MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP
PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI
(Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Disusun Oleh: ZULFIKAR IKHSAN
0704062
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI
Oleh
Zulfikar Ikhsan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
© Zulfikar Ikhsan 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
NAMA : ZULFIKAR IKHSAN NIM : 0704062
JUDUL : MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Drs. Dudung Hasanudin Ch NIP. 196003151987031002
Pembimbing II
Sagitarius M.Pd. NIP. 196911132001121001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
ABSTRAK
MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI
(Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya)
Pembimbing :
1. Drs.Dudung Hasanudin Ch 2. Sagitarius M.Pd
Zulfikar Ikhsan*
Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler Beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya untuk siswa putri adalah agar perempuan memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dijadikan bekal untuk membela diri, mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap prestasi itu sendiri. Beragam motif dan persepsi yang dimiliki para siswa membuat partisipasi dalam kegiatan belum maksimal.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motif dan persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate serta hubungannya terhadap partisipasi siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh artinya seluruh populasi penelitian dijadikan sampel sebanyak 18 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi terkait dengan keinginan berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate lebih rendah dibandingkan dengan motif affiliasi dan kekuasaan. Tingkat persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate berada pada tingkat positif tinggi. Secara umum partisipasi siswa secara keseluruhan berada pada tingkat tinggi. Motif dan persepsi memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan F hitung (nilai F hitung (13.821) > dari F tabel (3.55). Hubungan kedua variabel yaitu motif dan persepsi terhadap partisipasi adalah 64,8 % dan sisanya sebesar 35,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Sebaiknya dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis mengenai motif dan persepsi.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ...i
KATA PENGANTAR ... ...ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ...iii
DAFTAR ISI ... ...vi
DAFTAR TABEL ... ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ...x
BAB I PENDAHULUAN ... ...1
A. Latar Belakang Masalah ... ...1
B. Rumusan Masalah. ... ...7
C. Tujuan Penelitian ... ...7
D. Definisi Operasional ... ...8
E. Manfaat Penelitian ... ...10
F. Batasan Masalah ... ...11
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... ...12
A. Motif ... ...12
B. Persepsi ... ...19
C. Partisipasi ... ...22
1. Ciri-Ciri Partisipasi ... ...22
2. Jenis-Jenis Partisipasi ... ...24
3. Pentingnya Partisipasi ... ...25
1. Kegiatan Ekstrakurikuler ... ...29
2. Karate ... ...30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ...34
A. Metode Penelitian ... ...34
B. Populasi dan Sampel ... ...35
C. Desain Penelitian ... ...36
D. Prosedur Penelitian ... ...36
E. Sumber Data Penelitian ... ...37
F. Instrument Penelitian ... ...38
G. Operasional Variabel Penelitian ... ...43
H. Teknik Analisis Data ... ...44
I. Hipotesis Statistik ... ...49
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... ...50
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... ...50
B. Uji Statistik ... ...70
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... ...72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ...76
A. Kesimpulan ... ...76
B. Saran ... ...77
DAFTAR PUSTAKA...77
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia.
Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat
secara fisik dan psikis. Berolahraga tidak hanya membuat tubuh menjadi lebih
bugar dan sehat. Olahraga memberikan dampak positif tidak hanya pada aspek
fisik menjadi lebih bugar, secara mental seseorang yang menyukai kegiatan
olahraga memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik karena melalui
olahraga seseorang dapat menghilangkan stress. Olahraga bermanfaat dari
berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.
Seiringnya perkembangan pada dunia olahraga dan tatanan budaya pada
masyarakat pada akhirnya turut mengubah pola hidup berolahraga bagi kaum
wanita. Perambahan pada cabang-cabang olahraga keras sebagaimana yang kerap
dilakukan kaum pria bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu, kesadaran akan
adanya persamaan antara kaum laki-laki dan perempuan semakin membuka
kesadaran kaum wanita, sehingga penerapan strategi cabang olahraga keras
merupakan sesuatu yang cukup mengasyikan, kekerasan sering diartikan sebagai
lambang maskulinitas. Adanya orientasi ini pada akhirnya menggiring dan
mempengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas yang dilakukan kaum wanita,
terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada
Dahulu kaum wanita tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga
dengan satu alasan yang sangat sederhana yakni tidak adanya perkumpulan dan
program yang tersedia bagi mereka, pemikiran seperti itu lambat laun berkurang
dan bahkan menghilang. Kegiatan olahraga sudah mulai menarik minat kaum
wanita, terutama kaum remaja putri untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan
disekolah.
Hal ini terlihat disekolah-sekolah terdapat kegiatan ekstrakurikuler beladiri
seperti pencak silat, taekwondo, karate, dan lain sebagainya. Disekolah formal
pada tingkat satuan pendidikan menengah atas olahraga beladiri diberikan dalam
rangka mendidik siswa agar disiplin, mandiri, berani, percaya diri serta jujur.
Sekolah menyediakan kegiatan olahraga beladiri melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam
pembelajaran namun dalam kerangka pembelajaran olahraga.
Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler didasarkan pada pertimbangan
pentingnya kegiatan tersebut terutama bagi wanita. Mengingat perkembangan
olahraga yang digeluti oleh wanita tidak selalu berjalan lancar banyak pihak yang
berpendapat bahwa olahraga yang terlalu beresiko apalagi jenis olahraga yang
biasa dimainkan oleh kaum laki-laki dianggap tidak pantas dilakukan oleh kaum
wanita. Perbedaan laki-laki dan perempuan sangat mendasar bagi sebagian
pandangan. Perbedaan tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dalam dunia
olahraga. Latihan yang sistematis dan berkelanjutan akan meningkatkan
tidak berbeda dengan laki-laki ditinjau dari kemampuannya berolahraga bahkan
bisa lebih baik.
Tujuan kegiatan bela diri adalah agar perempuan memiliki sejumlah
kemampuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk membela diri,
mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Kegiatan beladiri mengajarkan
sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab, mandiri serta berani
Untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran beladiri, maka
diperlukan sejumlah kondisi yang menunjang kegiatan pembelajaran baik internal
siswa maupun eksternal. Secara internal siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler beladiri harus memiliki motif yang kuat agar keterlibatannya
dalam proses pembelajaran bela diri menjadi lebih stabil dan tinggi.
Tingkat motif yang tinggi akan mempermudah siswa menerima
pembelajaran, berlatih secara mandiri dan menghadapi kesulitan dalam
pembelajaran beladiri (kuat secara mental). Hasil dari pembelajaran
ekstrakurikuler diharapkan berdampak pada sikap-sikap positif siswa dalam
pembelajaran beladiri secara keseluruhan maupun dalam proses pembelajaran .
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107)
pengertian motif yaitu: “Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua
penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebutkan ia berbuat sesuatu”. Adanya dorongan akan mempengaruhi
Faktor lain yang perlu mendapatkan telaah kaitannya dengan kegiatan
ekstrakurikuler adalah persepsi. Persepsi tentang program kegiatan beladiri
dibenak para siswa sangat penting untuk dijelaskan. Persepsi akan mempengaruhi
keterlibatan siswa dalam pelatihan. Persepsi positif akan menumbuhkan sikap
positif siswa dan pada akhirnya membentuk perilaku aktif dalam pelatihan.
Persepsi yang dimiliki para siswa tentang program beladiri karate
dibentuk berdasarkan citra yang dimiliki kegiatan tersebut dan tidak selalu harus
sesuai dengan realita. Ardianto (2010:99) menjelaskan bahwa: ”persepsi
terkadang diyakini sebagai realitas karena persepsi membentuk citra”. Persepsi
dibentuk berdasarkan stimulus yang diterima para siswa seperti dapat dilihat pada
proses pembentukan citra yang kemudian membentuk persepsi Nimpoeno dalam
Ardianto (2010:100).
Pengalaman
Stimulus respon
Gambar 1.1
Persepsi , motivasi dan respon
Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan
beladiri padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik.
Kegiatan beladiri termasuk ke dalam latihan untuk meningkatkan keterampilan
teknik beladiri. Oleh karena itu perlu memperhatikan aspek-aspek dalam latihan citra kognisi
persepsi sikap (afeksi)
tidak terkecuali aspek mental Lebih lanjut Satriya (2007:50) menjelaskan
mengenai aspek-aspek latihan :
gambar 1.2
Piramid aspek-aspek latihan
Seseorang yang memiliki kemampuan fisik dalam olahraga dapat
melakukan latihan teknik-teknik dalam olahraga. Sebagai contoh dengan
kemampuan fisik yang prima, peserta kegiatan dapat berlatih teknik beladiri tanpa
merasa kelelahan berarti. Latihan yang maksimal akan mendorong tubuh terbiasa
bergerak reflek, siap menerima rangsang gerak. Setelah seseorang memiliki
kemampuan teknik maka dengan mudah pemahaman menggunakannya sebagai
menyusun taktik. Latihan yang teratur bertahap akan mendukung meningkanya
kemampuan taktik. Ketiga aspek tersebut dapat menjadi prestasi jika memiliki
mental berani, percaya diri dan pantang menyerah. Aktivitas olahraga dilakukan
dengan aktivitas fisik, tanpa dukungan fisik yang prima sulit mewujudkan
peningkatan pada ketiga aspek lainnya.
Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri
karate SMA Negeri 1 Majalaya tampak bahwa motif siswa sangat beragam. Motif
yang dimiliki para siswa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri
karate didasarkan pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan sosial, prestasi serta aktualisasi diri. wanita telah menunjukkan bahwa
MENTAL
TAKTIK
pada cabang olahraga beladiri karate yang di dominasi pria ternyata wanita
mampu berprestasi. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang
dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap
prestasi itu sendiri.
Selama ini belum dilakukan penelitian mengenai motif dan persepsi
tentang kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya
sehingga penelitian mengenai motif dan persepsi layak dilakukan untuk
mendapatkan gambaran ilmiah tentang aspek psikologis siswa. Hasil penelitian
dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aspek psikologis siswa
dalam berlatih. Kurangnya data yang diperoleh secara ilmiah mengenai motif dan
persepsi maka pengembangan kegiatan olahraga prestasi akan terhambat.
Penelitian terhadap aspek psikologis yaitu motif dan persepsi sangat
penting diketengahkan. Selain memberikan pengetahuan ilmiah, penelitian
terhadap wanita dalam kegiatan beladiri menunjukkan bahwa wanita memiliki
kesejajaran untuk berprestasi, mengembangkan potensi, dan turut serta dalam
kegiatan yang identik dengan maskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian
tentang psikologi olahraga yang bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor
psikologis yang dapat mempengaruhi partisipasi secara fisik baik saat latihan
maupun pada saat berada dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri.
Penelitian mengenai apsek psikologis wanita yang mengikuti kegiatan
beladiri karate masih jarang dilakukan padahal aspek psikologis memiliki peran
penting dalam peningkatan prestasi. Seperti dijelaskan oleh Hidayat dalam
Berdasarkan pengamatan sementara ternyata masyarakat olahraga di Indonesia pada umumnya dan pelatih-pelatih pada khususnya belum memberi perhatian yang cukup terhadap penerapan psikologi dalam proses pembinaan olahraga.
Pendekatan dalam penelitian secara individual berusaha untuk
menggambarkan bagaimana karakteristik wanita yang berbeda satu sama lain.
Selain itu penelitian yang dilakukan mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan kegiatan olahraga beladiri karate turut mengenal dan memahami
sifat-sifat kejiwaan para siswa yang terlibat dalam kegiatan olahraga beladiri
karate. Pemahaman ini akan mendorong meningkatkan kualitas proses
pembelajaran karate serta dapat digunakan sebagai dasar bagi perbaikan kualitas
mental para siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud mengambil
judul penelitian: “Motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada cabang
olahraga beladiri di SMA Negeri 1 Majalaya kabupaten Bandung tahun ajaran
2012/2013“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan secara umum sebagai berikut ;
1. Bagaimana motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
beladiri karate ?
2. Bagaimana persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
3. Bagaimana hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi
pada ekstrakurikuler beladiri karate ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.
2. Persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri
karate.
3. Seberapa besar hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi
pada ekstrakurikuler karate ?
D. Definisi Operasional
Sehubungan dengan judul diatas, supaya tidak terjadi salah penafsiran
istilah yang dibicarakan dalam penelitian ini maka istilah yang meliputi:
1. Motif
Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107) pengertian
motif yaitu : “Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak,
alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia
berbuat sesuatu”.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses pembentukan makna pada stimulus inderawi
berdasarkan hasil pengamatan terhadap lingkungan. Scherer dalam Sarwono
objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan
rangsang proksimal‟.
3. partisipasi
Ditinjau dari etimologi kata partisipasi merupakan kata serapan dari
bahasa Belanda, yaitu „participare‟ yang tediri atas kata „part‟ dan „cipare‟. Kata
„part artinya bagian, sedangkan „cipare‟ artinya ambil (http/Wikipedia. diakses 28
oktober). Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan yang bersifat aktif.
menurut Setiawan (2010:Versi 1.1) bahwa: “partisipasi adalah perihal turut
berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta”.
4. Siswa Putri
Yang dimaksud siswa putri dalam penelitian ini adalah semua peserta
siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga beladiri karate di
SMA Negeri 1 Majalaya
5. Beladiri
Beladiri berasal dari dua kata yaitu Bela berarti menjaga atau
mempertahankan, sedangkan Diri berarti bertumpu pada telapak kaki atau bisa
juga diartikan satu fisik atau mental seseorang. Jadi beladiri itu bisa diartikan
usaha seseorang untuk mempertahankan, menjaga fisik atau mental-nya dari
gangguan dari luar. Cabang olahraga beladiri yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah karate.
6. Karate
Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni beladiri ini
masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya,
sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:Tangan China)
dalam kanji Jepang menjadi „karate‟ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima
oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah
„Kara‟ yang berarti „kosong‟. Dan yang kedua, „te‟, berarti „tangan'. Yang dua
kanji bersama artinya “tangan kosong”.
7. SMA Negeri 1 Majalaya
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Majalaya adalah satu diantara
SMA yang memiliki komitmen, visi dan misi yang diarahkan pada upaya
mencetak sumber daya manusia yang berkualitas serta diharapkan mampu
berperan dalam tingkat lokal, regional, nasional dan international. SMAN 1
Majalaya diharapkan mampu berprestasi di bidang olahraga khususnya cabang
olahraga beladiri karate.
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian memberikan kegunaan atau manfaat
sebagai berikut:
1. Secara teori
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan
ilmu dan pengetahuan mengenai aspek psikologi yaitu motif dan persepsi siswa
putri dalam berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti yaitu penelitian memberikan pengalaman belajar yang berharga
b. Bagi pihak sekolah yaitu hasil penelitian dapat mendorong pihak sekolah
untuk memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan prestasi siswa
dalam bidang olahraga beladiri karate. Olahraga beladiri karate dapat
digunakan sebagai media untuk meningkatkan kualitas siswa perempuan serta
mendorong perilaku positif dalam masyarakat terhadap olahraga yang
dianggap maskulin.
c. Bagi siswa yaitu hasil penelitian dapat menambah pengetahuan tentang
pentingnya aspek psikologi bagi peningkatan prestasi dan meningkatkan
keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.
F. Batasan Masalah
Agar tidak menyimpang maka peneliti membatasi masalah ruang lingkup
penelitian, diantaranya sebagai berikut :
a. Populasi penelitian adalah siswa putri SMA Negeri 1 Majalaya tahun ajaran
2012/2013 yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate
b. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung
c. Aspek yang diteliti adalah mengenai motif dan persepsi siswa putri serta
hubungannya terhadap partisipasi siswi yang mengikuti ekstrakurikuler
beladiri karate
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai
tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan
menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan
prosedur penelitian.
Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa: “metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”.Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode penelitian
deskriptif. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sugiyono (2010:11), bahwa: “Penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel, atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan
variabel yang lain”. Nazir (2003:54) menjelaskan bahwa: “Metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang”.
Berdasarkan pendapat para ahli maka penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan motif dan persepsi siswa perempuan dalam mengikuti kegiatan
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diteliti, paling sedikit
mempunyai satu sifat atau ciri yang sama seperti populasi guru, populasi murid
atau populasi peserta kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Furqon (2009:146)
bahwa: ”populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau keadaan
yang paling tidak memiliki satu karakteristik yang sama.” Populasi menurut
Ridwan (2009:6) yaitu: ”Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian”.
Berdasarkan pendapat para ahli populasi dalam penelitian ini adalah
sekelompok siswa SMA Negeri 1 Majalaya yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler karate. Untuk populasi besar, penelitian menggunakan sampel
sebagai bagian dari populasi karena keterbatasan waktu, dana dan biaya.
Sedangkan bagi populasi dengan jumlah kurang dari 100, seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian. Sampel dianggap bagian dari populasi karena
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi. Sebagaimana
dijelaskan oleh Sugiyono (2010:68) sampling jenuh adalah sebagai berikut.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi kurang relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampel jenuh artinya seluruh populasi penelitian dijadikan sampel penelitian
C. Desain Penelitian
Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian karena desain penelitian dapat menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan
penelitiannya. Desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar. 3.1 Desain penelitian Nasution (2004:23)
Keterangan gambar 3.1:
X1 : Motif siswa putri (variabel bebas)
X2 : Persepsi siswa putri (variabel bebas)
Y : partisipasi ekstrakurikuler beladiri karate (variabel terikat).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang disusun secara beraturan
dan terencana dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Prosedur penelitian
merupakan pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian
yang akan membawa peneliti kepada suatu kesimpulan penelitian yang
merupakan pemecahan dari masalah yang diteliti. Proses penelitian yang
dikembangkan pada penelitian ini merupakan pengembangan penelitian
kuantitatif seperti pada gambar berikut: Motif Siswa Putri
(X1)
Persepsi Siswa Putri (X2)
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
(Sumber : Modifikasi dari Nazir, 2003:42)
E. Sumber Data Penelitian
Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan
keterangan tentang data. Dalam penelitian yang dilakukan penulis, sumber data
yang digunakan terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Kedua data
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber data primer merupakan sumber data dimana data yang diperoleh
langsung dari objek yang berhubungan langsung dengan penelitian.
Teori
Masalah penelitian (Kesenjangan antara keadaan yang seharusnya dengan kenyataan
TujuanPenelitian
Kerangka Teori
Mengumpulkan data ( angket, observasi, studi pustaka)
Analisis Data
Penafsiran data
Generalisasi
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang subjeknya tidak langsung
berhubungan dengan objek penelitian, tetapi sifatnya mendukung dan
memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang
menjadi data sekunder atau kepustakaan, hasil observasi, maupun situs
internet yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti dalam
penyusunan skripsi.
F. Instrument Penelitian
Diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam
penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanakan.
Nurhasan (2007:5) mengemukakan bahwa :
Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) Tes dalam bentuk-bentuk pertanyaan, b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (“F), derajat Celcius (“C).
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka pemecahan masalah dan mencapai tujuan penelitian.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi terstruktur
Obervasi terhadap objek penelitian dilakukan untuk mendukung data yang
diperoleh melalui kuestioner sebagai instrumen utama. Nazir (2003:175)
menyatakan bahwa: ”pengumpulan dengan observasi langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standard
Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b)pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang direncanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian ini pengamatan adalah gambaran tentang pelaksanaan
program pelatihan karate, proses latihan serta hal-hal yang terkait dengan latihan
karate.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang mengetahui atau terlibat
dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti pelatih, guru maupun siswa. Wawancara
dilakukan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi lengkap tentang
segala hal yang dipikirkan, dirasakan, direncanakan, dan dikerjakan baik dalam
kegiatan ekstrakurikuler karate
3. Studi kepustakaan
Studi pustaka dilakukan untuk menambah pemahaman terhadap masalah
penelitian dan menghindari terjadinya peniruan terhadap penelitian terdahulu baik
yang disengaja atau tidak.
4. Kuestioner
Kuestioner adalah instrumen utama penelitian yang digunakan guna
memperoleh data-data penelitian. Alat untuk mengumpulkan data adalah daftar
pertanyaan, yang sering disebut secara umum dengan kuestioner atau daftar yang
adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar pertanyaan
yang sama dapat diajukan terhadap setiap responden (Supranto,2006:23).
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
yang mana dalam angket tertutup ini pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah
memiliki alternatif jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih. Prosedur
dalam pembuatan kuestioner dengan skala likert adalah:
a. Peneliti mengumpulkan item-item pertanyaan yang cukup banyak, relevan
dengan masalah yang diteliti dan terdiri dari item pertanyaan yang cukup
jelas dari gradasi negatif sampai positif
b. Item pertanyaan tersebut dicobakan kepada sekelompok responden yang
mirip dengan populasi yang ingin diteliti
c. Responden memberikan jawaban sesuai dengan alternatif jawaban yang
disediakan dengan menggunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban responden seperti pada tabel
3.1 berikut:
Tabel 3.1 Skala Likert
NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai
Positif Negatif
Sumber : Metode Penelitian Sugiyono (2007)
Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji terlebih dahulu
mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try out. Tujuan diadakan try
reliabilitas. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006:135) bahwa “suatu
instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliabel”. Adapun syarat valid dan reliabel sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validasi mengacu pada keseuaian alat ukur untuk mengukur variabel
penelitian berdasarkan skor tes. Untuk menguji validitas konstruk dapat
dipergunakan pendapat para ahli (judgement expert) seperti diungkapkan Hadi
dalam Sugiyono (2010:176) bahwa: „bila bangunan teorinya sudah benar, maka
hasil pengukuran dengan alat (instrument) yang berbasis pada teori itu sudah
dipandang sebagai hasil yang valid„. Untuk mengetahui validitas empiris
dilakukan uji coba angket. Angket diuji cobakan dan dihitung. Perhitungan
dilakukan dengan membagi 27 % kelompok tertinggi dan 27 % kelompok
terendah dengan rumus :
t = ̅ 1- ̅2
√ +
Keterangan : ̅1 : rata-rata jawaban skor kelompok tinggi
̅2 : rata-rata kelompok skor terendah
N1 : jumlah sampel pada kelompok skor tinggi
N2 : jumlah sampel pada kelompok skor tinggi
Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan kedua kelompok tersebut
apabila perbedaannya signifikan maka angket tersebut dianggap valid (t hitung > t
tabel dengan derajat kepercayaan 95%).
Untuk melakukan validitas butir pertanyaan maka langkah yang dilakukan
adalah mengkorelasikan skor faktor tiap butir dengan jumlah total. Ketentuan
yaitu apabila ke dua kelompok tesebut diatas 0,30 maka instrument dianggap
memiliki validitas konstruksi yang baik. Uji korelasi menggunakan rumus
pearson product moment. yaitu
]
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara internal. “Secara internal
reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir-butir yang
ada pada instrument dengan teknik belah dua dari spearman Brow (split half)”,
Data dianggap memiliki reliabilitas instrumen apabila nilai korelasi antara
G. Operasional Variabel Penelitian
Operasional Variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke dalam indikator yang dijadikan rujukan atau pedoman dalam penyusunan instrumen
penelitian. Operasional dari masing-masing variabel dapat terlihat dari tabel 3.2
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub variabel Indikator
Motif
1. Motif beraffiliasi
1. Menginginkan kebersamaan dalam latihan
2. Mengajak orang lain untuk turut serta ikut dalam kegiatan
3. Menghindari perselisihan jika ada masalah
4. Lebih menekankan pada pertemanan dan persahabatan
2. Motif berprestasi
1. Menginginkan hasil belajar yang lebih baik
2. Siap berlatih
3. Mengikuti latihan secara teratur 4. Menginginkan evaluasi dan feedback
untuk memperbaiki hasil latihan
3. Motif berkuasa
1. Selalu ingin menjadi pemimpin dalam kelompok
2. Berusaha untuk mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan keinginannya 3. Aktif menentukan hasil latihan
maupun proses latihan
4. Menunjukkan identitas yang jelas
Persepsi 1. Kedekatan
1. Merasa memiliki kedekatan dengan orang lain dalam latihan
2. Merasa nyaman dan diperhatikan 3. Mudah memperoleh bantuan jika
2. Persamaan
1. Diperlakukan sama dalam latihan 2. Memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam latihan
3. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan keterampilan 4. Dihargai sebagai sesama anggota
kegiatan dalam latihan
3. Keberlanjutan program
1. Kegiatan akan berlanjut dan berlangsung lama
2. Memiliki program latihan yang jelas
Partisipasi
1. Kehadiran
1. Hadir dalam latihan 2. Mengikuti latihan
3. Terlibat aktif dalam latihan
2. Keterlibatan
1. Melaksanakan pemanasan 2. Melaksanakan tugas gerak 3. Mengikuti contoh gerak 4. Bekerja sama dengan teman
3. Keaktifan
1. Bertanya jika tidak mengerti 2. Bersemangat
3. Mengeluarkan pendapat 4. Mengeluarkan idea 5. Membayar iuran wajib
6. Membantu ketersediaan fasilitas latihan
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara melaksanakan analisis terhadap data,
dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik
atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami. Pengukuran gejala pusat
menggunakan teknik statistik modus (nilai yang paling banyak muncul), Median (nilai
tengah) dan mean (rata-rata hasil jawaban) untuk menjelaskan kelompok yang didasarkan
pada gejala pusat dari kelompok jawaban dengan menggunakan program SPSS versi 17.
x
x
observasi, kuestioner (angket) maupun dokumentasi” (Sugiyono, 2010:29). Beberapa
penyajian data hasil analisis deskriptif yang akan dikemukakan pada penelitian ini adalah:
1. Tabel data interval (hasil angket) yang terdiri dari tabel biasa, tabel distribusi
frekuensi). Teknik pembuatan distribusi frekuensi dilakukan dengan
langkah-langkah seperti dijelaskan Riduwan (2009:55) sebagai berikut:
a. Pengurutan data hasil angket dari terkecil dan terbesar
b. Menghitung jarak rentangan dengan rumus R = data tertinggi – data
terendah
c. Menghitung kelas (K) dengan struges, rumus yang digunakan adalah
jumlah kelas (k)= 1+3.3 log n
d. Panjang Interval kelas (P) rumusnya adalah= P =
e. Tentukan batas terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan dengan
menghitung kelas interval, caranya menjumlahkan ujung bawah kelas
ditambah panjang kelas (P) dan hasilnya dikurangi 1 sampai akhir
f. membuat tabel sementara (tabulasi data) dengan cara dihitung satu demi
satu sesuai dengan urutan interval
2. Uji Hipotesis
Sebelum dilakukan uji hipotesa maka sebagai prasyarat dilakukan uji
normalitas lilliefors dan uji homogenitas terhadap skor sampel penelitian dan
dilanjutkan dengan uji parametrik. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu ;
a. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai berikut :
b. Alpha yang digunakan adalah 0,05 dan daerah penerimaan berdasarkan alpha
tersebut adalah n = 18, dk = n-k-1 = 2.110 maka daerah penerimaan hipotesa
nol adalah + 2.110 dan – 2,110
c. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Sebelum
dilakukan analisis korelasi, maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan
normalitas dari setiap butir tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah data
tersebut berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu
dengan uji kenormalan secara non parametrik atau disebut uji Lilliefors.
Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pengamatan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ……., Zn
dengan mempergunakan rumus :
S
2) Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung pula F ( Zi ) = P ( Z < Zi )
3) Selanjutnya dihitung proporsi Zi, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:
4) Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6) Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo ini
dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji
Liliefors, dengan taraf nyata = 0.05. Kriterianya adalah: tolak hipotesis
nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data
pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji Liliefors. Dalam hal ini
hipotesis diterima.
d. Uji koefisien korelasi dengan skor berpasangan atau pearson product moment
karena data berbentuk interval atau ratio dengan menggunakan rumus :
1) Menghitung koefisien korelasi tunggal dengan menggunakan rumus:
2) Kemudian melakukan penghitungan uji signifikansi koefisien korelasi tunggal,
menggunakan pendekatan uji-t dengan rumus:
√
Keterangan:
t = t hitung yang dicari r = koefisien yang dicari i = jumlah sampel
Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien
atau hubungan dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian
hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Pada taraf nyata α = 0.05
dengan dk = n- 2 dalam hal lain jika hitung lebih besar dari t tabel maka Ho
ditolak.
3) Menghitung derajat hubungan tiga variabel atau koefisien korelasi multiple
dengan menggunakan rumus:
√
Keterangan :
Ry12 = Koefisien korelasi yang dicari
ry1 = Koefisien korelasi antara Y dan X1
ry2 = Koefisien korelasi antara Y dan X2
r12 = Koefisien korelasi antara X1 dan X2
d. Menguji signifikansi koefisiensi korelasi multipel atau ganda dengan
menggunakan pendekatan statistik uji-F dengan rumus:
Keterangan:
F = F hitung yang dicari
R = Koefisien korelasi yang dicari K = Jumlah variable bebas
e. Interpretasi Koefisien Korelasi berdasarkan interpretasi Sugiyono (2007 : 183). dapat terlihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Interpretasi Nilai Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0.199
0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
I. Hipotesis Statistik
Ho = Tidak terdapat hubungan antara motif dan persepsi siswi dengan
partisipasi siswi pada ektrakulikuler karate.
Hi = Terdapat hubungan antara motif dan persepsi terhadap partisipasi
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah disusun dan telah
diuji pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan mengenai motif dan
persepsi siswi terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler karate sebagai berikut :
1. Motif utama partisipasi siswi dalam ekstrakurikuler karate adalah motif
affiliasi.
2. Persepsi siswi berada pada tingkat tinggi (positif) terhadap ekstrakurikuler
karate.
3. Motif dan persepsi dalam kegiatan ekstrakurikuler karate memiliki hubungan
yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi siswi pada
ekstrakurikuler karate.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran-saran yang
diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pengajar
Pelatih mendorong para siswa agar berlatih secara lebih baik dan berusaha
meningkatkan motivasi siswa dengan menekankan pada pentingnya karate
2. Bagi Pihak Sekolah
Dukungan berupa penghargaan atau penyediaan sarana latihan akan
meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi atau berlatih. Kegiatan
olahraga karate memiliki dampak positif baik bagi sekolah maupun siswa
sehingga keberadaannya harus dikembangkan
3. Bagi Siswa
Sebaiknya meningkatkan kebutuhan akan prestasi dengan membangun
kesadaran bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk meraih prestasi dan
memiliki kemampuan untuk meraihnya dengan cara berlatih dan membangun
mental pantang menyerah. Karate adalah olahraga yang memberikan nilai
positif jika diikuti baik bagi prestasi maupun sebagai bekal untuk menjaga
diri sendiri.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat
dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis
DAFTAR PUSTAKA
Allport, Gordon W, (1945). The Psychology Of Participation.
Ardianto, E (2010), Metode Penelitian. Bandung : Simbosa.
Arikunto, Suharsimi. (1997). prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rieneke Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Petunjuk Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler. Jawa Barat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdiknas. (1992). Petunjuk Teknik Disiplin dan Tata Tertib Sekolah.
Djamarah (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Furqon (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Hermawan, et al (2008) Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta UT
Ibrahim, Komarudin (2007) Psikologi Pelatihan. Bandung FPOK UPI.
Indrapura, Hilman. (2010). Beladiri untuk Anak. jakarta : Dian Rakyat.
Kasschau,R (1995) Understanding Psychology. Ohio. Mc Graww Hill.
Nasution. (2004). Metode Reaserch. Bandung : PT. Jemar.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nitisemito, (1986). Partisipasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.
Nurhasan. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung FPOK.
Rahmat, J. (2006) Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.
Riduwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. bandung : Alfabeta.
Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Molan. Jakarta. Indeks.
Sagitarius (2008). Modul Karate. Bandung FPOK.
Santoso, (2010). Psikologi Sosial. Bandung : Aditama.
Sarwono, Wirawan (2002) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo.
Setiawan (2010) ; Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi I.I Diakses 20 Januari.,
Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta. Anem.
Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung ; Alfabet.
Supranto, J (2006). Statistika. Jakarta ; Erlangga.
Sumantri, Syaodih (2008) Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta UT.
Suryabrata (2003) Teori Kepribadian. Jakarta ; Rajawali.
Sutresna, Nina. (2011). Wanita Dan Olahraga Dalam Ragam Dimensi. Bandung.
Uno, Hamzah (2011) Teori Motivasi. Jakarta ; Bumi Aksara.
Yuskarim, Yus Solihin, (2010). Sosiologi Olahraga. Bandung.
Yusuf, Yusmar. (1990). Keadaan Kohesif Kelompok terhadap Partisipasi dalam Komuniti pada Kelompok Nelayan di Tanjung Pinang, Riau. Bulletin Pascasarjana Unpad.