• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN

DI KABUPATEN SRAGEN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

Oleh :

S U M A R N O

S 4209141

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

(4)

commit to user

(5)

commit to user integrated action among government and society, The aims of this research are : (1) to detect society self-supporting connection influence in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) towards poor family total, (2) to detect program fund connection influence PNPM MP towards poor family total, (3) to detect society self-supporting connection influence society and program fund PNPM MP towards poor family total at Sragen Regency.

The hypothesis proposed in this research are : (1) guessed there self-supporting magnitude influence society in program PNPM MP towards poor family total. (2) guessed there program fund influence PNPM MP towards poor family total. (3) guessed there self-supporting magnitude influence society and program fund PNPM MP towards poor family total at Sragen Regency.

Data that used in this watchfulness secondary data that is; society self-supporting fund, fund PNPM Mandiri Perdesaan and poor family total progress report at Sragen Regency year 2003-2010.

Data analysis to test hypothesis uses doubled linear regression.

Hypothesis test result is found that: (1) influential society self-supporting significant decreases or demote poor family total, thereby hypothesis 1 proved. (2) PNPM Mandiri Perdesaan increase, influential significant demote poor family total, hypothesis 2 proved. (3) society self-supporting and PNPM Mandiri Perdesaan influential demote poor family total, as according to hypothesis 3.

Based on data analysis is got conclusion that (1) influential society self-supporting fund total magnitude significant towards poor family total depreciation, (2) fund magnitude PNPM Mandiri Perdesaan influential significant towards poor family total, (3) society self supporting fund magnitude and PNPM Mandiri Perdesaan influential towards poor family total at Sragen Regency.

(6)

commit to user

Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, maka sangat diperlukan tindakan yang konprehensip dan terintegrasi antara pemerintah, dan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui pengaruh hubungan swadaya masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) terhadap jumlah keluarga miskin, (2) untuk mengetahui pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin, (3) untuk mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) diduga ada pengaruh besarnya swadaya mayarakat dalam program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin. (2) diduga ada pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin. (3) diduga ada pengaruh besarnya swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu ; Dana Swadaya Masyarakat, Dana PNPM Mandiri Perdesaan dan Laporan Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen tahun 2003–2010. Analisis data untuk menguji hipotesis menggunakan Regresi Linear Berganda. Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa : (1) swadaya masyarakat berpengaruh signifikan mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin, dengan demikian hipotesis 1 terbukti.(2)PNPM Mandiri Perdesaan Perdesaan meningkat, berpengaruh signifikan menurunkan jumlah keluarga miskin, hipotesis 2 terbukti. (3) swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh menurunkan jumlah keluarga miskin, sesuai dengan hipotesis 3.

Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa (1) besarnya jumlah dana swadaya masyarakat berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah keluarga miskin,(2) besarnya dana PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh signifikan terhadap jumlah keluarga miskin, (3) besarnya dana swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.

vi

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

v Masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang sedang giat membangun memerangi kemiskinan.

v Almamterku tercinta

v Istriku tercinta, Dwi Endang Warsiki, A.Md

v Anak-anakku tercinta :

(8)

commit to user

viii

MOTTO :

Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada orang lain.

Hidup hanya sekali, sekali hidup harus bermakna.

Tuhan tidak akan membebani umatnya, melainkan sesuai dengan

kemampuanya.

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...………... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

KATA PENGANTAR………. v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 7

C. Tujuan Penelitian………. 7

(10)

commit to user

x

1.Manfaat Teoristis ……… 8

2.Manfaat Praktis ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A . Pembangunan Partisipatif ………. 9

1. Pengertian Pembangunan ……… 9

2. Batasan Pembangunan Partisipatif ……….. ... 14

B. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perdesaan (PNPM-MP[)... 17

1. Visi dan Misi ………. 17

2. Tujuan……… 18

3. Prinsip Dasar PNPM MP……… 19

4. Ketentuan Dasar……… 21

5. Jenis-Jenis Kegiatan yang Di Danai PPNPM MP………… 22

6. Mekaniskme Usulan Kegiatan……… 23

7. Konsep Pemberdayaan,……… 24

C. Pandangan Teoristis Mengenai Kemiskinan... 26

1. Pengertian Kemisakinan... 30

(11)

commit to user

xi

3. Indikator Kemiskinan ...33

D. Penelitian Terdahulu ... 35

E. Kerangka Berpikir………...40

F. Hipotesis……… 41

BAB III METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian………. 43

B.Teknik Pengumpulan Data ……… 45

C.Definisi Operasional Variabel ……… 46

D.Teknik Analisis Data ……… 52

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Sragen 52

1.Kondisi Geografis... 52

a. Letak geografis... 52

b. Sumber Daya Alam... 53

1). Iklim dan Suhu Udara... 53

2).Keadaan Alam... 53

c. Luas Wilayah... 54

(12)

commit to user

xii

3.Kemajuan Pembangunan di Kabuptaen Sragen... 60

4. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Sragen... ... 63

B. Hasil Analisis Data ... 34

1.Analisis Regresi Lineasr Berganda... 67

2.Pengujian Asuimsi Klasik... 69

a. Uji Multikollinearitas... 69

b. Uji Heteroskedastisitas... 71

c. Uji Autokorelasi... 73

3.Uji Statistik ... 74

a. Uji F ... 74

b. Koefisienj Deterrminasi... 76

c. Uji t (Uji Variabel secara Individu)... 77

4.Uji Hipotesis... 78

5. Analisis Hasil Regresi... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

(13)

commit to user

xiii DAFTAR PUSTAKA

(14)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa lalu, program-program pembangunan banyak diturunkan

“dari atas” yang sifat top down dan masyarakat tinggal melaksanakan.

Program itu direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa

melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran

program tersebut. Kita menyadari bahwa perencanaan program semestinya

dimulai dengan suatu “penjajagan kebutuhan” (need assessment) masyarakat,

namun hal itu sering dilaksanakan hanya berdasarkan suatu survei (penelitian

konvensional) yang dilakukan oleh petugas lembaga, atau oleh ahli-ahli dari

lembaga penelitian tertentu.

Dengan dilaksanakannya otonomi daerah maka program-program

pembangunan bersifat bottom up, oleh karena itu model pembangunan

partisipatif mengutamakan pembangunan yang dilakukan dan dikelola

langsung oleh masyarakat lokal. Model yang demikian itu menekankan pada

upaya pembangunan kapasitas masyarakat dalam bentuk pemberdayaan

masyarakat (Sumodiningrat, 1999). Dapat dikemukakan bahwa suatu proyek

atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipatif

apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan.,

sehingga masyarakat setempat yang tidak hanya menyelenggarakan proyek

atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan

(15)

commit to user

mendorong masyarakat untuk mengarahkan segala kemampuan dan potensinya

demi keberhasilan proyek atau program tersebut.

Untuk itu, diperlukan terobosan baru dalam pola perencanaan dan pola

pembangunan, guna mempercepat proses pengentasan kemiskinan di

Indonesia. Perencanaan pembangunan partisipatif yang melibatkan seluruh

stakeholders pembangunan diharapkan dapat memecahkan permasalahan

proses perencanaan penanggulangan seperti tersebut diatas. Proses perencanaan

pembangunan partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang

mendasari pada kebutuhan masyarakat setempat serta didukung peranserta aktif

dari masyarakat dari awal pengidentifikasian masalah hingga tersusunnya

dokumen perencanaan pembangunan.

Pembangunan akan tepat sasaran, tepat waktu, berdayaguna dan berhasil

guna apabila perencanaannya benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat,

serta adanya peran aktif masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan

pelaksnaan pembangunan. Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku

atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang – orang,

organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta

apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan

dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraannya.

Melalui kadar partisipasi dan peran aktif masyarakat yang tinggi,

penguatan masyarakat sasaran program dapat terwujud. Menguatnya

kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatakan taraf hidupnya, adalah

(16)

commit to user

Penguatan masyarakat tersebut dapat dilihat dari: (1) dimensi pemberdayaan

masyarakat miskin, (2) dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat miskin,

dan (3) dimensi perekonomian rakyat. Dimensi pemberdayaan masyarakat

perlu diarahkan terutama dalam rangka pengembangan kegiatan sosial

ekonominya. Dimensi kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui azas

gotong royong, keswadayaan dan partisipasi. Dimensi perekonomian rakyat

dapat ditandai oleh tersedianya dana untuk modal usaha guna dikembangkan

oleh masyarakat miskin itu sendiri.

.Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama oleh negara-negara yang

sedang berkembang memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan

masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensional, yang berkaitan

dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya (Sumodiningrat,

1998: 26). Sementara itu, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tetap sama,

walaupun pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubahan

kepemimpinan, yaitu makin tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Hal ini

karena dalam mengatasi masalah kemiskianan masih terdapat beberapa

masalah, antaralain; (1) Koordinasi masih lemah, terutama dalam hal:

pendataan, pendanaan dan kelembagaan; (2) Lemahnya koordinasi antar

program-program penanggulangan kemiskinan antara instansi pemerintah

pusat dan daerah; (3) Lemahnya integrasi program pada tahap perencanaan,

sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan, dan sinergi antar pelaku

(pemerintah, dunia usaha, masyarakat madani); (4) Belum optimalnya

(17)

commit to user

bermitra dan bekerjasama dalam penanggulangan kemiskinan serta penciptaan

lapangankerja. Keadaan ini menjadikan usaha penanggulangan tersebut

menjadi tidak tepat sasaran (Suparlan, 1993).

Menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan

berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai

sektor. Kebijakan pengentasan atau penanggulangan kemiskinan menurut

Sumodiningrat (1998: 46-47) dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu

kebijakan tidak langsung, kebijakan yang langsung.. kebijakan tak langsung

meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi,

sosial, dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk; (3) melestarikan

lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui

kegiatan pelatihan. Kegiatan yang langsung mencakup: (1) pengembangan

data dasar (data base) dalam penentuan kelompok sasaran (targeting); (2)

penyedeiaan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan

pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program pembangunan

wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan.

Pilihan strategi dalam menanggulangi masalah kemiskinan harus dapat

memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian

nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian

sumber daya, penguatan kelebagaan, pemberdayaan sumber daya manusia

Sumodiningrat,1998). Program-program yang dipilih harus berpihak dan

memberdayakan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan

(18)

commit to user

strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat

miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi

masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan,

sehingga mereka mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya.

Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin.

Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus

terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok,

artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang

diahadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses

pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu

didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator,

komunikator dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat

tercapainya kemandirian (Soegijoko dkk, 1997: 179). Arah baru strategi

pembangunan diwujudkan dalam bentuk : (1) upaya pemihakan kepada yang

lemah dan pemberdayaan masyarakat, (2) pemantapan otonomi dan

desentralisasi, dan (3) modernisasi melalui penajaman arah perubahan

struktur sosial ekonomi masyarakat (Sumodiningrat, 1999: 82).

Penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada

penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas

mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu. Setiap upaya penanggulangan

kemiskinan yang mengabaikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung

tidak efektif, tetapi pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka (Baswir,

(19)

commit to user

membutuhkan kerja sama semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.

Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan kemiskinan

yang salah satunya merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM), yang dirumuskan kembali upaya penanggulangan

kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi hingga pelestarian hasil-hasilnya.

Didalam pelaksanaannya masyarakat yang mampu berpartisipasi tenaga dan

dana secara swadaaya, sedangkan yang kategori keluarga miskin mendapat

manfaat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan tersebut baik langsung

maupun tidak langsung.

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan

penanggulan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat,

meliputi : penyediaan dan perbaikan prasaranai, pendidikan, kesehatan,

peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal serta kegiatan

ekonomi produktif kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dialokasikan

dana bergulir secara kelompok tanpa agunan untuk mengembangkan

kegiatan ekonomi masyarakat khususnya keluarga miskin, hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah prosedur dan mempercepat akses

permodalan kegiatan ekonomi produktif masyarakat khususnya keluarga

miskin, yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat, sehingga upaya-upaya penanggulangan dan pengentasan

(20)

commit to user B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dalam program PNPM MP

terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga

miskin di Kabupaten Sragen ?

3. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP

terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dalam program

PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?

2. Mengetahui pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap

jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?

3. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program

(21)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoristis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai

pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya khasanah

keilmuan tentang pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana

program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten

Sragen.

2. Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten

Sragen dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan.di

(22)

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Partisipatif

1. Pengertian Pembangunan

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua

paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995,

Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi

mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan

perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang

menunjang proses perubahan. Menurut Tikson (2005) membaginya

kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,

keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma

tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian

pembangunan.

Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling

menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin

ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Dalam hal ini,

pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk

menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap

warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling

manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,2004). Tema pertama

(23)

commit to user

adalah koordinasi yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan

perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua

adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini

dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada

keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya

menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya

yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema

ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti

pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan

pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan

definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah

pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang

lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan

Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa

pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi

dan Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan

sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan

yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara

dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa

(24)

commit to user

lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang

lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan

adanya pemikiran yang mengidentikkan pembangunan dengan

perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi,

bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut

didasarkan pada aspek perubahan (change), dimana pembangunan,

perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan

mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut

mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing

mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip

kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk

yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang

mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,

pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya

Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk

memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Tikson

(2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai

transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui

kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi

dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan

(25)

commit to user

sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.

Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan

berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan

modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui

pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses

terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan,

perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses

pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering

dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan

nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut

masyarakat, seperti perubahan dari spiritualisme ke materialisme atau

sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan

materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan

rasional.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek

kehidupan masyarakat yaitu, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang

berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro

(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya

kemajuan dan atau perbaikan (progress), pertumbuhan dan

diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,

pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui

(26)

commit to user

perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya

pem-bangunan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan

ma-syarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang

modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan

industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi

diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang

meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan

sebagainya.

Secara sederhana pembangunan merupakan proses usaha sadar untuk

melakukan sesuatu perubahan-perubahan yang lebih baik dari satu kondisi

kepada kondisi lain yang lebih bermakna. Dalam arti pembangunan harus

dilaksanakan dengan sengaja dan terencana serta memperhatikan nilai–

nilai universal, yang dapat diterima dan dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat. Menurut Todaro (1998 : 19) bahwa, Pembangunan harus

dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta

pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini Todaro lebih menitik beratkan

kepada pemerataan dan penanggulangan kemiskinan atau pengentasan

(27)

commit to user

pembangunan haruslah dirasakan oleh semua kalangan tidak saja kalangan

atas namun juga mereka yang ada dikalangan bawah

2. Batasan Pembangunan Partisipatif

Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang perencanaannya

bertujuan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya

melibatkan masyarakat (baik langsung maupun tidak langsung).

Melibatkan masyarakat secara langsung akan membawa tiga dampak

penting (Muflich, 2008 : 12 ) yaitu :

a. Terhidar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat akan

memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat.

b. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin

banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik.

c. Meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat.

Perencanaan pembangunan partisipatif akan berjalan dengan baik

apabila prakondisi yang diperlukan dapat terpenuhi. Setidaknya ada enam

prinsip dasar dalam perencanaan partisipatif (Muflich, 2008 : 17), yaitu :

a. Saling percaya.

Diantara semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan

harus saling percaya, saling mengenal dan dapat bekerjasama. Untuk

menumbuhkan rasa saling percaya dituntut adanya kejujuran dan

keterbukaan.

(28)

commit to user

Prinsip kesetaraan dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam

penyusunan perencanaan dapat berbicara dan mengemukakan

pendapatnya, tanpa adanya perasaan tertekan (Bahasa Jawa; rikuh atau

ewuh-pekewuh).

c. Demokratis.

Prinsip demokrasi menuntut adanya proses pengambilan keputusan

yang merupakan kesepakatan bersama, bukan meripakan rekayasa

kelompok tertentu.

d. Nyata.

Perencanaan hendaknya didasarkan pada segala sesuatu masalah atau

kebutuhan yang nyata, bukan berdasarkan sesuatu yang belum jelas

keberadaanya atau kepalsuan (fiktif).

e. Taat asas dalam berpikir.

Prinsip ini menghendaki dalam penyusunan perencanaan harus

menggunakan cara berpikir obyektif, runtut dan mantap.

f. Terfokus pada kepentingan warga masyarakat.

Perencanaan pembangunan hendaknya disusun berdasarkan

permasalahan dan kebutuhan yang dekat dengan kehidupan masyarakat.

Perencanaan yang berdasarkan pada masalah dan kebutuhan nyata

masyarakat, akan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat.

Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan melalui

serangkaian forum musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur pelaku

(29)

commit to user

meliputi elemen-elemen warga masyarakat, lembaga-lembaga

kemasyarakatan desa, aparatur pemerintah desa, aparatur pemerintah

kabupaten (khususnya SKPD terkait), LSM dan institusi lain yang

terkait. Proses penyusunan perencanaan pembangunan seperti inilah

yang dimaksudkan sebagai perencanaan pembangunan partisipatif.

Penyusunan perencanaan pembanguan harus berdasarkan data dan

informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya,

rencana pembangunan desa itu harus disusun berdasarkan potensi dan

kenyataan yang ada di desa, baik itu berupa masalah maupun potensi

yang dimiliki desa. Dengan demikian, perencanaan pembangunan desa

yang tersusun dapat sesuai dengan kebutuhan pembangunan, bukan

sekedar daftar keinginan yang jauh dari kenyataan dan kemampuan

untuk mewujudkannya.

Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang

disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program.

Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan.

Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana,

maupun material pada saat kegiatan atas dasar sukarela. Orientasi setiap

pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan dari

masyarakat atau desa. Swadaya masyarakat bisa diwujudkan dengan

menyumbangkan tenaga, dana (tidak boleh dipotong dari kompensasi

(30)

commit to user

khusunya keluarga miskin), maupun material pada saat pelaksanaan

kegiatan. Sekalipun dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat,

tetapi diutamakan swadaya bukan berasal dari RTM. Tenaga kerja yang

diperhitungkan dengan kompensasi HOK diutamakan dari RTM, dengan

mempertimbangkan penyerapan maksimal jumlah RTM yang ada.

Kompensasi HOK bagi tenaga kerja RTM tidak boleh diminta untuk

berkontribusi swadaya, karena kompensasi ini ditujukan untuk

meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM

Mandiri Perdesaan.

B. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).

PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM

Mandiri Perdesaan merupakan kelanjutan Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Di antara keberhasilan

PPK adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok

rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, dan keberhasilannya

menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.

1. Visi dan misi

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

(31)

commit to user

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu

mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di

lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya,

serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah

kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:

a. peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;

b. pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

c. pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;

d. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar

dan ekonomi masyarakat;

e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

2. Tujuan

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan

dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan

pengelolaan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi :

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan eputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan,

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

(32)

commit to user

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif,

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat,

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir,

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar

Desa dalam pengelolaan pembangunan.

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam

upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

3. Prinsip Dasar

Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan

mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan

atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang

akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri

Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong

terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu

meliputi :

a. Otonomi.

Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan

kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab,

tanpa intervensi negatif dari luar.

(33)

commit to user

Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih

luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan

sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan

pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.

c. Berorientasi pada masyarakat miskin.

Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala

keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.

d. Partisipasi.

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif

dalam setiap tahapan proses, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan dengan

memberikan tenaga, pikiran, dana, waktu maupun barang.

e. Kesetaraan dan keadilan gender.

Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender adalah masyarakat

baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya

di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati manfaat kegiatan

pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran

kedudukan pada saat situasi konflik.

f. Demokratis.

Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil

keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat.

(34)

commit to user

Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah masyarakat

memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan

keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara

terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis,

legal, maupun administratif.

h. Prioritas.

Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang

diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan

kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.

i. Keberlanjutan.

Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap

pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan

harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.

j. Bertumpu pada pembangunan manusia.

Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah

masyarakat lebih memilih kegiatan yang berdampak langsung

terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik

semata.

4. Ketentuan Dasar

Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan

ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan

(35)

commit to user

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar

meliputi :

a. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan

berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan. Untuk

dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya

kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan

pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan

kader-kader desa yang bertugas secara sukarela.

b. Kriteria dan Jenis Kegiatan

Baik pada desa tertinggal maupun desa normal kriteria dan jenis

kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat diperlakukan sama.

Kegiatan yang akan dibeayai melalui dana BLM diutamakan untuk

kegiatan yang memenuhi kriteria :

1) Diutamakan lokasi desa tertinggal,

2) Lebih bermanfaat bagi RTM,

3) Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan,

4) Dapat dikerjakan oleh masyarakat,

5) Didukung oleh sumber daya yang ada,

(36)

commit to user

5. Jenis-jenis kegiatan yang dibeayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang

dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM,

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan,

termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat

(pendidikan nonformal),

c. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi

terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi

berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal),

d. Penambahan modal Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP).

6. Mekanisme Usulan Kegiatan PNPM

Untuk memanfaatkan dana BLM, setiap desa boleh mengajukan

paling banyak 3 (tiga) usulan di mana tiap usulan terdiri atas 1 (satu)

jenis kegiatan/paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan.

Usulan tersebut didasarkan pada usulan atau prioritas kebutuhan khusus

kelompok perempuan, kelompok laki-laki dan atau kebutuhan kelompok

campuran antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Tiga

usulan dimaksud adalah :

1. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan

kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau

peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang

(37)

commit to user

2. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP)

yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi

dana untuk kegiatan SPP sampai dengan 25% dari BLM.

3. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas

hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan

kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh

musyawarah desa perencanaan. Maksimal nilai satu usulan kegiatan

yang dapat didanai adalah sebesar Rp 350 juta. Usulan kegiatan

pendidikan atau kesehatan mempertimbangkan rencana induk dari

instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten.

7. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan secara teoritik dianggap sebagai pendekatan yang

situsional. Pemberdayaan dapat berarti sebagai suatu proses, suatu

mekanisme dimana individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli

akan masalah yang mereka hadapi. Teori pemberdayaan mengasumsikan

bahwa (1) pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk orang yang

berbeda; (2) pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk konteks yang

berbeda; (3) pemberdayaan akan berfluktuasi atau berubah sejalan

dengan waktu. Seseorang dapat merasa terberdayakan pada waktu yang

lain, bergantung pada kondisi yang mereka hadapi pada suatu waktu.

Para akademisi teori pemberdayaan menyatakan bahwa konsep

(38)

commit to user

organisasi dan masyarakat, namun juga bagi individu itu sendiri (Fred,

1998).

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep

mengenai kekuasaan.

Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk

membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari

keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan adalah sebuah proses

dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam,

berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap

kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan,

pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya

(Parsons, 1994:106).

Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi,

dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)

kehidupannya (Rappaport,1984:3). Pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a)

memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan

mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh

(39)

commit to user

proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi

mereka.

Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan

bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan . sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun

sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

C. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama

diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat

dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10)

kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara

dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu

memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi

kebutuhannya. Dalam panduan PNPM (2008: 26) bahwa kemiskinan adalah

(40)

commit to user

miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada

padanya.

Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima

keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam

lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,

lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya

modal yang dimiliki berpartisipasi dalam pembangunan. Mengamati secara

mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai

tipologi dan dimensi kemiskinan karena, kemiskinan itu sendiri

multikompleks, dinamis dan berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat

dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut pandang.

Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat

pendapatan yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan dasarnya

sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki

pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah

dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan

kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis.

Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya

bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu yang terjadi pada mereka yang

kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina (Aisyah, 2001: 151). Penyebab

kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut :

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

(41)

commit to user

timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah

yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia

karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas

juga rendah, upahnyapun rendah.

3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan

kemiskinan (the vicious circle of proverty) lihat gambar 1.1, adanya

keterbelakangan, ketidak sepurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan

rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan

rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan

berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi

akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang

dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000:7) yang mengemukakan

bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor). Untuk lebih jelas logika berfikir seperti yang

dikemukakan Nurkse dapat dilihat pada gambar 1.1 :

(42)

commit to user

Menurut Bayo (1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa

ada lima ’ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau keluarga

miskin yaitu sebagai berikut :

1. Kemiskinan (proverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut : rumah mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah,

perlengkapan yang sangat minim, ekonomi keluarga ditandai dengan

ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan yang tidak menentu.

2. Masalah kerentanan (vulnerability) kerentanan ini dapat dilihat dari

ketidak mampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat.

Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu

dapat lenyap ketika penyakit menghampiri keluarga mereka yang

membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar.

3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidak berdayaan kelompok miskin

tercermin dalam ketidak mampuan mereka dalam menghadapi elit dan

para birokrasi dalam menentukan keputusan yang menyangkut

(43)

commit to user

4. Lemahnya ketahan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik

kualitas maupun kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat

rendah yang berakibat pada rendahnya produktivitas mereka;

5. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari

kantong-kantong kemiskinan yang sulit dijangkau sedang keterisolasian social

tercermin dari ketertutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan

masyarakat yang lebih luas.

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memnuhi

kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis

nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non

makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas

kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah

rupiah yang diperlukan oleh stiap individu untuk dapat membayar

kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan

kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,

kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya

(BPS dan Depsos, 2002:4).

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan

dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan no

material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi

(44)

commit to user

buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan masyarakat (Suharto

dkk, dalam SMERU, 2004). Fakir miskin adalah orang yang sama

sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok

yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber

mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak

bagi kemanusiaan (Depsos, 2001).

Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk

mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial

meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat

produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c)

organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai

kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d)

jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e)

pengetahuan dan ketrampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk

kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004:6).

2. Dimensi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. David

Cox (2004:1-6) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi :

a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.

Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang

umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara

berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan

(45)

commit to user

b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.

Kemiskinan substain (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan),

kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan

dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan

yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan

perkotaan).

c. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan,

anak-anak, dan kelompok minoritas.

d. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskian yang terjadi akibat adanya

kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin,

sperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya

jumlah penduduk.

Kemiskinan memiliki berbagai dimensi (Suharto dkk, dalam

SMERU, 2004) :

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,

sandang, dan papan.

b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya

(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun

(46)

commit to user

e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber

alam.

f. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian

yang berkesinambungan

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun

mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidak beruntungan sosial (anak terlantar,

wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin,

kelompok marjinil dan terpencil). (Suharto, dkk, 2004:7-8).

3. Indikator Kemiskinan

BPS (2002) melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan

menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana variabel ini memiliki

hubungan yang sangat erat denga kemampuan memenuhi kebutuhan

kalori dan kebutuhan dasar non makanan. Adapun variabel-variabel

yang dimaksud adalah :

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m2 per orang.

b. Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu

berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

d. Tidak mempunyai fasilitas buang air besar.

(47)

commit to user

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak

terlindung/sungai/air hujan.

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/arang/minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam satu

minggu.

i. Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu tahun.

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali sehari

k. Bila sakit Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di

Puskesmas/poliklinik.

l. Sumber penghasilan rumah tangga adalah petani : dengan luas lahan

< 0,5 ha, buruh tani bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000.00 perbulan.

m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak

tamat SD atau hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan /barang yang mudah dijual dengan nilai

minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit/non kredit),

emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jadi menurut standart ukuran dari indikator yang telah

ditetapkan Biro Pusat Statistik (BPS) dan telah di adopsi banyak/

masing-masing pemerintah kabupaten maupun kota dan khususnya

Pemerintah Kabupaten Sragen, maka untuk menentukan individu atau

(48)

commit to user

a Keluarga yang hanya memenuhi 9 indikator atau kurang

dikategorikan keluarga hampir miskin..

b. Keluarga yang memenuhi 10 sampai dengan 12 indikator ,

dikategorikan keluarga miskin

c Keluarga yang memenuhi 12 atau lebih indikator kemiskian

dikategorikan keluarga sangat miskin.

D. Penelitian Terdahulu

Hasil penelititan Coate, Handmer and Wei (2006), yang

mengeksplorasi peranan LSM dalam memfasilitasi pemulihan ekonomi

akibat tsunami yang meluluhlantakkan daerah-daerah di selatan Thailand.

Hal ini termasuk LSM Internasional yang besar maupun kecil berbasis

masyarakat atau LSM Lokal dan bagaimana organisasi-organsisasi ini

terlibat dalam satu sama lain termasuk dengan pemerintah denga tujuan

untuk membantu pemulihan masyarakat setempat. Secara khusus, fokus

penelitian dititikberatkan pada bagaimana LSM dapat membantu

penduduk setempat, terutama mereka yang terlibat dalam sektor informal

dalam membangun kembali mata pencaharian di daerah yang telah hancur

oleh bencana alam.

Mengingat bahwa di Thailand hanya sekitar 70 persen dari penduduk

bekerja di sektor ekonomi informal, salah satu penemuan yang penting

(49)

commit to user

mengarahkan para pembuat kebijakan strategi pemulihan untuk

mencerminkan langkah-langkah yang secara luas mendukung sektor

informal di berbagai industri termasuk pariwisata dan perikanan, dan yang

akan memberikan dasar mata pencaharian ekonomi bagi sebagian besar

penduduk Thailand yang terkena bencana. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa strategi pemulihan harus terlibat dengan dan

langsung melibatkan masyakat untuk memastikan pemulihan ekonomi

jangka panjang yang mampu membangun ketahanan lokal dan

menyediakan dukungan mata pencaharian dasar bagi keberlanjutan masa

depan penduduk setempat.

Hasil penelitian Ullah, and Jayant K, (2007), yang menganalisis

situasi kemiskinan dan upaya pengentasan kemiskinan dari LSM di dua

desa di distrik Barisal menemukan bahwa kondisi ekonomi masyarakat

miskin di wilayah studi belum membaik banyak dilihat dari beberapa

indikator yang dipilih, yaitu pendapatan, makanan dan pengeluaran non

pangan, produktif dan non-asset produktif, ketahanan pangan, dan

penciptaan lapangan kerja. The Foster Greer Thorbecke indeks

menunjukkan bahwa mayoritas LSM penerima manfaat tetap di bawah

garis kemiskinan dari segi pendapatan dan mayoritas dari mereka tetap di

bawah garis setengah pengangguran (kurang dari 260 hari kerja dalam satu

tahun). Analisis regresi menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga

ditentukan oleh ukuran pemilikan tanah, tenaga kerja keluarga, jumlah

(50)

commit to user

Basu (2007) telah mencoba membandingkan strategi pembangunan

dan prestasi dari India dan China dalam 50 tahun terakhir dan untuk

menganalisis tantangan tergeletak di depan jika tren ini terus berlanjut.

Transformasi ekonomi yang pesat di India dan Cina dalam beberapa tahun

terakhir telah mengubah mereka menjadi dua dunia yang paling kuat dan

eye-catching entitas ekonomi. Prospek mereka kemungkinan kerja sama

dan persaingan yang sedang dibahas oleh para akademisi, wartawan, pakar

dan politisi. Analis percaya kedua negara telah banyak memberikan

kontribusi bagi ekonomi dunia saat mereka bergerak maju. Meskipun dua

raksasa ekonomi memiliki potensi untuk mendominasi pemandangan

ekonomi global di abad saat ini, ada beberapa tantangan dalam proses

mengubah potensi menjadi kenyataan Basu (2007).

Dua ekonomi yang paling padat penduduknya di dunia memiliki

lebih banyak perbedaan daripada kemiripan dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Sebagian besar kesamaan yang umum untuk orang-orang yang

padat penduduknya dan negara berkembang pada umumnya. Tapi mereka

sistem ekonomi yang berbeda di masa lalu dan ang seharusnya secara

signifikan mempengaruhi prestasi ekonomi mereka di mas depan. Dengan

sosio ekonomi yang berbeda set-up politik Cina dan India mengikuti

pendekatan pembangunan yang berbeda sejauh ini. Tidak mungkin untuk

mengomentari keunggulan satu sama lain, seperti latar belakang mereka

berbeda. Hal ini tentu menguntungkan bagi kedua ekonomi untuk bekerja

(51)

commit to user

India mungkin akan membuat ekonomi perdagangan dan potensi ekspor

tetangga mereka di Asia yang dapat menemukan kedua negara menjadi

pasar menguntungkan buka saingan (Baswir, 2007).

Hasil penelitiannya berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi

sejauh ini dengan direformasi dan perekonomian berbuka, Indonesia dapat

belajr beberapa hal dari Cina. Cina telah mencapai hasil yang lebih baik

berdasarkan investasi berbasis kebijakan yang berorientasi ekspor yang

mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Sejauh ini

mengabaikan isu-isu sosial-politik, yang dapat memiliki konsekuensi yang

sangat serius di masa depan. Relatif lebih lambat pertumbuhan ekonomi di

India didasarkan pada yayasan sosio-ekonomi yang lebih kuat. Kerjasama

ekonomi yang saling menguntungkan antara kedua ekonomi dan

menigkatnya saling ketergantungan dengan kekuaran regional dan global

akan memberikan masa depan yang lebih baik. Meningkatnya raksasa di

Asia mungkin tantangan dunia yang ada dominasi oleh komunitas Atlantik

di tahun-tahun mendatang. Meskipun Cina dan India dianggap sebagai

produsen dan konsumen kebanyakan ekonomi, masing-masing keduanya

mengembangkan daerah mereka kurang. Dengan pasar domestik yang

besar dan kelimpahan tenaga kerja terampil bangsa-bangsa memiliki

potensi untuk menimbulkan tantangan serius bagi perekonomian global.

Tapi mereka tidak perlu kerjasama dan kompetisi di antara mereka sendiri,

yang memungkinkan mereka untuk bersaing lebih efektif dengan negara

(52)

commit to user

Setelah periode panjang ketidakpedulian, awal postif telah dimulai

oleh dua ekonomi baru-baru ini untuk membuka bidang kerjasama

ekonomi. Pengetahuan industri berbasis muncul sebagai fokus bisnis dunia

untuk abad ini, dan India dan Cina dapat memiliki cakupan yang luar biasa

saling mendukung satu sama lain dalam bidang tertentu ini.

Pertumbuhan yang kuat di India kegiatan perangkat lunak dapat

menyesuaikan hardware sangat baik dengan fasilitas produksi di Cina.

Berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi sejauh ini dengan

direformasi dan perekonomian terbuka , Indonesia dapat belajar beberapa

hal dari Cina . Cina sejauh ini telah berhasil perekonomian sangat baik dan

dimanfaatkan sumber daya dan keterampilan dengan cara terbaik. Ini telah

mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan didorong investasi-kebijakan

yang berorientasi ekspor yang mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka

panjang. Tetapi telah mengabaikan isu-isu soisal politik dan yang dapat

memiliki konsekwensi yang sangat serius dalam proses perkembangan

ekonomi di masa depan. India memiliki kekuatan dalam bidang yang

tertentu ini. Yang relatif lebih lambat laju pertumbuhan kuat didasarkan

pada yayasan sosial ekonomi . pada istilah saling menguntungkan,

pembangunan dapat diikatkan di kedua ekonomi dan mereka dapat

menjadi benar powerhouses ekonomi dalam hal kapasitas manufaktur dan

konsumsi Baso (2007).

Shillabeer (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa selama

(53)

commit to user

penanggulangan strategi kemiskinan telah menurun. Paling banyak alasan

untuk hal ini adalah kendala keuangan sebagai akibat penurunan

pendapatan masyarakat pedesaan meski kehadiran MDGs besar

manfaatnya di negara itu. Dalam rangka mengatasi kelangkaan uang tunai

banyak menggunakan pinjaman dari berbagai sumber, yang telah menjadi

efektif satu strategi penanggulangan kemisinan yang paling penting

digunakan.

E. Kerangka Berpikir

Mengacu dari berbagai teori seperti yang talah dikemukakan di atas

dan didukung hasil penelitian terdahulu maka dapat dimengerti bahwa

berbagai program pembangunan khususnya Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MP yang didukung

partisipasi masyarakat baik sumber pendanaan dan tenaga bagi keluarga

yang mampu serta keluarga miskin yang menerima manfaat langsung,

demikian juga baik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan bahkan

menjaga kelestarian dan keberlangsungan hasil-hasil program

pembangunan yang semuanya bertumpu pada pemberdayaan masyarakat,

sehinggga masyarakat merasa sebagai obyek dan subyek pembangunan,

diyakini mampu menanggulangi dan mengentaskan kemiskinan.

Oleh karena itu, secara skematis model analisis yang akan dilakukan

dalam mengkaji faktor yang mempengaruhi (independent variable) yaitu

(54)

commit to user

terpengaruh (dependent Variable) yaitu jumlah keluarga miskin dalam

periode tertentu setelah adanya pelaksanaan program sebagai berikut :

Gambar 2. 2 Skema Kerangka Pemikiran

Dari skema di atas maka dapat diasumsikan bahwa Program Nasional

Pemberdayan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM MP yang didukung

Partisipasi Masyarakat baik berupa swadaya dana maupun tenaga bagi

keluarga yang mampu sebagai independent variabel dan keluarga miskin

yang menerima manfaat langsung sebagai dependent variabel diduga

mempunyai pengaruh terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten

Sragen.

F. Hipotesis

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat

miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dan partisipasi dalam

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan (Muflich, 2008 : 1).

Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang

disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Jumlah Keluarga

Miskin Swadaya

Masyarakat

(55)

commit to user

Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan

dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat kegiatan

(Muflich, 2008 : 7). Hipotesis masih bersifat sementara dan harus diuji

kebenarannya melalui penenelitian dan penganalisisan data.

Dalam penulisan ini, dikemukakan hipotesis bahwa:

1. Diduga ada pengaruh negatif besarnya swadaya mayarakat dalam

program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten

Sragen.

2. Diduga ada pengaruh negatif dana program PNPM MP secara parsial

terhadap terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.

3. Diduga ada pengaruh negatif besarnya swadaya mayarakat dan dana

program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten

(56)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Suatu hal yang sangat penting dalam penelitian adalah menentukan

waktu dan lokasi penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini

berlangsung selama satu bulan yakni bulan Pebruari tahun 2011. Lokasi

penelitian yang dipilih Kabupaten Sragen. Penelitian sebagai studi literatur

yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Partisipasi Masyarakat yang

diwujudkan dengan besarnya swadaya baik uang, material maupun tenaga

kerja dan besarnya dana PNPM-MP yang diterima langsung oleh

masyarakat terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen tahun

2003 – 2010.

Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian menerangkan

(explanatory research) dan penelitian deskriptif (deskriptif research).

Penelitian yang bersifat menerangkan adalah penelitian yang menyangkut

pengujian hipotesis. Penelitian semacam ini, dalam deskripsinya juga

mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak pada analisis

hubungan antara variabel (Hadari, 1998). Penelitian deskriptif memberikan

gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau

aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti. Pokok-pokok

pikiran yang ada didasarkan pada teori,. penggalian data, dan referensi dari

berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dilakukan

penelitian.

Gambar

Gambar 1.1.  Lingkaran Setan Kemiskinan
Gambar  2. 2  Skema Kerangka Pemikiran
gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau
Gambar 3. 5.  commit to user Autokorelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Aku harus merawat kerbau ini dengan baik apabila Si Boke datang suatu kali kepadaku dia tidak akan kecewa karena aku merawat kerbau ini dengan baik,” pikir sang guru.. Kerbau itu

Koefisien regresi variabel iklim komunikasi (β3= 0,390) memberikan makna bahwa pada kondisi ceteris paribus , jika skor rata-rata luas lahan meningkat sebesar

31 participants and 3 observers came from different universities, High Schools, and Institutes located in different cities in Indonesia, Jakarta, Yogjakarta, Bandung,

Maluku Utara (2012) SD-B merupakan sekolah yang berada di selatan Kota Ternate yang diharapkan dapat mengembangkan sekolahnya karena berada disekitar

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan

Seperti penelitian Andri yanto ( 2013) Pengaruh current ratio (CR), debt to equity ratio (DER) dan net profit margin (NPM) terhadap Return On Asset (ROA)

Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur, serta mempelajari cara kerja dan sekaligus cara-cara merencanakan dan membuat peralatan tersebut. Perencanaan peralatan