PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG
OLAHRAGA BELADIRI
(Studi Deskriptif pada Atlet Cabang Olahraga Karate, Gulat, Tinju di Lingkungan UKM UPI)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh:
Pandu Fauzi Fahmi
1006541
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL
ATLET CABANG OLAHRAGA
BELADIRI
(Studi Deskriptif pada Atlet Cabang
Olahraga Karate, Gulat, Tinju di
Lingkungan UKM UPI)
Oleh
Pandu Fauzi Fahmi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Pandu Fauzi Fahmi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG
PANDU FAUZI FAHMI 1006541
PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELADIRI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nina Sutresna NIP. 196412151989012001
Pembimbing II
Dr. Komarudin, M.Pd 197204031999031003
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PROFIL
KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELADIRI”
ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,
PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG
OLAHRAGA BELADIRI
(Studi Deskriptif pada Atlet Cabang Olahraga Karate, Gulat, Tinju di
Lingkungan UKM UPI)
Pandu Fauzi Fahmi1; Nina Sutresna2; Komarudin3
Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia Pandu.fauzi@rocketmail.com
Abstrak
Penelitian ini menguraikan perihal profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate, gulat, dan tinju di lingkungan UKM UPI. Adapun masalah penelitian adalah 1) Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate; 2) Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat; 3) Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju; 4) Apakah terdapat perbedaan profil kualitas interaksi sosial diantara ketiga cabang olahraga beladiri tersebut.
Sampel dalam penelitian ini adalah atlet dari UKM UPI yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari 15 orang dari UKM karate, 15 orang dari UKM gulat, dan 15 orang dari UKM tinju. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) Kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate sebesar 77.96% memiliki kategori baik; (2) Kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat sebesar 77.56% memiliki kategori baik; (3) Kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju sebesar 77.07% memiliki kategori baik; (4) Tidak ada perbedaan profil kualitas interaksi sosial diantara ketiga cabang olahraga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka disarankan perlu ditingkatkan dan dipertahankan tentang interaksi sosial melalui pola komunikasi yang baik dengan teman atau rekan tim yang akan dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial yang berkualitas dan perbanyak kegiatan-kegiatan dengan tim atau rekan latihan dalam menjalin hubungan timbal balik.
THE PROFILE OF SOCIAL INTERACTION QUALITY
SPORT MARTIAL ATHLETES
(The Study of descriptive karate, wrestle, boxing athletes in UKM
UPI)
Pandu Fauzi Fahmi1; Nina Sutresna2; Komarudin3
Coach Faculity Of Sport Indonesia University Of Education
This study outlines the profile regarding the quality of social interaction athletes sport karate, wrestling, and boxing in the UKM UPI. The research problem is 1) What is the profile of social interaction quality sport karate athletes; 2) What is the profile of social interaction quality athletes sport of wrestling; 3) What is the profile of social interaction quality athletes sport of boxing; 4) Are there any differences between the profile of the quality of social interaction the third branch of the martial arts.
The sample in this study is the athlete of the UKM UPI totaling 45 people consisting of 15 people from UKM karate, 15 people from UKM wrestling, and 15 people from UKM boxing. The method used in this research is descriptive method with survey.
Based on the survey results revealed that (1) quality of social interaction sport karate athletes of 77.96% have either category, (2) quality of social interactions wrestling sport athlete at 77.56% have either category, (3) quality of social interaction boxing sport athlete at 77.07% have either category; (4) there is no difference in the quality of social interaction profiles among the three branches of the sport. Based on the above results, it is suggested needs to be improved and maintained on patterns of social interaction through good communication with your friends or teammates will be able to increase the ability to interact socially and multiply quality activities with teams or colleagues practice in a reciprocal relationship.
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii
ix
BAB III METODE PENELITIAN ... A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian...
b. Uji-Chi Kuadrat ...
B. Pembahasan ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...
59
60
63
63
63
65
67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini
tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan
arti pentingnya olahraga itu sendiri, di samping adanya dukungan dan
perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga. Tujuan
dari pembinaan olahraga yang utama adalah untuk meningkatkan prestasi
atlet lebih jauh juga bertujuan untuk mengidentifikasikan calon atlet
berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya
yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan
sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan.
Pengelompokkan jenis olahraga dalam konteks prestasi dikenal
dengan beberapa macam antara lain ada istilah olahraga individu, perorangan
dan beregu. Terkait dengan pembagian cabang olahraga beberapa ahli
mengelompokkan sebagai cabang olahraga beladiri, akuatik, permainan, dll.
Dari sisi sistem penilaian ada olahraga terukur dan tidak terukur. Sedangkan
dari dimensi tugas gerak dikenal olahraga siklis dan asiklis. Terkait dengan
pengelompokan-pengelompokan tersebut maka diikuti pula dengan
karakteristik dalam hal kondisi fisik yang disyaratkan. Dan untuk saat ini
bukan hanya kondisi fisik saja yang berpengaruh terhadap raihan prestasi
tetapi juga adalah faktor – faktor psikologi sosial yang akan sangat
mempengaruhi keberhasilan seorang atlet baik dalam proses latihan maupun
pertandingan.
Olahraga beladiri adalah olahraga yang menggunakan kontak fisik
baik itu memukul, menendang, membanting. Olahraga ini sangat populer
tidak saja di kalangan anak muda tapi juga orang tua. Olahraga ini banyak
digemari, karena dapat menyalurkan luapan emosi yang bisa memuaskan
peserta. Cabang olahraga beladiri identik dengan kekerasan. orang yang
2
tinggi sehingga mereka dalam kesehariannya menjadi orang yang cukup
ditakuti. Terkait dengan wacana yang beredar di masyarakat dalam konteks
olahraga prestasi olahraga beladiri umumnya banyak diminati oleh kalangan
masyarakat menengah ke bawah. Cabang olahraga tersebut pada dasarnya
mempunyai agresivitas yang tinggi. Selain mengajarkan kuat fisik dan pandai
bertarung, beladiri juga mengajarkan sikap mental. Sikap mental tersebut
antara lain pengendalian diri, berani, disiplin, dan cenderung memiliki sifat
agresif yang tinggi.
Karakteristik yang melekat pada cabang olahraga beladiri
sebagaimana paparan diatas, antara lain sangat kuat unsur agresivitas. Dengan
demikian diyakini bahwa seseorang yang menggeluti cabor ini umumnya
memiliki tingkat keberanian di atas rata-rata. Salah satu cabang olahraga
beladiri yang populer dan memiliki peminat yang cukup tinggi adalah karate.
Cabang olahraga ini berasal dari jepang, dan di Indonesia dikenal sejak tahun
1963 dan didemonstrasikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang baru
pulang dari Jepang. Peminat cabang beladiri ini berasal dari semua kalangan,
baik dari usia muda sampai usia tua. Bahkan ada dibeberapa sekolah yang
menerapkan cabor karate pada ekstrakurikuler.
Cabang olahraga beladiri lainnya juga yang populer adalah gulat.
Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat
harus menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka. Teknik dalam gulat
ini dapat menyebabkan luka yang serius. Cabang olahraga beladiri lain yang
juga mempunyai peminat yang cukup tinggi adalah tinju. Tinju adalah
olahraga dan seni beladiri dimana dua orang partisipan dengan berat yang
serupa bertanding satu sama lain dengan menggunakan tinju mereka dalam
rangkaian pertandingan berinterval satu atau tiga menit yang disebut “ronde”.
Baik dalam olimpiade ataupun olahraga profesional, kedua petarung
menghindari pukulan lawan mereka sambil berupaya mendaratkan pukulan
Dari tilikan analisis gerak cabang olahraga beladiri memiliki resiko
yang cukup tinggi, baik itu cedera, kematian, dll. Disini atlet ditantang untuk
menghadapi kemungkinan yang ada. Faktor lain yang turut mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam olahraga adalah dimensi interaksi sosial. Secara
harfiah interaksi sosial adalah hubungan secara langsung seorang individu
dengan individu yang lain, menurut Bonner dalam Ahmadi (2007: 49),
“interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.” Maka dari itu perlu
diperhatikan dari segi interaksi atau interaksi sosial yang nantinya akan
berpengaruh terhadap psikis seseorang. Hal ini merupakan keuntungan bagi
manusia, sebab akan timbul kemajuan-kemajuan dalam hidup bermasyarakat.
Interaksi sosial mempengaruhi prestasi atlet karena mereka harus bisa
berinteraksi dengan yang lainnya baik itu berinteraksi dengan sesama tim,
interaksi dengan pelatih dan pembina olahraga, maupun interaksi dengan
lingkungannya.
Dalam kegiatan olahraga interaksi antar atlet, atlet dengan pelatihnya,
dan antara anggota tim yang satu dengan anggota tim yang lain akan
menimbulkan dampak-dampak psikologis tertentu. Semua hal tersebut tidak
boleh diabaikan dalam mempelajari gejala-gejala psikologis dalam olahraga.
Lingkungan akan sangat mempengaruhi perkembangan pribadi manusia
karena mereka terjun langsung ke dalam lingkungan. Dipaparkan oleh Stern
dalam Ahmadi (2007: 51) “Perkembangan pribadi manusia itu dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan.”
Disini sangat berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan individu dengan
lingkungannya maupun sosial. Bagaimana bisa seorang individu dapat
menyesuaikan diri tanpa adanya lingkungan dan sosial. Adanya faktor
lingkungan disini seorang individu bisa dapat menyesuaikan apa saja yang
diberikan oleh lingkungan, lingkungan yang buruk akan berdampak buruk
terhadap individu tersebut dan lingkungan yang baik akan berdampak baik
4
Dari dimensi sosial individu akan sangat mudah menerima stimulus
dari kehidupan sosial disekitarnya. Jika kehidupan sosial disekitarnya buruk
akan berdampak buruk dan sebaliknya. Hal tersebut sangat penting untuk
diperhatikan, karena stimulus yang diberikan oleh lingkungan akan
berdampak terhadap kehidupan seseorang.
Mengacu pada karakterisitik cabang olahraga beladiri sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya serta mengingat peranan interaksi sosial dalam
mencapai keberhasilan, maka penulis tertarik untuk mengkaji profil kualitas
interaksi sosial atlet yang menggeluti cabang olahraga beladiri yaitu karate,
gulat dan tinju.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, yang menjelaskan
bagaimana karakter atlet beladiri dan tentang interaksi sosial, maka yang
menjadi pokok masalah yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate ?
2. Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat?
3. Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju?
4. Apakah terdapat perbedaan profil kualitas interaksi sosial diantara ketiga
cabang olahraga beladiri tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis tetapkan dan rumuskan, maka
dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui lebih jelas profil kualitas interaksi sosial atlet cabang
olahraga karate.
2. Untuk mengetahui lebih jelas profil kualitas interaksi sosial atlet cabang
olahraga gulat.
3. Untuk mengetahui lebih jelas profil kualitas interaksi sosial atlet cabang
olahraga tinju.
4. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan profil kualitas interkasi sosial
D. Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai peranan yang penting untuk
mengumpulkan data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Artinya ketika
data termaksud diolah dan dianalisis hasilnya dapat memberi jawaban atau
kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Metode
penelitian berguna untuk mencari jawaban atau menggambarkan terhadap
permasalahan yang akan dibahas. Pemilihan suatu metode penelitian harus
sesuai dengan permasalan dan tujuan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan teknik survey. Peneliti mencoba untuk menggambarkan fenomena apa
yang terjadi. Kemudian peneliti akan mengumpulkan data dari setiap cabang
olahraga dan akan menentukan perlakuan atau tes apa yang akan diberikan.
Menurut lutan (2007: 31) menjelaskan bahwa yang termasuk kedalam
jenis penelitian deskriptif adalah survey. Karakteristik dari penelitian survey
adalah:
1. Informasi yang dikumpulkan dari sekelompok orang-orang untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakteristik populasi dari mana orang-orang itu berasal.
2. Cara mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan, jawaban pertanyaan ini dari anggota-anggota kelompok menyatakan data penelitian.
3. Informasi dikumpulkan dari sampel dan bukannya dari setiap anggota
populasi.
Berdasarkan karakteristik penelitian survey sebagaimana penjelasan
diatas, maka penulis berasumsi bahwa metode ini tepat digunakan untuk
mengungkap data dan informasi tentang profil kualitas interaksi sosial atlet
6
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang
diharapkan penulis melalui penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan
secara praktis, yang dipaparkan sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk informasi ilmiah dalam bidang
olahraga khususnya olahraga cabang beladiri mengenai interaksi sosial
atlet.
2. penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pelatih tentang tingkah laku
atlet khususnya kualitas interaksi sosial pada cabang beladiri.
b. Secara Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada pelatih terutama pada
cabang olahraga beladiri terutama tentang kualitas interaksi sosial atlet.
2. Hasil penelitian ini dapat diketahui berbagai perbedaan kualitas interaksi
sosial antara atlet karate, gulat, dan tinju.
F. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan dan untuk
mendapatkan data yang akurat, peneliti akan membatasi agar dapat diperoleh
hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup
agar tidak terlalu meluas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah profil kualitas interaksi
sosial atlet cabang olahraga beladiri karate, gulat, dan tinju.
2. Profil kualitas interaksi sosial secara spesifik diarahkan kepada hubungan
interaksi sosial yang dimiliki oleh atlet cabang olahraga karate, gulat dan
tinju.
3. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah UKM mahasiswa UPI
yang menggeluti cabang olahraga karate, gulat, dan tinju.
4. Instrumen penelitian menggunakan angket yang disusun oleh peneliti
G. Batasan Istilah
Agar menghindari kesalahan atau perbedaan persepsi dalam hal ini
definisi dan istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka penulis
menganggap perlu menjelaskan makna istilah-istilah berikut:
1. Profil. Menurut Hennri (1994: 76) profil adalah “orang yang menjalankan
peranan tertentu dalam suatu peristiwa. Jadi pemeran juga bisa disebut
tokoh yang menjalankan peranan tertentu.”
2. Interaksi sosial. Menurut Gerungan (2004: 62) interaksi sosial merupakan
hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain, yang saling
memengaruhi satu dengan yang lainnya.
3. Atlet. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian atlet
(at.let) adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).
4. Beladiri. Menurut Wikipedia (2013) beladiri adalah satu kesenian yang
timbul sebagai satu cara seseorang mempertahankan / membela diri.
H. Struktur Organisasi Penelitian
Struktur organisasi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap
bab dan bagian bab dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini sturktur
organisasi penelitian dirinci sebagai berikut:
BAB I memuat tentang pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, batasan istilah, populasi dan sampel
penelitian, dan struktur organisasi penelitian.
BAB II menerangkan tentang konsep, teori dan pendapat para ahli terkait
dengan masalah yang diteliti.
BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk
komponen yang lainnya seperti populasi dan sampel, variabel dan
desain penelitian instrument penelitian, prosedur pelaksanaan tes,
8
BAB IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi pengolahan data untuk menghasilkan temuan yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
BAB V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang memaparkan hasil
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/sampel Penelitian
Salah satu unsur yang memiliki arti cukup penting dalam suatu
penelitian adalah terkait dengan sumber data, hal tersebut dijelaskan oleh
Arikunto (2006: 129) sebagai berikut, “sumber data dalam penelitian adalah
subjek darimana data dapat diperoleh.” Pada umumnya sumber data dalam
suatu penelitian ini disebut juga populasi atau sampel. Menurut Arikunto
(2006: 130) menjelaskan “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis menentukan populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota UKM karate UPI, UKM
gulat UPI, UKM tinju UPI. Sampel pada penelitian ini berpedoman pada
pendapat Arikunto (2006: 134) bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: 1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan pada penjelasan diatas maka jumlah sampel pada
penelitian ini ditetapkan 45 orang, dan untuk sistem pembagian 15 orang
diambil dari ukm karate, 15 orang dari ukm gulat, dan 15 orang diambil dari
ukm tinju. Dari pembagian tersebut maka penulis mengambil sampel secara
22
B. Desain Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
(Arikunto.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, 2006: 186)
POPULASI
SAMPEL
Uji Coba angket
Kesimpulan data Analisis dan pengumpulan data
C. Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai peranan yang penting untuk
mengumpulkan data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Definisi
metode dalam penelitian dikemukakan oleh Arikunto (2006: 160) dijelaskan
bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitinya.” Dinyatakan demikian karena metode
merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode
penelitian berguna untuk mencari jawaban atau menggambarkan terhadap
permasalahan yang akan dibahas. Pemilihan suatu metode penelitian harus
sesuai dengan permasalan dan tujuan penelitian, ada beberapa metode yang
bisa dipergunakan dalam suatu penelitian, diantaranya metode historis,
deskriptif, dan eksperimen.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
teknik survey, yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi yang sedang
terjadi melalui data-data yang dikumpulkan. Arikunto (2006: 208)
menjelaskan “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diwujudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu
keadaan gejala apa adanya pada suatu penelitian yang dilakukan.” Lebih jelas tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Furchan (2004: 27) terutama
mengenai karakteristiknya sebagai berikut:
1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, menggunakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat, 2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, 3)Tidak adanya uji hipotesis.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa dalam penelitian ini data yang didapat pertama-tama dikumpulkan,
disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Penelitian ini tidak ada perlakuan yang
diberikan dan tidak adanya uji hipotesis karena bertujuan supaya dalam
penelitian ini bisa mendapatkan hasil yang tepat dan juga penelitian yang
akan dilakukan bisa berhasil.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survey.
24
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan mengadakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat perilaku dan nilai.
Kemudian Lutan (2007: 131) menjelaskan bahwa yang termasuk ke
dalam jenis penelitian deskriptif adalah penelitian survey. Karakteristiknya
sebagai berikut:
1. Informasi yang dikumpulkan dari sekelompok orang-orang untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakteristik populasi dari mana orang-orang itu berasal.
2. Cara mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan, jawaban pertanyaan ini dari anggota-anggota kelompok menyatakan data penelitian.
3. Informasi dikumpulkan dari sampel dan bukannya dari ssetiap anggota populasi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner.
Mengenai kuesioner oleh Narbuko dan Achmadi (2004: 76) menjelaskan
“metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.” Lebih jelas
menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 76) “untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang
diselidiki), terutama pada penelitian survey.”
Adapun tujuan menggunakan teknik angket atau kuesioner menurut
Narbuko dan Achmadi (2004: 76) ialah: 1). Memperoleh informasi yang
relevan dengan tujuan penelitian, 2). Memperoleh informasi mengenai suatu
masalah secara serentak.
Kemudian Arikunto (2006: 151) menjelaskan bahwa “kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal
yang ia ketahui.”
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teknik
dengan profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga beladiri karate,
gulat, dan tinju.
D. Definisi Operasional 1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial didefinisikan sebagai perilaku yang secara sadar
dilakukan untuk melakukan hubungan timbal balik kepada orang lain dalam
satu situasi sosial dengan tujuan tertentu. Ahmadi (2007: 49) “interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain atau sebaliknya.” Interaksi sosial memiliki faktor-faktor seperti imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, situasi kebersamaan, dan situasi
kelompok (Abu Ahmadi, 2007).
a.Imitasi merupakan orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya.
Imitasi (peniruan) merupakan upaya seseorang untuk melakukan
penyamaan terhadap orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara
berfikir, penampilan, keterampilan,kemampuan, dan lain-lain.
b.Sugesti merupakan pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri
(auto-sugesti) maupun dari orang lain (hetero-sugesti), yang pada
umumnya diterima tanpa adanya daya kritik.
c.Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Faktor identifikasi
ini memegang peranan penting dalam interaksi sosial.
d.Simpati perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
simpati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama
antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.
e.Situasi kebersamaan ialah situasi dimana berkumpul sejumlah orang yang
sebelumnya saling tidak mengenal, dan interaksi sosial yang lalu terdapat
diantara mereka itu tidak seberapa mendalam.
f. Situasi kelompok merupakan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua
26
lain. Karena terdapat situasi ini maka terbentuklah kelompok sosial,
artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih
individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat
yang disebut instrumen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket
sebagai alat pengumpul data. Sehubungan dengan angket atau kuesioner
dijelaskan oleh Arikunto (2006: 151) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.” Angket dalam
penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui indikator, sub
indikator, dan pertanyaan. Butir-butir pertanyaan ini merupakan gambaran
tentang kualitas interaksi sosial atlet beladiri.
Dalam penyusunan kisi-kisi angket penulis akan merumuskan dari
variabel menjadi indikator interaksi sosial, semua dapat dilihat dari susunan
yang sudah tersedia agar pokok bahasan dari pembahasan dapat diketahui
hasilnya dari soal-soal yang akan dibuat nantinya.
Untuk memudahkan menyusun butir-butir pertanyaan atau pertanyaan
angket, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu
jawaban. Jawaban yang dipilih didasarkan pada pendapatnya sendiri atau
suatu yang dialami.
1. Penyusunan kisi-kisi angket
Tujuan penyusunan kisi-kisi angket adalah untuk memudahkan
penulis dalam penyusunan data penelitian. Maka dari itu penulis membuat
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket
variabel indikator Sub indikator Item
+ -
imitasi a. Mengikuti sesuatu
diluar dirinya
1, 2 3
b. Penyamaan perilaku dengan orang lain
4, 5 6
Sugesti a. Memberi pengaruh
kepada orang lain
identifikasi Melakukan apa yang orang lain lakukan
16, 17 18
simpati Tertariknya kepada individu lain
Setelah indikator-indikator disusun dalam kisi-kisi diatas, selanjutnya
kisi-kisi tersebut dijadikan acuan untuk menyusun suatu pernyataan yang
akan disebarkan dalam satu kuesioner. Mengenai jawaban dalam angket,
penulis menggunakan skala likert. Menurut Abduljabar (2010: 98)
menjelaskan “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.”
Kemudian menurut Nazir (2005: 338) mengatakan bahwa:
28
dan secara pasti buruk, tidak dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral, dan rangking lain diantaranya dua sikap yang pasti diatas.
Setiap pertanyaan itu mempunyai lima alternatif jawaban sebagai
berikut:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (R)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk setiap pernyataan memiliki nilai/skor skala sikap
masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Skala Likert
Arah dari
pernyataan
(SS) (S) (R) (TS) (STS)
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Penyusunan pernyataan-pernyataan tidak boleh sembarang, penjelasan
Likert dalam Abduljabar (2010: 101) sebagai berikut :
1. Pernyataan itu harus merupakan gambaran dari prilaku yang diinginkan dan bukan menyatakan suatu fakta.
2. Setiap pernyataan harus jelas, singkat, terarah, dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambiguity).
3. Hendaknya diusahakan supaya model jawaban tidak terhimpun di satu ujung kontinium, tetapi sebagian berada di ujung lain terletak di tengah kontinium arah sikap itu.
4. Keseluruhan perangkat skala itu hendaknya mencakup dua kelompok pernyataan, ialah terarah positif dan yang berarah negatif. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan jawaban yang steriotipis dari responden.
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan dalam
penyusunan angket harus bersifat jelas, singkat, dan terarah serta memiliki
tafsiran ganda agar terhindar dari jawaban steriotipis dari responden.
3. Uji Coba Angket
Dalam sebuah penelitian terlebih dahulu harus dilakukan pengujian
terhadap alat ukur yang digunakan yaitu berupa angket/kuesioner. Metode
yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas agar data yang diperoleh
dapat dipercaya atau diakui kebenarannya. Menurut sugiyono (2011: 98)
bahwa: “Instrumen yang reliabel belum tentu valid, reliabilitas instrumen
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument.”
Uji angket ini diberikan kepada mahasiswa yang aktif mengikuti
UKM Taekwondo UPI bukan diberikan kepada sampel sebenarnya. Uji
angket ini dilaksanakan pada tanggal 2-4 Desember 2013. Angket ini diujikan
kepada 20 sampel.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat
keandalan atau ketepatan suatu alat ukur. Arikunto dalam Riduwan (2004:
97) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan
tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.” Kemudian Sugiyono dalam Riduwan (2004: 97) menjelaskan “instrumen dikatakan valid berarti
menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid
sehingga valid berarti instrumen instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.”
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran yang digunakan mengukur apa yang ingin diukur, atau sejauh
mana alat pengukuran yang digunakan tersebut mengenai sasaran
pengukuran. Validitas alat ukur merupakan taraf kesesuaian dan ketepatan
dalam melakukan suatu penilaian, atau dengan kata lain apakah alat ukur
(kuesioner) tersebut sudah benar.
Untuk menetukan kevalidan dari item suatu kuesioner digunakan
30
dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh responden (y)
dengan skor masing-masing butir soal (x) dengan rumus sebagai berikut:
r hitung = n Σ xy –( Σx )(Σy)
{n Σ x2 –(Σ x)2 } {n Σ y2 –(Σ y)2
Keterangan :
r hitung = Koefisien Korelasi Σ xi = Jumlah skor item
Σ yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden
(Riduwan, 2004: 98)
Uji validitas soal dilakukan kepada 20 orang dengan 40 butir soal.
Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Tabel Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba
No Koefisien Korelasi Kriteria t hitung Kriteria
1 0,652 Tinggi 3,647 valid
2 0,472 Cukup 2,272 valid
3 0,639 Tinggi 3,525 valid
4 0,508 Cukup 2,499 valid
5 0,489 Cukup 2,379 valid
6 0,045 Sangat Rendah 0,193 -
7 0,469 Cukup 2,251 valid
8 0,668 Tinggi 3,808 valid
9 0,549 Cukup 2,784 valid
10 0,289 Rendah 1,282 -
11 0,065 Sangat Rendah 0,277 -
12 -0,283 Sangat Rendah -1,254 -
13 0,486 Cukup 2,362 valid
14 0,070 Sangat Rendah 0,296 -
15 0,395 Rendah 1,824 -
16 0,217 Rendah 0,943 -
18 0,725 Tinggi 4,464 valid
19 0,482 Cukup 2,335 valid
20 0,006 Sangat Rendah 0,025 -
21 0,478 Cukup 2,307 valid
22 0,615 Tinggi 3,306 valid
23 0,071 Sangat Rendah 0,300 -
24 0,449 Cukup 2,445 valid
25 0,589 Cukup 3,096 valid
26 0,702 Tinggi 4,187 valid
27 0,704 Tinggi 4,205 valid
28 0,600 Cukup 3,180 valid
29 0,763 Tinggi 5,014 valid
30 0,511 Cukup 2,523 valid
31 0,558 Cukup 2,850 valid
32 0,790 Tinggi 5,460 valid
33 0,815 Sangat Tinggi 5,967 valid
34 0,851 Sangat Tinggi 6,877 valid
35 0,152 Sangat Rendah 0,653 -
36 0,459 Cukup 2,194 valid
37 0,449 Cukup 2,133 valid
38 0,793 Tinggi 5,515 valid
39 0,700 Tinggi 4,162 valid
40 0,670 Tinggi 3,834 valid
Kriteria pengujian validitas diklasifikasi berdasarkan Tabel 3.3
Klasifikasi Validitas butir Soal yang telah dibahas pada subbab sebelumnya.
Berdasarkan uji validitas diatas dapat dilihat kriteria klasifikasi
masing-masing soal. Dengan taraf signifikansi 5% dan banyak data responden 20
orang maka dapat diperoleh bahwa . Dapat
dilihat bahwa terdapat butir soal yang memiliki yaitu butir
soal nomor 6,10,11,12,14,15,16,20,23 dan 35. Maka kesepuluh butir soal
tersebut tidak valid. Sedangkan untuk 30 butir soal lainnya memiliki
32
Setelah dilakukannya uji validitas dan mengetahui item soal yang
telah valid, maka item soal tersebut dijadikan kisi-kisi angket. Berikut adalah
kisi-kisi angket yang sudah diuji coba dan uji validitas pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kisi-kisi angket setelah uji coba
variabel indikator Sub indikator Item
+ -
imitasi a. Mengikuti sesuatu
diluar dirinya
1, 2 3
b. Penyamaan perilaku dengan orang lain
4, 5 -
Sugesti a. Memberi pengaruh
kepada orang lain
6, 7, 8 -
b. Terpengaruh oleh orang lain
9 -
identifikasi Melakukan apa yang orang lain lakukan
10 11
simpati Tertariknya kepada individu lain
Uji reliabilitas soal digunakan untuk menentukan suatu instrumen
apakah sudah dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Uji reliabilitas menggunakan teknik perhitungan koefisien reliabilitas dengan
menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2004: 115). Rumusnya
r11 = 1 –
Keterangkan :
r11 = Nilai Reliabilitas
Σ Si = Jumlah varian skor tiap-tiap item St = Varians total
K = Jumlah item
(Riduwan, 2004: 115)
Hasil perhitungan reliabilitas dengan jumlah item k = 40 dapat dilihat
pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Uji Reliabilitas Soal Uji Coba
k r11 r tabel Kriteria
40 0,903 0,444 Sangat tinggi
Dengan taraf signifikansi 5% dan banyak responden 20 maka
diperoleh . Dapat dilihat pada tabel di atas, nilai
reliabilitas (metode Cronbach Alpha) untuk 30 butir soal yang telah valid
adalah 0,903. Maka yang artinya bahwa semua butir soal telah
reliabel atau dapat dipercaya. Interpretasi koefisien korelasi dijelaskan pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Interpretasi koefisien korelasi
Antara 0, 800 – 1, 000 Sangat Tinggi
Antara 0, 600 – 0, 799 Tinggi
34
Antara 0, 200 – 0, 399 Rendah
Antara 0, 000 – 0, 199 Sangat Rendah
(Riduwan, 2004)
F. Proses Pengembangan Instrument
Proses pengembangan instrument yang digunakan untuk menghimpun
informasi terkait dengan profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga
beladiri karate, gulat, dan tinju dilakukan melalui beberapa langkah antara
lain:
1. Penelusuran berbagai pendapat dan teori yang terkait dengan variabel
penelitian.
2. Teori/pendapat yang dijadikan acuan untuk menyusun pertanyaan adalah
sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi. Menurut Abu Ahmadi interaksi
sosial terdiri dari hubungan timbal balik, komunikasi, penyesuaian diri,
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, situasi kebersamaan, dan situasi
kelompok. Dari indikator tersebut diturunkan menjadi sub indikator,
kisi-kisi, dan item pertanyaan.
3. Setelah item pertanyaan tersusun, maka untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas instrument dilakukan uji coba terhadap sampel diluar penelitian
yang memiliki karakteristik sama dengan sumber data.
4. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas selanjutnya angket tersebut
digunakan pada atlet cabang olahraga karate, gulat, dan tinju. Untuk
mengetahui profil kualitas interaksi sosial.
G. Teknik Pengumpulan Data
Angket adalah pengumpulan data melalui pertanyaan yang diajukan
dengan cara tertulis, dan disebarkan pada objek tertentu secara serentak dalam
waktu bersamaan guna mendapatkan keterangan atau pendapat yang
diperlukan, sebagaimana penjelasan Riduwan (2004: 71) “angket adalah
respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.” Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, sebagaimana
penjelasan Sudjana (1990 :5) bahwa:
Angket tertutup yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal mengisi atau menandainya secara mudah dan tepat.
Daftar pertanyaan yang dsusun harus sedemikian rupa dan banyak
pilihan untuk dijawab oleh responden. Kemudian Riduwan (2004: 72)
menjelaskan bahwa:
Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√).
Menurut Sugiyono (2011: 142) menjelaskan bahwa “kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.” Dipandang dari bentuknya yaitu menggunakan kuesioner check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan check list (√) pada
kolom yang sesuai. Dan tujuan dilakukan angket atau kuesioner ialah: 1)
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, 2) memperoleh
informasi mengenai suatu masalah secara serentak.
Angket atau kuesioner yang penulis gunakan dalam penelitian ini
terdiri dari variabel, indikator, dan sub indikator. sejumlah pertanyaan yang
ditawarkan adalah merupakan gambaran tentang profil kualitas interaksi
sosial cabang olahraga karate, gulat, dan tinju.
H. Analisis Data
Agar analisis data dalam penelitian ini berjalan dengan lancar, maka
penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melihat dan memutuskan hasil sah atau tidak. Setelah angket dibagikan
kepada sumber, penulis mengumpulkan kembali yang kemudian diperiksa
36
Mungkin saja dalam pengisian angket responden tidak mengisi salah satu
butir pernyataan atau berisi lebih dari satu jawaban.
2. Memberikan nilai pada tiap butir pernyataan dalam angket yang telah
dijawab dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
a. Pernyataan positif : SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, STS = 1
b. Pernyataan negatif : SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, STS = 5
3. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.
4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk setiap responden.
5. Menganalisa data untuk memperoleh kesimpulan penelitian.
Untuk memperoleh hasil akhir yaitu berupa gambaran dan presentasi
tentang profil kualitas interaksi sosial cabang olahraga beladiri, penulis
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan :
P = Jumlah atau besarnya persentase yang dicari
Σx1 = Jumlah skor berdasarkan alternative jawaban
Σxn = Jumlah skor total
Setelah data didapat kemudian menyimpulkan untuk mempermudah
dalam penafsiran dan penyimpulan. Dalam hal ini memilih parimeter yang
dikemukakan oleh Arikunto dalam Sarwanto (2010: 54), dengan menafsirkan
kriteria penilaian presentasi. Kriteria Frekuensi Presentasi dijabarkan pada
Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Kriteria Frekuensi Presentasi
Rentang Nilai Kriteria
76 – 100% Baik
B K B K
(Oij - Eij)² Eij
i=j j=1 =
X²
∑ ∑
40 – 55% Kurang baik
<40% Tidak baik
Uji perbedaan dilakukan dengan menggunakan uji-chi kuadrat, yaitu
untuk menguji apakah terdapat perbedaan diantara cabang olahraga karate,
gulat dan tinju terhadap kualitas interaksi sosial. Hipotesis dari kedua uji
tersebut adalah sebagai berikut.
:
:
Statistik hitung :
Rumus X²
hitung untuk uji-Chi Kuadrat: X²hitung
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian yang berjudul “Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri”, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) Gambaran kualitas
interaksi sosial atlet cabang olahraga karate ada pada kategori baik dengan
presentase sebesar 77.96%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang
baik sejumlah 9 orang dan yang cukup sejumlah 6 orang; (2) Gambaran
kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat ada pada kategori baik
dengan presentase sebesar 77.56%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial
yang baik sejumlah 10 orang dan yang cukup sejumlah 5 orang; (3) Gambaran
kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju ada pada kategori baik
dengan presentase sebesar 77.07%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial
yang baik sejumlah 12 orang dan yang cukup sejumlah 3 orang; (4) Dari
ketiga cabang olahraga tersebut tidak memiliki perbedaan kualitas interaksi
sosial. Walaupun rata-rata interaksi sosial cabang olahraga karate lebih tinggi
daripada kualitas interaksi sosial cabang olahraga gulat dan tinju, akan tetapi
tidak dapat disimpulkan bahwa kualitas interaksi sosial cabang olahraga karate
lebih baik dari pada kualitas interaksi sosial cabang olahraga gulat dan tinju.
B. Saran
Memperhatikan kesimpulan diatas untuk mengantisipasi hal-hal yang
berhubungan dengan kualitas interaksi sosial untuk atlet cabang olahraga
beladiri, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi atlet perbanyak komunikasi yang baik dengan sesama tim atau
rekan latihan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan baik; belajar memahami dan menerima
perbedaan orang lain merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri;
pola komunikasi yang baik dengan teman dan rekan akan dapat
2. Bagi pelatih perbanyak kegiatan-kegiatan dengan tim atau rekan
latihan dalam menjalin hubungan timbal balik.
3. Diharapkan diadakan penelitian lanjutan tentang kualitas interaksi
sosial agar segala kekurangan dari penelitian ini bisa lebih
65
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Basirun. (2009). Penelitian Survey. Tersedia di: http://basirunjenispel.blogspot.com.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Erawan, B. (2008). Gulat. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Furchan. (2004). Penelitian Deskriptif. Tersedia di:
http://ardhanal12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/.
Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Johana, K. dan Mulyana. (2010). Olahraga Tinju. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Lutan Rusli, Berliana, Yadi Sunaryadi. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung.
Nazir. (2005). Metode Penelitian Deskriptif. Tersedia di:
http://azizovic26.blogspot.com/2011/01/metode-deskriptif-metode-deskriptif.html.
Nurhasan, Hasanudin, Dan Hidayah, N. (2008). Statistika. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Reading, Hugo. (1986). Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali.
Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung.
Sagitarius. (2008). Pelatihan Cabor Karate. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Scheinkman, Jose A. (2002). Social Interaction. Tersedia di:
www.princeton.edu/joses/wp/socialinteractions.pdf.pada.2008.
Sudjana. (1990). Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.