• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI : Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI : Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP

PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Disusun Oleh: ZULFIKAR IKHSAN

0704062

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

Oleh

Zulfikar Ikhsan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

© Zulfikar Ikhsan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : ZULFIKAR IKHSAN NIM : 0704062

JUDUL : MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Drs. Dudung Hasanudin Ch NIP. 196003151987031002

Pembimbing II

Sagitarius M.Pd. NIP. 196911132001121001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

(4)

ABSTRAK

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya)

Pembimbing :

1. Drs.Dudung Hasanudin Ch 2. Sagitarius M.Pd

Zulfikar Ikhsan*

Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler Beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya untuk siswa putri adalah agar perempuan memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dijadikan bekal untuk membela diri, mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap prestasi itu sendiri. Beragam motif dan persepsi yang dimiliki para siswa membuat partisipasi dalam kegiatan belum maksimal.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motif dan persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate serta hubungannya terhadap partisipasi siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh artinya seluruh populasi penelitian dijadikan sampel sebanyak 18 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi terkait dengan keinginan berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate lebih rendah dibandingkan dengan motif affiliasi dan kekuasaan. Tingkat persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate berada pada tingkat positif tinggi. Secara umum partisipasi siswa secara keseluruhan berada pada tingkat tinggi. Motif dan persepsi memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan F hitung (nilai F hitung (13.821) > dari F tabel (3.55). Hubungan kedua variabel yaitu motif dan persepsi terhadap partisipasi adalah 64,8 % dan sisanya sebesar 35,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

Sebaiknya dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis mengenai motif dan persepsi.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ...i

KATA PENGANTAR ... ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ...iii

DAFTAR ISI ... ...vi

DAFTAR TABEL ... ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ...x

BAB I PENDAHULUAN ... ...1

A. Latar Belakang Masalah ... ...1

B. Rumusan Masalah. ... ...7

C. Tujuan Penelitian ... ...7

D. Definisi Operasional ... ...8

E. Manfaat Penelitian ... ...10

F. Batasan Masalah ... ...11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... ...12

A. Motif ... ...12

B. Persepsi ... ...19

C. Partisipasi ... ...22

1. Ciri-Ciri Partisipasi ... ...22

2. Jenis-Jenis Partisipasi ... ...24

3. Pentingnya Partisipasi ... ...25

(6)

1. Kegiatan Ekstrakurikuler ... ...29

2. Karate ... ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ...34

A. Metode Penelitian ... ...34

B. Populasi dan Sampel ... ...35

C. Desain Penelitian ... ...36

D. Prosedur Penelitian ... ...36

E. Sumber Data Penelitian ... ...37

F. Instrument Penelitian ... ...38

G. Operasional Variabel Penelitian ... ...43

H. Teknik Analisis Data ... ...44

I. Hipotesis Statistik ... ...49

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... ...50

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... ...50

B. Uji Statistik ... ...70

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ...76

A. Kesimpulan ... ...76

B. Saran ... ...77

DAFTAR PUSTAKA...77

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 79

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia.

Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat

secara fisik dan psikis. Berolahraga tidak hanya membuat tubuh menjadi lebih

bugar dan sehat. Olahraga memberikan dampak positif tidak hanya pada aspek

fisik menjadi lebih bugar, secara mental seseorang yang menyukai kegiatan

olahraga memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik karena melalui

olahraga seseorang dapat menghilangkan stress. Olahraga bermanfaat dari

berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

Seiringnya perkembangan pada dunia olahraga dan tatanan budaya pada

masyarakat pada akhirnya turut mengubah pola hidup berolahraga bagi kaum

wanita. Perambahan pada cabang-cabang olahraga keras sebagaimana yang kerap

dilakukan kaum pria bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu, kesadaran akan

adanya persamaan antara kaum laki-laki dan perempuan semakin membuka

kesadaran kaum wanita, sehingga penerapan strategi cabang olahraga keras

merupakan sesuatu yang cukup mengasyikan, kekerasan sering diartikan sebagai

lambang maskulinitas. Adanya orientasi ini pada akhirnya menggiring dan

mempengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas yang dilakukan kaum wanita,

terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada

(8)

Dahulu kaum wanita tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga

dengan satu alasan yang sangat sederhana yakni tidak adanya perkumpulan dan

program yang tersedia bagi mereka, pemikiran seperti itu lambat laun berkurang

dan bahkan menghilang. Kegiatan olahraga sudah mulai menarik minat kaum

wanita, terutama kaum remaja putri untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan

disekolah.

Hal ini terlihat disekolah-sekolah terdapat kegiatan ekstrakurikuler beladiri

seperti pencak silat, taekwondo, karate, dan lain sebagainya. Disekolah formal

pada tingkat satuan pendidikan menengah atas olahraga beladiri diberikan dalam

rangka mendidik siswa agar disiplin, mandiri, berani, percaya diri serta jujur.

Sekolah menyediakan kegiatan olahraga beladiri melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam

pembelajaran namun dalam kerangka pembelajaran olahraga.

Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler didasarkan pada pertimbangan

pentingnya kegiatan tersebut terutama bagi wanita. Mengingat perkembangan

olahraga yang digeluti oleh wanita tidak selalu berjalan lancar banyak pihak yang

berpendapat bahwa olahraga yang terlalu beresiko apalagi jenis olahraga yang

biasa dimainkan oleh kaum laki-laki dianggap tidak pantas dilakukan oleh kaum

wanita. Perbedaan laki-laki dan perempuan sangat mendasar bagi sebagian

pandangan. Perbedaan tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dalam dunia

olahraga. Latihan yang sistematis dan berkelanjutan akan meningkatkan

(9)

tidak berbeda dengan laki-laki ditinjau dari kemampuannya berolahraga bahkan

bisa lebih baik.

Tujuan kegiatan bela diri adalah agar perempuan memiliki sejumlah

kemampuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk membela diri,

mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Kegiatan beladiri mengajarkan

sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab, mandiri serta berani

Untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran beladiri, maka

diperlukan sejumlah kondisi yang menunjang kegiatan pembelajaran baik internal

siswa maupun eksternal. Secara internal siswa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler beladiri harus memiliki motif yang kuat agar keterlibatannya

dalam proses pembelajaran bela diri menjadi lebih stabil dan tinggi.

Tingkat motif yang tinggi akan mempermudah siswa menerima

pembelajaran, berlatih secara mandiri dan menghadapi kesulitan dalam

pembelajaran beladiri (kuat secara mental). Hasil dari pembelajaran

ekstrakurikuler diharapkan berdampak pada sikap-sikap positif siswa dalam

pembelajaran beladiri secara keseluruhan maupun dalam proses pembelajaran .

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107)

pengertian motif yaitu: “Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua

penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang

menyebutkan ia berbuat sesuatu”. Adanya dorongan akan mempengaruhi

(10)

Faktor lain yang perlu mendapatkan telaah kaitannya dengan kegiatan

ekstrakurikuler adalah persepsi. Persepsi tentang program kegiatan beladiri

dibenak para siswa sangat penting untuk dijelaskan. Persepsi akan mempengaruhi

keterlibatan siswa dalam pelatihan. Persepsi positif akan menumbuhkan sikap

positif siswa dan pada akhirnya membentuk perilaku aktif dalam pelatihan.

Persepsi yang dimiliki para siswa tentang program beladiri karate

dibentuk berdasarkan citra yang dimiliki kegiatan tersebut dan tidak selalu harus

sesuai dengan realita. Ardianto (2010:99) menjelaskan bahwa: ”persepsi

terkadang diyakini sebagai realitas karena persepsi membentuk citra”. Persepsi

dibentuk berdasarkan stimulus yang diterima para siswa seperti dapat dilihat pada

proses pembentukan citra yang kemudian membentuk persepsi Nimpoeno dalam

Ardianto (2010:100).

Pengalaman

Stimulus respon

Gambar 1.1

Persepsi , motivasi dan respon

Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan

beladiri padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik.

Kegiatan beladiri termasuk ke dalam latihan untuk meningkatkan keterampilan

teknik beladiri. Oleh karena itu perlu memperhatikan aspek-aspek dalam latihan citra kognisi

persepsi sikap (afeksi)

(11)

tidak terkecuali aspek mental Lebih lanjut Satriya (2007:50) menjelaskan

mengenai aspek-aspek latihan :

gambar 1.2

Piramid aspek-aspek latihan

Seseorang yang memiliki kemampuan fisik dalam olahraga dapat

melakukan latihan teknik-teknik dalam olahraga. Sebagai contoh dengan

kemampuan fisik yang prima, peserta kegiatan dapat berlatih teknik beladiri tanpa

merasa kelelahan berarti. Latihan yang maksimal akan mendorong tubuh terbiasa

bergerak reflek, siap menerima rangsang gerak. Setelah seseorang memiliki

kemampuan teknik maka dengan mudah pemahaman menggunakannya sebagai

menyusun taktik. Latihan yang teratur bertahap akan mendukung meningkanya

kemampuan taktik. Ketiga aspek tersebut dapat menjadi prestasi jika memiliki

mental berani, percaya diri dan pantang menyerah. Aktivitas olahraga dilakukan

dengan aktivitas fisik, tanpa dukungan fisik yang prima sulit mewujudkan

peningkatan pada ketiga aspek lainnya.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri

karate SMA Negeri 1 Majalaya tampak bahwa motif siswa sangat beragam. Motif

yang dimiliki para siswa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri

karate didasarkan pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman,

kebutuhan sosial, prestasi serta aktualisasi diri. wanita telah menunjukkan bahwa

MENTAL

TAKTIK

(12)

pada cabang olahraga beladiri karate yang di dominasi pria ternyata wanita

mampu berprestasi. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang

dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap

prestasi itu sendiri.

Selama ini belum dilakukan penelitian mengenai motif dan persepsi

tentang kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya

sehingga penelitian mengenai motif dan persepsi layak dilakukan untuk

mendapatkan gambaran ilmiah tentang aspek psikologis siswa. Hasil penelitian

dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aspek psikologis siswa

dalam berlatih. Kurangnya data yang diperoleh secara ilmiah mengenai motif dan

persepsi maka pengembangan kegiatan olahraga prestasi akan terhambat.

Penelitian terhadap aspek psikologis yaitu motif dan persepsi sangat

penting diketengahkan. Selain memberikan pengetahuan ilmiah, penelitian

terhadap wanita dalam kegiatan beladiri menunjukkan bahwa wanita memiliki

kesejajaran untuk berprestasi, mengembangkan potensi, dan turut serta dalam

kegiatan yang identik dengan maskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian

tentang psikologi olahraga yang bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor

psikologis yang dapat mempengaruhi partisipasi secara fisik baik saat latihan

maupun pada saat berada dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri.

Penelitian mengenai apsek psikologis wanita yang mengikuti kegiatan

beladiri karate masih jarang dilakukan padahal aspek psikologis memiliki peran

penting dalam peningkatan prestasi. Seperti dijelaskan oleh Hidayat dalam

(13)

Berdasarkan pengamatan sementara ternyata masyarakat olahraga di Indonesia pada umumnya dan pelatih-pelatih pada khususnya belum memberi perhatian yang cukup terhadap penerapan psikologi dalam proses pembinaan olahraga.

Pendekatan dalam penelitian secara individual berusaha untuk

menggambarkan bagaimana karakteristik wanita yang berbeda satu sama lain.

Selain itu penelitian yang dilakukan mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam

pengembangan kegiatan olahraga beladiri karate turut mengenal dan memahami

sifat-sifat kejiwaan para siswa yang terlibat dalam kegiatan olahraga beladiri

karate. Pemahaman ini akan mendorong meningkatkan kualitas proses

pembelajaran karate serta dapat digunakan sebagai dasar bagi perbaikan kualitas

mental para siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud mengambil

judul penelitian: “Motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada cabang

olahraga beladiri di SMA Negeri 1 Majalaya kabupaten Bandung tahun ajaran

2012/2013“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan secara umum sebagai berikut ;

1. Bagaimana motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

beladiri karate ?

2. Bagaimana persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

(14)

3. Bagaimana hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi

pada ekstrakurikuler beladiri karate ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.

2. Persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri

karate.

3. Seberapa besar hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi

pada ekstrakurikuler karate ?

D. Definisi Operasional

Sehubungan dengan judul diatas, supaya tidak terjadi salah penafsiran

istilah yang dibicarakan dalam penelitian ini maka istilah yang meliputi:

1. Motif

Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107) pengertian

motif yaitu : “Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak,

alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia

berbuat sesuatu”.

2. Persepsi

Persepsi adalah proses pembentukan makna pada stimulus inderawi

berdasarkan hasil pengamatan terhadap lingkungan. Scherer dalam Sarwono

(15)

objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan

rangsang proksimal‟.

3. partisipasi

Ditinjau dari etimologi kata partisipasi merupakan kata serapan dari

bahasa Belanda, yaitu „participare‟ yang tediri atas kata „part‟ dan „cipare‟. Kata

„part artinya bagian, sedangkan „cipare‟ artinya ambil (http/Wikipedia. diakses 28

oktober). Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan yang bersifat aktif.

menurut Setiawan (2010:Versi 1.1) bahwa: “partisipasi adalah perihal turut

berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta”.

4. Siswa Putri

Yang dimaksud siswa putri dalam penelitian ini adalah semua peserta

siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga beladiri karate di

SMA Negeri 1 Majalaya

5. Beladiri

Beladiri berasal dari dua kata yaitu Bela berarti menjaga atau

mempertahankan, sedangkan Diri berarti bertumpu pada telapak kaki atau bisa

juga diartikan satu fisik atau mental seseorang. Jadi beladiri itu bisa diartikan

usaha seseorang untuk mempertahankan, menjaga fisik atau mental-nya dari

gangguan dari luar. Cabang olahraga beladiri yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah karate.

6. Karate

Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni beladiri ini

(16)

masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya,

sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:Tangan China)

dalam kanji Jepang menjadi „karate‟ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima

oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah

„Kara‟ yang berarti „kosong‟. Dan yang kedua, „te‟, berarti „tangan'. Yang dua

kanji bersama artinya “tangan kosong”.

7. SMA Negeri 1 Majalaya

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Majalaya adalah satu diantara

SMA yang memiliki komitmen, visi dan misi yang diarahkan pada upaya

mencetak sumber daya manusia yang berkualitas serta diharapkan mampu

berperan dalam tingkat lokal, regional, nasional dan international. SMAN 1

Majalaya diharapkan mampu berprestasi di bidang olahraga khususnya cabang

olahraga beladiri karate.

E. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian memberikan kegunaan atau manfaat

sebagai berikut:

1. Secara teori

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan

ilmu dan pengetahuan mengenai aspek psikologi yaitu motif dan persepsi siswa

putri dalam berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti yaitu penelitian memberikan pengalaman belajar yang berharga

(17)

b. Bagi pihak sekolah yaitu hasil penelitian dapat mendorong pihak sekolah

untuk memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan prestasi siswa

dalam bidang olahraga beladiri karate. Olahraga beladiri karate dapat

digunakan sebagai media untuk meningkatkan kualitas siswa perempuan serta

mendorong perilaku positif dalam masyarakat terhadap olahraga yang

dianggap maskulin.

c. Bagi siswa yaitu hasil penelitian dapat menambah pengetahuan tentang

pentingnya aspek psikologi bagi peningkatan prestasi dan meningkatkan

keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.

F. Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang maka peneliti membatasi masalah ruang lingkup

penelitian, diantaranya sebagai berikut :

a. Populasi penelitian adalah siswa putri SMA Negeri 1 Majalaya tahun ajaran

2012/2013 yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate

b. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung

c. Aspek yang diteliti adalah mengenai motif dan persepsi siswa putri serta

hubungannya terhadap partisipasi siswi yang mengikuti ekstrakurikuler

beladiri karate

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai

tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan

menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan

prosedur penelitian.

Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa: “metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu”.Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode penelitian

deskriptif. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sugiyono (2010:11), bahwa: “Penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel, atau

lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel yang lain”. Nazir (2003:54) menjelaskan bahwa: “Metode deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang”.

Berdasarkan pendapat para ahli maka penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan motif dan persepsi siswa perempuan dalam mengikuti kegiatan

(19)

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diteliti, paling sedikit

mempunyai satu sifat atau ciri yang sama seperti populasi guru, populasi murid

atau populasi peserta kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Furqon (2009:146)

bahwa: ”populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau keadaan

yang paling tidak memiliki satu karakteristik yang sama.” Populasi menurut

Ridwan (2009:6) yaitu: ”Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian”.

Berdasarkan pendapat para ahli populasi dalam penelitian ini adalah

sekelompok siswa SMA Negeri 1 Majalaya yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler karate. Untuk populasi besar, penelitian menggunakan sampel

sebagai bagian dari populasi karena keterbatasan waktu, dana dan biaya.

Sedangkan bagi populasi dengan jumlah kurang dari 100, seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian. Sampel dianggap bagian dari populasi karena

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi. Sebagaimana

dijelaskan oleh Sugiyono (2010:68) sampling jenuh adalah sebagai berikut.

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi kurang relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

sampel jenuh artinya seluruh populasi penelitian dijadikan sampel penelitian

(20)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian karena desain penelitian dapat menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan

penelitiannya. Desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar. 3.1 Desain penelitian Nasution (2004:23)

Keterangan gambar 3.1:

X1 : Motif siswa putri (variabel bebas)

X2 : Persepsi siswa putri (variabel bebas)

Y : partisipasi ekstrakurikuler beladiri karate (variabel terikat).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang disusun secara beraturan

dan terencana dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Prosedur penelitian

merupakan pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian

yang akan membawa peneliti kepada suatu kesimpulan penelitian yang

merupakan pemecahan dari masalah yang diteliti. Proses penelitian yang

dikembangkan pada penelitian ini merupakan pengembangan penelitian

kuantitatif seperti pada gambar berikut: Motif Siswa Putri

(X1)

Persepsi Siswa Putri (X2)

(21)

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

(Sumber : Modifikasi dari Nazir, 2003:42)

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan

keterangan tentang data. Dalam penelitian yang dilakukan penulis, sumber data

yang digunakan terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Kedua data

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber data primer merupakan sumber data dimana data yang diperoleh

langsung dari objek yang berhubungan langsung dengan penelitian.

Teori

Masalah penelitian (Kesenjangan antara keadaan yang seharusnya dengan kenyataan

TujuanPenelitian

Kerangka Teori

Mengumpulkan data ( angket, observasi, studi pustaka)

Analisis Data

Penafsiran data

Generalisasi

(22)

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang subjeknya tidak langsung

berhubungan dengan objek penelitian, tetapi sifatnya mendukung dan

memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi data sekunder atau kepustakaan, hasil observasi, maupun situs

internet yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti dalam

penyusunan skripsi.

F. Instrument Penelitian

Diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam

penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanakan.

Nurhasan (2007:5) mengemukakan bahwa :

Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) Tes dalam bentuk-bentuk pertanyaan, b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (“F), derajat Celcius (“C).

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka pemecahan masalah dan mencapai tujuan penelitian.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi terstruktur

Obervasi terhadap objek penelitian dilakukan untuk mendukung data yang

diperoleh melalui kuestioner sebagai instrumen utama. Nazir (2003:175)

menyatakan bahwa: ”pengumpulan dengan observasi langsung adalah cara

pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standard

(23)

Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b)pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang direncanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas.

Dalam penelitian ini pengamatan adalah gambaran tentang pelaksanaan

program pelatihan karate, proses latihan serta hal-hal yang terkait dengan latihan

karate.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang mengetahui atau terlibat

dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti pelatih, guru maupun siswa. Wawancara

dilakukan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi lengkap tentang

segala hal yang dipikirkan, dirasakan, direncanakan, dan dikerjakan baik dalam

kegiatan ekstrakurikuler karate

3. Studi kepustakaan

Studi pustaka dilakukan untuk menambah pemahaman terhadap masalah

penelitian dan menghindari terjadinya peniruan terhadap penelitian terdahulu baik

yang disengaja atau tidak.

4. Kuestioner

Kuestioner adalah instrumen utama penelitian yang digunakan guna

memperoleh data-data penelitian. Alat untuk mengumpulkan data adalah daftar

pertanyaan, yang sering disebut secara umum dengan kuestioner atau daftar yang

(24)

adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar pertanyaan

yang sama dapat diajukan terhadap setiap responden (Supranto,2006:23).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,

yang mana dalam angket tertutup ini pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah

memiliki alternatif jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih. Prosedur

dalam pembuatan kuestioner dengan skala likert adalah:

a. Peneliti mengumpulkan item-item pertanyaan yang cukup banyak, relevan

dengan masalah yang diteliti dan terdiri dari item pertanyaan yang cukup

jelas dari gradasi negatif sampai positif

b. Item pertanyaan tersebut dicobakan kepada sekelompok responden yang

mirip dengan populasi yang ingin diteliti

c. Responden memberikan jawaban sesuai dengan alternatif jawaban yang

disediakan dengan menggunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban responden seperti pada tabel

3.1 berikut:

Tabel 3.1 Skala Likert

NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif

Sumber : Metode Penelitian Sugiyono (2007)

Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji terlebih dahulu

mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try out. Tujuan diadakan try

(25)

reliabilitas. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006:135) bahwa “suatu

instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel”. Adapun syarat valid dan reliabel sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validasi mengacu pada keseuaian alat ukur untuk mengukur variabel

penelitian berdasarkan skor tes. Untuk menguji validitas konstruk dapat

dipergunakan pendapat para ahli (judgement expert) seperti diungkapkan Hadi

dalam Sugiyono (2010:176) bahwa: „bila bangunan teorinya sudah benar, maka

hasil pengukuran dengan alat (instrument) yang berbasis pada teori itu sudah

dipandang sebagai hasil yang valid„. Untuk mengetahui validitas empiris

dilakukan uji coba angket. Angket diuji cobakan dan dihitung. Perhitungan

dilakukan dengan membagi 27 % kelompok tertinggi dan 27 % kelompok

terendah dengan rumus :

t = ̅ 1- ̅2

+

Keterangan : ̅1 : rata-rata jawaban skor kelompok tinggi

̅2 : rata-rata kelompok skor terendah

N1 : jumlah sampel pada kelompok skor tinggi

N2 : jumlah sampel pada kelompok skor tinggi

(26)

Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan kedua kelompok tersebut

apabila perbedaannya signifikan maka angket tersebut dianggap valid (t hitung > t

tabel dengan derajat kepercayaan 95%).

Untuk melakukan validitas butir pertanyaan maka langkah yang dilakukan

adalah mengkorelasikan skor faktor tiap butir dengan jumlah total. Ketentuan

yaitu apabila ke dua kelompok tesebut diatas 0,30 maka instrument dianggap

memiliki validitas konstruksi yang baik. Uji korelasi menggunakan rumus

pearson product moment. yaitu

]

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara internal. “Secara internal

reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir-butir yang

ada pada instrument dengan teknik belah dua dari spearman Brow (split half)”,

Data dianggap memiliki reliabilitas instrumen apabila nilai korelasi antara

(27)

G. Operasional Variabel Penelitian

Operasional Variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke dalam indikator yang dijadikan rujukan atau pedoman dalam penyusunan instrumen

penelitian. Operasional dari masing-masing variabel dapat terlihat dari tabel 3.2

sebagai berikut.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub variabel Indikator

Motif

1. Motif beraffiliasi

1. Menginginkan kebersamaan dalam latihan

2. Mengajak orang lain untuk turut serta ikut dalam kegiatan

3. Menghindari perselisihan jika ada masalah

4. Lebih menekankan pada pertemanan dan persahabatan

2. Motif berprestasi

1. Menginginkan hasil belajar yang lebih baik

2. Siap berlatih

3. Mengikuti latihan secara teratur 4. Menginginkan evaluasi dan feedback

untuk memperbaiki hasil latihan

3. Motif berkuasa

1. Selalu ingin menjadi pemimpin dalam kelompok

2. Berusaha untuk mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan keinginannya 3. Aktif menentukan hasil latihan

maupun proses latihan

4. Menunjukkan identitas yang jelas

Persepsi 1. Kedekatan

1. Merasa memiliki kedekatan dengan orang lain dalam latihan

2. Merasa nyaman dan diperhatikan 3. Mudah memperoleh bantuan jika

(28)

2. Persamaan

1. Diperlakukan sama dalam latihan 2. Memiliki hak dan kewajiban yang

sama dalam latihan

3. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan keterampilan 4. Dihargai sebagai sesama anggota

kegiatan dalam latihan

3. Keberlanjutan program

1. Kegiatan akan berlanjut dan berlangsung lama

2. Memiliki program latihan yang jelas

Partisipasi

1. Kehadiran

1. Hadir dalam latihan 2. Mengikuti latihan

3. Terlibat aktif dalam latihan

2. Keterlibatan

1. Melaksanakan pemanasan 2. Melaksanakan tugas gerak 3. Mengikuti contoh gerak 4. Bekerja sama dengan teman

3. Keaktifan

1. Bertanya jika tidak mengerti 2. Bersemangat

3. Mengeluarkan pendapat 4. Mengeluarkan idea 5. Membayar iuran wajib

6. Membantu ketersediaan fasilitas latihan

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara melaksanakan analisis terhadap data,

dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik

atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami. Pengukuran gejala pusat

menggunakan teknik statistik modus (nilai yang paling banyak muncul), Median (nilai

tengah) dan mean (rata-rata hasil jawaban) untuk menjelaskan kelompok yang didasarkan

pada gejala pusat dari kelompok jawaban dengan menggunakan program SPSS versi 17.

(29)

x

x

observasi, kuestioner (angket) maupun dokumentasi” (Sugiyono, 2010:29). Beberapa

penyajian data hasil analisis deskriptif yang akan dikemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Tabel data interval (hasil angket) yang terdiri dari tabel biasa, tabel distribusi

frekuensi). Teknik pembuatan distribusi frekuensi dilakukan dengan

langkah-langkah seperti dijelaskan Riduwan (2009:55) sebagai berikut:

a. Pengurutan data hasil angket dari terkecil dan terbesar

b. Menghitung jarak rentangan dengan rumus R = data tertinggi – data

terendah

c. Menghitung kelas (K) dengan struges, rumus yang digunakan adalah

jumlah kelas (k)= 1+3.3 log n

d. Panjang Interval kelas (P) rumusnya adalah= P =

e. Tentukan batas terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan dengan

menghitung kelas interval, caranya menjumlahkan ujung bawah kelas

ditambah panjang kelas (P) dan hasilnya dikurangi 1 sampai akhir

f. membuat tabel sementara (tabulasi data) dengan cara dihitung satu demi

satu sesuai dengan urutan interval

2. Uji Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesa maka sebagai prasyarat dilakukan uji

normalitas lilliefors dan uji homogenitas terhadap skor sampel penelitian dan

dilanjutkan dengan uji parametrik. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu ;

a. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai berikut :

(30)

 

b. Alpha yang digunakan adalah 0,05 dan daerah penerimaan berdasarkan alpha

tersebut adalah n = 18, dk = n-k-1 = 2.110 maka daerah penerimaan hipotesa

nol adalah + 2.110 dan – 2,110

c. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Sebelum

dilakukan analisis korelasi, maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan

normalitas dari setiap butir tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu

dengan uji kenormalan secara non parametrik atau disebut uji Lilliefors.

Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pengamatan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ……., Zn

dengan mempergunakan rumus :

S

2) Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung pula F ( Zi ) = P ( Z < Zi )

3) Selanjutnya dihitung proporsi Zi, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:

4) Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

(31)

6) Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji

Liliefors, dengan taraf nyata  = 0.05. Kriterianya adalah: tolak hipotesis

nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji Liliefors. Dalam hal ini

hipotesis diterima.

d. Uji koefisien korelasi dengan skor berpasangan atau pearson product moment

karena data berbentuk interval atau ratio dengan menggunakan rumus :

1) Menghitung koefisien korelasi tunggal dengan menggunakan rumus:

  

2) Kemudian melakukan penghitungan uji signifikansi koefisien korelasi tunggal,

menggunakan pendekatan uji-t dengan rumus:

(32)

Keterangan:

t = t hitung yang dicari r = koefisien yang dicari i = jumlah sampel

Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien

atau hubungan dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian

hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Pada taraf nyata α = 0.05

dengan dk = n- 2 dalam hal lain jika hitung lebih besar dari t tabel maka Ho

ditolak.

3) Menghitung derajat hubungan tiga variabel atau koefisien korelasi multiple

dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Ry12 = Koefisien korelasi yang dicari

ry1 = Koefisien korelasi antara Y dan X1

ry2 = Koefisien korelasi antara Y dan X2

r12 = Koefisien korelasi antara X1 dan X2

d. Menguji signifikansi koefisiensi korelasi multipel atau ganda dengan

menggunakan pendekatan statistik uji-F dengan rumus:

Keterangan:

F = F hitung yang dicari

R = Koefisien korelasi yang dicari K = Jumlah variable bebas

(33)

e. Interpretasi Koefisien Korelasi berdasarkan interpretasi Sugiyono (2007 : 183). dapat terlihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0.199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

I. Hipotesis Statistik

Ho = Tidak terdapat hubungan antara motif dan persepsi siswi dengan

partisipasi siswi pada ektrakulikuler karate.

Hi = Terdapat hubungan antara motif dan persepsi terhadap partisipasi

(34)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah disusun dan telah

diuji pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan mengenai motif dan

persepsi siswi terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler karate sebagai berikut :

1. Motif utama partisipasi siswi dalam ekstrakurikuler karate adalah motif

affiliasi.

2. Persepsi siswi berada pada tingkat tinggi (positif) terhadap ekstrakurikuler

karate.

3. Motif dan persepsi dalam kegiatan ekstrakurikuler karate memiliki hubungan

yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi siswi pada

ekstrakurikuler karate.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran-saran yang

diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Pengajar

Pelatih mendorong para siswa agar berlatih secara lebih baik dan berusaha

meningkatkan motivasi siswa dengan menekankan pada pentingnya karate

(35)

2. Bagi Pihak Sekolah

Dukungan berupa penghargaan atau penyediaan sarana latihan akan

meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi atau berlatih. Kegiatan

olahraga karate memiliki dampak positif baik bagi sekolah maupun siswa

sehingga keberadaannya harus dikembangkan

3. Bagi Siswa

Sebaiknya meningkatkan kebutuhan akan prestasi dengan membangun

kesadaran bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk meraih prestasi dan

memiliki kemampuan untuk meraihnya dengan cara berlatih dan membangun

mental pantang menyerah. Karate adalah olahraga yang memberikan nilai

positif jika diikuti baik bagi prestasi maupun sebagai bekal untuk menjaga

diri sendiri.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat

dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Allport, Gordon W, (1945). The Psychology Of Participation.

Ardianto, E (2010), Metode Penelitian. Bandung : Simbosa.

Arikunto, Suharsimi. (1997). prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rieneke Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Petunjuk Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler. Jawa Barat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. (1992). Petunjuk Teknik Disiplin dan Tata Tertib Sekolah.

Djamarah (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Furqon (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Hermawan, et al (2008) Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta UT

Ibrahim, Komarudin (2007) Psikologi Pelatihan. Bandung FPOK UPI.

Indrapura, Hilman. (2010). Beladiri untuk Anak. jakarta : Dian Rakyat.

Kasschau,R (1995) Understanding Psychology. Ohio. Mc Graww Hill.

Nasution. (2004). Metode Reaserch. Bandung : PT. Jemar.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nitisemito, (1986). Partisipasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Nurhasan. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung FPOK.

Rahmat, J. (2006) Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Riduwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. bandung : Alfabeta.

Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Molan. Jakarta. Indeks.

Sagitarius (2008). Modul Karate. Bandung FPOK.

Santoso, (2010). Psikologi Sosial. Bandung : Aditama.

Sarwono, Wirawan (2002) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo.

(37)

Setiawan (2010) ; Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi I.I Diakses 20 Januari.,

Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta. Anem.

Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung ; Alfabet.

Supranto, J (2006). Statistika. Jakarta ; Erlangga.

Sumantri, Syaodih (2008) Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta UT.

Suryabrata (2003) Teori Kepribadian. Jakarta ; Rajawali.

Sutresna, Nina. (2011). Wanita Dan Olahraga Dalam Ragam Dimensi. Bandung.

Uno, Hamzah (2011) Teori Motivasi. Jakarta ; Bumi Aksara.

Yuskarim, Yus Solihin, (2010). Sosiologi Olahraga. Bandung.

Yusuf, Yusmar. (1990). Keadaan Kohesif Kelompok terhadap Partisipasi dalam Komuniti pada Kelompok Nelayan di Tanjung Pinang, Riau. Bulletin Pascasarjana Unpad.

Gambar

Gambar 1.1 Persepsi , motivasi dan respon
gambar 1.2 FISIK
Gambar. 3.1 Desain penelitian
Gambar 3.2 Prosedur  Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait