vi
BAB II BERPIKIR KRITIS dan KREATIF, PRESTASI BELAJAR, DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ... 10
A. Berpikir Kritis dan Kreatif ... 12
B. Prestasi Belajar ... 25
C. Problem Based Learning (PBL) ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Metode Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 42
C. Prosedur Penelitian... 43
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 47
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Sebaran Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 61
B. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 66
C. Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa
setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar yang dimaksud adalah
hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu
tertentu. Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah
mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar
merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa. Dengan
adanya pengukuran tes prestasi belajar ini, maka tingkat pemahaman siswa terhadap
suatu materi pelajaran pun dapat terukur. Berdasarkan studi dokumenter di salah satu
SMA di Cihampelas (Cililin), nilai ulangan harian fisika siswa di salah satu kelas
adalah 48,59. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat dikatakan
masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Setelah
melihat pembelajaran dikelas, guru tidak melakukan demonstrasi, tidak memunculkan
masalah untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak
karakteristik belajar siswa. Yang paling erat kaitannya dalam mempengaruhi prestasi
belajar ini adalah proses pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajarannya.
Jika guru memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa,
maka prestasi belajar pun dapat dicapai dengan maksimal. Untuk memberikan proses
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut, maka guru haruslah
mengetahui gaya berpikir siswanya. Karena gaya berpikir siswalah yang menjadi
acuan tindak tanduknya. Ada dua pengkategorian gaya berpikir yaitu assosiative
thingking dan directed thingking. Directed thingking atau gaya berpikir yang
memiliki tujuan merupakan gaya berpikir yang sangat penting karena berpengaruh
pada proses pembelajaran, terdiri dari gaya berpikir kreatif dan gaya berpikir kritis.
Kemudian gaya berpikir kreatif dan kritis ini terbagi menjadi lima kategori yaitu gaya
berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang, gaya berpikir
kritis, dan gaya berpikir kritis superior (Filsaime, 2008). Gaya berpikir kreatif dan
kritis merupakan dua hal yang saling bertolak belakang, karena memang kedua pola
pikir itu lahir dari dua bagian otak yang berbeda. Kreativitas lahir dari otak kanan
yang cenderung spontan dan lompat-lompat. Sedangkan kekritisan lahir dari otak kiri
yang cenderung teratur dan linear. Berdasarkan studi pendahuluan di sekolah yang
sama, dengan memberikan soal tes gaya-gaya berpikir kreatif-kritis, di dapat 35,48%
termasuk ke dalam pola berpikir kreatif, 58,06% termasuk ke dalam pola berpikir
seimbang, dan 6,45% termasuk ke dalam pola berpikir kritis. Tidak ada siswa yang
masuk pada kelompok pola berpikir kreatif superior dan pola berpikir kritis superior,
kreatif atau kritisnya sehingga jarang sekali orang yang memiliki gaya berpikir ini.
Ketika dilihat prestasi belajar yang di capai oleh para siswa pada setiap kelompok
gaya berpikir, di dapat nilai rata-rata pada kelompok gaya berpikir kreatif 37,73, pada
kelompok gaya berpikir seimbang 55,83, dan pada kelompok gaya berpikir kritis
37,5. Dari semua kelompok rata-rata nilainya masih rendah, akan tetapi kelompok
gaya berpikir seimbang lah yang memiliki prestasi paling tinggi. Maka semua pola
gaya berpikir haruslah dilatih kekurangannya, terutama gaya berpikir yang rendah
prestasinya. Kekurangan pada gaya berpikir kreatif adalah berpikir kritisnya,
sedangkan pada gaya berpikir kritis adalah berpikir kreatifnya. Dengan melatihkan
kekurangan yang mereka miliki diharapkan mereka mampu mencapai prestasi yang
maksimal. Apabila guru mengetahui gaya berpikir siswa, maka akan dapat ditentukan
mana proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir siswa agar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Setiap siswa memiliki gaya berpikir yang berbeda dalam sebuah kelas. Dalam
paragraf diatas telah disampaikan bahwa dengan mengetahui gaya berpikir tiap siswa
maka akan dapat ditentukan proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir
siswa. Dengan keanekaragaman gaya berpikir siswa ini, guru tetaplah bertanggung
jawab dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Agar proses belajar tetap sesuai
dengan kebutuhan tiap siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa, maka
haruslah dipilih model pembelajaran sesuai untuk siswa yang berpikir kreatif, berpikir
Pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan kritis tentulah berbeda. Berpikir kreatif akan mudah terwujudkan dalam
lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka,
sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi,
mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70).
Sedangkan untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran
dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif
singkat (Filsaime, 2008). Dari semua pendekatan yang dapat meningkatkan berpikir
kreatif dan kritis tersebut maka harus dicari model pembelajaran yang dalam
langkah-langkahnya mencakup pendekatan-pendekatan tersebut. Agar setiap siswa dapat
meningkatkan prestasinya secara maksimal maka setiap siswa harus difasilitasi model
pembelajaran yang langkah-langkah di dalamnya sesuai dengan cara belajar mereka
masing-masing. Penulis mencoba memberikan salah satu alternatif model
pembelajaran yaitu model Problem Based Learning (PBL). Tahapan model
pembelajaran PBL diawali dengan tahap-1 yaitu orientasi siswa pada masalah,
tahap–2 yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap–3 yaitu membimbing
penyelidikan individual mau pun kelompok, tahap–4 yaitu mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, dan tahap–5 yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Sehingga dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan
Berdasarkan pentingnya mengetahui gaya berpikir siswa untuk meninjau
peningkatan prestasi yang dapat mereka peroleh, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning (PBL) Berdasarkan Gaya Berpikir Kreatif-Kritis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)
berdasarkan pemetaan gaya berpikir kreatif-kritis?“
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah
diatas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika
dengan model problem based learning (PBL)?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika
dengan model problem based learning (PBL)?
3. Bagaimana pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir
kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Dalam penelitian ini akan melihat komponen-komponen gaya berpikir
kritis di sebuah kelas, sehingga bisa digambarkan sebaran gaya berpikir
kreatif-kritisnya sesudah melakukan pembelajaran dengan model problem based
learning.
2. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan yang
positif terhadap prestasi belajar siswa yang dinyatakan dengan rat-rata gain
ternormalisasi skor pre-test dan post-test. Prestasi belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses
belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya
ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang
disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek
penerapan (aplication) yang disebut C3,dan aspek analisis (analysis) yang
disebut C4.
3. Pemetaan peningkatan prestasi belajar akan dilakukan berdasarkan pada gaya
berpikir kreatif-kritis. Peningkatan prestasi belajar setiap kelompok gaya
berpikir ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi
akan terlihat kelompok gaya berpikir yang rata-rata gain ternormalisasinya
dipengaruhi oleh model problem based learning.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu :
1) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
2) Prestasi belajar
3) Keterampilan berpikir kreatif dan kritis
E. Definisi Operasional
1. Model Problem Based Learning (PBL) didefinisikan sebagai suatu model yang
menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai
pembelajaran. Ciri-ciri utama PBL meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau
masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja-sama, dan
menghasilkan karya dan peragaan. Problem Based Learning meliputi 5 tahap
pembelajaran, yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa
untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk mengetahui keterlaksanaan
penerapan model ini terlaksana dengan benar, maka dilihat dari keterlaksanaan
yaitu dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa. Terlaksananya
model ini dengan baik jika kedua lembar observasi minimal pada kriteria baik,
sehingga dapat dikatakan model ini mempengaruhi dalam pembelajaran.
2. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya ranah kognitif menurut Bloom yang
dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman
(comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut
C3,dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4. Aspek C1 meliputi
menjelaskan, memilih, dan menyatakan. Aspek C2 meliputi mempolakan,
menghitung, memperkirakan, membandingkan, menjelaskan, dan
mengidentifikasi. Aspek C3 meliputi menerapkan, menghitung, dan
menentukan. Aspek C4 meliputi menganalisis dan meyimpulkan. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah tes prestasi belajar
berupa tes tertulis. Tes tertulis berupa pilihan ganda.
3. Keterampilan berpikir kreatif atau kritis dapat diukur dengan tes yang disebut
Gaya-Gaya Kreatif-Kritis Yanpiaw (Filsaime, 2008: 102-114). Dengan
menjawab sosl-soalnya sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan, setiap
item yang dipilih akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Nilai yang didapat
dari hasil tes akan menunjukkan gaya berpikir kreatif atau kritis siswa yang
F. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran
fisika dengan model problem based learning (PBL).
2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika
dengan model Problem Based Learning (PBL).
3. Mengetahui pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir
kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based
learning (PBL).
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti ;
a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran.
b. Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model PBL.
c. Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru fisika untuk siap
melaksanakan tugas di lapangan.
d. Memberi informasi kepada peneliti lain untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan model PBL berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis.
2. Bagi guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang
mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Kuasi eksperimen yaitu penelitian
yang dilakukan hanya pada satu kelas saja tanpa ada kelas kontrol atau pembanding.
Menurut Panggabean (1996) tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah Keterlaksanaan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL), prestasi belajar, keterampilan berpikir kreatif dan
kritis.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group
pretest-posttest design. Dalam one group pretest-pretest-posttest design ini, sekelompok subjek
(sampel penelitian) diberi perlakuan. Pre-test (T1) dilakukan sebelum subjek diberi
perlakuan dan post-test (T2) dilakukan setelah subjek diberi perlakuan untuk setiap
efek dari perlakuan (treatment). Untuk lebih jelasnya, desain ini digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian One Group Pre Test-Post Test Design
Pre-test Treatmen Post-test
T1 X T2
Keterangan :
T1 : Tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan.
X : Perlakuan (treatment) diberikan kepada siswa dengan menerapkan model
pembelajaran modified inquiry.
T2 : Tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberikan perlakuan.
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut ;
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA
b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah
d. Studi pendahuluan, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di
kelas, wawancara dengan guru dan siswa, dilakukan untuk mengetahui
kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
e. Perumusan masalah penelitian
f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian
mengenai model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
g. Telaah kurikulum Fisika SMA dan penentuan materi pembelajaran
yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar
pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan
kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.
h. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan
instrumen penelitian
i. Membuat instrumen penelitian
j. Melakukan judgement terhadap soal yang telah dibuat.
k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas,
tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai
untuk tes awal dan tes akhir.
l. Memberikan tes gaya-gaya kreatif-kritis awal untuk mengetahui
gaya berpikir awal siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (Pre-test) untuk mengukur prestasi belajar
siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment).
b. Kelas tersebut dikenakan perlakuan (treatment), yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learnging (PBL).
c. Melakukan post test.
d. Membandingkan antara hasil pre-test dan post-test untuk
menentukan besar perbedaan yang timbul. Jika sekiranya perbedaan itu
ada, maka perbedaan itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh dari
perlakuan (treatment) yang diberikan.
e. Mengulangi langkah a-d untuk seri ke-2 dan ke-3.
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.2 di bawah
ini:
Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Pertemuan
Ke- Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
23 September 2010 1
b. Melakukan pembahasan hasil penelitian.
c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh.
d. Menyampaikan laporan hasil penelitian.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe. Sampel adalah
sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap
populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling (Panggabean, 1996).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA di
Cihampelas (Cililin) yang terdiri dari tiga kelas. Sedangkan sampelnya adalah satu
kelas yang diambil secara purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sesuai dengan rekomendasi guru bidang studi fisika yang
mengajar di kelas XI, maka dari 3 kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah
kelas XI IPA-1 dengan jumlah siswa sebanyak 32.
Pada saat penelitian dilaksanakan, tidak semua siswa hadir sehingga semua siswa
di kelas penelitian tidak dapat dijadikan sampel penelitian. Pada studi pendahuluan,
pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga, hanya 21 orang siswa
yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal (pre-test), perlakuan
(treatment), dan tes akhir (post-test). Sehingga hanya 21 siswa itulah yang menjadi
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi
Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung
keterlaksanaan model Problem Based Learnging (PBL) oleh guru dan siswa.
Instrumen ini berbentuk tabel yang kolomnya terdiri dari nomor, aspek yang
diamati, hasil observasi yang terdiri dari ya dan tidak, dan keterangan. Tugas
observer yang mengamati guru adalah memberikan tanda check list (√) pada
kolom ya atau tidak yang sesuai dengan setiap tahapan yang dilakukan oleh guru.
Sedangkan observer yang mengamati siswa bertugas menuliskan nomor diri siswa
setiap siswa pada kolom yang sesuai. Dalam lembar observasi ini, disediakan
kolom komentar, kritik dan saran. Hal ini dilakukan agar kekurangan atau
kelamahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui, sehingga diharapkan
pembelajaran selanjutnya dapat lebih baik. Lembar observasi ini kemudian
dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap
format lembar observasi tersebut.
2. Tes Tulis
Dalam penelitian ini, tes terdiri dari tes gaya-gaya kreatif-kritis dan tes prestasi
belajar yang digunakan untuk melihat perubahan gaya berpikir dan mengukur
peningkatan prestasi belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan untuk gaya-gaya
Sedangkan tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan
Butir-butir soal dalam tes prestasi belajar mencakup ranah kognitif pada aspek hafalan
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Tes prestasi belajar
dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (Pre-test) dan sesudah perlakuan
(Post-test) untuk setiap seri pembelajaran, sedangkan tes gaya-gaya kreatif-kritis
dilakukan sebelum perlakuan dan setelah tiga seri perlakuan berakhir. Untuk
pre-test dan post-pre-test digunakan soal yang sama, berdasarkan anggapan bahwa
perubahan gaya berpikir dan peningkatan prestasi belajar siswa akan benar-benar
dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Dalam penelitian ini, data yang
dikumpulkan dari hasil tes gaya-gaya kreatif-kritis berupa interpretasi gaya
berpikir dan prestasi belajar berupa skor tes yang terdiri dari skor pre-test dan skor
post-test.
1) Tes Prestasi Belajar
Instrumen prestasi belajar dibuat oleh peneliti berdasarkan indikator
pembelajaran, sehingga sangat membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaikinya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan
instrumen tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2, materi pokok
listrik dinamis.
b. Membuat soal tes kecakapan akademik dan soal tes prestasi belajar
c. Meminta pertimbangan (judgement) kepada dua orang dosen dan satu
orang guru bidang studi fisika terhadap instrumen penelitian, kemudian
melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.
d. Melakukan uji coba instrumen tes.
e. Melakukan analisis uji coba instrumen tes yang meliputi uji validitas,
realibilitas, taraf kemudahan dan daya pembeda.
Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui baik buruknya
suatu perangkat tes yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda.
a. Analisis Validitas Instrumen Ujicoba
Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai
validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien korelasi biserial.
Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:
X = skor siswa pada butir yang diuji validitasnya
Y = skor total yang diperoleh siswa
N = Jumlah siswa.
Menurut Arikunto (2008), interpretasi mengenai besarnyan koefisien
korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Validitas Instrumen Tes
Nilai rXY Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto, 2008)
b. Analisis Reliabilitas Instrumen Ujicoba
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika
diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu
pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan
dengan menentukan koefisien reliabilitas. Reliabilitas tes dalam penelitian
digunakan berupa soal pilihan ganda beralasan. Adapun rumus alpha
(Arikunto, 2008) adalah sebagi berikut:
Keterangan :
= Koefisien reliabilitas perangkat tes
= Jumlah varians skor tiap-tiap butir
= Varians total
n = Jumlah siswa
Tabel 3.4
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup
0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah
c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 1999: 207). Tingkat kesukaran
dihitung dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :
P = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.5
Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal
Nilai TK Tingkat Kesukaran
1,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2008:210)
d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang tidak pandai (berkemampuan rendah) ( Arikunto, 2003: 211). Daya
pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan: JS
B
Keterangan :
D = Daya pembeda butir soal
A
J
= Banyaknya peserta kelompok atasB
J
= Banyaknya peserta kelompok bawahA
P
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benarB
P
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar(Arikunto, 2008:212)
Dalam penelitian ini ada 36 soal yang dijadikan soal uji coba tes prestasi.
Setelah soal melalui tiga orang pen-judgement yang dianggap ahli, dilakukan
uji coba terhadap siswa yang telah mempelajari materi tentang elastisitas.
Soal ini diberikan kepada dua kelas yang berbeda dengan pembagian soal
yang sama yaitu masing-masing 18 soal. Hasil analisis hasil uji coba tes
prestasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C. 1. Dari analisis
tersebut didapat nilai reliabilitas tes prestasi belajar pertama 0,66 sedangkan
tes belajar kedua 0,43. Reliabilitas pertama termasuk pada kriteria tinggi,
sedangkan yang kedua termasuk pada kriteria cukup. Kedua kriteria ini
memungkinkan soal ini untuk dipakai. Setelah di analisis, soal tes prestasi
yang dipakai adalah 30 soal.
2) Tes Gaya-Gaya Berpikir Kreatif-Kritis
Instrumen tes gaya-gaya kreatif-kritis dikembangkan berdasarkan pada
teori-teori dan fakta-fakta dari studi-studi penelitian berpikir kreatif dan kritis
(Filsaime, 2008: 101). Ada tiga puluh dua item dalam tes ini. Masing-masing
item memiliki jumlah pilihan yang berbeda. Pilihan yang dipilih boleh lebih
dari satu atau tidak dipilih sama sekali pada tiap item soalnya jika pilihan yang
sesuai dengan gaya berpikir lebih dari satu atau tidak ada sama sekali. Setiap
pilihan mempunyai nilai yang berbeda. Semakin tinggi nilainya menunjukkan
rendah nilainya menunjukkan bahwa pilihan itu adalah pilihan orang yang
berpikir kreatif. Karena jika dilihat dari indikator penskoran ykreatif-kritis,
semakin tinggi nilainya maka arah berpikirnya menuju ke kritis, tetapi makin
rendah nilainya maka arah berpikirnya menuju ke kreatif. Setelah mendapatkan
nilai dari jumlah nilai pilihan dibagi dengan banyaknya pilihan yang dipilih,
nilai tersebut di cocokkan dengan indikator penskoran ykreatif-kritis untuk
mengetahui jenis gaya berpikir.
F. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based
Learning (PBL)
Keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
diketahui dengan cara mencari presentasi keterlaksanaan model pembelajaran
tersebut. Untuk menghitung presentasi keterlaksanaan model pembelajar
Problem Based Learning (PBL) dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
No % Kategori
Keterlaksanaan Model Interpretasi
1. 0,0-24,9 Sangat Kurang
2. 25,0-37,5 Kurang
3. 37,6 – 62,5 Sedang
4. 62,6 – 87,5 Baik
5. 87,6 – 100 Sangat Baik
Mulyadi (Nuh, 2007)
2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar
Data yang diperoleh untuk mengukur prestasi belajar siswa yang diperoleh dari
tes awal sebelum pembelajaran dan tes akhir setelah semua pembelajaran
dilaksanakan. Hasil-hasil tes prestasi belajar, akan dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
a. Pemberian Skor
Memberi skor pada lembar jawaban siswa dengan berpatokan pada kisi-kisi
jawaban yang telah dibuat.
b. Perhitungan Skor Gain dan Gain yang Dinormalisasi
Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes akhir (post-test) dan tes
sebagai efek dari treatment (Panggabean, 1996). Rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai gain adalah:
Keterangan :
= Gain
= Skor tes akhir (post-test)
= Skor tes awal (pre-test)
Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi akan
digunakan persamaan (Hake, 1998) sebagai berikut:
Rata-rata gain yang dinormalisasi ( ):
Keterangan :
< = Rata-rata gain yang dinormalisasi
= Rata-rata gain aktual
= Gain maksimum yang mungkin terjadi
= Rata-rata skor tes akhir (post-test)
> = Rata-rata skor tes awal (pre-test)
Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel
Tabel 3.8
Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi
Nilai 〈〈〈〈g〉〉〉〉 Interpretasi
〈g〉≥ 0,7 Tinggi
0,7 > 〈g〉≥ 0,3 Sedang
〈g〉 < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
3. Analisis Perubahan Gaya- Gaya Kreatif-Kritis
Data diperoleh dengan memberi skor pada setiap pilihan jawaban siswa sesuai
dengan kunci penilaian YKreatif-Kritis sebagai berikut:
1. A 9 2. A 9 3. A 9 4. A 1
B 1 B 1 B 9 B 9
C 1 C 9
D 1 D 1
E 9
F 1
5. A 9 6. A 1 7. A 9 8. A 9
B 1 B 9 B 7 B 1
D 3
E 1
9. A 1 10. A 9 11. A 9 12. A 9
B 9 B 1 B 1 B 9
C 1
D1
E 1
13. A 1 14. A 1 15. A 5 16. A 9
B 9 B 9 B 9 B 1
17. A 1 18. A 9 F I 19. A 5
B 9 B 1 G 1 B 9
C 9 H 1
D 1 I 9
E 9 J 9
20. A 1 21. A 9 22. A 5 23. A 1
B 9 B 1 B 9 B 9
24. A 9 25. A 9 26. A 9 27. A 1
B 1 B 5 B 1 B 9
C 9 C 1
D 1
28. A 9 29. A 1 30. A 9 31. A 9
C 1
D 9
32. A 9 33. A 9 E 1 I 1
B 1 B 1 F 9 J 9
C 1 G 9
D 9 H 1
34. Penggunaan 1-3 = 5 poin
Penggunaan 4-7 = 3 poin
Penggunaan 8-10 = 1 poin
Kriteria penilaian untuk item 34
• Jawaban dinilai jika relevan, bermakna dan bermanfaat
Jawaban tidak dinilai jika: • Jawaban independen dari objek,
• Jawaban adalah sebuah abstraksi yang bermakna,
• Jawaban adalah salinan,
• Jawaban tidak mungkin diuraikan.
Setelah memberikan skor pada semua jawaban, lalu dimasukkan ke dalam
Lalu dilihat pada indikator penskoran YKreatif-Kritis sesuai dengan nilai yang
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gaya berpikir kreatif-kritis setelah diterapkan model problem based learning
(PBL) dalam pembelajaran fisika, ada yang tetap dan ada yang mengalami
perubahan baik kearah kritis maupun kearah kreatif. Sebarannya adalah sebagai
berikut : 2 siswa atau 9,52% skor gaya berpikir dan gaya berpikirnya tetap pada
gaya berpikir seimbang, 7 siswa atau 33,32% berubah ke arah kreatif, dan 12
siswa atau 57,14% berubah ke arah kritis.
2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan kriteria sedang setelah
diterapkan model problem based learning (PBL).
3. Peningkatan prestasi belajar yang dipetakan berdasarkan gaya berpikir
kreatif-kritis dalam penelitian ini terdapat kecenderungan arah perubahan gaya berpikir
siswa terhadap peningkatan prestasi belajar. Peningkatan prestasi paling besar
terjadi pada siswa yang mengalami perubahan gaya berpikir ke arah kritis dan
yang tetap, sedangkan siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa saran, antara
lain:
1. Model problem based learning (PBL) dapat dijadikan salah satu alternatif
pembelajaran di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa-siswa yang
memiliki gaya berpikir berbeda.
2. Model problem based learning (PBL) akan lebih efektif jika waktu yang
tersedia cukup banyak agar waktu untuk berdiskusi bisa lebih banyak, sehingga
semua kekurangan gaya berpikir bisa terlatihkan.
3. Mendeteksi gaya berpikir kreatif-kritis siswa terlebih dahulu sebelum
pembelajaran dapat dijadikan dasar untuk menentukan penekanan yang
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [Online].Tersedia
:http://re-searchengines.com/1007arief3.html [5 Februari 2010]
Aisyah, Wianti dkk. 2008. Pembelajaran melalui metode pbl (problem based
learning) dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://wianti.multiply.com/journal/item/7 [11 November 2009]
Al-Hanafi, M.M.A. dkk. 2010. Think & Be The Winner (Berpikir & Jadilah
Pemenang). Jakarta : Cakrawala.
Amir, M. Taufik.2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Kencana.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta :
Prestasi Pustakaraya.
Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Hake, R. R. 1998.Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics
Courses.[Online].Tersedia :
Hassoubah, Zaleha Izhab. 2008. Mengasah Pikiran kreatif dan Kritis. Bandung :
Nuansa.
Ibrahim, H. Muslimin dkk. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya :
University Press.
Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah :
Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua Siswa. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Starkey, Lauren. 2009. Critical Thingking Skills Success. Jogjakarta : Bookmarks.
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Sunartombs. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. [Online].Tersedia
:http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ [11
Maret 2010]
Trianto. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.