• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TES ISOMORPHIC PROBLEM PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN TES ISOMORPHIC PROBLEM PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN………... ii

PERNYATAAN………..………... iii

KATA PENGANTAR ……….……….……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK………... ix

DAFTAR ISI………...……… xi

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR GAMBAR………...……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN………..……… 1

A. Latar Belakang ……….……… 1

B. Rumusan Masalah………….……… 6

C. Tujuan Penelitian……….………. 7

D. Manfaat Penelitian………. 8

E. Definisi Istilah Penting...……….. 9

BAB II LANDASAN TEORETIK TENTANG ASESMEN, ISOMORPHIC PROBLEM ASSESSMENT DAN POKOK BAHASAN GELOMBANG……… 10 A. Tes dan Asesmen Secara Umum……… 10

B. Standar-Standar Asesmen………..……….………... 19

C. Isomorphic Problem Assessment……….. 20

(2)

DAFTAR ISI (lanjutan)

Halaman

E. Telaah Hasil-hasil Penelitian yang Relevan... 31

BAB III METODE PENELITIAN………. 33

A. Paradigma dan Metode Penelitian……….. 33

B. Subyek Penelitian dan Waktu Penelitian ………….……… 35

C. Pengembangan Model Asesmen PI dan Instrumen Penelitian... 31

D. Teknik Analisis Data ………..………. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 46

A. Analisis Data dan Hasil Penelitian…….……… 46

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………….………... 73

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI………. 79

A. Kesimpulan………..……..………... 79

B. Implikasi……….…..………. ………..……….. 81

C. Rekomendasi ……..………... 82

DAFTAR PUSTAKA……….………... 83

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Materi-Materi dalam Pokok Bahasan Gelombang…………..……. 28 Tabel 2.2 Contoh Soal Fisika yang Berbeda tetapi Dapat Dijawab dengan

Konsep yang Sama...

31 Tabel 2.3 Daftar Penelitian yang Relevan dengan Pengembangan Model

Asesmen Isomorphic Problem………...……….

31 Tabel 3.1 Subyek Penelitian... 34 Tabel 3.2 Contoh Pola Penyusunan Model Asesmen Problem Isomorfik

Tipe A... 36 Tabel 3.3 Contoh Tes Model Asesmen Problem Isomorfik Tipe

A...

39 Tabel 3.4 Contoh Pola Penyusuan Model Asesmen Problem Isomorfik Tipe

B...

37 Tabel 3.5 Contoh Model Asesmen Problem Isomorfik Tipe

B...

38 Tabel 3.6 Kelompok-Kelompok Mahasiswa dalam Ujicoba Luas... 40 Tabel 3.7 Patokan Indeks TK Item Soal……...………. 45 Tabel 3.8 Patokan Indeks DP Item Soal ...………. 50 Tabel 4.1 Alat Asesmen yang Diterapkan Guru Fisika, Calon Guru Fisika

dan Kumpulan Soal-Soal Fisika……….………....…..

47 Tabel 4.2 Format Asesmen yang Dikenal Calon Guru Fisika/Mahasiswa

yang Telah Mengikuti Perkuliahan Evaluasi (N=190) .…………...

48 Tabel 4.3 Contoh Pola Penyusuan Model Asesmen Problem Isomorfik Tipe

A... ……….

(4)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

Halaman

Tabel 4.5 Contoh Pola Penyusuan Model Asesmen Problem Isomorfik Tipe B... ……….

51

Tabel 4.6 Contoh Model Asesmen Problem Isomorfik Kualitatif-

Kualitatif……….. 59

Tabel 4.7 Pendapat Mahasiswa Terhadap Asesmen Model A and B dalam hal

Kesulitan, Ketertarikan, dan Penerapan Asesmen PI...……..

53

Tabel 4.8 Revisi Asesmen PI Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Masukan

Pakar.………..………..…………

54

Tabel 4.9 Perubahan Jumlah Item Tipe Tes... 59

Tabel 4.10 Daftar Konsep Kunci dan Item Soal yang dipilih untuk Ujicoba Luas...

71

Tabel 4.11 Parameter Tes Format Essay dan Pilihan Ganda tipe A dan B...

72

Tabel 4.12 Rerata dan Uji Rerata Skor Kruskal-Wallis Terhadap Skor Kel 1, 2, dan 3 pada gabungan Tipe A dan B...

62

Tabel 4.13a Rerata dan Uji Rerata Skor Kruskal-Wallis Terhadap Skor Kel 1, 2, dan 3 pada Tipe A dan B...

63

Tabel 4.13b Uji Normalitas Sebaran Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3 pada tipe A dan B... ...

63

Tabel 4.13c Rerata dan Uji Rerata Skor Terhadap Skor Kel 1, 2, dan 3 pada Tipe A dan B...

64

Tabel 4.14a Rerata dan standar Deviasi Skor dan skor Gabungan Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3 pada Format Essay Tipe A dan B...

65

Tabel 4.14b Uji Normalitas Sebaran Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3 pada Format Essay Tipe A dan B...

66

Tabel 4.14c Hasil Uji Beda Rerata Sebaran Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3 pada Format Essay Tipe A dan B...

(5)

Halaman

Tabel 4.14d Rerata dan Uji Rerata Skor Gabungan Essay Kruskal-Wallis Terhadap

Skor Kel 1, 2, dan 3...

67

Tabel 4.15a Rerata dan Standar Deviasi Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3

pada Format PG Tipe A dan B...

68

Tabel 4.15b Uji Normalitas Sebaran Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2 dan 3 pada

Format PG Tipe A dan B...

68

Tabel 4.15c Rerata dan Uji Beda Rerata Gabungan Skor PG Kruskal-Wallis

Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3 ...

69

Tabel 4.15d Rerata dan Uji Beda Rerata Gabungan Skor PG Kruskal-Wallis

Mahasiswa Kel 1, 2, dan 3...

69

Tabel 4.16 Rerata Keteraksesan Kemampuan Maksimal Mahasiswa Menggunakan

Asesmen PI Tipe A dan B...

70

Tabel 4.17 Rerata Keteraksesan Kemampuan Maksimal Mahasiswa pada Format

Essay dan PG Asesmen PI Tipe A dan B...

71

Tabel 4.18 Respons Mahasiswa Terhadap MAPI Tipe A dalam Uji

KeterbacaanTingkat Kesulitan, Ketertarikan, dan

Penerapannya...

72

Tabel 4.19 Respons Mahasiswa Terhadap MAPI Tipe B dalam Uji

KeterbacaanTingkat Kesulitan, Ketertarikan,

dan Penerapannya...

(6)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

Halaman

Tabel 4.14d Rerata dan Uji Rerata Skor Gabungan Essay Kruskal-Wallis Terhadap Skor Kel 1, 2, dan 3...

67 Tabel 4.15a Rerata dan Standar Deviasi Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan

3 pada Format PG Tipe A dan B...

68 Tabel 4.15b Uji Normalitas Sebaran Skor Mahasiswa Kelompok 1, 2 dan 3

pada Format PG Tipe A dan B... 68 Tabel 4.15c Rerata dan Uji Beda Rerata Gabungan Skor PG Kruskal-Wallis

Mahasiswa Kelompok 1, 2, dan 3 ...

69 Tabel 4.15d Rerata dan Uji Beda Rerata Gabungan Skor PG Kruskal-Wallis

Mahasiswa Kel 1, 2, dan 3... 69 Tabel 4.16 Rerata Keteraksesan Kemampuan Maksimal Mahasiswa

Menggunakan Asesmen PI Tipe A dan B...

70 Tabel 4.17 Rerata Keteraksesan Kemampuan Maksimal Mahasiswa pada

Format Essay dan PG Asesmen PI Tipe A dan B...

71 Tabel 4.18 Respons Mahasiswa Terhadap MAPI Tipe A dalam Uji

KeterbacaanTingkat Kesulitan, Ketertarikan, dan

Penerapannya...

72 Tabel 4.19 Respons Mahasiswa Terhadap MAPI Tipe B dalam Uji

KeterbacaanTingkat Kesulitan, Ketertarikan,

dan Penerapannya...

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Konsep-Konsep Kunci Fisika Gelombang dalam Pembuatan Asesmen PI...

87

Lampiran 2 Analisis Konsep Gelombang...………... 88

Lampiran 3 Angket Pendapat Mahasiswa Terhadap Penerapan Asesmen PI Model A dan Model B...……… 94 Lampiran 4 Asesmen PI Tipe A dan B……...……….... 96

Lampiran 5 Kisis-Kisi Tes...……… 124

Lampiran 6 Lembar Validasi 1...……... 152

Lampiran 7 Lembar Validasi 2...………... 170

Lampiran 8 Lembar Validasi 3...………... 177

Lampiran 9 Uji-Uji Statistik... 198

(8)

Halaman

Gambar 1 Paradigma Penelitian……… 33

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar atau perkuliahan terdapat tiga komponen penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mahasiswa, yaitu materi perkuliahan, kegiatan perkuliahan, dan asesmen. Asesmen merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan perkuliahan yang dilakukan oleh seorang dosen. Melalui asesmen, seorang dosen dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan perkuliahan yang telah ditetapkan, memperbaiki proses perkuliahan dan hasil belajar mahasiswa. Dengan asesmen, dosen juga dapat mempertimbangkan tentang perkuliahan berikutnya. Hal yang tak kalah pentingnya adalah asesmen dapat meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa. Hal ini sesuai dengan makna filosofi asesmen yang bertujuan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan proses dan hasil belajar mahasiswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan serta meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa.

(10)

mendukung berfungsinya daya pikir pebelajar secara maksimal, dan menjadikan konsep yang diases menjadi lebih dipahami pebelajar/mahasiswa.

Alat asesmen yang digunakan dalam perkuliahan fisika dasar hendaknya minimal mendukung pencapaian tujuan mata kuliah fisika dasar secara tepat dan mudah. Begitu pula, alat asesmen yang digunakan hendaknya mendukung peningkatan kemampuan berpikir mahasiswa. Dengan demikian, alat asesmen bukan saja berfungsi untuk melihat sejauh mana mahasiswa telah menguasai materi, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa berkaitan dengan materi yang telah dipelajarinya.

Sementara itu, dalam hal asesmen perkuliahan sains, Tuncay & Salih (2006) dalam penelitian mereka yang berjudul Relation between Science Teachers’ Assessment Tools and Students’ Cognitive Development

(http://www.wikieducator.org/images/1/1a/Assessment_tools.pdf) mengatakan bahwa alat asesmen pengajar sains mempengaruhi perkembangan kognitif pebelajar secara langsung. Begitu pula, menurut teori kognitif bahwasannya konteks pengetahuan yang diperoleh dan caranya disimpan dalam memori memiliki implikasi penting sebagai isyarat dalam suatu masalah yang akan memicu teringatnya konteks yang relevan (Bransford, et.al; Bjork, et.al; Godden

et.al. dalam Singh, 2008). Teori kognitif ini melahirkan model alat asesmen

isomorphic problem yang dikembangkan oleh Chandralekha Singh pada

(11)

definisi asesmen yang dikemukakan oleh W.J Pophan (2011) yang mengatakan bahwa asesmen adalah pendeskripsian lebih luas dari pengukuran pendidikan yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan berbagai jenis pengukuran. Ada dua hasil penelitian Chandralekha Singh mengenai isomorphic problem. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa dalam memecahkan permasalahan secara isomorfik yang dimuculkan, yaitu permasalahan yang berkaitan konsep gerak rotasi dan menggelinding terlihat bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan tidak menggunakan penyelesaian secara kuantitatif melainkan mereka menyelesaikannya secara kualitatif menggunakan argumentasi konsep. Hasil penelitian yang kedua menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa menyelesaikan soal-soal kuantitatif yang berpasangan/isomorfik tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan jika mereka mengerjakan soal-soal kuantitatif yang tersendiri/tidak dipasangkan secara isomorfik. Namun, mahasiswa memiliki kemampuan yang lebih baik secara signifikan dalam menyelesaikan permasalahan yang berbentuk pertanyaan konseptual manakala pertanyaan kuantitatif-konseptual dipasangkan dibandingkan jika pertanyaan kuantitatif-konseptual tersendiri.

(12)

penelitian yang lain dengan soal pilihan ganda menunjukkan hasil bahwa kemampuan pemecahan soal kualitatif mahasiswa meningkat secara signifikan bila soal itu dijadikan berpasangan isomorfik dengan soal kuantitatif. Hal lain, filosofi soal uraian berbeda dengan filosofi soal pilihan ganda. Tidak menutup kemungkinan perbedaan filosofi ini dapat saling melengkapi dalam meningkatkan taraf berpikir mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dikemas dalam bentuk asesmen yang melibatkan keduanya tersebut secara bersamaan dalam model isomorfik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dikembangkan alat asesmen

isomorphic problem dengan memasangkan soal uraian dan pilihan ganda. Dalam

hal ini soal-soal yang akan digunakan adalah soal-soal kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini, akan dipilih subyek mahasiswa, yaitu mahasiswa Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika yang sedang mengontrak dan/atau yang telah mengontrak mata kuliah fisika dasar.

Adapun pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pokok bahasan Gelombang. Alasan memilih pokok bahasan gelombang adalah karena pokok bahasan ini terlihat sulit bagi mahasiswa berdasarkan pengalaman mengajar mata kuliah fisika dasar. Begitu pula, pada pokok bahasan gelombang banyak konsep yang menuntut penjelasan secara kualitatif (verbal) dan juga secara kuantitatif (matematis).

(13)

peneliti selama mengajar fisika dasar, mahasiswa umumnya mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan fisika yang berkaitan dengan pokok bahasan gelombang. Dengan diterapkannya model asesmen isomorfik, diharapkan mahasiswa semakin mudah menguasai konsep gelombang melalui pengerjaan asesmen tersebut.

Agar alat asesmen model isomorphic problem yang diperoleh mempunyai tingkat keilmiahan yang akurat dan praktis dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa dalam fisika, maka pengembangan alat asesmen tersebut dikembangkan dengan melibatkan pakar. Pakar tersebut diharapkan memberikan arahan dan masukan yang mendukung keilmiahan model asesmen yang dihasilkan. Model asesmen yang dikembangkan ini juga dikembangkan dengan memperhatikan standar asesmen sebagaimana yang tercantum dalam NRC 1996.

Alat asesmen isomorfik yang dikembangkan melibatkan soal uraian dan pilihan ganda. Soal uraian merupakan kemasan permasalahan yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi berbagai konsep atau pandangan alternatif dalam memecahkan permasalahan, sedangkan soal-soal pilihan ganda merupakan sesuatu yang dapat menjadi penyedia bantuan yang bermakna dalam memecahkan masalah.

(14)

karena nilai yang diperoleh itu merupakan akumulasi dari kemampuan testee memecahkan soal-soal yang membutuhkan daya pikir yang beragam dan soal-soal yang dapat menjadi pembawa bantuan yang bermakna. Dengan demikian, alat asesmen model problem isomorfik atau tes problem isomorfik sangat cocok untuk diterapkan dalam mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan permasalahan fisika. Topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah topik gelombang. Selanjutnya, untuk kepentingan penulisan selanjutnya sering digunakan kata tes dan alat asesmen secara bergantian. Namun, untuk judul disertasi digunakan istilah tes. Dengan demikian, maka judul penelitian ini adalah Pengembangan Tes Isomorphic Problem pada Pokok Bahasan Gelombang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan tes isomorphic problem bentuk uraian

dan pilihan ganda untuk menggali pemahaman konsep optimal mahasiswa pada pokok bahasan gelombang?”

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam lima pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan dua tipe tes isomorphic problem yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk uraian dan pilihan ganda untuk menggali pemahaman konsep optimal mahasiswa pada pokok bahasan gelombang?

(15)

3. Bagaimana gambaran hasil penerapan tes PI dalam mengakses kemampuan maksimal mahasiswa?

4. Bagaimana tanggapan (respon) mahasiswa terhadap implementasi model tes

isomorphic problem yang dikembangkan?

5. Apa keunggulan dan keterbatasan dari dua tipe asesmen isomorphic problem yang dikembangkan ditinjau dari karakteristik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan tes isomorphic problem bentuk uraian dan pilihan ganda yang dapat menggali kemampuan mahasiswa secara optimal dalam memecahkan permasalahan fisika khususnya pada pokok bahasan gelombang. Adapun rincian tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan dua tipe tes isomorphic problem yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk uraian dan pilihan ganda untuk menggali pemahaman konsep optimal mahasiswa pada pokok bahasan gelombang

2. Mengembangkan suatu tes yang dapat membantu testee dalam mengarahkan pikiran mereka untuk memecahkan pertanyaan atau permasalahan yang terkandung dalam alat asesmen itu.

3. Mengembangkan suatu tes yang tidak menyulitkan testee untuk menjawab pertanyaan tanpa menghilangkan fungsi alat asesmen sebagai alat untuk mengukur kemampuan testee.

(16)

D. Manfaat Penelitian

Secara teoretik, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan prinsip yang dapat dijadikan landasan dalam mengembangkan tes isomorphic problem pada perkuliahan fisika dasar maupun perkuliahan fisika tingkat lanjut. Prinsip tersebut diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku pendidikan tinggi maupun menengah dalam merancang asesmen perkuliahan/ pembelajaran fisika.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengayaan pengetahuan asesmen dalam mengases kemajuan belajar dan meningkatkan hasil belajar fisika mahasiswa. Secara rinci, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi dosen dan lembaga pendidikan tinggi maupun menengah dalam mengembangkan tes model isomorphic

problem pada perkuliahan/pembelajaran fisika dalam rangka meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam memecahkan permasalahan fisika.

2. Dapat menjadi rujukan bagi para mahasiswa calon guru fisika, para guru fisika, para dosen dan kalangan pendidikan lainnya yang berkecimpung dalam bidang asesmen dalam rangka merancang alat asesmen yang selain berfungsi sebagai alat ukur juga dapat meningkatkan daya pikir testee pada mata pelajaran fisika.

(17)

E. Penjelasan Istilah Penting

Untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasi istilah-istilah penting berkaitan dengan penelitian ini maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Tes isomorphic problem pada pokok bahasan gelombang adalah suatu

bentuk tes yang menggunakan format butir soal dalam bentuk obyektif dan

essay yang menuntut kemampuan pemahaman konsep yang dalam disertasi ini

disebut kualitatif-kualitatif dan penilaian yang menggunakan format butir soal dalam bentuk obyektif dan essay yang menuntut kemampuan matematis yang dalam disertasi ini disebut kuantitatif-kuantitatif. Untuk menjawab/memecahkan kedua bentuk butir soal ini dibutuhkan konsep fisika gelombang yang sama.

2. Soal berpasangan adalah dua buah soal berurutan yang formatnya berbeda tetapi membutuhkan konsep fisika yang sama untuk memecahkannya atau menjawabnya.

3. Soal fisika kualitatif (verbal) adalah soal fisika yang disusun sedemikian dalam menjawab soal itu testee tidak dituntut untuk melakukan perhitungan matematis sehingga jawaban siswa berupa kata atau kalimat.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma dan Metode Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian

Alat Asesmen Isomorfik: memecahkan dua permasalahan dengan satu konsep→ PI

PI mempengaruhi kemampuan mahasiswa menecahkan permasalahan fisika.

Alat asesmen pengajar sains mempengaruhi perkembangan kognitif siswa secara langsung.

Dalam teori kognitif, pengetahuan yang diperoleh dan caranya disimpan dalam memori memiliki implikasi penting sebagai isyarat dalam suatu masalah yang akan memicu teraksesnya konteks yang relevan

Pengembangan Tes PI pada Pokok Bahasan Gelombang Paradigma Asesmen Perkuliahan Fisika

Dasar Topik Gelombang:

- Meningkatkan kemampuan berpikir - Asesmen bagian dari perkuliahan

1. Alat asesmen yang mendukung

Kajian Lapangan Standar Asesmen Menurut

(19)

Penelitian ini mencoba mengembangkan model alat asesmen problem isomorfik untuk mengakses kemampuan optimal mahasiswa terhadap konsep fisika gelombang. Model ini dalam bentuk tes format essay dan pilihan ganda yang disusun secara berpasangan atau isomorfik. Pengembangannya dilakukan melalui penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R & D) dengan langkah-langkah secara bagan ditunjukkan

dalam gambar 3.2.

B. Subyek dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Fisika FMIPA LPTK Makassar dan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA LPTK Bandung. Mahasiswa yang dijadikan sampel penelitain ini dipilih dengan teknik kuota dengan kriteria mahasiswa yang telah mengontrak mata kulian fisika dasar. Adapun jumlah mahasiswa yang dipilih dan dilibatkan dalam penelitian ini adalah 313 orang mahasiswa dengan rincian dapat dilihat seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

Tahap N Instansi Asal Fungsi

Uji keterbacaan 28 LPTK Makassar Memvalidasi redaksi soal

Ujicoba terbatas

31 LPTK Makassar Menentukan korelasi skor tiap item dengan skor total

42 LPTK Makassar Menentukan reliabilitas,TK, DP, dan kapasitas distraktor

(20)

Gambar 3.2. Bagan Pengembangan Model Alat Asesmen PI I. STUDI PENDAHULUAN

3. Solusinya:

Perlu diterapkan alat asesmen yang mampu mengakses kemampuan optimal siswa terhadap konsep fisika yang telah mereka pelajari.

1. Kajian Hasil Penelitian:

Berbagai macam model pembelajaran diterapkan para guru, namun hasil belajar siswa rendah.

4. Pengumpulan Informasi & Kajian Literatur:

- Tes yang diterapkan para umumnya essay dan pilihan ganda bentuk tunggal.

- Tes problem isomorfik dapat mengakses kemampuan optimal siswa (Singh,2008)

2. Dugaan:

Alat asesmen guru tidak mampu mengakses kemampuan optimal siswa

II. PENGEMBANGAN

Pembuatan Rancangan Awal: 1. Model Tes PI

2. Instrumen Penelitian (IP)

Validasi Pakar Terhadap Desain Model Tes PI

Revisi Berdasarkan Hasil Ujicoba Terbatas Perencanaan: 1. Model Tes PI 2. Analisis Konsep 3. Desain Instrumen

Revisi Terhadap Rancangan Awal Alat Asesmen IP Uji Keterbacaan Tingkat Kesulitan Alat Asesmen

Draft Tes PI Ujicoba Terbatas Pembuatan Model Tes PI & IP

III. UJICOBA LUAS DAN REVISI AKHIR

Model Tes PI Final

(21)

C. Pengembangan Model Alat Asesmen PI dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, selain dikembangkan tes dalam model PI, juga dikembangkan instrumen penelitian lainnya berupa lembar penilaian ahli dan angket respon mahasiswa.

Pengembangan model tes PI dan instrumen penelitian ini dimulai dengan perencanaan dan pembuatan rancangan awal. Pada tahap perencanaan, dihasilkan matriks penulisan analisis konsep untuk 24 konsep

gelombang. Pada pembuatan rancangan awal, ditentukan: item-item tes model asesmen PI sebanyak 96 item yang disertai kisi-kisi tesnya, analisis konsep dan instrumen penelitian lainnya yang akan digunakan.

Selanjutnya, dilakukan pembuatan model tes PI yang meliputi model tes PI kualitatif-kualitatif/verbal (tipe A) dan model tes PI kuantitatif-kuantitatif/matematis (tipe B).

1. Model Tes PI Tipe A

Model tes PI tipe A disusun dengan contoh pola penyusunan dan contoh tesnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2

Contoh Pola Penyusunan Model Tes Problem Isomorfik Tipe A

Model Tes Problem Isomorfik Tipe A

No. Item Format Sifat Konsep Kunci Keterangan

1 Essay kualitatif

X Item 1 berpasangan dengan item 2 2 Pilihan Ganda kualitatif

3 Essay kualitatif

(22)

Tabel 3.3

Contoh Tes Model Problem Isomorfik Tipe A

Contoh Tes Model Problem Isomorfik Tipe A

No. Item Redaksi Soal Format Konsep Kunci

1 Tuliskan definisi cepat rambat gelombang!

Essay

Cepat rambat gelombang 2 Manakah di bawah ini yang mempengaruhi

besar kecilnya cepat rambat gelombang? a. frekuensi gelombang

b. amplitudo gelombang c. fase gelombang d. jenis gelombang

e. interferensi gelombang

PG

3 Tuliskan definisi energi gelombang! Essay

Energi gelombang 4 Jika E = energi gelombang, k = bilangan

gelombang, dan A = amplitudo gelombang, manakah hubungan yang tepat antara E, k, dan A?

a. E =0,5kA2 b. E = 1,0kA2 c. E = 1,5kA2 d. E = 2,0kA2 e. E = 2,5kA2

PG

2. Model Tes PI Tipe B

Model asesmen PI tipe B disusun dengan contoh pola penyusunan dan contoh tesnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5.

Tabel 3.4

Contoh Pola Penyusuan Model Tes Problem Isomorfik Tipe B

Model Tes Problem Isomorfik Tipe B

No. Item Format Sifat Konsep Kunci Keterangan

1 Essay kuantitatif

X Item 1 berpasangan dengan item 2 2 Pilihan Ganda kuantitatif

3 Essay kuantitatif

(23)

Tabel 3.5

Contoh Model Tes Problem Isomorfik Tipe B

Contoh Model Tes Problem Isomorfik Tipe B

No. Item Redaksi Soal Format Konsep Kunci

1 Jarak yang ditempuh gelombang dalam waktu 5 detik adalah 10 meter, berapakah cepat rambat gelombang tersebut?

Essay

Cepat rambat gelombang 2 Cepat rambat suatu gelombang semula adalah 2

m.s-1. Agar cepat rambatnya menjadi 4 m.s-1 dengan panjang gelombang konstan, maka langkah manakah di bawah ini yang dapat dilakukan?

a. menaikkan frekuensinya menjadi dua kali frekuensi semula

b. menaikkan amplitudonya menjadi dua kali amplitudo semula

c. menaikkan fase gelombangnya menjadi dua kali fase gelombang semula.

d. menurunkan frekuensinya menjadi setengah frekuensi semula

e. menurunkan amplitudonya menjadi setengah amplitudo semula

PG

3 Sebuah gelombang mekanik memiliki bilangan gelombang 4 m-1 dan amplitudo A.Hitunglah nilai A jika energi gelombang tersebut adalah 0,72 joule!

Essay

Energi gelombang 4 Gelombang tali bergerak dengan frekuensi 10 Hz

dan amplitudo 1 m. Jika massa tali 0,1 kg, berapakah besar energi gelombang tali tersebut? a. 42,8 J

b. 52,8 J c. 62,8 J d. 72,8 J e. 82,8 J

PG

Setelah dilakukan pembuatan model tes PI, maka dilakukan pembuatan instrumen penelitian lainnya. Instrumen tersebut meliputi:

1. Lembar Penilaian Ahli

(24)

2. Angket Pendapat Mahasiswa Terhadap Penerapan Model Tes PI.

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap penerapan Model Tes PI. Informasi yang akan digali dalam angket ini menyangkut kesulitan mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal dalam asesmen, ketertarikan mahasiswa untuk mengerjakan soal-soal dalam asesmen PI dan saran-saran mahasiswa untuk penerapan model tes PI pada perkuliahan dan pembelajaran fisika di masa mendatang.

Validitas tes dilakukan dengan meminta pertimbangan pakar. Terhadap pakar atau validator, mereka dimohon untuk mengorekasi model asesmen PI yang telah dibuat. Koreksi itu meliputi kesesuaian antara: naskah soal dengan konsepnya, naskah soal dengan kunci/jawabannya, naskah soal dengan ranah kognitifnya, item soal dalam setiap model dengan indikatornya dan redaksi soal dengan jenis tipenya (tipe kualitatif dan tipe kuantitatif).

Selanjutnya, model tes PI tersebut diperbaiki lalu memperlihatkan kembali kepada validator yang memvalidasinya. Setelah pakar menyetujui hasil perbaikan, maka model asesmen tersebut diujicobakan.

(25)

Ujicoba draf tes PI atau ujicoba terbatas ini dilakukan dengan melibatkan 31 orang mahasiswa dari kelompok yang berbeda. Hasil ujicoba draf asesmen PI ini selanjutnya dianalisis untuk menentukan korelasi skor tiap item dengan skor total. Item yang skornya memiliki korelasi signifikan dengan skor total dipilih untuk selanjutnya diujikan terhadap 42 orang mahasiswa jurusan fisika FMIPA LPTK Makassar angkatan 2008. Hal ini dilakukan dalam rangka menentukan reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan kapasitas distraktor. Adapun item-item adalah yang berkorelasi signifikan dengan skor total.

Data yang diperoleh dalam ujicoba terbatas ini dianalisis menggunakan program aplikasi Iteman versi 3.00 untuk item pilihan ganda dan Anates versi 4.0.1 untuk item essay. Analisis item dilakukan untuk menentukan atau mengetahui karakteristik tes dalam model tes PI, baik tipe A maupun tipe B.

Ujicoba luas dilakukan dengan melibatkan mahasiswa jurusan fisika yang telah dipilih yaitu LPTK Makassar dan LPTK Bandung. Jumlah mahasiswa yang dilibatkan adalah 212 orang. Mahasiswa ini terdiri atas tiga kelompok seperti tertera pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kelompok-Kelompok Mahasiswa dalam Ujicoba Luas

No N Angkatan Latar Belakang Institusi

1 82 2009 Telah lulus Fisika Dasar LPTK Makassar 2 78 2009 Telah lulus Fisika Dasar LPTK Bandung 3 52 2008 Telah lulus Fisika Dasar & telah

(26)

Data dari ujicoba luas ini dianalisis untuk mengetahui perbedaan kemampuan tes PI dalam mengukur penguasaan konsep mahasiswa dengan latar belakang yang sama maupun dengan latar belakang yang berbeda. Untuk mahasiswa dengan latar belakang yang sama dilakukan uji beda skor rata-rata yang dicapai melalui tes PI tipe A dan tipe B.

Uji perbedaan rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah skor tes tipe A dan skor tes tipe B berbeda secara signifikan. Selain itu, komparasi ini dimaksudkan juga untuk mengetahui tes PI tipe mana yang lebih efektif untuk mengakses kemampuan optimal mahasiswa mengenai konsep fisika gelombang. Untuk uji perbedaan rata-rata skor tes antar kelompok digunakan skor-skor dari kelompok pertama dan kedua terhadap kelompok ketiga.

Setelah analisis hasil ujicoba luas, dilakukan perbaikan tata penulisan tes dalam hal penggunaan istilah yang tepat, perbaikan tata letak option pada format pilihan ganda, dan penulisan ulang tes dengan huruf dan margin yang lebih rapi. Revisi ini menghasilkan model tes PI yang final.

D. Teknik Analisis Data

(27)

1. Korelasi Skor Item dengan Skor Total

Korelasi antara skor tiap item dengan skor total perlu dihitung untuk mengetahui signifikansi setiap item terhadap perolehan skor total. Item yang baik adalah item yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap skor total.

2. Reliablitas

Tes yang reliabel adalah tes yang apabila dipakai berulang-ulang hasilnya tidak berbeda secara signifikan. Reliabiltas tes dapat pula disebut keterandalan tes. Pengukuran yang andal memberikan hasil yang konsisten untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Koefesien reliabilitas tes bernilai antara 0,00 dan 1,00 (Gay, 1987).

Koefisien reliabilitas internal tes dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputer Anates versi 4.0.5 dan Iteman versi 3.00.

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasi koefisien reliabilitas tes adalah: 0,00 ≤ r <0,20 ( sangat rendah); 0,20 ≤ r <0,40 (rendah); 0,40 ≤ r < 0,60 (sedang); 0,60 ≤ r < 0,80 (tinggi), dan r ≥ 0,80 (sangat tinggi)

(Long et al, 1985).

3. Tingkat Kesukaran Item dan Daya Pembeda Item

(28)

(1991) yang menyatakan bahwa indeks kesukaran adalah kebalikan dari indeks yang menurunkan nilai kesukaran suatu item, artinya semakin rendah nilai kesukaran suatu item, semakin sukar item itu.

Harga yang diperoleh sebagai ukuran tingkat kesukaran suatu item tergantung dari kemampuan suatu kelompok testee yang mengerjakan item itu. Artinya, indeks kesukaran suatu item di suatu kelompok testee kemungkinannya akan berbeda dengan indeks kesukaran item tesebut pada kelompok testee yang lain. Jadi, tingkat kesukaran item suatu tes bersifat relatif, tergantung siapa yang mengerjakan item tes tersebut.

Analisis daya beda item bertujuan untuk mengetahui kemampuan item membedakan peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah. Wiersma dan Jurs mengatakan (1991) mengatakan daya beda item membedakan antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang tidak pandai. Rentang indeks daya pembeda item berada antara -1 dan 1.

Untuk analisis indeks tingkat kesukaran item dan indeks daya pembeda item dari item-item tes dalam penelitian ini digunakan bantuan program komputer Anates versi 4.0.5 dan Iteman versi 3.00.

Dalam menghitung indeks tingkat kesukaran item dan indeks daya pembeda item dari item-item tes dengan menggunakan program iteman dikenal istilah-istilah:

Scale item adalah adalah nomor urut butir soal dalam skala tes.

Prop. Correct adalah indeks tingkat kesukaran.

(29)

Point Biser adalah indeks daya pembeda soal dan pilihan jawaban dengan

menggunakan koefisien korelasi point biserial (rpbi) yang dalam buku-buku evaluasi sering disebut koefisien korelasi point biserial atau validitas butir soal.

Prop. Endorsing adalah proporsi siswa yang menjawab benar

Key (kunci) ditandai dengan tanda *.

Nilai -9.000 artinya statistik butir tidak dapat dihitung karena tidak ada yang memilih.

Ditinjau dari analisis kualitas distraktor (pengecoh), program Anates hanya mampu menunjukkan tingkat baik buruknya distraktor, sedangkan program Iteman mampu membedakan kelompok siswa (testee) yang terkecoh. Adapun kelebihan Anates dibandingkan dengan Iteman adalah selain dapat digunakan untuk tes pilihan ganda, Anates dapat juga digunakan untuk tes berbentuk uraian (essay).

Dalam program Iteman, kunci jawaban dikatakan berfungsi baik apabila daya pembeda (biser)nya bernilai positif. Sebaliknya, jika daya pembedanya bernilai negatif maka kunci jawaban itu dikatakan tidak berfungsi dengan baik. Begitu pula, distraktor (pilihan selain kunci) diakatakan berfungsi baik jika memiliki harga biser bernilai negatif. Dalam Anates, distraktor dikatakan berfungsi baik apabila distraktor dipilih tidak kurang dari 2 % peserta tes (Fernandes, 1984).

(30)

Tabel 3.7

Patokan Indekas TK Item Soal (Thorndike & Hagen,1961) Tingkat Kesukaran Interpretasi TK > 0,70

0,30 ≤TK ≤ 0,70

TK < 0,30

[image:30.595.117.511.183.618.2]

Mudah Sedang Sulit

Tabel 3.8

Patokan Indeks DP Item Soal (Ebel & Frisbie, 1986) Daya Pembeda Interpretasi DP > 0,39 Sangat Baik

0,29 < DP ≤ 0,39 Baik

0,19 < DP ≤ 0,29 Cukup

(31)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian-kajian teoretik dan hasil penelitian serta pembahasannya, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan model alat asesmen problem isomorfik dilakukan langkah-langkah: penentuan topik, analisis konsep, penentuan tipe (kualitatif dan kuantitatif) dan format asesmen (essay dan pilihan ganda), penentuan indikator, penulisan butir soal, validasi pakar, uji coba skala terbatas dan uji coba skala luas.

2. Karakteristik tes dalam MAPI tipe A : mudah dan sedang dengan daya pembeda item berkategori sangat baik sampai cukup, serta koefisien reliabilitasnya berkategori sangat tinggi dan tipe B: mudah dengan daya pembeda berkategori sangat baik sampai cukup, serta koefisien reliabilitasnya berkategori sangat baik.

(32)

4. Dalam hal implementasi, umumnya mahasiswa berpendapat bahwa MAPI (tipe A dan tipe B) sebaiknya diterapkan juga pada materi fisika dasar lainnya, mata kuliah fisika lainnya, dan mata kuliah non fisika.

5. Keunggulan MAPI adalah dapat menurunkan tingkat kesukaran dan memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan terhadap mahasiswa yang berlatarbelakang berbeda. Adapun keterbatasan model MAPI yang dikembangkan dalam penelitian ini terletak pada format essay tipe B dengan daya pembeda kecil.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan dalam penelitian ini maka dikemukakan beberapa implikasi.

1. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa secara komprehensif sebaiknya digunakan alat asesmen yang beragam dalam bentuk problem isomorfik. 2. Dalam mengases kemampuan seseorang maka sebaiknya menghindari

indikator tunggal untuk menyimpulkan tingkat pemahaman orang itu. 3. Alat asesmen yang dirancang sebaiknya bukan untuk menjustifikasi tetapi

untuk mengidentifikasi penguasaan konsep sekaligus meningkatkan kemampuan berfikir testee.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, diajukan empat rekomendasi.

(33)

kualitatif (verbal), kuantitatif (matematis), atau keduanya (kualitatif-kuantitatif/verbal-matematis).

2. Pada perkuliahan fisika dasar, sebaiknya mahasiswa diberi lebih banyak teori, sedangkan pada perkuliahan gelombang lebih banyak diberi latihan soal yang

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. (1978). Psychological Testing. New York: Macmillan, Co., Inc.

Bahr, D. & Garcia, L. A.(2010). Elementary Mathematics is Anything

but Elementary: Content and Methods from a Developmental Perspective. Belmot:

Congage Learning.

Bell, B & Cowie, B. (2000). The Characteristics of Formative Assessment in Science Education. [Online]. Tersedia: http://www.waikato.ac.nz (26 Maret 2008).

Borg, W. R., & Gall. M.D. (1983). Educational Research-An Introduction. New York: Longman.

Bransford, J.D., et.al. (1999). How People Learn: Brain, Mind, Experience and School. Washington DC: National Academy Press.

Carol, B. (1994). Assessment in Physical Education: A Teacher’s Guide to the Issues. Oxon: RoutledgeFalmer.

Chang. S.N & Chiu. M.H. (2005). The development of authentic assessment to investigate in ninth graders’ scientific literacy: in the case of scientific cognitive concerning the

concepts of chemistry and physics. International Journal of Science and Mathematics

Education. 3, 117-140.

Cotton, J. (1995). The Theory of Assessment - An Introduction. London: Kogar Page Limited.

Crocker, L & Algina. J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test Theory. New York: CBS college Publishing.

(35)

Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembanagan Silabus dan Penilaian: Mata

Pelajaran Fisika. Depdiknas Ditjen Dikti.

Ebel, R. L., & Frisbie, D. A. (1986) Essentials of Educational Measurement. New Jersey: Prentice Hall Inc. p. 230.

Fernandes, H. J. X. (1984). Testing and Measurement. Jakarta: Planning, Evaluation and Development.

Gay, L. R. 1987. Educational research. Competencies for Analysis and Application. Third edition. Columbus: Merrill Publishing Company.

Gioka, O. (2006). Assessment for learning in physics investigations: assessment criteria, questions and feedback in marking. Physics Educational Journal. 41, (4), 341-346.

Goodenough, F. L. (1949). Mental Testing, its history, principles, and applications. California:Rinehart.

Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational Assessments and Reporting. Sidney: Harcout Brace Javanovich, Publisher.

Haladyna. (1997). Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thingking. Boston: Allyn and Bacon A Viacom Company.

Kumano, Y. (2001). Authentic Assessment and Portofolio Assessment-Its Theory and

Practice. Japan: Shizuoka University.

Long, T. J., Convey, J. J., & Chwalek, A. R. (1985). Completing Dissertation in the

Behavioral Sciences and Education. London: Jossey-Bass Publishers.

(36)

Mardapi, D. (2000). Evaluasi Pendidikan. Makalah disampaikan pada Konvensi Pendidikan Nasional yang disampaikan pada tanggal 19-23 Sep 2000 di Universitas Negeri Jakarta.

Newell, A. (1994). Unified Theories of Cognition. Cambridge: Harvard University Press.

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washinton : National Academic Press.

Nurkancana, W. dan Sumartana, PPN (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Oriondo, L. L. and Antonio, E. M. D. (1998). Evaluating Educational Outcomes (Test,

Measurement and Evaluation). Manila: Rex Book Store.

Palomba, C.A & Banta, T.W. (1999). Assessment Esentials: Planning, Implementing, and

Improving Assessment in Higher Education. San Francisco:Jossey-Bass.

Perrie, Y. (2003). Effective Use of Assessment Methods [Online], 3 halaman, Tersedia: http:www//pharmj.org.uk (27 Maret 2008).

Popham, W.J. (2011). Classroom Assessment - What Teachers Need to Know. 6th ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Popham, W.J. (1995). Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs NJ:

Prentice-Hall, Inc.

Purwanto, N.M. (2000). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

(37)

Sardiman, A. M. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rajagrasindo Persada.

Simkin, M. G & Kuechler, W. L. (2005). Multiple choice test and student understanding: what is the connection?. Decision Science Journal of Innovative Education. 3, (1), 73-97.

Singh, C. (2008). Assessing Student Expertise in Introductory Physics with Isomorphic Problem I. Perfomance nonintuitive problem pair from introductory physics. The

American Physical Society. 4, 010104, 1-9.

Singh, C. (2008). Assessing Student Expertise in Introductory Physics with Isomorphic Problem II. Effect of some potential factors on problem solving and transfer. The

American Physical Society. 4, 010105, 1-10.

Stark, J.S. & Thomas, A. (1994). Assessment and Program Evaluation. Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing.

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan

Pengukuran. Jakarta: Ditjen Dikti Debdikbud.

Sudjana, Nana. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Thorndike, R.L & Hagen. E. (1961). Measurement and Evaluation in Psychology and

Education. New York: John Willey & Sons, Inc.

(38)

Tuncay & Salih. (2006). Relation between science teachers’ assessment tools and students’

cognitive development. Academic Journal. 1, (7), 222-226.

Walvoord, B.E.(2010). Assessment Clear and Simple: A Practical Guide for Institutions,

Departments and General. San Francisco: Jossey-Bass.

Wiersma, W. (1991). Research Methods in education (5th Edition). Boston: Allyn & Bacon.

Wolf, R. M. (1984). Evaluation in Education. New York: Prayer Publishers.

Yap, K. C. & Wong, C. L. (2007). Assessing conceptual learning from quantitative problem solving of a plane mirror problem. Physics Educational Journal. 42, (1), 50-55.

Gambar

Tabel 4.14d
Tabel 4.15a
Gambar 2 Bagan Pengembangan Model Asesmen PI …………......………...………..
Gambar 3.2. Bagan Pengembangan Model Alat Asesmen PI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran merupakan aktivitas untuk mewujudkan transaksi dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan tujuan untuk menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah

Pembahasan fungsi yang lebih luas menyangkut fungsi kesenian tari guel pada masyarakat Gayo dikota Medan, dapat kita lihat dari pendapat Soedarsono (2002:118) yang mengatakan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa interaksi antara BA dengan media, mempengaruhi jumlah tunas adventif yang berkembang menjadi plantlet pada media ½ MS lebih banyak

Tabel 1.2 berikut menunjukkan rata-rata harga saham selama 10 hari sebelum, saat dan 10 hari sesudah pengumuman right issue pada beberapa perusahaan yang tercatat melakukan right

Perpustakaan Universitas Islam Lamongan sudah Baiksebagai wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan yaitu sebesar 85.7% Jadi kesimpulannya Perpustakaan Universitas

1. Mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu. Motif dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai pembimbing, pengarah, dan pengorientai suatu tujuan tertentu

Sedangkan penelitian yang dilakukan Hilala (2013) dalam jurnal faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas tuladenggi