• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SAWAH PESERTA PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DENGAN USAHATANI PADI SAWAH NON DESA MANDIRI PANGAN DI NAGARI SIMPANG TONANG, KECAMATAN DUO KOTO, KABUPATEN PASAMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SAWAH PESERTA PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN DENGAN USAHATANI PADI SAWAH NON DESA MANDIRI PANGAN DI NAGARI SIMPANG TONANG, KECAMATAN DUO KOTO, KABUPATEN PASAMAN."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SAWAH

PESERTA PROGRAM

DESA MANDIRI PANGAN

DENGAN

USAHATANI PADI SAWAH

NON DESA MANDIRI PANGAN

DI

NAGARI SIMPANG TONANG, KECAMATAN DUO KOTO,

KABUPATEN PASAMAN

SKRIPSI

Oleh

RAFFY RAFSANDI S 0810223200

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SAWAH

PESERTA PROGRAM

DESA MANDIRI PANGAN

DENGAN

USAHATANI PADI SAWAH

NON DESA MANDIRI PANGAN

DI

NAGARI SIMPANG TONANG, KECAMATAN DUO KOTO

KABUPATEN PASAMAN

ABSTRAK

Program Demapan adalah salah satu program Dinas Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani miskin. Program Demapan merupakan bentuk pinjaman modal usaha untuk petani miskin yang diberikan dalam bentuk pinjaman tunai tanpa bunga sebesar 2,5 juta rupiah tiap individu petani. Pelaksanaan Demapan dimulai awal tahun 2011 dan telah selesai dilaksanakan di empat Kecamatan, salah satunya Kecamatan Duo Koto.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak Program

Demapan di Nagari Simpang Tonang terhadap usahatani padi sawah. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif kuantitatif, analisis kualitatif untuk mendeskripsikan kegiatan budidaya dalam usahatani padi sawah, analisis kuantitatif untuk mendeskripsikan pengaruh Program Demapan terhadap usatahani yaitu dengan menganalisis tingkat produktifitas, tingkat penggunaan input variabel, pendapatan, serta keuntungan. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari responden dan informan kunci

(key informan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Demapan memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani anggota kelompok Karya Makmur Sejati

(Demapan) tersebut. Hasil pengujian statistic sebesar 1,03 menunjukkan terdapat

perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani padi sawah kelompok Karya Makmur Sejati sebesar Rp 15.150.901 dengan kelompok Sahata Maita sebesar Rp 14. 130.048. perbedaan pendapatan tersebut dipengaruhi oleh tingkat produktifitas dan tingkat penggunaan input variabel dalam usahatani. Tingkat produktifitas Karya Makmur Sejati sebesar 4.434 kg dan Sahata Maita sebesar 4.298 kg, sedangkan penggunaan input variabel produksi Karya Makmur Sejati sebesar Rp 1.222.428,4 dan Sahata Maita sebesar Rp 1.516.663,5.

(3)

COMPARATIVE ANALYSIS OF PADDY FARMING BETWEEN PARTICIPANTS OF GOOD INDEPENDENT VILLAGE PROGRAM (DEMAPAN) AND NON FOOD INDEPENDENT VILLAGE IN SIMPANG TONANG VILLAGE, DUO KOTO SUB-DISTRICT, PASAMAN DISTRICT

ABSTRACT

DEMAPAN program is one of the Ministry of Agriculture programs that mean

to reduce poverty and to improve the welfare of poor farmers. Demapan program is a form of providing working capital loans for poor farmers like a cash loan without interest of 2.5 million Indonesian rupiah for each individual farmer. Demapan

implementation began in early 2011 and has been completed in four sub-district, one of them was on Duo Kotosub-District.

The purpose of this research was to find out the impact of Demapan program in Simpang Tonang Village on paddy farming. The method used in this research was a survey method. The farmer samples were drawn intentionally (purposive sampling) among two groups of farmer, Demapan participants and Non Demapan participants. Analysis of the data used descriptive qualitative quantitative, qualitative analysis to describe the activities of paddy farming, a comparative quantitative analysis to measure the effect of the Demapan program in paddy farming by analyzing the level of productivity, the level of variable input use, revenue, and profit between two groups of farmers. Data were collected from the respondents and key informant.

The result showed that the Demapan program has positive impact on farmers income. Statistical testgave 1.03 indicates a significant difference of income between

Demapan participant and non Demapan farmers where the total income of the first

was Rp 15,150,901 and Rp 14. 130 048 for the second group. The income differences are influenced by the level of productivity and the level of variable input used in paddy farming. The productivity of Demapan participant was as high as 4,434 kg per ha and non Demapan was 4,298 kg per ha, while the total use of variable input of Demapan group was Rp 1,222,428.4 and Rp 1,516,663.5 for non Demapan

group.

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial,

bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata,

tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya

manusia baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya, lingkungan, maupun melalui

perbaikan, pertumbuhan, dan perubahan (Iqbal, 2004).

Pembangunan Pertanian saat ini masih mempunyai peranan yang sangat

strategis dalam pembangunan daerah di Sumatera Barat, terutama terhadap

peningkatan ketahanan pangan, hal ini sesuai dengan tujuan umum pembangunan

pertanian yang diarahkan kepada : (1) peningkatan produksi untuk memantapkan

ketersediaan pangan guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dari segi jumlah,

kualitas dan harga terjangkau; (2) peningkatkan pendapatan petani dengan

mengembangkan sistem usaha tani yang berwawasan agribisnis agar mampu

menghasilkan produk yang berkualitas, berproduktivitas tinggi dan efisien (Iqbal,

2004).

Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan

kemandirian, dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Upaya

pembangunan ketahanan pangan dilakukan secara bertahap melalui proses

pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari

alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk mengelola dan

memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Perwujudan pemberdayaan masyarakat dalam rangka kemandirian pangan, dilakukan

melalui pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan di pedesaan (BKP,

2012).

Salah satu diantara kebijakan yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah

(5)

mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani miskin adalah

Program Desa Mandiri Pangan. Program ini dicanangkan oleh Dinas Pertanian

dengan Badan Ketahanan Pangan sebagai dinas instansi pengelola (Dipertahor

Sumbar, 2010).

Program Desa Mandiri Pangan (dalam hal ini selanjutnya disebut Demapan) merupakan bentuk pinjaman modal usaha untuk petani miskin. Pinjaman modal yang

diberikan adalah dalam bentuk uang tunai tanpa bunga. Program yang ditujukan

untuk mensejahterakan dan meningkatkan pendapatan petani miskin ini mempunyai

fokus kegiatan memberdayakan petani miskin untuk meningkatkan pendapatan

mereka. Demapan juga memberikan tenaga pendamping yang telah diseleksi dari Badan Ketahanan Pangan, tenaga pendamping ini juga disebut tenaga penyuluh dan

berfungsi membantu petani di dalam pelaksanaan Program Demapan. Tim pendamping juga memiliki fungsi sebagai jembatan antara petani dengan instansi

pengelola, jika ditemukan adanya masalah, dan juga tim pendamping juga berfungsi

mengenalkan inovasi kepada petani. Program Demapan juga diwajibkan untuk membentuk lembaga-lembaga yang nantinya diharapkan dapat membantu dalam

peningkatan kesejahteraan petani kecil, diantaranya kelompok afinitas dan Lembaga

Keuangan Desa (Badan Ketahanan Pangan, 2012).

Dana pinjaman modal yang diberikan dalam Demapan ini digunakan oleh petani untuk mengembangkan usahatani dan meningkatkan hasil produksi mereka,

sehingga dengan demikian diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Menurut Mosher (dalam Mubyarto, 1989) usahatani adalah himpunan dari

sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian

tumbuh, tanah, dan air, perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, dan

bangunan-bangunan yang didirikan diatasnya dan sebagainya.

B. Perumusan Masalah

(6)

delapan Kabupaten antara lain Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam,

Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pesisir

Selatan, dan Kabupaten Solok Selatan. Dari ketujuh kabupaten tersebut, Kabupaten

Pasaman yang lebih mengedepankan usahatani pertanian pangan (padi sawah) dalam

melaksanakan Demapan selain usaha ternak (kambing) dan hortikultura (cabe), sedangkan Kabupaten lainnya melaksanakan program Demapan pada usaha perdagangan, perikanan, dan usaha lainnya (Lampiran 1).

Pelaksanaan Demapan di Kabupaten Pasaman dimulai awal 2011, dan telah selesai dilaksanakan di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Panti, Padang Gelugur,

Duo Koto, dan Rao Utara. Penetapan keempat Kecamatan berdasarkan jumlah KK

miskin besar dari 30% serta berpotensi di bidang pertanian di daerah mereka (Haluan,

2012).

Dalam pelaksanaannya, program Demapan ini memiliki kelompok afinitas, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk bagi pelaksanaan program Demapan. Progam

Demapan membentuk kelompok afinitas dari kelompok yang telah ada di kenagarian

Simpang Tonang, yang beranggotakan petani-petani miskin yang dipilih oleh Badan

Ketahanan Pangan sebagai kelompok afinitas program Demapan (dalam hal ini selanjutnya disebut kelompok Karya Makmur Sejati).

Salah satu syarat mutlak bagi usahatani agar dapat berjalan optimal adalah

ketersediaan modal yang cukup. Selama ini petani memanfaatkan lembaga-lembaga

permodalan yang ada untuk mendapatkan modal usahatani mereka. Pada

kenyataannya beberapa diantara lembaga permodalan tersebut bersifat eksploitatif

terhadap usaha para petani. Misalnya tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi, dan

keharusan pihak petani menjual hasil panen kepada pihak yang memberikan

pinjaman, sehingga pendapatan petani menurun dan bahkan terjerat hutang yang sulit

untuk dibayar (Mubyarto, 1994). Demapan memberikan bantuan pinjaman tanpa bunga sebesar 100 juta tiap Kabupaten/Kota, dari dana tersebut akan dibagi dan

diberikan kepada petani dengan jumlah bantuan 2,5 juta tiap individu petani, sehingga

(7)

diberikan kepada petani sebesar 2,5 juta akan dikelola oleh petani sendiri dalam

usahatani mereka, sedangkan dana yang berlebih dari keseluruhan jumlah dana (100

juta) akan dikelola oleh Lembaga Keuangan Desa. Dengan pinjaman tanpa bunga

tersebut semestinya dapat membantu petani kelompok Karya Makmur Sejati dalam

meningkatkan penggunaan input-input variable, dengan pengadaan bibit dan benih,

pupuk yang dipakai, pestisida, serta jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam

usahatani. Ini mestinya dapat membantu meningkatkan hasil produksi dan pendapatan

usahatani. Demapan juga memberikan bantuan lainnya yaitu tenaga pendamping bagi petani dalam usahatani mereka. Tenaga pendamping ini bertugas mendampingi petani

dalam menggunakan teknologi baru bagi usahatani, serta mencari jalan keluar bagi

permasalahan di dalam usahatani.

Namun demikian, uraian di atas masih bersifat hipotesis. Dari penjelasan

uraian tersebut, timbul pertanyaan peneliti, Apakah Program Demapan Berpengaruh Terhadap Tingkat Produktifitas, Penggunaan Input Variabel, Pendapatan, dan

Keuntungan Usahatani Padi Sawah Peserta Program?. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan pendekatan Analisis

Perbandingan Antara Usahatani Peserta Program Demapan dan Usahatani non Demapan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dampak program Demapan terhadap usahatani melalui analisis perbandingan hasil kinerja usahatani Demapan dan non Demapan dengan menganalisis tingkat produktifitas, tingkat penggunaan input variabel, penerimaan,

pendapatan, serta keuntungan usahatani dalam usahatani Demapan dan non

Demapan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah bagi pemerintah

(8)

dalam suatu Program. Bagi petani diharapkan dapat dijadikan bahan dan salah satu

acuan agar petani setempat dapat lebih mandiri dan ke depannya tidak lagi

bergantung kepada bantuan pemerintah atau Dinas Pertanian. Bagi mahasiswa, untuk

mengetahui dan mempelajari bagaimana pelaksanaan dan hasil dari usahatani,

langkah-langkah dan strategi agar usahatani dapat terlaksana dengan baik dan dapat

meningkatkan pendapatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat didefenisikan sebagai suatu proses perubahan

sosial. Implementasinya tidak hanya untuk meningkatkan status dan kesejahteraan

petani semata, tetapi juga dimaksudkan untuk meningkatkan potensi sumber daya

manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun perbaikan,

pertumbuhan dan perubahan (Iqbal, 2008).

Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi : (1) adanya pasar untuk

hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya alat dan

bahan produksi secara lokal, (4) adanya peransang produksi bagi petani, (5)

tersedianya pengangkutan secara lancar. Di banyak Negara, sektor pertanian yang

berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pada tahap

pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan sektor

industri penghasil sarana pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan

pada industri pengolahan penunjang pertanian atau agroindustri yang selanjutnya

secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat sekitar hutan larangan adat Desa Rumbio terhadap sebaran

menganalisis hukum 16. Obyek penelitian yaitu perlindungan hukum terhadap pekerja seks komersial ditinjau dari aspek kesehatan reproduksi.. Cara atau prosedur yang digunakan

Dengan demikian, semakin tinggi nilai CAR semakin besar kemampuan modal yang dimiliki oleh bank untuk menanggung risiko dari setiap kredit yang berisiko dan mampu membiayai

Reliabilitas merupakann sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu instrument (Rasyid dan Mansur,2007).. Masalah dalam penelitian ini

Kepentingan non pengendali mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada

Namun sesuai rencana awal BSBP akan menggunakan bahan dasar plat baja/besi sehingga BSBP akan dilengkapi dengan pintu setinggi 120 cm yang dapat digunakan sebagai akses

Dari hasil yang telah di dapat terhadap pada tahapan implementasi dan pengujian, dapat di nyatakan bahwa Implementasi Policy Base Routing dan Failover Menggunakan

Fungsi Layanan Konseling Individu dalam Menuntaskan Masalah Pribadi Peserta Didik di MAN Sibreh Aceh Besar adalah berfungsi untuk mengatasi masalah yang dihadapi