PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA
TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN
ASTRIA MAULIDA INAYATI
MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN
ASTRIA MAULIDA INAYATI. Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA.
Penyadapan getah pinus di Perum Perhutani mulai disadap umur 11 tahun dengan menggunakan kadukul 6 cm. Adanya permintaan getah pinus yang semakin meningkat, maka dilakukan upaya untuk penyadapan pada umur yang lebih muda dengan lebar sadapan 2 cm. Oleh karena itu, dilakukan penelitian produktivitas penyadapan getah pada tegakan pinus umur 6 dan 7 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas penyadapan getah pinus pada umur 6 dan 7 tahun serta menentukan pengaruh metode dan stimulansia terhadap produksi getah pinus. Metode yang digunakan yaitu metode quarre dan metode chaintech. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah rancangan acak faktorial 3 faktor. Hasil penelitian menunjukan rata-rata produksi getah pinus pada umur 6 tahun sebesar 2.73 g/bidang sadap/hari dan umur 7 tahun sebesar 2.51 g/bidang sadap/hari. Hasil masih relatif kecil dan didukung pula oleh tidak adanya pengaruh umur, metode dan stimulansia terhadap produksi getah pinus sehingga penyadapan getah pinus pada umur tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Kata kunci: metode penyadapan, pinus umur muda, produktivitas getah pinus,
stimulansia
SUMMARY
ASTRIA MAULIDA INAYATI. Productivity of Pine Resin Tapping on Six and Seven Years Old Pine Stands. Supervised by GUNAWAN SANTOSA.
Pine resin tapping generally tapped above 11 years old by the tapping tool called kadukul in 6 cm width. The demand of pine resin is increase, that’s cause effort of tapping on the younger age of pine stands in 2 cm tapping width.
Therefore it’s done the research of tapping productivity on 6 and 7 years old Pine Stands. The research is aimed to measure the productivity of pine resin tapping and determine the influence of method and stimulant on resin productivity for 6 and 7 years old pine. The used method is quarre and chaintech methods. The experiment design was three factors randomized design factorial. The result showed the average productivity of pine resin on 6 years old was 2.73 g/tapping area/day and on 7 years old was 2,51 g/tapping area/day. The result was still relatively low and supported by there’s not significantly influence of age, method, and stimulant for the pine resin productivity, so the pine resin tapping on those
years shouldn’t be done.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA
TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN
ASTRIA MAULIDA INAYATI
MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun
Nama : Astria Maulida Inayati NIM : E14100128
Disetujui oleh
Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc,Ftrop Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Produktivitas Penyadapan Getah pada Tegakan Pinus Umur Enam dan Tujuh Tahun ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Gunawan Santosa, MS selaku pembimbing, Dr Nining Puspaningsih, MSi selaku ketua sidang, Arinana, S.Hut, MSi selaku dosen penguji atas bimbingan dan arahannya. Kepada pihak Perum Perhutani Devisi Regional Jawa Barat dan Banten khususnya kepada Bapak Ganjar, Pak Usu, Pak Kasih dan lain-lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Kepada Ayah, Ibu, adik, Adi Juanda, Marni Sumarningtias, Titin Martina Marpaung, Yenni Panjaitan dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberi saran dan dukungan serta doanya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan 1
Manfaat Penilitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan tempat 2
Alat dan bahan 2
Prosedur penelitian 2
Rancangan percobaan 3
Prosedur kerja 4
Analisis data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
SIMPILAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR TABEL
1 Produktivitas getah pinus (g/bidang sadap/hari) pada umur 6 dan 7
tahun 6
2 Analisys of Variance (ANOVA) produktivitas getah pinus 7 3 Lebar, tinggi dan luas total sadapan pada masing-masing perlakuan 10
DAFTAR GAMBAR
1 (a) kondisi tegakan pinus umur enam tahun; (b) kondisi tegakan
pinus umur tujuh tahun 5
2 Produktivitas getah pinus umur 6 tahun 6
3 Produktivitas getah pinus umur 7 tahun 7
4 (a) bentuk koakan menggunakan chaintech; (b) bentuk koakan
menggunakan Quarre 2 cm; (c) chainsaw; (d) kadukul 2 cm. 10 5 (a) stimulansia ETRAT 12-40; (b) stimulansia asam anorganik
(H2SO4); (c) Bekas luka menggunakan stimulansia ETRAT
12-40; (d) bekas luka menggunakan stimulansia asam anorganik
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pinus merupakan jenis tanaman yang diusahakan oleh Perum Perhutani, karena selain dapat dimanfaatkan kayunya, pinus juga dapat dimanfaatkan getahnya untuk diolah menjadi gondorukem dan terpentin (Perum Perhutani 2006). Menurut Darmastuti (2011) berdasarkan data Perhutani (2011), pada tahun 2010 produksi gondorukem Perhutani Indonesia sebesar 55.000 ton dan terpentin sebesar 11.700 ton. Sedangkan permintaan gondorukem di dunia naik sampai 1 juta ton per tahun. Pada pertengahan tahun 2011, harga gondorukem sempat mencapai US$ 3.000 per ton dikarenakan tingginya permintaan dipasar internasonal (Sukmananto 2012).
Berdasarkan petunjuk teknis Perum Perhutani (2005), sadap buka adalah sadap awal tegakan pinus yang telah berumur 11 tahun keatas yang pada umumnya pohon-pohonnya telah mencapai keliling 63 cm (tanpa kulit) dengan menggunakan alat berupa kadukul yang berukuran 6 cm. Karena permintaan gondorukem semakin kuat sehingga pada penelitian ini dilakukan kemungkinan penurunan umur sadap buka pinus yaitu <11 tahun yang artinya pada pohon yang berdiameter lebih kecil pula, maka dilakukan penelitian produktivitas penyadapan getah pada tegakan pinus umur 6 dan 7 tahun di RPH Cikembar BKPH Cikawung KPH Sukabumi Perum Perhutani Devisi Regional Jawa Barat dan Banten dengan menggunakan metode quarre dengan lebar luka sadap 2 cm. Menurut Darmastuti (2014) penyadapan menggunakan kadukul lebar 2 cm dapat digunakan karena dapat menghasilkan getah yang sama dengan kadukul lebar 6 cm.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan, teknik penyadapan pinus terus mengalami pembaharuan. Orientasi pembaharuan cara penyadapan bertujuan untuk meningkatkan produksi getah seoptimal mungkin namun tetap memperhatikan kelestariannya, baik produksi getahnya maupun pohon pinus itu sendiri (Sukadaryati 2014). Salah satu pembaharuan teknik penyadapan tersebut dengan menggunakan alat chaintech yaitu berupa alat semi mekanis yang dioperasikan oleh manusia.
Perumusan Masalah
Pada umumnya pinus dapat disadap pada umur 11 tahun. Namun pada penelitian ini akan dilakukan penyadapan getah pinus pada umur 6 dan 7 tahun dengan kelebaran luka sadap yang kecil sebesar 2 cm yaitu menggunakan metode quarre 2 cm dan metode chaintech serta pemberian stimulansia pada saat penyadapan.
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi perusahaan yang bergerak di bidang produksi getah pinus khususnya Perum Perhutani untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2014 dan bertempat di RPH Cikembar BKPH Cikawung KPH Sukabumi Perum Perhutani Devisi Regional Jawa Barat dan Banten.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon pinus, chaintech, kadukul lebar 2 cm, talang sadap, golok, pita ukur, tally sheet, plastik, alat tulis, spidol permanen, label, timbangan digital, stimulansia (ETRAT dan asam anorganik), laptop, kamera digital, dan software SPSS 16.
Prosedur Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan potensi dasar dari kemampuan pohon dalam mengeluarkan getah. Selain itu berguna untuk melakukan penapisan data yakni menghilangkan pohon pencilan. Pohon pencilan merupakan pohon yang menghasilkan rata-rata produksi getah paling tinggi dan paling rendah (Darmastuti 2014). Jumlah pohon yang digunakan sebanyak 50 pohon contoh untuk setiap umur. Pohon pinus yang akan dijadikan pohon contoh yaitu pohon pinus yang sehat, lurus dan diameter 10 cm sampai 20 cm. penyadapan dilakukan dengan metode quarre tanpa pemberian stimulansia. Penelitian pendahuluan dilakukan selama 10 hari dengan periode pelukaan 3 hari dan 3 kali panen getah. Setelah data produksi didapatkan dari penelitian pendahuluan maka dapat ditentukan 40 contoh pohon untuk penelitian utama dengan menghilangkan pohon pencilan.
Penelitian Utama
3
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak faktorial 3 faktor dapat diuraikan suatu model linear seperti dibawah ini:
Yijkl = µ + i + Bj + Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk + ijkl
Dengan: i : 1 dan 2 j : 1 dan 2 k : 1 dan 2 l : 1, 2,...10 Keterangan :
Yijkl = pengamatan pada percobaan ke-l yangmemperoleh kombinasi perlakuan Ijk ( taraf ke-i), (taraf ke-j), dan (taraf ke-k)
µ = Rataan umum
i = pengaruh A taraf ke-i
Bj = pengaruh B taraf ke-j
Ck = pengaruh C taraf ke-k
(AB)ij = pengaruh A taraf ke-i dan B taraf ke-j
(AC)ik = pengaruh A taraf ke-i dan C taraf ke-k
(BC)jk = pengaruh B taraf ke-j dan C taraf ke-k
(ABC)ijk = pengaruh A taraf ke-i, B taraf ke-j dan C taraf ke-k
ijkl = pengaruh sisa percobaan ke-l diperoleh dari perlakuan A taraf Ke-i, B taraf ke-j dan C taraf ke-k.
pada penelitian ini umur pohon yang digunakan adalah : A1 = 6 tahun
A2 = 7 tahun
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah: B1 = quarre
B2 = chaintech
serta dilakukan pemberian stimulansia C1 = ETRAT 12-40
C2 = asam anorganik (H2SO4)
4
Prosedur Kerja
Penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode quarre dan chaintech 1. Pembuatan perlakuan menggunakan metode quarre
a. Membersihkan kulit pohon dengan golok
b. Membuat koakan pada batang dengan lebar 2 cm dan kedalaman 2 cm dengan tinggi awal pelukaan 6 cm menggunakan kadukul.
c. Memasang talang sadap pada bagian bawah koakan
d. Penyemprotan cairan stimlansia dengan satu kali semprotan.
e. Memasang plastik yang dikaitkan pada paku disesuaikan dengan talang sadap untuk menampung getah yang keluar.
f. Memberikan tanda pada plastik sesuai jenis perlakuan yang diberikan. 2. Pembuatan perlakuan menggunakan metode chaintech
a. Membersihkan semak disekitar pohon.
b. Membuat bidang sadap pada pohon menggunakan chaintech dengan kedalaman lubang 2 cm dan lebar 1 cm.
c. Membersihkan serbuk kayu yang terdapat pada lubang sadapan. d. Penyemprotan stimulansian dengan sekali penyemprotan. e. Pemasangan talang pada bagian lubang sadap.
f. Memasang plastik yang dikaitkan pada paku disesuaikan dengan talang sadap untuk menampung getah yang keluar.
g. Memberikan tanda pada plastik sesuai jenis perlakuan yang diberikan. 3. Perlakuan diberikan pada masing-masing pohon
a. Metode quarre dengan ETRAT 12-40
b. Metode quarre dengan asam anorganik (H2SO4)
c. Metode chaintech dengan ETRAT 12-40
d. Metode chaintech dengan asam anorganik (H2SO4)
4. Pengukuran penyusutan berat getah pinus
Penimbangan getah pada saat awal penyadapan. Getah yang dihasilkan dalam plastik ditimbang dengam menggunakan timbangan digital.
Berat getah (gr) = (berat getah pinus dan plastik)-berat plastik
Analisis Data
5
Hipotesis :
Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel
pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan kaidah :
1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan
memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada
selang kepercayaan 95% (α = 0,05).
2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang
kepercayaan 95% (α = 0,05).
Terima H0 : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0,05).
Terima H1 : Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian
Resort Pemangkuan Hutan Cikembar secara geografis terletak pada koordinat geografis 0658’41” LS dan 10648’40” BT dengan ketinggian 375 mdpl. Luas RPH Cikembar sebesar 1298.4 Ha dengan tegakan yang ada di RPH Cikembar adalah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de vriese) dan Mahoni (Switenia macrophylla). Tipe iklim RPH Cikembar berdasarkan kriteria Schmidt dan Ferguson adalah tipe iklim B, dengan curah hujan rata-rata 2426 mm/ tahun. Tipe topografi wilayahnya landai dan bergelombang dengan jenis tanah latosol dan podsolik.
(a) (b)
6
Produktivitas getah pinus
Hasil penelitian pada umur 6 dan 7 tahun mempunyai rata-rata tertinggi pada metode chaintech dengan stimulansia ETRAT . Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan metode dan stimulansia ditampikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Produktivitas getah pinus (g/bidang sadap/hari) pada umur 6 dan 7 tahun Metode Umur 6 tahun (g/bidang
sadap/hari)
Berdasarkan Tabel 1 Produktivitas getah pinus (g/bidang sadap/hari) pada umur 6 dan 7 tahun. dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini untuk rata-rata produksi getah pinus per periode panen.
Gambar 2 Produktivitas getah pinus pada umur 6 tahun.
Berdasarkan Gambar 2 tersebut, grafik menunjukkan fluktuasi setiap panen yang stabil karena produksi pada umur 6 tahun kecendrungan untuk peningkatan dan penurunan hasil produksi tidak terlalu signifikan. Pada metode quarre dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi terdapat pada panen kesembilan sebesar 4.50 g/bidang sadap/hari. Pada metode quarre dengan stimulansia asam anorganik (H2SO4), produksi tertinggi terdapat pada panen pertama sebesar 3.87 g/bidang
sadap/hari. Pada metode chaintech dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi terdapat pada panen keenam sebesar 4.33 g/bidang sadap/hari. Pada metode chaintech dengan stimulansia asam anorganik (H2SO4), produksi tertinggi pada
7
Gambar 3 Produktivitas getah pinus umur 7 tahun
Berdasarkan Gambar 3 pada grafik untuk fluktuasi setiap panen pada umur 7 tahun tidak jauh berbeda dengan umur 6 tahun yaitu kecendrungan peningkatan dan penurunan hasil produksi tidak berbeda jauh. Hanya pada metode chaintech dengan stimulansia asam anorganik (H2SO4) yang mengalami kenaikan sangat
tinggi pada panen kedua yaitu sebesar 6.60 g/bidang sadap/hari. Pada metode quarre dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi pada panen kedelapan sebesar 3.93 g/bidang sadap/hari. Pada metode quarre dengan stimulansia asam anorganik (H2SO4), produksi tertinggi pada panen pertama sebesar 3.23 g/bidang
sadap/hari. Pada metode chaintech dengan stimulansia ETRAT, produksi tertinggi pada panen kedua sebesar 3.07 g/bidang sadap/hari.
Pengaruh Umur, Metode dan Stimulansia terhadap produktivitas getah pinus
Untuk mengetahui pengaruh umur, metode dan stimulansia terhadap produktivitas getah pinus dilakukan analisis ragam setiap faktor pada penelitian ini dengan rancangan acak faktorial 3 faktor dengan perlakuan dan ulangan yang sama.
8
Pengaruh Umur terhadap Produktivitas Getah Pinus
Berdasarkan Tabel 2 nilai F hitung sebesar 1.277 < F tabel sebesar 3.55 maka terima H0 yang berarti umur 6 dan 7 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas getah pinus. Menurut Hillis ( 1987) dalam Wibowo (2006), umur pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus, semakin tua umur pohon ada kecenderungan produksi getah meningkat sampai umur tertentu. Dengan semakin tuanya umur tentu saja diameter juga akan semakin bertambah besar. Diameter yang lebih besar menunjukan porsi kayu gubalnya lebih besar pula. Kayu gubal memiliki banyak kandungan saluran getah pinus sehingga bila bagian kayu gubal lebih banyak akan memungkinkan getah pinus yang dihasilkan juga lebih banyak (Kasmodjo 2011).
Hasil penelitian Ulum (2007) mengatakan bahwa produksi getah pinus pada kelas umur III yaitu sebesar 20.33 g/bidang sadap/hari dengan lebar koakan sebesar 10 cm, hasil tersebut lebih besar dibandingkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dengan rata-rata produksi getah pinus umur 6 tahun yaitu sebesar 2.73 g/bidang sadap/hari dan umur 7 tahun sebesar 2.51 g/bidang sadap/hari. Oleh karena itu, kegiatan penyadapan pada umur 6 dan 7 tahun sebaiknya tidak dilakukan karena masih relatif kecil dari yang diharapkan.
Pinus yang berumur 6 dan 7 tahun masih terlalu muda untuk disadap sehingga memberikan pengaruh yang tidak nyata pada produksi getah. Apabila secara teknis penyadapan dapat dilakukan, karena pohon pinus pada umur 6 dan 7 tahun sudah memproduksi getah. Namun, masih jauh dari hasil produksi yang didapat pada kelas umur III. Maka penyadapan pada umur muda ini sebaiknya tidak dilakukan. Menurut Cahyono et al (2011) dalam Sukadaryati (2014), jumlah dan lebar koakan berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus pada lebar koakan 4 hingga 8 cm, dalam koakan 2 cm, dan jumlah koakan 2 buah dalam setiap pohon. Meskipun pada penelitian ini akan ditambahkan jumlah koakan sebanyak 2 buah juga tidak dapat meningkatkan produksi yang ingin dicapai dan perlu dipertimbangkan diameter pada umur 6 dan 7 tahun masih tergolong kecil.
Upaya tersebut pun hanya akan menghambat pertumbuhan bahkan merusak pohon pinus tersebut. Sehingga lebih baik menunggu hingga waktu yang tepat untuk dilakukannya penyadapan agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pohon pinus tersebut.
Produksi getah pinus yaitu sebesar 2.73 g/pohon/hari. Bila diasumsikan luas areal penyadapan sebesar 1 ha dengan jumlah pohon 1000 pohon, harga getah pinus sebesar Rp 3.000/kg. Pendapatan penyadap yang didapat sebesar Rp 8.190/hari. Pendapatan yang didapat sangat rendah sehingga tidak akan menguntungkan penyadap.
Pengaruh metode terhadap Produktivitas Getah Pinus
Berdasarkan Tabel 2 nilai F hitung sebesar 1.443 < F tabel sebesar 3.55 maka terima H0 yang berarti metode tidak berpengaruh nyata terhadap
9
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quarre dan metode chaintech. Pada petunjuk teknis Perum Perhutani (2005), sadapan metode quarre merupakan proses pelukaan pada permukaan kayu dengan koakan yang diawali sadap berupa bujur sangar ukuran 6 x 10 cm, dalam koakan 1.5 cm, dengan pembaharuan 3 hari sekali dan perpanjangan 5 mm.
Menurut Adhi (2008), banyak pohon pinus yang disadap tumbang akibat diameter batang yang menopang dibagian yang dikoak lebih kecil dibandingkan diameter diatas koakan. Oleh karena itu, pohon pinus muda ini menggunakan kadukul ukuran 2 cm agar koakan yang terbentuk tidak besar agar tidak mengakibatkan tumbangnya pohon tersebut. Metode quarre yang digunakan berupa alat yaitu kadukul yang berukuran 2 cm. Sehingga pelukaan yang dilakukan pada awal penyadapan sebesar 2 x 6 cm, kedalaman 2 cm, pembaharuan luka 3 hari, dan perpanjangan sebesar 5 mm. Kadukul yang digunakan pada penelitian ini kadukul kecil karena pohon yang disadap berukuran kecil
Penyadapan dengan menggunakan metode quarre ini sangat praktis dan harga yang terjangkau bagi para penyadap. Para penyadap juga lebih menyukai memakai metode ini dikarenakan mudah dan ringan untuk dibawa. Dalam pembaharuan luka pada metode quarre dilakukan pada bidang yang sama dan berlanjut sehingga saluran getah yang dilukai pun sama. oleh karena itu, pohon telah beradaptasi dengan pelukaan sehingga proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) berjalan stabil. dengan pembaruan luka setinggi 5 mm maka pertambahan luka pada pohon hanya sedikit sehingga untuk dapat dilakukan penyadapan dengan waktu yang cukup lama. Penyadapan getah dengan metode quarre, menghasilkan getah yang kotor dan bercampur dengan berbagai kotoran seperti: daun, serangga, serpihan kayu dan tanah (Sukarno et al 2012).
Metode chaintech yaitu mesin chainsaw yang diberi besi pembatas agar dalam koakan tetap 2 cm. Metode ini baru digunakan saat penelitian ini. Bidang sadap yang dibuat berupa 2 buah garis lurus dengan pelukaan awal sepanjang 10 cm jarak antar garis 4 cm dengan pembaruan pelukaan 1 cm/pembaruan. Metode chaintech berbentuk tenaga mesin yang operasikan oleh operator (manusia).
Penggunaan chaintech ini relatif cepat dan proses pemulihan luka yang lebih cepat namun penggunaannya harus berketerampilan khusus agar tidak terjadinya kick-back yang diakibatkan oleh ujung mata rantai chaintech tersebut pada saat melakukan penyadapan. Berat dari mesin ini menjadi salah satu kendala dalam penyadapan, karena mesin ini bisa dikatakan cukup berat untuk tenaga manusia dengan kondisi topografi hutan yang tidak rata sehingga sangat menghambat pekerjaan dan sangat melelahkan operator. Selain itu, harga alat ini tidak terjangkau dan biaya operasional alat yang juga relatif mahal.
10
Tabel 3 Lebar, Tinggi dan Luas total sadapan pada masing-masing perlakuan
umur perlakuan
Tinggi koakan (cm)
Lebar koakan
(cm)
Luas bidang sadap (cm2)
6 tahun Quarre ETRAT 29 2 58
Quarre asam anorganik (H2SO4) 32.9 2 65.8
Chaintech ETRAT 46 2 92
Chaintech anorganik (H2SO4) 44.4 2 88.8
7 tahun Quarre ETRAT 29.2 2 58.4
Quarre asam anorganik (H2SO4) 28 2 56
Chaintech ETRAT 43.9 2 87.8 Chaintech anorganik (H2SO4) 44.3 2 88.6
Keterangan: jumlah koakan 1; luas bidang sadap= tinggi*lebar
Pada luas bidang sadap terbesar pada umur 6 tahun dengan metode chaintech asam anorganik (H2SO4) sebesar 88.8 cm dan terkecil pada umur 7
tahun dengan metode quarre asam anorganik (H2SO4) yaitu sebesar 56 cm maka
luas bidang sadap chaintech > luas bidang sadap quarre. Untuk bentuk dan luka sadapan ditampilkan pada Gambar 4.
(a) (b)
(c) (d)
11
Pengaruh Stimulansia terhadap Produktivitas Getah Pinus
Salah satu upaya guna meningkatkan produksi getah dilakukan pemberian stimulansia atau zat perangsang dalam penyadapan pinus. Selama ini stimulansia yang digunakan dalam penyadapan getah pinus menggunakan stimulansia berbahan asam kuat yang dapat meningkatkan produksi getah pinus (Sukadaryati dan Dulsalam 2013). Stimulansia berfungsi sebagai perangsang terbentukanya etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Etilena pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan yang banyak berperan pada perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran permeable dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air masuk kedalam saluran getah dan jaringan-jaringan sekitarnya (Santosa 2006 dalam Awalia 2011).
Stimulansia yang digunakan pada penelitian yaitu ETRAT dan Cairan Asam Anorganik (H2SO4). Menurut Santosa (2001) dalam Febriani (2014), ETRAT
mengandung bahan aktif Ethylene dan Asam Sitrat. Ethylene yang terkandung didalam ETRAT masih berupa cairan dan bila cairan ini masuk kejaringan kayu akan mengalami kenaikan pH yang menyebabkan Ethylene (exogen) berubah menjadi gas. Ethylene exogen ini akan mempengaruhi ethylene endogen di dalam jaringan kayu dan bersama-sama mempengaruhi pohon untuk melakukan metabolisme sekunder (membentuk getah). Asam sitrat mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga saluran getah dapat membuka dalam waktu yang lebih lama, hal ini menyababkan keluarnya getah menjadi lebih lancar. Karena stimulansia ETRAT mempunyai kandungan etilen yang tidak merusak pohon sebaiknya digunakan ETRAT untuk stimulan penyadapan getah pinus. Pada grafik untuk stimulansia ETRAT meberikan hasil yang stabil.
Stimulansia asam anorganik atau asam sulfat (H2SO4) merupakan asam kuat
dan dapat merusak pohon sesuai dengan pernyataan Sudrajat et al (2002) bahwa bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah pinus banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam sitrat atau campurannya. Kedua asam tersebut termasuk oksidator kuat yang dapat merusak kulit manusia, kayu dan lingkungan. Dengan menggunakan asam anorganik (H2SO4) pada penyadapan produksi yang didapat pada grafik kecenderung naik
turunnya lebih terlihat dibandingkan dengan ETRAT terutama pada pelukaan awal produksi yang didapat banyak namun untuk selanjutnya tidak menentu. Dikarenakan asam ini terlalu kuat pada pelukaan pohon semakin terlihat tidak sehat. Penggunaan asam ini dikhawatirkan akan merusak jaringan pohon lalu menghambat pertumbuhan pohon serta pemulihan luka pada pohon tersebut, terlebih untuk kesehatan penyadap itu sendiri.
Berdasarkan Tabel 2 nilai F hitung sebesar 0.542 < F tabel sebesar 3.55 maka terima H0 yang berarti stimulansia tidak berpengaruh nyata terhadap
12
(a) (b)
’
( c )
(c) (d)
Gambar 5 (a) Stimulansia ETRAT; (b) Stimulansia asam anorganik (H2SO4); (c) Bekas luka menggunakan stimulansia ETRAT;
(d) Bekas luka menggunakan stimulansia asam anorganik (H2SO4)
Berdasarkan hasil pada penelitian ini bahwa penyadapan pada tegakan pinus yang berumur 6 dan 7 tahun sangat tidak direkomendasikan untuk dilakukan, karena dengan metode dan stimulansia yang diberikan dalam perlakuan ini tidak berpengaruh pada produksi getah untuk umur 6 dan 7 tahun.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
13
Saran
Penyadapan umur 6 dan 7 tahun tidak dapat dilakukan, maka diharapkan penelitian lebih lanjut terkait umur < 11 tahun yaitu 8,9 dan 10 tahun dengan metode lainnya untuk kelestarian pohon pinus itu sendiri agar tercapainya target produktivitas getah pinus untuk memenuhi permintaan pasar dalam maupun luar negeri yang terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi YA. 2008. Pengaruh jumlah sadapan terhadap produksi getah pinus (Pinus merkusii) dengan metode koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan.Institut Pertanian Bogor.
Awalia RR. 2011. Pengaruh penggunaan stimulan organik dan zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Cahyono SA, D Prakosa, D Yuliantoro, Siswo. 2011. Produksi Getah Tuasam pada berbagai Ukuran dan Jumlah Koakan. Buletin Hasil Hutan, 7(2): 136-141.
Darmastuti IN. 2011. Pengaruh penggunaan stimulansia organik dan zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas penyadapan getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultaas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Darmastuti IN. 2014. Penyempurnaan metode quarre dan stimulansia organik pada penyadapan getah pinus [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Febriani I. 2014. Penyadapan getah pinus menggunakan metode bor dengan berbagai frekuensi pelukaan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut PertanianBogor.
Hillis WE. 1987. Heartwood and Trees Exudate. Springler Verlag. Berlin
Kasmodjo. 2011. Dasar-dasar pengolahan gondorukem. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Perum Perhutani. 2005. Petunjuk Penyadapan Getah Pinus. Sruat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor: 792/KPTS/DIR/2005. Jakarta.
Perum Perhutani. 2006. Perhutani Butuh Getah Pinus. Duta Rimba Edisi 3/Th. 1/30 Maret – 30 April 2006. Hal : 6 – 12.
Perum Perhutani. 2006b. Penentuan Stimlansia Terbaik untuk Peningkatan Prosuksi Getah Pinus Di Perum Perhutani. Pusat Penelitian dan pengembangan. Cepu.
Santosa G. 2006. Pengembangan metode penyadapan kopal melalui penerapan teknik sayatan [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
14
Setyawan D, Sudrajat R, Sumadiwangsa S. 2002. Pengaruh diameter pohon,umur, dan kadar stimulan terhadap produktivias getah tusam ( Pinus Merkusii Jungh. Et de Vriese) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.Bogor. Tidak diterbitkan.
Sukadaryati dan Dulsalam. 2013 . Teknik penyadapan pinus untuk peningkatan produksi melalui stimulan hayati. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 31(3) : 221-227.
Sukadaryati. 2014. Pemanenan getah pinus menggunakan tiga cara penyadapan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 32(1) : 62 – 72.
Sukarno A, Hardiyanto EB, Marsoem SN, Nai’em M. 2012. Pengaruh perbedaan kelas umur terhadap produktivitas getah pinus merkusii jungh. et de vriese ras lhan jawa melalui penyadapan getah metode bor. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari 3(1).
Sukmananto. 2012. Perkebmbangan pinus Perum Perhutani [internet]. [diunduh 3 Januari 2015] Tersedia pada : http://etd.ugm.ac.id/index.phpmoddownload &sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=325523.pdf&potongan=S 2 -2013-325523-chapter1.pdf&ftyp =potongan&tahun= 2013.
Ulum MM. 2007. Pengaruh kelas umur dan jenis stimulasia serta analilis biaya penyadapan getah pinus (Pinus merkusii Jungh. et de vriese) (studi kasus: RPH Ciguha BKPH Cikawung KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 06 Agustus 1992 dari Ayah Sakirin dan Ibu Rosidah. Penulis putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus SMA Negeri 4 Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliah penulis pernah menjadi anggota dan pengurus Forest Management Student Club (FMSC) pada tahun 2012-2013 divisi Keprofesian Kelompok Studi Pemanfaatan. Selain itu, kegiatan praktik yang pernah dilakukan penulis adalah Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang Barat pada tahun 2012, Praktik Pengenalan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada tahun 2013 serta Praktik Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HT PT. Lestari Asri Jaya, Jambi pada bulan Februari-April 2014.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan