• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERDASARKAN GAYA BERPIKIR KREATIF-KRITIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMETAAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERDASARKAN GAYA BERPIKIR KREATIF-KRITIS."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

vi

BAB II BERPIKIR KRITIS dan KREATIF, PRESTASI BELAJAR, DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ... 10

A. Berpikir Kritis dan Kreatif ... 12

B. Prestasi Belajar ... 25

C. Problem Based Learning (PBL) ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Metode Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 42

C. Prosedur Penelitian... 43

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 47

(2)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Sebaran Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 61

B. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 66

C. Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa

setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar yang dimaksud adalah

hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu

tertentu. Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah

mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar

merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa. Dengan

adanya pengukuran tes prestasi belajar ini, maka tingkat pemahaman siswa terhadap

suatu materi pelajaran pun dapat terukur. Berdasarkan studi dokumenter di salah satu

SMA di Cihampelas (Cililin), nilai ulangan harian fisika siswa di salah satu kelas

adalah 48,59. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat dikatakan

masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Setelah

melihat pembelajaran dikelas, guru tidak melakukan demonstrasi, tidak memunculkan

masalah untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak

(4)

karakteristik belajar siswa. Yang paling erat kaitannya dalam mempengaruhi prestasi

belajar ini adalah proses pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajarannya.

Jika guru memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa,

maka prestasi belajar pun dapat dicapai dengan maksimal. Untuk memberikan proses

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut, maka guru haruslah

mengetahui gaya berpikir siswanya. Karena gaya berpikir siswalah yang menjadi

acuan tindak tanduknya. Ada dua pengkategorian gaya berpikir yaitu assosiative

thingking dan directed thingking. Directed thingking atau gaya berpikir yang

memiliki tujuan merupakan gaya berpikir yang sangat penting karena berpengaruh

pada proses pembelajaran, terdiri dari gaya berpikir kreatif dan gaya berpikir kritis.

Kemudian gaya berpikir kreatif dan kritis ini terbagi menjadi lima kategori yaitu gaya

berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang, gaya berpikir

kritis, dan gaya berpikir kritis superior (Filsaime, 2008). Gaya berpikir kreatif dan

kritis merupakan dua hal yang saling bertolak belakang, karena memang kedua pola

pikir itu lahir dari dua bagian otak yang berbeda. Kreativitas lahir dari otak kanan

yang cenderung spontan dan lompat-lompat. Sedangkan kekritisan lahir dari otak kiri

yang cenderung teratur dan linear. Berdasarkan studi pendahuluan di sekolah yang

sama, dengan memberikan soal tes gaya-gaya berpikir kreatif-kritis, di dapat 35,48%

termasuk ke dalam pola berpikir kreatif, 58,06% termasuk ke dalam pola berpikir

seimbang, dan 6,45% termasuk ke dalam pola berpikir kritis. Tidak ada siswa yang

masuk pada kelompok pola berpikir kreatif superior dan pola berpikir kritis superior,

(5)

kreatif atau kritisnya sehingga jarang sekali orang yang memiliki gaya berpikir ini.

Ketika dilihat prestasi belajar yang di capai oleh para siswa pada setiap kelompok

gaya berpikir, di dapat nilai rata-rata pada kelompok gaya berpikir kreatif 37,73, pada

kelompok gaya berpikir seimbang 55,83, dan pada kelompok gaya berpikir kritis

37,5. Dari semua kelompok rata-rata nilainya masih rendah, akan tetapi kelompok

gaya berpikir seimbang lah yang memiliki prestasi paling tinggi. Maka semua pola

gaya berpikir haruslah dilatih kekurangannya, terutama gaya berpikir yang rendah

prestasinya. Kekurangan pada gaya berpikir kreatif adalah berpikir kritisnya,

sedangkan pada gaya berpikir kritis adalah berpikir kreatifnya. Dengan melatihkan

kekurangan yang mereka miliki diharapkan mereka mampu mencapai prestasi yang

maksimal. Apabila guru mengetahui gaya berpikir siswa, maka akan dapat ditentukan

mana proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir siswa agar dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Setiap siswa memiliki gaya berpikir yang berbeda dalam sebuah kelas. Dalam

paragraf diatas telah disampaikan bahwa dengan mengetahui gaya berpikir tiap siswa

maka akan dapat ditentukan proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir

siswa. Dengan keanekaragaman gaya berpikir siswa ini, guru tetaplah bertanggung

jawab dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Agar proses belajar tetap sesuai

dengan kebutuhan tiap siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa, maka

haruslah dipilih model pembelajaran sesuai untuk siswa yang berpikir kreatif, berpikir

(6)

Pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif dan kritis tentulah berbeda. Berpikir kreatif akan mudah terwujudkan dalam

lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka,

sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi,

mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70).

Sedangkan untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran

dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif

singkat (Filsaime, 2008). Dari semua pendekatan yang dapat meningkatkan berpikir

kreatif dan kritis tersebut maka harus dicari model pembelajaran yang dalam

langkah-langkahnya mencakup pendekatan-pendekatan tersebut. Agar setiap siswa dapat

meningkatkan prestasinya secara maksimal maka setiap siswa harus difasilitasi model

pembelajaran yang langkah-langkah di dalamnya sesuai dengan cara belajar mereka

masing-masing. Penulis mencoba memberikan salah satu alternatif model

pembelajaran yaitu model Problem Based Learning (PBL). Tahapan model

pembelajaran PBL diawali dengan tahap-1 yaitu orientasi siswa pada masalah,

tahap–2 yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap–3 yaitu membimbing

penyelidikan individual mau pun kelompok, tahap–4 yaitu mengembangkan dan

menyajikan hasil karya, dan tahap–5 yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah. Sehingga dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan

(7)

Berdasarkan pentingnya mengetahui gaya berpikir siswa untuk meninjau

peningkatan prestasi yang dapat mereka peroleh, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning (PBL) Berdasarkan Gaya Berpikir Kreatif-Kritis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan prestasi

belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)

berdasarkan pemetaan gaya berpikir kreatif-kritis?“

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah

diatas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika

dengan model problem based learning (PBL)?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika

dengan model problem based learning (PBL)?

3. Bagaimana pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir

kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based

(8)

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Dalam penelitian ini akan melihat komponen-komponen gaya berpikir

kritis di sebuah kelas, sehingga bisa digambarkan sebaran gaya berpikir

kreatif-kritisnya sesudah melakukan pembelajaran dengan model problem based

learning.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan yang

positif terhadap prestasi belajar siswa yang dinyatakan dengan rat-rata gain

ternormalisasi skor pre-test dan post-test. Prestasi belajar yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses

belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya

ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang

disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek

penerapan (aplication) yang disebut C3,dan aspek analisis (analysis) yang

disebut C4.

3. Pemetaan peningkatan prestasi belajar akan dilakukan berdasarkan pada gaya

berpikir kreatif-kritis. Peningkatan prestasi belajar setiap kelompok gaya

berpikir ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi

(9)

akan terlihat kelompok gaya berpikir yang rata-rata gain ternormalisasinya

dipengaruhi oleh model problem based learning.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu :

1) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

2) Prestasi belajar

3) Keterampilan berpikir kreatif dan kritis

E. Definisi Operasional

1. Model Problem Based Learning (PBL) didefinisikan sebagai suatu model yang

menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai

pembelajaran. Ciri-ciri utama PBL meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau

masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja-sama, dan

menghasilkan karya dan peragaan. Problem Based Learning meliputi 5 tahap

pembelajaran, yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa

untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk mengetahui keterlaksanaan

penerapan model ini terlaksana dengan benar, maka dilihat dari keterlaksanaan

(10)

yaitu dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa. Terlaksananya

model ini dengan baik jika kedua lembar observasi minimal pada kriteria baik,

sehingga dapat dikatakan model ini mempengaruhi dalam pembelajaran.

2. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya ranah kognitif menurut Bloom yang

dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman

(comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut

C3,dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4. Aspek C1 meliputi

menjelaskan, memilih, dan menyatakan. Aspek C2 meliputi mempolakan,

menghitung, memperkirakan, membandingkan, menjelaskan, dan

mengidentifikasi. Aspek C3 meliputi menerapkan, menghitung, dan

menentukan. Aspek C4 meliputi menganalisis dan meyimpulkan. Instrumen

yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah tes prestasi belajar

berupa tes tertulis. Tes tertulis berupa pilihan ganda.

3. Keterampilan berpikir kreatif atau kritis dapat diukur dengan tes yang disebut

Gaya-Gaya Kreatif-Kritis Yanpiaw (Filsaime, 2008: 102-114). Dengan

menjawab sosl-soalnya sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan, setiap

item yang dipilih akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Nilai yang didapat

dari hasil tes akan menunjukkan gaya berpikir kreatif atau kritis siswa yang

(11)

F. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran

fisika dengan model problem based learning (PBL).

2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika

dengan model Problem Based Learning (PBL).

3. Mengetahui pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir

kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based

learning (PBL).

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti ;

a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran.

b. Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model PBL.

c. Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru fisika untuk siap

melaksanakan tugas di lapangan.

d. Memberi informasi kepada peneliti lain untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa dengan model PBL berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis.

2. Bagi guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model

(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang

mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Kuasi eksperimen yaitu penelitian

yang dilakukan hanya pada satu kelas saja tanpa ada kelas kontrol atau pembanding.

Menurut Panggabean (1996) tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah Keterlaksanaan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL), prestasi belajar, keterampilan berpikir kreatif dan

kritis.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group

pretest-posttest design. Dalam one group pretest-pretest-posttest design ini, sekelompok subjek

(sampel penelitian) diberi perlakuan. Pre-test (T1) dilakukan sebelum subjek diberi

perlakuan dan post-test (T2) dilakukan setelah subjek diberi perlakuan untuk setiap

(13)

efek dari perlakuan (treatment). Untuk lebih jelasnya, desain ini digambarkan sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group Pre Test-Post Test Design

Pre-test Treatmen Post-test

T1 X T2

Keterangan :

T1 : Tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan.

X : Perlakuan (treatment) diberikan kepada siswa dengan menerapkan model

pembelajaran modified inquiry.

T2 : Tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberikan perlakuan.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut ;

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah

(14)

d. Studi pendahuluan, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di

kelas, wawancara dengan guru dan siswa, dilakukan untuk mengetahui

kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.

e. Perumusan masalah penelitian

f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian

mengenai model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

g. Telaah kurikulum Fisika SMA dan penentuan materi pembelajaran

yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar

pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan

kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.

h. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan

instrumen penelitian

i. Membuat instrumen penelitian

j. Melakukan judgement terhadap soal yang telah dibuat.

k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas,

tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai

untuk tes awal dan tes akhir.

l. Memberikan tes gaya-gaya kreatif-kritis awal untuk mengetahui

gaya berpikir awal siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment).

2. Tahap Pelaksanaan

(15)

a. Memberikan tes awal (Pre-test) untuk mengukur prestasi belajar

siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment).

b. Kelas tersebut dikenakan perlakuan (treatment), yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learnging (PBL).

c. Melakukan post test.

d. Membandingkan antara hasil pre-test dan post-test untuk

menentukan besar perbedaan yang timbul. Jika sekiranya perbedaan itu

ada, maka perbedaan itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh dari

perlakuan (treatment) yang diberikan.

e. Mengulangi langkah a-d untuk seri ke-2 dan ke-3.

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.2 di bawah

ini:

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tanggal Pertemuan

Ke- Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

23 September 2010 1

(16)

b. Melakukan pembahasan hasil penelitian.

c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh.

d. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe. Sampel adalah

sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap

populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling (Panggabean, 1996).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA di

Cihampelas (Cililin) yang terdiri dari tiga kelas. Sedangkan sampelnya adalah satu

kelas yang diambil secara purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Sesuai dengan rekomendasi guru bidang studi fisika yang

mengajar di kelas XI, maka dari 3 kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah

kelas XI IPA-1 dengan jumlah siswa sebanyak 32.

Pada saat penelitian dilaksanakan, tidak semua siswa hadir sehingga semua siswa

di kelas penelitian tidak dapat dijadikan sampel penelitian. Pada studi pendahuluan,

pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga, hanya 21 orang siswa

yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal (pre-test), perlakuan

(treatment), dan tes akhir (post-test). Sehingga hanya 21 siswa itulah yang menjadi

(17)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung

keterlaksanaan model Problem Based Learnging (PBL) oleh guru dan siswa.

Instrumen ini berbentuk tabel yang kolomnya terdiri dari nomor, aspek yang

diamati, hasil observasi yang terdiri dari ya dan tidak, dan keterangan. Tugas

observer yang mengamati guru adalah memberikan tanda check list (√) pada

kolom ya atau tidak yang sesuai dengan setiap tahapan yang dilakukan oleh guru.

Sedangkan observer yang mengamati siswa bertugas menuliskan nomor diri siswa

setiap siswa pada kolom yang sesuai. Dalam lembar observasi ini, disediakan

kolom komentar, kritik dan saran. Hal ini dilakukan agar kekurangan atau

kelamahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui, sehingga diharapkan

pembelajaran selanjutnya dapat lebih baik. Lembar observasi ini kemudian

dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap

format lembar observasi tersebut.

2. Tes Tulis

Dalam penelitian ini, tes terdiri dari tes gaya-gaya kreatif-kritis dan tes prestasi

belajar yang digunakan untuk melihat perubahan gaya berpikir dan mengukur

peningkatan prestasi belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan untuk gaya-gaya

(18)

Sedangkan tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan

Butir-butir soal dalam tes prestasi belajar mencakup ranah kognitif pada aspek hafalan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Tes prestasi belajar

dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (Pre-test) dan sesudah perlakuan

(Post-test) untuk setiap seri pembelajaran, sedangkan tes gaya-gaya kreatif-kritis

dilakukan sebelum perlakuan dan setelah tiga seri perlakuan berakhir. Untuk

pre-test dan post-pre-test digunakan soal yang sama, berdasarkan anggapan bahwa

perubahan gaya berpikir dan peningkatan prestasi belajar siswa akan benar-benar

dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Dalam penelitian ini, data yang

dikumpulkan dari hasil tes gaya-gaya kreatif-kritis berupa interpretasi gaya

berpikir dan prestasi belajar berupa skor tes yang terdiri dari skor pre-test dan skor

post-test.

1) Tes Prestasi Belajar

Instrumen prestasi belajar dibuat oleh peneliti berdasarkan indikator

pembelajaran, sehingga sangat membutuhkan kritik dan saran untuk

memperbaikinya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan

instrumen tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2, materi pokok

listrik dinamis.

b. Membuat soal tes kecakapan akademik dan soal tes prestasi belajar

(19)

c. Meminta pertimbangan (judgement) kepada dua orang dosen dan satu

orang guru bidang studi fisika terhadap instrumen penelitian, kemudian

melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.

d. Melakukan uji coba instrumen tes.

e. Melakukan analisis uji coba instrumen tes yang meliputi uji validitas,

realibilitas, taraf kemudahan dan daya pembeda.

Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui baik buruknya

suatu perangkat tes yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda.

a. Analisis Validitas Instrumen Ujicoba

Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai

validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien korelasi biserial.

Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:

(20)

X = skor siswa pada butir yang diuji validitasnya

Y = skor total yang diperoleh siswa

N = Jumlah siswa.

Menurut Arikunto (2008), interpretasi mengenai besarnyan koefisien

korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai rXY Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2008)

b. Analisis Reliabilitas Instrumen Ujicoba

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika

diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu

pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan

dengan menentukan koefisien reliabilitas. Reliabilitas tes dalam penelitian

(21)

digunakan berupa soal pilihan ganda beralasan. Adapun rumus alpha

(Arikunto, 2008) adalah sebagi berikut:

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas perangkat tes

= Jumlah varians skor tiap-tiap butir

= Varians total

n = Jumlah siswa

Tabel 3.4

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup

0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah

(22)

c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukkan

sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 1999: 207). Tingkat kesukaran

dihitung dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :

P = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal

Nilai TK Tingkat Kesukaran

1,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2008:210)

d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang tidak pandai (berkemampuan rendah) ( Arikunto, 2003: 211). Daya

pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan: JS

B

(23)

Keterangan :

D = Daya pembeda butir soal

A

J

= Banyaknya peserta kelompok atas

B

J

= Banyaknya peserta kelompok bawah

A

P

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(24)

(Arikunto, 2008:212)

Dalam penelitian ini ada 36 soal yang dijadikan soal uji coba tes prestasi.

Setelah soal melalui tiga orang pen-judgement yang dianggap ahli, dilakukan

uji coba terhadap siswa yang telah mempelajari materi tentang elastisitas.

Soal ini diberikan kepada dua kelas yang berbeda dengan pembagian soal

yang sama yaitu masing-masing 18 soal. Hasil analisis hasil uji coba tes

prestasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C. 1. Dari analisis

tersebut didapat nilai reliabilitas tes prestasi belajar pertama 0,66 sedangkan

tes belajar kedua 0,43. Reliabilitas pertama termasuk pada kriteria tinggi,

sedangkan yang kedua termasuk pada kriteria cukup. Kedua kriteria ini

memungkinkan soal ini untuk dipakai. Setelah di analisis, soal tes prestasi

yang dipakai adalah 30 soal.

2) Tes Gaya-Gaya Berpikir Kreatif-Kritis

Instrumen tes gaya-gaya kreatif-kritis dikembangkan berdasarkan pada

teori-teori dan fakta-fakta dari studi-studi penelitian berpikir kreatif dan kritis

(Filsaime, 2008: 101). Ada tiga puluh dua item dalam tes ini. Masing-masing

item memiliki jumlah pilihan yang berbeda. Pilihan yang dipilih boleh lebih

dari satu atau tidak dipilih sama sekali pada tiap item soalnya jika pilihan yang

sesuai dengan gaya berpikir lebih dari satu atau tidak ada sama sekali. Setiap

pilihan mempunyai nilai yang berbeda. Semakin tinggi nilainya menunjukkan

(25)

rendah nilainya menunjukkan bahwa pilihan itu adalah pilihan orang yang

berpikir kreatif. Karena jika dilihat dari indikator penskoran ykreatif-kritis,

semakin tinggi nilainya maka arah berpikirnya menuju ke kritis, tetapi makin

rendah nilainya maka arah berpikirnya menuju ke kreatif. Setelah mendapatkan

nilai dari jumlah nilai pilihan dibagi dengan banyaknya pilihan yang dipilih,

nilai tersebut di cocokkan dengan indikator penskoran ykreatif-kritis untuk

mengetahui jenis gaya berpikir.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based

Learning (PBL)

Keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat

diketahui dengan cara mencari presentasi keterlaksanaan model pembelajaran

tersebut. Untuk menghitung presentasi keterlaksanaan model pembelajar

Problem Based Learning (PBL) dapat dilakukan dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

(26)

Tabel 3.7

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

No % Kategori

Keterlaksanaan Model Interpretasi

1. 0,0-24,9 Sangat Kurang

2. 25,0-37,5 Kurang

3. 37,6 – 62,5 Sedang

4. 62,6 – 87,5 Baik

5. 87,6 – 100 Sangat Baik

Mulyadi (Nuh, 2007)

2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar

Data yang diperoleh untuk mengukur prestasi belajar siswa yang diperoleh dari

tes awal sebelum pembelajaran dan tes akhir setelah semua pembelajaran

dilaksanakan. Hasil-hasil tes prestasi belajar, akan dilakukan dengan

langkah-langkah berikut:

a. Pemberian Skor

Memberi skor pada lembar jawaban siswa dengan berpatokan pada kisi-kisi

jawaban yang telah dibuat.

b. Perhitungan Skor Gain dan Gain yang Dinormalisasi

Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes akhir (post-test) dan tes

(27)

sebagai efek dari treatment (Panggabean, 1996). Rumus yang digunakan

untuk menghitung nilai gain adalah:

Keterangan :

= Gain

= Skor tes akhir (post-test)

= Skor tes awal (pre-test)

Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi akan

digunakan persamaan (Hake, 1998) sebagai berikut:

Rata-rata gain yang dinormalisasi ( ):

Keterangan :

< = Rata-rata gain yang dinormalisasi

= Rata-rata gain aktual

= Gain maksimum yang mungkin terjadi

= Rata-rata skor tes akhir (post-test)

> = Rata-rata skor tes awal (pre-test)

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel

(28)

Tabel 3.8

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi

Nilai 〈〈〈〈g〉〉〉〉 Interpretasi

〈g〉≥ 0,7 Tinggi

0,7 > 〈g〉≥ 0,3 Sedang

〈g〉 < 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

3. Analisis Perubahan Gaya- Gaya Kreatif-Kritis

Data diperoleh dengan memberi skor pada setiap pilihan jawaban siswa sesuai

dengan kunci penilaian YKreatif-Kritis sebagai berikut:

1. A 9 2. A 9 3. A 9 4. A 1

B 1 B 1 B 9 B 9

C 1 C 9

D 1 D 1

E 9

F 1

5. A 9 6. A 1 7. A 9 8. A 9

B 1 B 9 B 7 B 1

(29)

D 3

E 1

9. A 1 10. A 9 11. A 9 12. A 9

B 9 B 1 B 1 B 9

C 1

D1

E 1

13. A 1 14. A 1 15. A 5 16. A 9

B 9 B 9 B 9 B 1

17. A 1 18. A 9 F I 19. A 5

B 9 B 1 G 1 B 9

C 9 H 1

D 1 I 9

E 9 J 9

20. A 1 21. A 9 22. A 5 23. A 1

B 9 B 1 B 9 B 9

24. A 9 25. A 9 26. A 9 27. A 1

B 1 B 5 B 1 B 9

C 9 C 1

D 1

28. A 9 29. A 1 30. A 9 31. A 9

(30)

C 1

D 9

32. A 9 33. A 9 E 1 I 1

B 1 B 1 F 9 J 9

C 1 G 9

D 9 H 1

34. Penggunaan 1-3 = 5 poin

Penggunaan 4-7 = 3 poin

Penggunaan 8-10 = 1 poin

Kriteria penilaian untuk item 34

• Jawaban dinilai jika relevan, bermakna dan bermanfaat

Jawaban tidak dinilai jika: • Jawaban independen dari objek,

• Jawaban adalah sebuah abstraksi yang bermakna,

• Jawaban adalah salinan,

• Jawaban tidak mungkin diuraikan.

Setelah memberikan skor pada semua jawaban, lalu dimasukkan ke dalam

(31)

Lalu dilihat pada indikator penskoran YKreatif-Kritis sesuai dengan nilai yang

(32)

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Gaya berpikir kreatif-kritis setelah diterapkan model problem based learning

(PBL) dalam pembelajaran fisika, ada yang tetap dan ada yang mengalami

perubahan baik kearah kritis maupun kearah kreatif. Sebarannya adalah sebagai

berikut : 2 siswa atau 9,52% skor gaya berpikir dan gaya berpikirnya tetap pada

gaya berpikir seimbang, 7 siswa atau 33,32% berubah ke arah kreatif, dan 12

siswa atau 57,14% berubah ke arah kritis.

2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan kriteria sedang setelah

diterapkan model problem based learning (PBL).

3. Peningkatan prestasi belajar yang dipetakan berdasarkan gaya berpikir

kreatif-kritis dalam penelitian ini terdapat kecenderungan arah perubahan gaya berpikir

siswa terhadap peningkatan prestasi belajar. Peningkatan prestasi paling besar

terjadi pada siswa yang mengalami perubahan gaya berpikir ke arah kritis dan

yang tetap, sedangkan siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif

(33)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa saran, antara

lain:

1. Model problem based learning (PBL) dapat dijadikan salah satu alternatif

pembelajaran di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa-siswa yang

memiliki gaya berpikir berbeda.

2. Model problem based learning (PBL) akan lebih efektif jika waktu yang

tersedia cukup banyak agar waktu untuk berdiskusi bisa lebih banyak, sehingga

semua kekurangan gaya berpikir bisa terlatihkan.

3. Mendeteksi gaya berpikir kreatif-kritis siswa terlebih dahulu sebelum

pembelajaran dapat dijadikan dasar untuk menentukan penekanan yang

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [Online].Tersedia

:http://re-searchengines.com/1007arief3.html [5 Februari 2010]

Aisyah, Wianti dkk. 2008. Pembelajaran melalui metode pbl (problem based

learning) dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://wianti.multiply.com/journal/item/7 [11 November 2009]

Al-Hanafi, M.M.A. dkk. 2010. Think & Be The Winner (Berpikir & Jadilah

Pemenang). Jakarta : Cakrawala.

Amir, M. Taufik.2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta :

Kencana.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta :

Prestasi Pustakaraya.

Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hake, R. R. 1998.Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses.[Online].Tersedia :

(35)

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2008. Mengasah Pikiran kreatif dan Kritis. Bandung :

Nuansa.

Ibrahim, H. Muslimin dkk. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya :

University Press.

Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah :

Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua Siswa. Jakarta : PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Starkey, Lauren. 2009. Critical Thingking Skills Success. Jogjakarta : Bookmarks.

Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi

Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sunartombs. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. [Online].Tersedia

:http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ [11

Maret 2010]

Trianto. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Gambar

Desain Penelitian Tabel 3.1 One Group Pre Test-Post Test Design
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Instrumen Tes
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jika darah kekurangan hemoglobin atau jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normalnya, maka tubuh akan mengalami anemia.Tujuan dari penelitian ini

Kapal yang akan dirancang sebagai pengembangan pariwisata di objek wisata Green Canyon dan daerah sungai Cijulang harus memperhitungkan ukuran utama, rencana garis, rencana umum,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16B ayat (1) dan Penjelasannya huruf b Undang-Undang Nomor

[r]

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS

Pendaftaran dan pengambl{an Dokumen Kualifikasi dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direKur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang. dan kaftu

Berdasarkan Tabel 4, secara simultan seluruh variabel dalam penelitian ini, yaitu jumlah benih, luas lahan, tenaga kerja dan jarak laut dengan tambak mempengaruhi produksi

Pada perkembangan selanjutnya protokol diartikan sebagai tata aturan, pedoman standard/formal yang digunakan sebagai acuan pihak tertentu, misalkan