1 A. Konteks Penelitian
Bangsa Indonesia t erdiri dari berbagai m acam suku bangsa yang
m em punyai berbagai macam adat ist iadat, bahasa, kebudayaan, agam a, kepercayaan dan sebagainya. Keanekaragam an bangsa Indonesia ini
m erupakan nilai jati diri yang menjiw ai perilaku m anusia dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan. Oleh karena it u, kean ekaragam an t ersebut harus selalu dilest arikan dan dikembangkan dengan t et ap m em pert ahankan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yaitu m elalui pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan, social, dan budaya kepada pesert a didik m elalui pendidikan ini diarahkan untuk m em ungkinkan mereka agar lebih
m engakrabkan dengan lingkungannya. Hal ini juga digunakan unt uk m enunjang pengingkat an kualit as sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk m eningkat kan kemampuan pesert a didik.
Pelest arian keanekaragaman budaya, ist iadat , bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan yang ada di Indonesia m elalui dunia pendidikan dilakukan dengan cara memasukkan kurikulum muat an lokal dalam kurikulum pendidikan di negeri ini. Pem asukan kurikulum muat an lokal dalam kurikulum pendidikan di Indonesia m erupakan salah satu bentuk dari
Dalam pengem bangan kurikulum, banyak hal yang harus diperhat ikan dan dipert imbangkan sebelum m engambil suatu keput usan. Apapun jenis kurikulumnya, past i m emerlukan asas-asas yang harus dipegang. Asas-asas t ersebut cukup kompleks dan t idak jarang memiliki hal-hal yang bert ent angan sehingga m em erlukan sel eksi (Idi, 2011: 87). Begit u juga dalam
kurikulum muat an lokal, beberapa asas/ aspek yang mempengaruhi perlunya pem asukan kurikulum muat an lokal ini kedalam kurikulum pendidikan pada
umumnya, ant ara lain adalah: asas sosiologi, filosofis, psikologis, dan t eknologi/ ipt ek.
Asas/ aspek sosiologi, dalam syst em pendidikan dan lem baga-lembaga
pendidikan t erdapat bahan yang m emiliki beragam fungsi bagi kepent ingan m asyarakat yait u sebagai berikut :
a. M engadakan revisi dan perubahan social.
b. M empert ahankan kebebasan akademis dan kebebasan melaksanakan penelitian ilmiah.
c. M endukung dan turut m em ber kont ribusi kepada pem bangunan. d. M eyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai t radisional sert a
mempert ahankan st at us quo.
e. M engeksploit asi orang banyak demi kesejaht eraan golongan elit e. f. M ewujudkan revolusi social untuk melenyapkan pengaruh
pemerint ah t erdahulu.
g. M endukung kelom pok-kelom pok t ert ent u, ant ara lain kelom pok milit er, industry, at au polikit . M enyebarluaskan falsafah polit ik, dan kepercayaan t ert ent u.
h. M embimbing dan m endisiplinkan jalan pikiran generasi muda. i. M endorong dan mempercepat laju kem ajuan ilm u penget ahuan
dan t eknologi.
j. M endidik generasi muda agar m enjadi w arga Negara nasional dan warga dunia.
l. M emberikan ket eram pilan yang berhubungan dengan mat a pencarian (Nasution, 2008: 23-24).
Aspek filosofis berkait an dengan pentingnya filsafat dalam m em bina dan mengem bangkan kurikulum pada suat u lem baga pendidikan. Filsafat ini menjadi landasan ut am a bagi landasan lainnya. Perum usan tujuan
dan isi kurikulum pada dasarnya bergant ung pada pert imbangan-pert im bangan filosofis. Pandangan filosofis yang berb eda akan
m em pengaruhi dan m endorong aplikasi pengembangan kurikulum yang berbeda pula. Landasan filosofis ini juga berkenaan dengan t ujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Kurikulum m em punyai
hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara, t erut am a dalam m enent ukan manusia yang dicit a-cit akan sebagai t ujuan yang harus dicapai m elelui pendidikan formal (Tieya, 2011).
M enurut M eggi (Idi, 2011), ” kont ribusi psikologi t erhadap studi kurikulum memiliki dua bentuk. Pert am a, m odel konsept ual dan inform asi yang akan m embangun perencanaan pendidikan. Kedua, berisikan berbagai
m et odologi yang dapat di adaptasi untuk penelit ian pendidikan” . Sedangkan m enurut Sukmadinat a (2006: 50) “ kondisi psikologis adalah kondisi karakt erist ik psikofisik m anusia sebagai individu, yang dinyat akan dalam berbagai bentuk perilaku dalam int eraksinya dengan lingkungan” . Perilaku-perilaku t ersebut merupakan m anifest asi dari ciri-ciri kehidupannya, baik
m aupun psikomotor. Int eraksi yang t ercipt a didalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik. Int eraksi pendidikan di rum ah berbeda dengan di sekolah. Int eraksi ant ara anak dengan guru pada t ingkat sekolah dasar berbeda dengan pada tingkat sekolah m enengah pert am a dan at as.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Penget ahuan dan Teknologi, t erut ama dalam bidang t ransport asi dan komunikasi t elah mam pu m erubah
t at anan kehidupan m anusia. Oleh karena it u, kurikulum seyogyanya arahnya bersifat t idak hanya unt uk sekarang t et api unt uk masa depan dapat m engakomodir dan m engantisipasi laju perkem bangan ilmu penget ahuan
dan t eknologi, sehingga pesert a didik dapat mengim bangi dan sekaligus m engembangkan ilm u pengetahuan dan t eknologi untuk kepent ingan bersam a, kepnet ingan sendiri dan kelangsungan hidup m anusia. Ilmu
penget ahuan dan t eknologi (ipt ek) sebagai produk kebudayaan diperlukan dalam pengem bangan kurikulum sebagai upaya m enyelaraskan isi kurikulum dengan perkem bangan dan kem ajuan yang t erjadi dalam dunia ipt ek (Tieya,
2011).
Kurikulum muat an lokal adalah program pendidikan yang isi dan m edia penyam paiannya dikait kan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya sert a kebut uhan daerah dan w ajib diikuti oleh sisw a daerah itu (Idi, 2007: 260). Keberadaan kurikulum m uatan lokal ini didasari
t ent ang Pem erint ah Daerah mem berikan otonom i wilayah t elah pula ikut m em berikan kesempat an kepada set iap daerah unt uk m em unculkan ciri khasnya dalam m engisi kurikulum. Tujuannya sem at a – m at a untuk m em buat kurikulum lebih kont ekst ual dan relevan dengan lingkungan pesert a didik. Hal t ersebut dilaksanakan melalui dua jalur: (1) pengisian jam muat an lokal
dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD) dengan porsi berupa m at a pelajaran yang berdiri sendiri, dan (2) memberikan bobot muat an lokal ke dalam
St andar Isi (SI ) No. 22 Tahun 2006 bahw a didalam Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan (KTSP) selain mem uat beberapa m at a pelajaran, juga t erdapat m at a pelajaran muat an lokal yang belum dit entukan jenis dan m acamnya.
Pada hakikat nya kurikulum dengan kandungan muat an lokal m erupakan perw ujudan dari pasal 38 ayat 1 Undang – Undang Sist em Pendidikan Nasional, yang berbunyi: “ Pelaksanaan kegiat an pendidikan
didasarkan at as kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan sert a kebutuhan lingkungan dan ciri khas suatu pendidikan ” . Kebijakan yang berkait an dengan dim asukkannya m uat an lokal
dalam St andar Isi dilandasi kenyat aan bahw a di Indonesia t erdapat beranekaragam kebudayaan.
M uat an lokal m erupakan kegiat an kurikuler yang berupa mat a pelajaran unt uk m engem bangkan kom pet ensi yang disesuaikan dengan ciri khas, pot ensi daerah, dan prospek pengem bangan daerah t erm asu k
m at a pelajaran yang telah ada. Subst ansi program m uatan lokal dit entukan oleh sat uan pendidikan (Depdiknas, 2006: 6).
Salah sat u muat an lokal yang dapat diajarkan di Sekolah Dasar di daerah Jaw a Timur adalah Seni Karawit an. M enurut M enko Kesra, HR. Agung laksono dalam “Fest ival Karaw itan Jaw a Tingkat SD, SM P dan SM A se-DKI
Jakart a Tahun 2012”, Seni karaw it an t elah m endapatkan kedudukan yang ist im ewa di dunia seni pert unjukan Indonesia. Seni karaw it an sebagai m edia
pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang cara membunyikannya, di m ana karaw it an m enjadi sajian seni musik yang enak didengar bila dimainkan secara bersam a-sam a. Hal ini mencerminkan bahw a kebersam aan m enjadi
satu hal yang sangat pent ing untuk m encapai hasil musik yang berkualit as. M elalui karaw it an, kit a diajarkan pendidikan budi pekert i agar kit a hidup dalam kebersam aan saling bergot ong royong, t enggang rasa, t epo seliro,
sert a m enghindari sifat egois dan individualis. Pendidikan seni karaw it an Jaw a lebih baik diberikan sedini mungkin kepada anak-anak didik kit a sebagai m odal pem ahaman kebersamaan. M elalui bangku pendidikan form al sepert i
Sekolah M enengah Karaw it an Indonesia yang saat ini sudah ada di beberapa daerah di Indonesia m enjadi contoh keseriusan pemerint ah dalam m enunjukkan upaya pelest arian budaya yang adiluhung ini.
Karaw it an merupakan seperangkat inst rumen gamelan jaw a, juga sebagai pernyat aan m usikal yang berasal dari kata raw it berart i rum it, t et api
dengar. Didalam bahasa Jaw a, karaw it an khususnya dipakai unt uk m engacu kepada musik gamelan, (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sist em not asi angka, w arna suara, rit m e, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian inst rument alia, vokalnya di sebut w aranggono (Sinden) yang indah didengar (Erwan, 2012).
Dalarn pengert ian yang sempit ist ilah karaw it an dipakai unt uk m enyebut suatu jenis seni suara at au musik yang m engandung salah sat u
at au kedua unsur berikut (Supanggah, 2002: 12):
1. M enggunakan alat musik gamelan - sebagian at au seluruhnya baik berlaras slendro at au pelog - sebagian at au semuanya.
2. M enggunakan laras (t angga nada slendro) dan / at au pelog baik inst rum ental gam elan at au non-gamelan maupun vocal at au carnpuran dari keduanya.
Karaw it an Jaw a at au yang dikenal dengan nama Gamelan Jaw a tidak hanya berkem bang di Indonesia. Dunia int ernasional juga t elah m engenal
kesenian ini, bahkan sejak dahulu. Kurnia (2008) dalam blognya berjudul “M omot aro, Pesona Teat er Gam elan Jaw a-Jepang” berpendapat bahw a GAM ELAN sebagai produk kebudayaan Jawa, t elah memikat seorang profesor
dari Jepang bernam a Shin Nakagaw a. Ia mempelajari keunikan gamelan dari Jaw a, t epat nya Yogyakart a, sekit ar 30 t ahun yang lalu. Set elah kem bali ke Jepang, Shin Nakagaw a m endirikan grup gam elan di Osaka dengan nam a M arga Sari; sebuah nam a yang khas Jaw a, jauh dari idiom Jepang.
Junant o (2012) m elaporkan bahw a di Jepang, seni karawit an adalah
harm onisasinya yang universal dan suaranya yang lem but di t elinga. Orang Jepang senang m endengarkannya karena mampu m emberikan efek relaksasi dan m enghilangkan st ress. Hal t ersebut t erungkap dalam bincang-bincang saya dengan M orishiga-san dari Grup Gamelan Lam bangsari Jepang, usai pert unjukan m ereka yang bert ajuk “ Gado-Gado Gam elan 2012” .
Sedangkan m enurut Joko (2006), dalam laporannya di Suara M erdeka dengan t ajuk art ikel berjudul “Karawit an Jaw a Sejajar dengan M usik Klasik
Barat ” menjelaskan bahw a karaw it an Jaw a sudah menem bus lapisan m asyarakat int ernasional. Tak hanya unsur est et ik musikal, nam un t erkandung nilai unik, keberagaman, t oleransi, dem okrasi, kem erdekaan, dan
unsur universal lainnya. Fakt or itu m em buat karaw it an t erdorong mendunia. Sekit ar 200 penonton dari berbagai kalangan sep ert i mahasisw a, pengajar, masyarakat Selbar dan Indonesia, yang m emenuhi Adam s Concert
Room (ACR), New Zealand School of M usic (NZSM ), Vict oria Universit y of Wellingt on kagum dengan kepiaw aian para mahasisw a bermain gam elan dalam acara Ujian Akhir m at a kuliah gamelan Jaw a bert ajuk “ Heavenly
Gongs: M usic from Java” pada M inggu, 12 Juni 2011. (W art apedia)
di Aust ralia, Jerman, perancis dan bahkan di Singapura ham pir tiap Sekolah Dasar m emiliki gam elan (Logan, 2012).
Kenyat aan yang berbeda ant ara minat dunia Int ernational yang begit u antusias untuk m em pelajari kesenian Indonesia dengan minat penduduk asli Indonesia, yang sejat inya sebagai pemilik kesenian (khususnya seni karaw it an
jaw a) inipun muncul. Di Indonesia, karaw it an sem akin hari just ru makin dijauhi anak-anak, karena dianggap rumit, tua, dan kurang gaul. Oleh karena
itu, untuk m em buat seni karaw it an jaw a lebih akrab dengan sisw a dan agar m ereka m udah dalam mem pelajari seni karaw it an ini, m aka perlu dilakukan pengelolaan dalam pem belajarannya.
Pengelolaan at au m anajem en dapat diart ikan sebagai segala sesuat u yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk m encapai t ujuan yang t elah dit et apkan, baik t ujuan jangka pendek, m enengah, maupun
t ujuan jangka panjang (M ulyasa, 2006: 19). Sedangkan m enurut Hersey dan Blanchard ( dalam Djuju Sudjana, 2000: 60), pengelolaan m erupakan kegiat an yang dilakukan bersama dan melalui seseorang sert a kelom pok dengan
m aksud unt uk m encapai t ujuan-tujuan organisasi.
Pengelolaan dalam kont eks pem belajaran didukung oleh sumber daya m anusia, sert a m endayagunakan serangkaian kegiat an m erencanakan, m elaksanakan, dan m elakukan evaluasi. Pengelolaan dan pem belajaran dapat dibedakan t api m emiliki fungsi yang sam a. Pengelolaan dit ekankan
sem ent ara pembelajaran (inst ruct ion) lebih kuat berkenaan dengan aspek m engelola at au m emproses mat eri pelajaran. Pada akhirnya dari kedua akt ivit as t ersebut, keduanya dilakukan dalam rangka unt uk m encapai tujuan yang sam a yaitu t ujuan pem belajaran.
Kurikulum m erupakan suatu pedom an guru dan sisw a agar
t erlaksana proses belajar m engajar dengan baik dalam rangka m encapai t ujuan pendidikan. Berkait an dengan penelit ian t ent ang pengelolaan
kurikulum, khususnya pengelolaan kurikulum dan pembelajaran seni karaw it an jaw a dilakukan karena untuk m enget ahui sejauh mana kurikulum yang dirancang t elah sesuai dengan kebutuhan sisw a dan m enget ahui
apakah pem belajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan pedoman pem belajaran yang ada dalam kurikulum at au belum .
Pengelolaan kurikulum dan pem belajaran seni karawit an jaw a juga
t elah dilakukan oleh SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an. Sekolah ini m erupakan satu-sat unya SD di lingkungan UPT TK dan SD Kecamat an Tulakan Dinas Pendidikan Kabupat en Pacit an yang mem iliki group karawit an dan akt if
lomba sert a m enghadiri undangan pent as dalam acara hajat an. Tahun 2012 t erpilih 5 penyaji t erbaik dalam fest ifal seni karawit an di Tingkat Kabupat en Pacit an. Sekolah Dasar t erakredit asi A ini sudah 6 t ahun lebih ikut m elest arikan budaya nenek moyang kit a dan m endapat dukungan dari kom it e sekolah. Bahkan pihak sekolah t elah menjadikan seni karaw it an
Berdasarkan lat ar belakang di at as, penulis t ert arik unt uk m enelit i pengelolaan pem belajaran seni karaw it an jawa di SDN W onosidi II Tulakan Pacit an. Judul penelitian yang diambil oleh penulis adalah “ Pengelolaan Kurikulum dan Pembelajaran Seni Karawitan Jawa di SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an.”
B. Fokus Penelitian
Focus penelit ian ini adalah “ Bagaim ana pengelolaan kurikulum dan pem belajaran Seni Karaw it an Jaw a di SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an?” . Focus penelitian tersebut dibagi m enjadi tiga subfokus sebagai berikut .
1. Bagaim ana pernyiapan kurikulum seni karawit an jaw a di SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an?
2. Bagaim ana pelaksanaan pembelajaran seni karawit an jawa di SDN
Wonosidi II Tulakan Pacit an?
3. Bagaim ana evaluasi kurikulum seni karaw it an jaw a di SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelit ian ini yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut .
1. Untuk m endeskripsikan pernyiapan kurikulum seni karawit an jaw a di SDN
2. Untuk m endeskripsikan pelaksanaan pem belajaran seni karaw it an jaw a di SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an.
3. Untuk m endeskripsikan evaluasi kurikulum seni karaw it an jaw a di SDN Wonosidi II Tulakan Pacit an.
D. M anfaat Penelitian
1. M anfaat Teoretis
Hasil penelit ian ini diharapkan dapat m enam bah khasanah keilm uan dalam ilmu manajemen pendidikan, khususnya pengelolaan pembelajaran seni karaw it an jaw a di Sekolah Dasar.
2. M anfaat Prakt is
Hasil penelitian ini dapat memberikan m anfaat prakt is kepada.
a.
Kepala sekolah untuk m asukan dalam menentukan m et ode yangt epat dan m enarik dalam pembelajaran seni karaw it an jaw a pada sisw a Sekolah Dasar (SD).
b.
Sisw a dapat meningkat kan ket erampilan bermain Seni Karaw it anJaw a.
c.
Kom it e Sekolah mem aksimalkan kinerjanya dalam mendukung sisw aunt uk m em pelajari seni karaw it an jawa.
e.
Bagi Penelit i yang akan dat ang, dapat dijadikan sebagai referensiunt uk penelitian m engenai seni karaw it an jaw a.
E. Daftar Istilah
1. Pengelolaan m erupakan proses m elakukan kegiat an m elalui orang lain
yang m eliputi kegiat an perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi. 2. Kurikulum adalah adalah seperangkat rencana dan pengat uran m engenai
t ujuan, isi, t ambahan pelajaran sert a cara yang digunakan sebagai pedom an penyelenggaraan kegiat an pembelajaran unt uk m encapai t ujuan pendidikan t ert ent u.
3. Pembelajaran adalah kum pulan proses yang bersifat individual yang merubah st imuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjut nya dapat m enyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk
ingat an jangka panjang. Hasil belajar itu m emberikan kem ampuan kepada si belajar untuk m elakukan berbagai penampilan.
4. Seni karaw it an jaw a adalah musik tradisional jaw a yang berlaras non