalitas persepsi visual,(3)
asosiasi visual-motor,(4) perseverasi,(5) kesulitan mengenal dan memahami
simbol,(6) gangguan penghayatan tubuh,(7) kesulitan dalam bahasa dan
membaca,(8) performence IQ jauh lebih rendah dari pada sektor verbal IQ”. (Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang R, 2008:6) bahwa :
membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan
untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi
matematika siswa. Pernyataan ini didasari oleh pendapat Pugalee (dalam Nila
Novi, 2012:2) proses komunikasi membantu makna, mempublikasikan ide, dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathoni (2007:5) bahwa:
“Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal, tetapi siswa harus bisa mengartikan setiap simbol-simbol matematika dan rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadannya”.
Pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa juga
telah tertulis dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia dan kurikulum terbaru
tahun 2006 khususnya untuk pembelajaran matematika. Mengingat bahwa bagi
dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang
memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Seperti halnya
yang diungkapkan oleh NCTM (dalam Ansari, 2003:9) : Dengan simbol-simbol
beserta sifat-sifat serta pengertian yang terkandung didalamnya mampulah
matematika bertindak sebagai bahasa keilmuan.
Dari beberapa kutipan di atas menjelasakan begitu penting arti dan
peranan pendidikan untuk meningkatakan kemampuan komunikasi matematika
siswa. Begle (dalam Fathoni,2007) bahkan menyimpulkan bahwa variabel bahasa
merupakan variabel yang sangat potensial dalam mempelajari pemecahan masalah
matematika. Hal tersebut didukung oleh cole & chan (dalam Ansari, 2003:8)
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesulitan siswa dalam
berbahasa dengan kesulitan mereka dalam mempelajari matematika.
Selain itu peneliti juga mewawancarai guru bidang studi matematika (Sukidi,30
Maret 2013) yang menyatakan bahwa :
4
disebabkan kurangnya kreatifitas siswa dalam berfikir untuk menyelesaikan soal serta kebiasaan belajar siswa yang kurang baik”. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tidak terlepas dari
kemampuan guru dalam mengajar siswanya. Selama ini dirasakan bahwa sebagian
guru kurang tepat memilih metode yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran. Pernyataan ini diperkuat oleh Freire (2006:12) yang menyatakan
bahwa:
”Masih ditemukannya pembelajaran dimana guru mengajar dan siswa diajar, guru mengerti semuanya dan siswa tidak tahu apa-apa, guru berbicara dan siswa mendengarkan, guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan, guru subjek dan siswa adalah objek dari proses belajar”. Ansari (2003:2) juga menyatakan bahwa:
”Berbagai pendekatan, gagasan atau inovasi dalam dunia pendidikan matematika yang sampai saat ini diterapkan secara luas dan ternyata belum bisa memberikan perubarahan positif yang berarti, baik dalam proses pembelajaran disekolah maupun dalam meningkatkan mutu pendidikan matematika pada umumnya”.
Didukung juga oleh Trianto (2011:5) menyatakan bahwa : “ proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi dan tidak memberikan akses bagi
anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya”. Umumnya dalam proses pembelajaran guru menyampaikan pelajaran menggunakan pembelajaran biasa, dimana guru lebih aktif sebagai
pemberi pengetahuan bagi siswa sedangkan siswa pasif yang hanya menerima
masukan saja dan biasanya siswa kurang aktif dalam menyampaikan pendapatnya.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka guru
perlu mengusahakan perbaikan pembelajaran sebagai suatu strategi untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan cara bagaimana
materi itu dapat dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan mudah dimengerti
karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa. Salah satu
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat memberikan tempat
dimana siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan
matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendapat ini juga didukung oleh Hartono (2008:5) dalam bukunya
pendekatan matematika realistik adalah:
“Pendekatan matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang bertumpu pada realitas dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pendapat ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru.”.
Berdasarkan kenyataannya bahwa kemampuan komunikasi matematika
siswa yang masih rendah, dan peranan penting komunikasi sebagai kemampuan
mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar
mengajar dan mengakses matematika.
Mengacu pada pendapat bahwa pendekatan matematika realistik adalah
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa
melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia nyata. Dengan
demikian, dapat diperkirakan bahwa pendekatan ini dapat menjadi fasilitator
dalam mengembangkan dan merangsang kemampuan komunikasi matematika
siswa. Dengan harapan tersebut maka pembelajaran matematika dengan
pendekatan matematika realistik dipilih dalam penelitian ini untuk dilihat
pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
kemampuan komunikasi matematika merupakan tujuan pembelajaran matematika
yang sangat penting, dan salah satu pendekatan yang dapat mendorong siswa
belajar melakukan komunikasi matematika adalah pendekatan matematika
realistik, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Pendekatan
6
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya maka timbul beberapa
pertanyaan sebagai identifikasi masalah dalam penelitlian ini yaitu :
1. Tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah.
2. Proses pembelajaran yang kurang menunjang siswa untuk
mengekspresikan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki
oleh siswa tersebut.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan
matematika yang berbentuk verbal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang
berbeda dari contoh yang diberikan sebelumnya.
5. Penguasaan guru terhadap berbagai pendekatan pembelajaran belum
optimal dan belum diterapkannya pendekatan matematika realistik
dalam pembelajaran matematika khususnya masalah komunikasi
matematika.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan
keterbatasan kemampuan peneliti maka peneliti membatasi masalah ini pada
hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan matematika realistik dan kemampuan
komunikasi matematika siswa. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah
kemampuan komunikasi matematika siswa yang belajar dengan pendekatan
Matematika Realistik pada pokok bahasan teorema Phytagoras di kelas VIII SMP
PAB 2 HELVETIA Tahun Ajaran 2013-2014.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
yang dikemukakan di atas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah apakah terdapat pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap
kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP PAB 2 HELVETIA
Untuk memudahkan jawaban rumusan masalah ini peneliti merinci beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematika siswa antara siswa yang diberi pendekatan matematika
realistik dengan pembelajaran biasa pada kelas VIII SMP PAB 2
HELVETIA ?
2. Bagaimana ketuntasan belajar siswa terhadap kemampuan komunikasi
matematika ?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan matematika
realistik terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII
SMP PAB 2 HELVETIA T.A 2013/2014.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
komunikasi matematika siswa antara siswa yang diberi pendekatan
matematika realistik dengan pembelajaran biasa pada kelas VIII SMP
PAB 2 HELVETIA.
3. Untuk mengetahui bagaimana ketuntasan belajar siswa terhadap
kemampuan komunikasi matematika.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini
diharapkan akan memberi hasil sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi guru PAB 2 HELVETIA, dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai bekal ilmu pengetahuan
dalam mengajar matematika dimasa mendatang .
3. Melalui pendekatan matematika realistik diharapkan siswa dapat
menyelesaikan permasalahan komunikasi matematika siswa.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh kesimpulan, yaitu :
1. Terdapat perbedaan peningkatan terhadap kemampuan komunikasi
matematika siswa yang belajar melalui pendekatan matematika realistik dengan pembelajaran biasa pada materi Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP PAB 2 Helvetia T.A 2013/2014.
2. Terdapat pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap kemampuan
komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP PAB 2 HELVETIA T.A
2013/2014.
3. Ketuntasan belajar siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika yang
diajar dengan pendekatan Matematika Realistik (kelas eksperimen) yang telah tuntas yaitu dengan nilai rata-rata kelas 73,973 (81,08%) atau sebanyak 30 siswa dari 37 siswa, sedangkan yang diajar dengan pembelajaran biasa (kelas kontrol) yang telah tuntas yaitu dengan nilai rata-rata kelas 66,405 (67,56%) atau sebanyak 25 siswa dari 37 siswa. Dengan melihat nilai dari KKM di sekolah SMP PAB 2 Helvetia dengan nilai KKM mata pelajaran matematikanya 65,dengan begitu kedua kelas tersebut telah mencapai nilai ketuntasan belajarnya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:
a. Kepada guru matematika dapat menjadikan pembelajaran dengan pendekatan
komunikasi matematika siswa, keterlibatan siswa, belajar mandiri dan membangun sikap yang positif.
b. Kepada guru atau peneliti yang menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan Matematika Realistik perlu memperhatikan kemampuan komunikasi matematika setiap siswa dan aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Dalam pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik, diperlukan
permasalahan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, guru memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses komunikasi dalam setiap soal sehingga siswa dapat masalah tersebut dengan kemampuannya sendiri.
d. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, Bansul., (2003), Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, dilengkapi
dengan lembar aktivitas siswa. Pegangan untuk guru matematika tingkat
SD,SMP,SMA, mahasiswa calon guru matematika dan masyarakat umum peminat matematika. Jakarta.
Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Arikunto, Suharsimi., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Ausubel, David P., (2006), Metode pembelajaran biasa Dalam
Pembelajaran Matematika, http://dayufunmath.wordpress.com/ (Acsessed
05 Mei 2013).
Bambang, R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika,
http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html. (Acsessed 10 Februari 2013)
Fathoni, A., (2007), Bahasa Matematika,
http//rbaryans.worpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika.html (Acsessed 05 Maret 2013)
FMIPA UNIMED, (2011), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal
Penelitian Kependidikan, FMIPA, Medan.
Freire, Paulo., (2006), Guru Demokratis, www.pikiran-rakyat.com (Acsessed 05 Februari 2013).
Hadi. (2003). Proposal Matematika Realistik.
(http://pendidikanmatematika.files.wordpress.com/2009/03/proposal_rme.d oc. (Diakses tanggal 23 Mei 2013)
Hake, R.R., (2012), Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-studentsurvey of mechanics test data for introductory physics
courses,Online,
Hamalik, Oemar., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hartono, Yusuf.,(2008), Pendekatan Matematika Realistik, Graha Ilmu.
Yogyakarta
KTSP, (2007), http://www.dikmanum.go.id/dataapp/kurikulum/4 (Acsessed 05
Februari 2013)
Nazir, Moh., (1988), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung.
Novi Komariyatiningsih., Nila Kesumawati., (2012), Keterkaitan Kamampuan
Kominikasi Matematis Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika,
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta 10 November 2012 (Acsessed 05 maret 2013)
NCTM, (2007).
http://math-heyfun.blogspot.com/2010/12/komunikasi-ala-nctm.html (Acssesed 13 Mei 2013)
Ruseffendi, E.T., (1982), Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru Edisi
Ketiga, Tarsito, Bandung.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Tatag Y.E Siswono., 2001, Implementasi Pendekatan Realistik dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Nasional di UNESA 24
Februari 2001. (Acsessed 05 maret 2013)
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Wardhani, S.,(2004), Pembelajaran Matematika kontekstual Di SMP.
Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta tanggal 10 s.d 23 Mare 2004 di PPPG Matematika Yogyakarta.
Wawi, (2008), Matematika Modrens Matematika Tradisional,
http://ahwik.blogspot.com./2013/03/artikel-matematika-modren.html (Acsessed 05 Maret 2013)
Wijaya, A., (2012), Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan
68
Zainure, (2007), Prestasi Pendidikan Matematika Indonesia,
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Rizki Ramadhana dilahirkan di Medan, pada tanggal 21 April 1991. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara, putra dari pasangan Bapak Ponijo, S. Pd dan Ibu Aisyah Tiradiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 060929 medan pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 28 Medan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta Alwashliyah 3 Medan dan lulus pada tahun 2009.