• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA

PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR

MUHAMMAD ISMAIL

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ISMAIL. Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA.

Metode penyadapan yang digunakan dalam menyadap getah pinus saat ini menggunakan metode quarre. Metode penyadapan ini mudah diimplementasikan namun penggunaan metode ini menyebabkan tingginya tingkat kerusakan pada pohon yang disadap. Untuk meminimalisir tingkat kerusakan pada pohon maka digunakan alternatif metode penyadapan yaitu metode bor. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh getah dengan jumlah bidang sadap yang optimal dalam satu pohon dengan meminimalisir tingkat kerusakan. Pohon pinus disadap menggunakan bor mekanis yang kemudian diberi stimulansia. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data diperoleh dari enam perlakuan yaitu jumlah bidang sadap: satu sampai enam bidang sadap. Setiap perlakuan menggunakan 10 pohon contoh yang berdiameter ≥30 cm. Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak jumlah bidang sadap maka produksi getah per pohon akan semakin besar, namun rataan produksi getah per bidang sadap akan semakin kecil. Laju pertambahan produksi getah akibat penambahan bidang sadap akan meningkat sampai dengan tiga bidang sadap per pohon. Penambahan bidang sadap lebih dari tiga cenderung menurunkan laju pertambahan produksi. Jumlah bidang sadapan yang optimal untuk penyadapan pohon pinus dengan metode bor adalah sebanyak tiga bidang sadap dengan rata-rata produksi sebesar 38.02 g/pohon/hari.

Kata kunci: bidang sadap, metode bor, pinus, produksi getah

ABSTRACT

MUHAMMAD ISMAIL. Determination of the Quantity of Tapping Areas in Tapping Pine Resin Using The Drill Method. Supervised by GUNAWAN SANTOSA.

The current method of tapping pine resin is quarre method. A method of tapping is simple to be implemented, but using this method causes the high level of damage to the tree. In order to decrease the rate of the damage, drill method can be used as an alternative. The purpose of this experiment was to find out the optimum number of tapping areas to obtain an optimal productivity of resin in one tree. Pine trees were tapped using a mechanical drill and stimulant was then sprayed. Experimental design used was completely randomized design (CRD). The data were obtained from the six treatments, i.e., one to six of tapping areas on the sample trees with a diameter ≥30 cm. Each treatment consisted of 10 sample trees. The results showed that resin production in line with quantity of tapping areas, but the average resin production per tapping area will be lesser. The rate of resin production increased up to three tapping areas per tree. The addition of tapping areas more than three reduced rate of production. The optimum quantity of tapping area by the drill method in pine trees are three tapping areas. The average production from that optimum method is 38.02 gr/tree/day.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA

PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR

MUHAMMAD ISMAIL

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor

Nama : Muhammad Ismail NIM : E14090108

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah getah, dengan judul Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran selama melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada papa Dr Ir Asep Sudarman, M Rur Sc, mama Ir Erni Hendarini Ismoyo, adik Muhammad Umar, adik Adiba Azharudina, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Terimakasih juga saya sampaikan kepada pihak HPGW beserta seluruh karyawan yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pak Udin, Ika Nugraha, S Hut, Sandy Lesmana, M. Adly Rahandi Lubis, S Hut, Fajar T, Rendhy P.G, Niken L, Susanti A.M, Agung K, Dzikrullah, Agil A.H, Khabibi N, Putri J.S, Lina M, dan Sofian H.P atas dukungannya. Teman satu bimbingan Agustina Pertisia Ginting, Rizky, Widhy, dan Indri yang selalu memberikan semangat selama penelitian. Juga kepada seluruh teman MNH 46, Fahutan 46, dan civitas Fakultas Kehutanan IPB atas ilmu dan rasa kekeluargaan yang diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Waktu danTempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Metode Pengumpulan Data 3

Rancangan Percobaan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Produksi Getah Pinus dengan Berbagai Jumlah Bidang Sadap 6 Pengaruh Jumlah Bidang Sadap Terhadap Produksi Getah 8

Penentuan Jumlah Bidang Sadap Per Pohon 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(11)

DAFTAR TABEL

1. Bagan rancangan percobaan 4

2. Analysis of Variance (ANOVA) 5

3. Produksi rata-rata getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap

(g/pohon/hari) 8

4. Analysis of Variance (ANOVA) pengaruh jumlah bidang sadap terhadap produksi getah pinus dengan selang kepercayaan 95% 9

DAFTAR GAMBAR

1. Kondisi tegakan pinus dan tumbuhan bawah di HPGW 6

2. Pohon pinus dengan perlakuan penyadapan 7

3. Grafik pengamatan produksi getah pinus selama 10 kali pengambilan (g/pohon/hari) ♦ 1 bidang sadap, ■ 2 bidang sadap, ▲ 3 bidang sadap, х 4 bidang sadap, ж 5 bidang sadap, ● 6 bidang sadap 7 4. Rata-rata roduksi getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap 9 5. Grafik hubungan antara ♦ PT, ■ PPPBS, dan ▲ RPPBS 10

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya hasil hutan saat ini tidak terpaku pada hasil kayu saja namun permintaan terhadap Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pun mengalami peningkatan. Selain memberikan kontribusi dibidang ekonomi dan sosial, pemanfaatan HHBK pun dapat menunjang kelestarian hutan dikarenakan dalam memperolehnya tidak menyebabkan terjadinya kerusakan dan keterbukaan pada areal hutan. Salah satu bentuk dari HHBK yang diminati pasar berupa getah pinus yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Menurut Pehutani (2006), getah pinus merupakan salah satu komoditi yang memiliki jumlah permintaan tinggi baik di pasar lokal maupun pasar internasional, dimana 80% produksinya dialokasikan untuk kebutuhan ekspor ke Eropa, India, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika.

Permintaan gondorukem dan terpentin yang besar menyebabkan dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas getah pinus yang mengakibatkan intensitas penyadapan tinggi bahkan berlebih. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang cepat terhadap batang pohon pinus sehingga mempengaruhi produktivitas getah. Sistem penyadapan yang digunakan dalam menyadap getah pinus saat ini menggunakan sistem koakan (quarre system). Sistem penyadapan ini mudah diimplementasikan di lapangan namun luas dan dalamnya bidang sadap akibat pelukaan menyebabkan tingginya kerusakan pada pohon yang disadap. Menurut Soetomo (1971) kerugian dalam sistem koakan diantaranya mengingat bentuk dan ukuran alat yang besar dan kasar dengan penanganan oleh pekerja yang tidak tetap koakan umumnya terlalu dalam dan lebar sehingga membahayakan kelestarian produksi, selain itu getah yang dihasilkan tercampur kotoran karena penampung selalu terbuka, dan luka lebar mudah terserang penyakit.

Penyadapan yang ideal adalah dengan memaksimalkan pencapaian produksi getah diimbangi kerusakan pada pohon yang disadap seminimal mungkin. Namun pada kenyataannya untuk memperoleh getah dengan jumlah yang besar maka jumlah pelukaan pada pohon pun akan semakin banyak. Semakin banyak jumlah pelukaan pada pohon akan berimbas pada semakin besar pula tingkat kerusakan pohon yang disadap. Oleh karena itu perlu diketahui optimasi jumlah pelukaan pada satu pohon.

(13)

2

Perumusan Masalah

Produksi getah yang tinggi dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah bidang sadap, namun semakin banyak jumlah bidang sadap maka kerusakan terhadap pohon pun akan semakin besar. Kerusakan pohon pinus pada akhirnya akan mempengaruhi produksi getah itu sendiri. Dengan digunakannya metode bor ini perlu ditenentukan jumlah bidang sadap sehingga memberikan hasil produktivitas getah yang tinggi dengan tingkat kerusakan pada pohon seminimal mungkin.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengukur produktivitas penyadapan getah pinus menggunakan metode bor dengan beberapa jumlah bidang sadap

2. Menentukan jumlah bidang sadap yang optimal dalam satu pohon pinus.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam penyadapan getah pinus tanpa mengesampingkan aspek kelestarian dari pohon itu sendiri. Selain itu diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang membutukan informasi mengenai penyadapan getah pinus dengan metode bor, sehingga didapatkan hasil yang optimal. Khususnya untuk pihak Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) agar dapat memaksimalkan produksi getah secara efisien.

METODE PENELITIAN

Waktu danTempat Penelitian

Penelitan ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013 dan bertempat di HPGW Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bor mekanis, bahan bakar, mata bor berukuran 5/8 inchi, asahan bor, pipa paralon berukuran 5/8 inchi, parang, pita ukur 150 cm, sprayer, plastik ukuran 12 x 25 cm, timbangan digital, tally sheet, kalkulator, laptop, software Microsoft Office 2007 dalam hal ini Microsoft Word dan Microsoft Excel, software IBM SPSS 20, kamera digital, alat tulis dan papan jalan, paku, palu, tali rafia, dan label pohon.

(14)

3

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini mengenai kondisi umum tempat penelitian dan data yang didapatkan dari wawancara sertai informasi berupa arsip dari pihak pengelola HPGW.

Metode Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyadap pohon pinus dengan menggunakan metode bor.

Rancangan Percobaan

Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan potensi dasar dari kemampuan pohon dalam menghasilkan getah. Jumlah pohon yang digunakan sebanyak 80 pohon dengan diameter ≥30 cm dan belum pernah disadap sebelumnya. Pohon yang dipilih tersebut diberi perlakuan yang sama, yaitu penyadapan sistem bor dengan satu lubang tanpa diberikan stimulansia dengan periode pelukaan 3 hari sekali. Penelitian pendahuluan ini dilakukan sebanyak 3 kali panen getah (1 kali panen = 3 hari sekali). Berdasarkan pengamatan ini dipilih pinus dengan produktivitas getah yang relatif sama untuk penelitian utama sebanyak 60 pohon sebagai pohon contoh dan menapis pohon yang produksi getahnya ekstrem rendah dan ekstrem tinggi. Pohon yang dilakukan penapisan sebanyak 20 pohon. Pohon-pohon yang telah terpilih ini diharapkan memiliki kondisi fisiologis yang relatif sama sehingga meminimalisir kesalahan dalam pengamatan selanjutnya.

Penelitian utama

Data primer diperoleh dengan cara menyadap 60 pohon contoh. Pohon dilakukan penyadapan memiliki diameter ≥30 cm dan pohon dalam keadaan sehat. penyadapan menggunakan metode bor dan pemberian stimulansia ETRAT 1240 sebanyak 1.72 g/pelukaan dengan periode pelukaan 3 hari sebanyak 10 kali pemanenan. Pembagian pohon contoh untuk tiap perlakuan sebanyak 10 pohon dilakukan dengan mengurutkan produksi getah dari yang tertinggi hingga yang terendah, kemudian disebar secara merata pada tiap perlakuan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keseragaman dalam tiap perlakuan sehingga didapat data yang optimal. Pohon contoh dapat dibagi kedalam enam perlakuan, yaitu:

(15)

4

Penyadapan Pinus dengan Metode Bor

Tahapan penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode bor adalah sebagai berikut:

a. Membersihkan semak disekitar pohon dan tinggi untuk sadapan awal sebesar 20 cm diatas permukaan tanah.

b. Membuat lubang sadapan dengan bor mekanis dengan ukuran matabor 5/8 inchi, ukuran lubang berkedalaman 2 cm dari kulit bagian dalam. Pembuatan lubang bor dibuat dengan kemiringan 30 – 40 derajat ke arah atas.

c. Membersihkan serbuk kayu yang berada di dalam lubang sadapan

d. Menyemprotkan cairan stimulansia sebanyak 1.72 g/lubang (2 kali semprotan)

e. Memasang pipa paralon 5/8 pada bagian lubang sadapan.

f. Memasang plastik untuk menampung getah dan diikat dengan tali rafia. g. Melakukan pemanenan getah disertai dengan memperbarui lubang bor.

Untuk semua perlakuan lubang bor diperbarui dengan jarak 1 cm ke arah atas. Masing-masing perlakuan diberikan penyemprotan cairan stimulansia sebanyak 1.72 g/lubang dengan pelukaan 3 hari sekali.

h. Menimbang hasil panen getah dengan timbangan digital i. Mencatat hasil timbangan kedalam tally sheet.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (completely randomize design) dimana respon terdiri dari enam perlakuan.

Model persamaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + τ + εij Keterangan:

i = perlakuan A, B, C, D, E, dan F j = 1, 2, 3,...sd 10

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan pohon contoh ke-j µ = nilai rataan umum

τ = pengaruh perlakuan ke-i

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Tabel 1 Bagan rancangan percobaan Ulangan pohon

Rata-rata YA/∑j YB/∑j YC/∑j YD/∑j YE/∑j YF/∑j

(16)

5

Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% (α = 0.05).

Tabel 2 Analysis of Variance (ANOVA) Sumber

Pengujian terhadap pengaruh periode pembaharuan luka H0: τ1 = τ2 =...τi = 0

H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0

Terima H0 : perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05)

Terima H1 : sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05) Hasil uji hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada selang 95% (α = 0.05) dengan kaidah:

1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan memberika pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05)

2. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan memberika pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(17)

6

Gambar 1 Kondisi tegakan pinus dan tumbuhan bawah di HPGW

Penelitian dilakukan pada Blok Timur dari HPGW yaitu Blok Cikatomas. Topografi pada lokasi penelitian berada di punggung bukit dengan variasi sedang sampai curam (30 – 40%). Namun pengambilan data penelitian dilakukan pada topografi yang landai sampai bergelombang agar mendapatkan tegakan dengan topografi yang relatif seragam. Klasifikasi iklim termasuk kedalam tipe B berdasarkan Schmidt dan Ferguson dengan nilai Q = 14.3 – 33% dan untuk curah hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Pada siang hari suhu udara maksimum mencapai 29°C dan suhu udara minimum mencapai 19° C pada malam hari.

Kondisi tanah di HPGW terdiri dari podsolik, latosol, dan litosol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit. Sedangkan tumbuhan bawah yang mendomiasi di sekitar tegakan pinus ditunjukkan pada Gambar 1 berupa harendong (Melastoma polyantum), pungpulutan (Urena lobauta), paku-pakuan, dan pakis-pakisan. Dengan adanya tumbuhan bawah yang cukup rapat dan tinggi di sekitar tegakan pinus yang akan diamati, maka dilakukan penyiangan untuk mempermudah penyadapan. belum pernah dilakukan penyadapan. Pemilihan pohon dilakukan secara acak dan sistematis.

Produksi Getah Pinus dengan Berbagai Jumlah Bidang Sadap

(18)

7 perlakuan terhadap pohon terdiri dari metode sadapan, arah sadapan, dan penjarangan pohon.

.

Gambar 2 Pohon pinus dengan perlakuan penyadapan

Melalui pohon contoh yang didapat sebanyak 60 pohon dilakukan perlakuan sebanyak enam perlakuan yang tiap-tiap perlakuan digunakan 10 pohon. Grafik garis pada Gambar 3 menunjukkan penelitian utama yang dilakukan dengan pengamatan getah pinus selama 10 kali pengambilan ditambahkan stimulansia berupa ETRAT 1240 dimana periode pembaharuan luka selama 3 hari sekali. Dalam pengukuran produktivitas getah selama 34 hari, getah yang dihasilkan berfluktuasi pada awal penyadapan.

Gambar 3 Grafik pengamatan produksi getah pinus selama 10 kali pengambilan (g/pohon/hari) ♦ 1 bidang sadap, ■ 2 bidang sadap, ▲ 3 bidang sadap, х 4 bidang sadap, ж 5 bidang sadap, ● 6 bidang sadap

Produksi getah pada sadapan pertama lebih besar dibandingkan sadapan kedua dan ketiga. Hal ini disebakan pohon yang disadap masih dalam fase adaptasi yang menunjukkan proses metabolisme sekunder belum stabil. Pada penyadapan getah berikutnya mulai dari sadapan keempat sampai dengan sadapan terakhir produksi getah mulai mengalami peningkatan kembali dan relatif stabil. Getah pinus merupakan oleoresin yang terdiri dari asam resin dan terpentin. Kramer dan Kozlowsky (1960) dalam Sugiyono (2001) mengatakan bahwa getah

(19)

8

pinus tersusun atas 66% asam resin, 25% terpentin, 7% bahan netral yang tidak mudah menguap, dan 2% air. Getah yang dihasilkan pinus dapat diambil apabila terputusnya saluran resin traumatis dengan cara dilakukan pelukaan.

Tabel 3 Produksi rata-rata getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap (g/pohon/hari) pemanenan dapat dilihat bahwa bidang sadap dengan satu bidang sadap dihasilkan getah sebesar 17.67 g/pohon/hari. Untuk pohon dengan jumlah bidang sadap dua dan tiga didapat getah sebesar 24.85 dan 38.02 g/pohon/hari. Pada bidang sadap dengan 4,5 dan 6 bidang sadap sebesar 41.23 g/pohon/hari, 52.17 g/pohon/hari, dan 54.11 g/pohon/hari.

Pengaruh Jumlah Bidang Sadap Terhadap Produksi Getah

Getah yang diperoleh dari masing-masing perlakuan menunjukkan semakin banyak jumlah bidang sadap pada pohon akan menghasilkan getah yang semakin banyak pada setiap pohon. Gambar 4 memperlihatkan produksi getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap. Getah yang dihasilkan mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya bidang sadap.

Pohon dengan produksi rata-rata terkecil yaitu pada perlakuan dengan satu bidang sadap sebesar 17.67 g/pohon/hari. Produksi getah dengan rata-rata tertinggi sebesar 54.11 g/pohon/hari dengan bidang sadap sebanyak enam bidang sadap. Pencapaian peningkatan produksi maksimum sebesar 206.18%.

(20)

9 berguna untuk membuka saluran getah. Wattimena (1988) mengatakan bahwa ethylene merangsang eksudasi atau pengeluaran getah.

Gambar 4 Rata-rata produksi getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap Untuk mengetahui pengaruh jumlah bidang sadap terhadap produksi getah dilakukan uji statistik dengan analisis ragam atau Analisys of variances (ANOVA) satu faktor. Faktor yang digunakan sebanyak satu faktor berupa faktor perlakuan dengan jumlah ulangan yang sama pada tiap perlakuan.

Tabel 4 Analysis of Variance (ANOVA) pengaruh jumlah bidang sadap terhadap produksi getah pinus dengan selang kepercayaan 95%

Sumber

Melihat analisis ragam yang dilakukan dengan selang kepercayaan 95% menggunakan software IBM SPSS 20 pada Tabel 4 menunjukkan jumlah bidang sadap terhadap produksi getah pinus berpengaruh nyata. F-hitung yang didapat sebesar 27.16 lebih besar dibandingkan F-tabel sebesar 2.38. Semakin banyak bidang sadap yang dibuat dalam satu pohon maka produksi getah yang dihasilkan semakin besar.

Penentuan Jumlah Bidang Sadap Per Pohon

Dilihat pada Gambar 5, menunjukkan hubungan antara Produksi Total (PT), Pertambahan Produksi akibat Penambahan Bidang Sadap (PPPBS), dan Rata-rata Produksi per Bidang Sadap (RPPBS) terhadap banyaknya jumlah bidang sadap. Pada garis PPPBS terlihat bahwa perlakuan dengan meggunakan satu bidang

(21)

10

sadap sampai tiga bidang sadap mengalami peningkatan pertambahan produksi getah. Pencapaian produksi getah tertinggi sebesar 13.17 g/pohon/hari pada perlakuan dari dua bidang sadap menjadi tiga bidang sadap. Pencapaian produksi terendah terjadi pada perlakuan lima bidang sadap menjadi enam bidang sadap dengan pertambahan produksi dari 10.94 g/pohon/hari menjadi 1.94 g/pohon/hari.

Keterangan :

PT = Produksi Total (g/pohon/hari)

PPPBS = Pertambahan Produksi akibat Penambahan Bidang sadap (g/pohon/hari) RPPBS = Rata-rata Poduksi per Bidang Sadap (g/pohon/hari/bidang)

Gambar 5 Hubungan antara ♦ PT, ■ PPPBS, dan ▲ RPPBS

Gambar 5 RPPBS menggambarkan semakin banyak jumlah bidang sadap dalam pohon akan mengalami penurunan rata-rata produksi getah per bidang sadap. Jumlah bidang sadap dengan rata-rata produksi tertinggi yaitu pada pohon dengan satu bidang sadap menghasilkan getah sebesar 17.67 g/pohon/hari. Sedangkan RPPBS terendah sebesar 9.02 g/pohon/hari pada perlakuan enam bidang sadap.

Apabila dilihat dari hasil PPPBS dan RPPBS jumlah 4,5 dan 6 bidang sadap menghasilkan laju pertambahan produksi getah per bidang yang cenderung sedikit dan tidak jauh berbeda. Begitupula dengan rata-rata produksi per bidang sadap terlihat bahwa semakin banyak bidang sadap akan menghasilkan getah dengan pertamabahan produksi yang cendurung menurun. Jumlah bidang sadap yang optimal dengan melihat tingkat pertambahan produksi getah dalam satu pohon berdasarkan grafik hubungan PT, PPPBS, dan RPPBS sebanyak tiga bidang sadap. Pohon dengan bidang sadap lebih dari empat tidak jauh berbeda dalam memberikan pertambahan pada produktivitas pohon pinus.

(22)

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Semakin banyak jumlah bidang sadap produksi getah per pohon semakin besar, namun produksi getah per bidang sadap akan semakin kecil. Pengaruh perbedaan jumlah bidang sadap per pohon terhadap produksi getah pinus terlihat nyata. Bidang sadap dengan satu bidang sadap dihasilkan getah sebesar 17.67 g/pohon/hari. Pohon dengan jumlah bidang sadap sebayak dua dan tiga bidang sadap didapat getah sebesar 24.85 dan 38.02 g/pohon/hari. Pohon dengan 4,5 dan 6 bidang sadap sebesar 41.23 g/pohon/hari, 52.17 g/pohon/hari, dan 54.11 g/pohon/hari.

Laju pertambahan produksi akibat penambahan bidang sadap meningkat sampai dengan tiga bidang sadap per pohon selanjutnya cenderung menurun pada penambahan bidang berikutnya. Jumlah bidang sadapan yang optimal untuk penyadapan pohon pinus dengan metode bor dengan pohon berdiameter ≥30 cm adalah sebanyak tiga bidang sadap.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kerusakan yang terjadi pada pohon akibat pengaruh banyaknya jumlah bidang sadap dan lamanya pemulihan pohon

2. Perlu dilakukan pelatihan kepada penyadap untuk menggunakan mesin bor

DAFTAR PUSTAKA

[Litbang Kehutanan] Lembaga Penelitian dan Pengembanan Kehutanan. 1996. Kajian Teknis Ekonomis Pengolahan Gondorukem Dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah Studi Kasus PGT Paninggaran dan PGT Cimanggu. Laporan Akhir Penelitian. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Tidak diterbitkan.

[Perhutani] Perum Perhutani. 2006. Gondorukem Produksi Non kayu yang Menjanjikan. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Perhutani. [diunduh 2013 Juli 24]. Tersedia pada: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=154192.

Santosa G. 2011. Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah Pinus (Studi Kasus di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Soetomo. 1971. Pemungutan dan Pengolahan Getah Pinus. KPH Pekalongan Timur.

Sugiyono Y. 2001. Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba 247(15):23-28. Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): Institut

(23)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

a. Mesin bor b. Mata bor c. Stimulansia ETRAT 1240

d. Pemanenan getah pinus e.Getah pinus

(24)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Dr Ir Asep sudarman, M Rur Sc dan Erni Hendarini Ismoyo. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri Taman Pagelaran. Kemudian melanjutkan studinya di SMP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI). Penulis memilih Lab. bidang Pemanfaatan Hasil Hutan, Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti anggota dan pengurus Forest Management Student Club pada tahun 2011-2012 dalam divisi Keprofesian, anggota dan pengurus PC Sylva IPB dalam divisi Penguatan dan Pengkaderan Organisasi (PPO) tahun 2012, Ketua Divisi Acara TEMU MANAJER tahun 2011, Steer Comitte TEMU MANAJER tahun 2012, selain itu penulis melakukan kegitan Praktik pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Tangkuban Parahu-Cikeong tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Kadupandak Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tahun 2012 serta Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT Rodamas Timber Kalimantan (IUPHHK-HA) Kalimatan Timur pada tahun 2013.

Gambar

Tabel 1  Bagan rancangan percobaan
Gambar 1  Kondisi tegakan pinus dan tumbuhan bawah di HPGW
Gambar 2  Pohon pinus dengan perlakuan penyadapan
Gambar 4  Rata-rata produksi getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode quarre dengan pemberian stimulansia menghasilkan produksi getah pinus tertinggi namun untuk penerapan penyadapan getah pinus di

Berdasarkan kondisi tersebut, pengaturan kebijakan pemesanan perlu dilakukan untuk menentukan jumlah optimal bahan baku yang dipesan sehingga mampu meminimalkan biaya persediaan

Adapun penulisan berikut bertujuan untuk mengetahui waktu baku dalam pengujian setiap alat sehingga diketahui komposisi jumlah pekerja yang tepat pada sub

Adapun penulisan berikut bertujuan untuk mengetahui waktu baku dalam pengujian setiap alat sehingga diketahui komposisi jumlah pekerja yang tepat pada sub

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah cluster yang optimal pada metode median linkage adalah dengan nilai indeks validitas silhouette ( ) adalah 0,078.. Pengelompokan PAD

Penyadapan dengan menggunakan metode bor juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain tenaga yang diperlukan lebih banyak dari metode quarre, alat yang digunakan lebih

Akan tetapi, kondisi hutan berbeda-beda sehingga intensitas matahari yang sampai pada bidang sadap juga berbeda dan penyadapan yang menghadap ke arah timur belum tentu menghasilkan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jumlah optimal kendaraan transjogja yang ditempatkan pada suatu trayek sehingga dapat