PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMP PADA POKOK
BAHASAN KLASIFIKASI MATERI
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Atika Fitri Kurnia 1000072
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMP PADA POKOK
BAHASAN KLASIFIKASI MATERI
Oleh Atika Fitri Kurnia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Atika Fitri Kurnia 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
ATIKA FITRI KURNIA
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMP PADA POKOK
BAHASAN KLASIFIKASI MATERI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Sjaeful Anwar NIP: 196208201987031002
Pembimbing II
Dr. Nahadi, M. Pd., M. Si. NIP: 197102041997021002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Penelitian ... 3
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Tes Diagnostik ... 7
B. Tes Diagnostik Two-Tier ... 11
C. Miskonsepsi ... 15
D. Miskonsepsi pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi ... 17
E. Pokok Bahasan Klasifikasi Materi ... 21
F. Validitas ... 28
G. Reliabilitas ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 34
C. Prosedur Penelitian ... 36
D. Definisi Operasional ... 42
E. Instrumen Penelitian dan Instrumen Produk ... 42
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Proses Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Berdasarkan Data Hasil Tes Essay dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 50
B. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier ... 58
C. Miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi yang Teridentifikasi Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier ... 64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 118
A. Simpulan ... 118
B. Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 120
LAMPIRAN A ... 124
LAMPIRAN B ... 209
LAMPIRAN C ... 271
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Berdasarkan K urikulum 2013 . 21
2.2 Beberapa Jenis Larutan ... 25
2.3 Nilai Minimum Content Validity Ratio (CVR) ... 31
3.1 Kriteria Reliabilitas Soal ... 48
3.2 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa ... 48
3.3 Klasifikasi Jawaban Siswa ... 49
3.4 Kriteria Miskonsepsi ... 49
4.1 Pemetaan Kontribusi Jawaban Tes Essay Siswa ... 52
4.2 Pemetaan Kontribusi Jawaban Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas Siswa ... 55
4.3 Nilai CVR Setiap Butir Soal Two-Tier ... 60
4.4 Nilai Mean Setiap Butir Soal Two-Tier ... 61
4.5 Nilai CVR dan Nilai Mean Setiap Butir Soal Two-Tier ... 62
4.6 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 1 ... 66
4.7 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1 ... 67
4.8 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 2 ... 69
4.9 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 2 ... 70
4.10 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 3 ... 72
4.11 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 3 ... 73
4.12 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 4 ... 75
4.13 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 4 ... 76
4.14 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 5 ... 78
4.15 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 5 ... 79
4.16 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 6 ... 82
4.17 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 6 ... 83
4.18 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 7 ... 84
4.19 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 7 ... 85
4.20 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 8 ... 87
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.22 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 9 ... 90
4.23 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 9 ... 90
4.24 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 10 ... 92
4.25 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 10 ... 92
4.26 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 11 ... 94
4.27 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 11 ... 95
4.28 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 12 ... 98
Tabel Halaman 4.29 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 12 ... 99
4.30 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 13 ... 102
4.31 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 13 ... 103
4.32 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 14 ... 105
4.33 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 14 ... 106
4.34 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 15 ... 108
4.35 Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 15 ... 109
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 NaCl dan Air ... 23
2.2 Sirup ... 24
2.3 Campuran Pasir dan Serbuk Besi ... 25
2.4 Klasifikasi Materi Berdasarkan Komposisi dan Strukturnya ... 26
2.5 Wujud Fisika Materi ... 28
3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development ... 35
3.2 Langkah-Langkah metode R and D yang digunakan dalam penelitian ... 35
3.3 Alur Penelitian ... 37
4.1 Campuran dan Unsur ... 78
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 124
A.1 Miskonsepsi Hasil Telaah Jurnal ... 125
A.2 Instrumen Tes Essay ... 127
A.3 Lembar Tes Essay yang Valid ... 132
A.4 Instrumen Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 135
A.5 Lembar Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas yang Valid ... 146
A.6 Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier ... 151
A.7 Lembar Tes Diagnostik Two-Tier yang Valid ... 165
A.8 Hasil Validasi Instrumen Tes Essay ... 171
A.9 Hasil Validasi Instrumen Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 178
A.10 Hasil Validasi Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier ... 190
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA ... 209
B.1 Rekapitulasi Jawaban Siswa Hasil Tes Essay ... 210
B.2 Rekapitulasi Jawaban Siswa Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas 219 B.3 Rekapitulasi Jawaban Siswa Hasil Tes Diagnostik Two-Tier ... 243
B.4 Pengolahan Data Hasil Validasi Instrumen Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 245
B.5 Pengolahan Data Hasil Validasi Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier ... 246
B.6 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier ... 247
B.7 Kriteria Identifikasi Miskonsepsi ... 250
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN ... 271
C.1 Surat Izin Penelitian ... 272
C.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 273
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pokok bahasan klasifikasi materi merupakan salah satu materi bersifat abstrak dan materi dasar yang penting harus dipahami oleh siswa. Materi yang bersifat abstrak, sangat berpotensial terjadinya miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi yang muncul dapat menjadi hambatan bagi siswa untuk mempelajari konsep yang berkaitan selanjutnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tes diagnostik yang digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Tes diagnostik yang digunakan yaitu tes diagnostik two-tier. Selain itu, kurangnya pengembangan mengenai instrumen tes diagnostik two-tier di Indonesia. Maka dibutuhkan pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP pada pokok bahasan klasifikasi materi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier berdasarkan data hasil tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas, menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier dengan kriteria validitas dan reliabilitas yang baik, serta mengetahui miskonsepsi siswa SMP pada pokok bahasan klasifikasi materi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (R & D). Pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap diantaranya tahap tes essay, tes pilihan ganda beralasan bebas, dan tes diagnostik two-tier. Pada tahap tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas diperoleh beberapa miskonsepsi yang kemudian digunakan untuk mengembangkan instrumen tes diagnostik two-tier. Kualitas soal two-tier yang dikembangkan diuji menggunakan uji validitas dengan metode content validity ratio (CVR) dan penentuan nilai mean serta uji reliabilitas dengan persamaan Kuder-Richardson (KR # 20). Terdapat 15 soal two-tier yang valid dengan memiliki kriteria reliabilitas tinggi sebesar 0,66. Soal two-tier yang sudah valid dan reliabel diuji cobakan pada siswa SMP sebanyak 31 orang yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Miskonsepsi yang diketahui dapat digunakan oleh guru untuk mencegah agar tidak terjadinya miskonsepsi lagi pada siswa SMP mengenai pokok bahasan klasifikasi materi.
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Classification of matter is one of abstract topic and important basic matter that must be understood by students. Abstract contents has potential occurrence of misconceptions in students. Misconceptions can be a barrier for students to learn next concepts. Therefore, a diagnostic test is needed as a tool to identify students’ misconceptions. Diagnostic test that used is two-tier diagnostic test. In addition, a minimum of development of the two-tier diagnostic test instrument in Indonesia make to development of the two-tier diagnostic test instrument is needed to identify junior high school students’ misconceptions in classification of matter. The purpose of this research are to describe the development of two-tier diagnostic test instrument based on result data of essay test and multiple-choice test with free reason, produce two-tier diagnostic test instrument with good validity and reliability criteria, and to know junior high school students’ misconceptions in classification of matter subject. The method of this result is research and development (R and D). Development two-tier diagnostic test instrument in this research through three phases, those are essay test, multiple choice test with free reason, and two-tier diagnostic test. Essay test and multiple-choice test with free reason obtained some misconceptions those are used to develop a two-tier diagnostic test instrument. Quality of two-tier test that develop was tested by validity test with content validity ratio (CVR) method and determining mean value and reliability test with Kuder-Richardson equation (KR # 20). There are valid 15 two-tier test with high reliability criteria, that is 0,66. Valid and reliable two-tier test was tested to 31 student, then analyzed to know
students’ misconceptions that occur those misconceptions can be use by teacher to prevent the occurrence of misconceptions again in junior high school students in classification of matter subject.
[Type text]
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan individu merupakan hasil
dari proses membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam sistem
kognisi individu (Suratno, T., 2008). Dalam pembelajaran, konstruktivisme
memandangnya sebagai suatu proses sosial membangun pengetahuan (ilmiah)
yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal, pandangan dan keyakinan siswa serta
pengaruh pendidik (Gunstone dalam Suratno, T., 2008). Selain itu, menurut
Özmen, H. (2004), pengetahuan tertentu yang dikonstruksi oleh individu
dipengaruhi oleh pengalaman mereka, dan konteks sosial tempat berlangsungnya
proses belajar itu. Di dalam pembelajaran, terjadi interaksi antara apa yang sedang
diajarkan dengan apa yang sudah diketahui oleh siswa. Siswa menggunakan
pengetahuan mereka sebagai dasar untuk mengevaluasi informasi baru dalam
pembelajarannya. Akan tetapi, seringkali pengetahuan awal dan pandangan siswa
yang dibawa ke dalam pembelajaran cenderung bersifat miskonsepsi (Suratno, T.,
2008).
Menurut Umar dalam Fitriyah, N. dan Sukarmin (2013), miskonsepsi adalah
ide atau pandangan yang salah tentang suatu konsep yang dimiliki seseorang yang
berbeda dengan konsep yang disepakati dan dianggap benar oleh para ahli. Siswa
tidak mungkin dapat menguasai konsep lebih lanjut apabila struktur dalam
kognitifnya tersusun dari miskonsepsi-miskonsepsi. Miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dapat bersifat resisten. Miskonsepsi tersebut akan mengakibatkan
siswa mengalami kesalahan untuk mempelajari konsep yang berkaitan berikutnya
atau siswa tidak mampu menghubungkan antar konsep materi yang sedang
dipelajari. Hal ini mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak
2
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk belajar konsep selanjutnya. Dalam mengatasi miskonsepsi, maka perlu
dilakukan suatu diagnosa miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami oleh siswa.
Dalam mengidentifikasi miskonsepsi-miskonsepsi tersebut, diperlukan suatu alat
ukur yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi tersebut. Alat ukur yang digunakan
diantaranya menggunakan tes diagnostik, dimana tes diagnostik ini adalah alat
ukur yang paling banyak digunakan (White, R. T. dan Gunstone, R. F., 1992).
1992). Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah tes diagnostik
two-tier. Tes diagnostik two-tier ini memiliki keunggulan, yaitu mudah dilaksanakan
dan mudah dalam pemberian skor (Tan, K. D. dan Treagust, D. F, 1999). Tes
diagnostik two-tier ini dikembangkan oleh Treagust pada tahun 1988. Tes ini
terdiri dari dua tingkat, yaitu tingkat pertama terdiri dari pertanyaan pilihan ganda
dan tingkat kedua merupakan alasan jawaban pada tingkat pertama.
Penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tes diagnostik two-tier telah
banyak dilakukan di luar negeri, misalnya pada materi reaksi kimia
(Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F, dan Mocerino, M., 2007), energi ionisasi
(Tan, K. D. dkk., 2005), pemisahan materi (Tüysüz, C., 2009), ikatan kimia
(Tan, K. D. dan Treagust, D. F., 1999). Namun, di Indonesia sendiri masih belum
banyak digunakan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tes diagnostik
two-tier tersebut, khususnya materi kimia pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Dimana hal tersebut menunjukan sedikitnya masyarakat
indonesia yang melakukan penelitian terkait dengan tes diagnostik two-tier.
Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang mencoba menjelaskan tentang alam.
Bagi sebagian siswa pelajaran ini dirasakan cukup sulit untuk dipahami.
Konsep-konsep dalam IPA seringkali dipahami secara salah oleh siswa (Yulianto, D. E.,
2011). Pada jenjang tingkat SMP, pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran
yang tergabung dalam pelajaran IPA. Menurut Stieff, M. dan Wilensky (2003),
konsep kimia itu sendiri benar-benar kompleks dan bersifat abstrak. Selain itu
3
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
abstrak dan penggunaan beberapa istilah kimia yang mempunyai arti
berbeda-beda dengan istilah kehidupan sehari-hari, menyebabkan ilmu kimia dianggap
sulit oleh siswa.
Siswa di indonesia mulai mempelajari kimia pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Oleh karena itu, pelajaran kimia di SMP harus menjadi dasar
penanaman konsep-konsep kimia yang benar agar dalam mempelajari konsep
kimia selanjutnya tidak terjadi kesalahpahaman atau miskonsepsi. Salah satu
materi dalam kimia yang dipelajari siswa SMP diantaranya mengenai pokok
bahasan klasifikasi materi. Pokok bahasan klasifikasi materi merupakan materi
yang berpotensial terjadinya miskonsepsi, karena pokok bahasan klasifikasi
materi termasuk ke dalam materi yang bersifat abstrak. Dimana hal tersebut dapat
menjadi peluang terjadinya miskonsepsi. Selain itu, materi ini merupakan materi
dasar untuk penerimaan konsep kimia yang akan dipelajari selanjutnya, yaitu
dipelajari pada tingkat SMA atau tingkat universitas. Beberapa penelitian
sebelumnya yang menunjukan miskonsepsi siswa pada pokok bahasan klasifikasi
materi diantaranya miskonsepsi mengenai campuran dan senyawa (Costu, B.,
Ünal, S., dan Ayas, A., 2007), molekul air mengandung komponen penyusun
selain hidrogen dan oksigen (Griffiths, A. K. dan Preston, K.R., 1992),
miskonsepsi mengenai zat padat, zat cair dan gas yang dikemukakan oleh (Tatar,
E., 2011; Iriyanti, N. P., Mulyani, S., dan Ariani, S., 2012). Siswa salah
memahami konsep campuran homogen dan campuran heterogen (Sheehan, M.
dkk., 2011). Selain itu menurut Tüysüz, C. (2009) adanya kesalahpahaman siswa
dalam membedakan unsur, senyawa, campuran dan membedakan sifat materi.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat perlu dilakukan penelitian mengenai
“Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMP pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi”. Sehingga dapat diketahui
miskonsepsi-miskonsepsi apa saja yang terdapat pada siswa mengenai pokok
4
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengatasi miskonsepsi tersebut serta diharapkan untuk kedepannya
miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa tidak berkelanjutan.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
Salah satu materi yang berpotensial terjadinya miskonsepsi adalah pokok
bahasan klasifikasi materi. Miskonsepsi tersebut harus dapat diidentifikasi
sesegera mungkin agar tidak berkelanjutan. Sehingga diharapkan untuk
kedepannya miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa tidak terjadi lagi. Oleh
karena itu, sangat perlu dikembangkan tes diagnostik two-tier yang mampu
mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP pada pokok bahasan klasifikasi materi.
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi
hanya pada hal-hal berikut :
1. Tes diagnostik two-tier yang dikembangkan pada pokok bahasan
klasifikasi materi berdasarkan pada Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar 3.5 kelas VII kurikulum 2013
2. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode content
validity ratio (CVR) dan penentuan nilai mean
3. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan
menggunakan persamaan Kuder-Richardson (KR # 20)
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, masalah yang akan
diteliti adalah “Bagaimana Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMP pada Pokok Bahasan Klasifikasi
5
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana proses pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier
berdasarkan data hasil tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas?
2. Apakah instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan telah
memenuhi kriteria kelayakan dilihat dari validitas maupun
reliabilitasnya?
3. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMP pada pokok bahasan
klasifikasi materi yang dapat diungkap dengan tes diagnostik two-tier?
D. Tujuan Penelitian
1. Memaparkan pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier
berdasarkan data hasil tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas
2. Menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan
dengan memenuhi kriteria yang baik dilihat dari validitas maupun
reliabilitasnya
3. Mengetahui miskonsepsi siswa SMP pada pokok bahasan klasifikasi
materi
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Siswa dapat mengetahui miskonsepi-miskonsepsi pada pokok bahasan
klasifikasi materi, sehingga diharapkan miskonsepsi-miskonsepsi yang
dialami siswa tidak berkelanjutan dan siswa dapat memahami pokok
bahasan klasifikasi materi lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
6
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adanya alat ukur miskonsepsi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada pokok bahasan klasifikasi
materi sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut dari informasi yang
diperoleh.
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai bahan referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat dijadikan model oleh peneliti lain dalam
mengembangkan tes diagnostik yang dibuatnya.
F. Struktur Organisasi
Dalam skripsi ini terdiri beberapa bagian diantaranya BAB 1 pendahuluan,
BAB II kajian pustaka, BAB III metode penelitian, BAB IV hasil penelitian dan
pembahasan serta BAB V simpulan dan saran. Penjelasan lebih detail mengenai
bagian-bagian skripsi tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
BAB I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian,
identifikasi dan pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II berisi tentang kajian pustaka yang didalamnya dibahas mengenai tes
diagnostik, tes diagnostik two-tier, miskonsepsi, miskonsepsi pada pokok bahasan
klasifikasi materi, deskripsi mengenai pokok bahasan klasifikasi materi, validitas,
7
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III berisi tentang metode penelitian yang di dalamnya dibahas mengenai
lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian dan instrumen produk, teknik pengumpulan
data, dan analisis data hasil penelitian.
BAB IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya
dibahas mengenai proses pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier
berdasarkan data hasil tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas, validitas isi
dan reliabilitas instrumen tes diagnostik two-tier dan temuan miskonsepsi yang
telah teridentifikasi dengan instrumen tes diagnostik two-tier.
BAB V berisi tentang simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan disalah satu SMP N di kota Bandung. Pada
penelitian ini diujikan tes diagnostik two-tier pokok bahasan klasifikasi materi
yang telah memenuhi uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas soal
menggunakan metode content validity ratio (CVR) dan penentuan nilai mean serta
uji reliabilitas soal menggunakan persamaan KR # 20. Sampel penelitian ini
merupakan siswa SMP yang telah mempelajari pokok bahasan klasifikasi materi
yang berjumlah 31 orang.
B. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian dalam pendidikan merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah dalam bidang pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian dan pengembangan atau research and development (R
and D). Metode penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013).
Dalam penelitian ini digunakan metode R and D karena akhir dari penelitian
ini adalah dihasilkannya sebuah produk berupa instrumen tes diagnostik two-tier
pada pokok bahasan klasifikasi materi yang didesain untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa SMP. Menurut Sugiyono (2013), langkah-langkah metode
penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R and D)
35
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development
Pada penelitian ini, tidak semua langkah-langkah metode R and D dilakukan,
namun langkah-langkah yang dilakukan hanya sampai langkah pada tahap ke
enam yaitu uji coba produk skala kecil yang melibatkan 31 siswa. Adapun untuk
lebih jelasnya, pada Gambar 3.2 terdapat hubungan antara langkah-langkah dalam
metode R and D dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pengumpulan Informasi Potensi dan Masalah Desain Produk
Uji Coba Produk Revisi Produk Produksi Masal Validasi Desain Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Revisi Desain
POTENSI DAN MASALAH
Terdapat instrumen tes diagnostik two-tier yang kurang dikembangkan di Indonesia dan adanya miskonsepsi mengenai pokok bahasan klasifikasi materi
PENGUMPULAN INFORMASI
Studi literatur mengenai tes diagnostik, tes diagnostik two-tier, miskonsepsi, dan pokok bahasan klasifikasi materi berdasarkan KI - KD kurikulum 2013
PERBAIKAN DESAIN
Revisi instrumen tes diagnostik two-tier
DESAIN PRODUK
Penyusunan instrumen tes diagnostik two-tier (tingkat pertama diperoleh dari tes essay dan beberapa literatur serta pada tingkat kedua diperoleh dari tes pilihan ganda beralasan bebas dan
beberapa literatur
VALIDASI DESAIN
36
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Metode R and D yang digunakan dalam penelitian
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode
research and development yang telah disederhanakan menjadi tiga tahapan, yaitu
tahap pendahuluan, tahap pengembangan butir soal, dan tahap uji coba produk.
Setiap tahapan tersebut, terdapat langkah-langkah metode research and
development satu sampai enam. Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini
secara garis besar dapat dilihat pada alur penelitian Gambar 3.3.
UJI COBA PRODUK
37
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TAHAP PENGEMBANGAN BUTIR SOAL TAHAP PENDAHULUAN
Judgement Potensi dan Masalah
Pengumpulan informasi/s tudi literatur mengenai tes diagnostik, tes diagnostik two-tier, miskonsepsi, dan pokok bahasan
klasifikasi materi berdasarkan KI - KD kurikulum 2013
Penyusunan instrumen tes Essay
Penyusunan instrumen tes pilihan ganda beralasan bebas Pelaksanaan tes Essay
Judgement
Uji validitas Revisi
Revisi
Pelaksanaan tes pilihan ganda beralasan bebas
Desain/penyusunan instrumen tes diagnostik two-tier
CVR ≥ 0,99 atau CVR 0 - < 0,99 dengan nilai mean ≥ 1,5
Revisi
CVR ≥ 0,99 atau CVR 0 - < 0,99 dengan nilai mean ≥ 1,5 Uji validitas
38
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3 Alur Penelitian
Tahap Pendahuluan
1. Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah dalam penelitian ini yaitu adanya jenis tes diagnostik
two-tier. Namun, di Indonesia sendiri kurang dilakukan penelitian mengenai
pengembangan tes diagnotik two-tier, apalagi tes two-tier yang di uji cobakan
pada siswa SMP. Selain itu, adanya beberapa miskonsepsi mengenai pokok
bahasan klasifikasi materi. Dimana miskonsepsi tersebut harus segera
ditanggulangi agar siswa dapat mempelajari konsep yang berhubungan pada
materi selanjutnya dengan baik dan siswa dapat memahami dengan benar materi
yang dipelajari.
2. Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi diperlukan untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tertentu (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian
ini dilakukan pengumpulan informasi berupa studi literatur mengenai tes
diagnostik dan tes diagnostik two-tier. Selanjutnya dikaji mengenai miskonsepsi
dan miskonsepsi pada pokok bahasan klasifikasi materi yang diperlukan dalam
pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier. Terdapat beberapa sumber
miskonsepsi pada pokok bahasan klasifikasi materi diantaranya terdapat dalam
Costu, B., Ünal, S., dan Ayas, A. (2007), Sheehan, M. dkk. (2011), Caroline (---),
Awan, A. S, Khan, T. M, dan Aslam, T. M. (2011), Griffiths, A. K., dan Preston,
K. R. (1992), Tatar (2011), Iriyanti, N. P., Mulyani, S dan Ariani, S. (2012) dan
TAHAP UJI COBA
PRODUK
Uji coba instrumen tes diagnostik two-tier
Analisis
39
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tüysüz, C. (2009). Dilanjutkan dengan analisis standar isi dan analisis kompetensi
inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 mengenai pokok bahasan klasifikasi
materi. Berdasarkan standar isi kurikulum 2013, pokok bahasan klasifikasi materi
merupakan materi yang diajarkan di kelas VII semester ganjil. Adapun
kompetensi inti mengenai pokok bahasan klasifikasi materi yaitu memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata. Sedangkan untuk kompetensi dasar kurikulum 2013 yaitu
memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari (misalnya pemisahan campuran). Dari
kompetensi dasar yang telah di analisis, ruang lingkup pokok bahasan klasifikasi
materi diantaranya mengenai unsur, senyawa, campuran dan wujud zat yaitu zat
padat, zat cair, dan gas.
Tahap Pengembangan Butir Soal
1. Desain Produk
Desain produk dilakukan untuk mendesain perangkat tes yang akan
digunakan untuk uji coba. Produk yang akan didesain dalam penelitian ini berupa
instrumen tes diagnostik two-tier yang digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa SMP pada pokok bahasan klasifikasi materi. Namun, sebelum
dilakukan penyusunan instrumen tes diagnostik two-tier, terlebih dahulu
dilakukan penyusunan tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas yang
nantinya digunakan untuk penyusunan tingkat pertama dan tingkat kedua pada
soal two-tier.
Tes essay yang disusun disesuaikan dengan indikator yang telah diturunkan
dari kompetensi dasar kurikulum 2013. Selain itu, beberapa pertanyaan tes essay
disesuaikan dengan miskonsepsi-miskonsepsi berdasarkan kajian literatur. Tes
essay yang disusun sebanyak 27 soal dengan 21 indikator yang kemudian
40
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
validator dari dosen kimia. Validasi yang dilakukan yaitu judgement mengenai
kesesuaian indikator soal dengan setiap butir soal. Setelah soal divalidasi,
dilakukan revisi soal dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes essay pada siswa
SMP sebanyak 40 orang. Data hasil tes essay yang diperoleh, digunakan untuk
penyusunan pilihan jawaban pada tes pilihan ganda beralasan bebas atau pada
tingkat pertama tes two-tier dan pengembangan soal tes pilihan ganda beralasan
bebas. Tes essay yang valid berjumlah 26 soal dengan 21 indikator.
Selanjutnya dilakukan penyusunan tes pilihan ganda beralasan bebas. Pilihan
pengecoh pada tes pilihan ganda beralasan bebas berasal dari jawaban siswa pada
tes essay yang kurang tepat (miskonsepsi) dan beberapa literatur mengenai
miskonsepsi pada pokok bahasan klasifikasi materi. Tes pilihan ganda beralasan
bebas yang telah disusun sebanyak 27 soal dengan empat pilihan jawaban.
Selanjutnya dilakukan validitas isi tes pilihan ganda beralasan bebas oleh lima
validator dari dosen kimia. Validasi yang dilakukan yaitu judgement mengenai
kesesuaian indikator soal dengan setiap butir soal pilihan ganda beralasan bebas.
Setelah dilakukan validitas isi, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai CVR dan
nilai mean pada setiap butir soal untuk mengetahui soal mana saja yang valid.
Setelah itu, dilakukan revisi soal dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes pilihan
ganda beralasan bebas pada siswa SMP sebanyak 35 orang. Data hasil tes pilihan
ganda beralasan bebas yang diperoleh, digunakan untuk pilihan alasan pada
tingkat kedua tes diagnostik two-tier. Tes pilihan ganda beralasan bebas yang
valid sebanyak 26 soal dengan 22 indikator.
Selanjutnya dilakukan penyusunan tes diagnostik two-tier. Butir soal two-tier
yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat. Pilihan pengecoh pada tingkat
pertama berasal dari jawaban siswa pada tes essay yang kurang tepat
(miskonsepsi) dan beberapa literatur serta pilihan pengecoh pada tingkat kedua
berasal dari jawaban siswa pada tes pilihan ganda beralasan bebas yang kurang
tepat (miskonsepsi) dan beberapa literatur. Tingkat pertama terdiri dari empat
41
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdiri dari empat pilihan alasan dengan bentuk opsi I, II, III, dan IV. Tes
diagnostik two-tier yang dikembangkan sebanyak 23 soal dengan 19 indikator.
2. Validasi Desain
Tes diagnostik two-tier yang telah disusun, selanjutnya dilakukan validasi.
Validasi yang dilakukan yaitu validitas isi setiap butir soalnya. Validitas isi yang
dilakukan pada tes diagnostik two-tier yang telah disusun ini adalah judgement
kesesuaian antara kompetensi dasar dengan indikator soal dan kesesuaian
indikator soal dengan butir soal. Validasi tersebut dilakukan oleh lima orang
validator dari dosen kimia. Langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu menilai
hasil validitas isi dengan cara menghitung nilai CVR dan nilai mean pada setiap
butir soalnya untuk mengetahui soal mana saja yang valid. Nilai CVR setiap butir
soal two-tier dihitung berdasarkan pada persamaan Lawshe dan perhitungan nilai
mean yang mengacu pada persamaan yang dikemukakan oleh Allahyari, T. dkk.
3. Perbaikan Desain
Soal two-tier yang valid namun terdapat beberapa saran dari validator, maka
dilakukan revisi soal sesuai dengan saran-saran yang dituliskan dalam lembar
validasi yang terdapat pada Lampiran A.10 halaman 190. Perbaikan butir soal
two-tier meliputi perbaikan penulisan, penggunaan bahasa, kata-kata yang kurang
tepat, maupun penulisan kata-kata yang salah. Tes diagnostik two-tier yang valid
berjumlah 15 soal dengan 12 indikator yang selanjutnya dilakukan uji reliabilitas
soal pada 32 siswa. Setelah itu, dilakukan perhitungan nilai reliabilitas dari setiap
butir soal yang telah diujikan menggunakan persamaan KR # 20.
Tahap Uji Coba Produk
Pada tahap akhir adalah tahap uji coba produk yaitu uji coba instrumen tes
diagnostik two-tier. Soal two-tier yang telah diterima atau yang telah lolos pada
tahap validasi dan reliabilitas, selanjutnya soal-soal ini diuji cobakan pada siswa
42
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbeda dengan siswa yang telah mengisi tes essay, tes pilihan ganda beralasan
bebas, maupun siswa pada uji reliabilitas. Sebelum uji coba instrumen tes
diagnnostik two-tier ini, siswa dikondisikan terlebih dahulu dengan cara siswa
diminta membaca pokok bahasan klasifikasi materi terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari lupa karena siswa yang akan dijadikan sampel
penelitian adalah siswa kelas VIII, sedangkan pokok bahasan klasifikasi materi
merupakan materi yang diajarkan pada kelas VII. Data hasil tes diagnostik
two-tier yang telah diujikan pada siswa, selanjutnya dilakukan analisis jawaban siswa
dari soal tersebut. Analisis tersebut menggunakan kriteria identifikasi miskonsepsi
yang terdapat pada Lampiran B.7 halaman 250, sehingga dengan adanya kriteria
identifikasi miskonsepsi tersebut lebih memudahkan dalam menganalisis
miskonsepsi- miskonsepsi yang muncul pada siswa.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional yang terkait dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar
untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai
dengan kelemahan yang dimiliki siswa (Depdiknas, 2007). Pada
penelitian ini, tes diagnostik yang dikembangkan yaitu tes diagnostik
two-tier.
2. Tes two-tier adalah salah satu tes diagnostik berupa pilihan ganda yang
terdiri dari dua tingkat (Tüysüz, C., 2009). Tingkat pertama merupakan
pilihan jawaban dan tingkat kedua merupakan pilihan alasan. Pada
penelitian ini, tingkat pertama dan tingkat kedua butir soal two-tier yang
43
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Miskonsepsi merupakan ide atau pandangan yang salah tentang suatu
konsep yang dimiliki seseorang yang berbeda dengan konsep yang
disepakati dan dianggap benar oleh para ahli (Umar dalam Fitriyah, N
dan Sukarmin, 2013). Miskonsepsi pada penelitian ini meliputi
miskonsepsi pada pokok bahasan klasifikasi materi (unsur, senyawa,
campuran dan zat padat, zat cair, gas).
E. Instrumen Penelitian dan Instrumen Produk
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes essay, tes pilihan
ganda beralasan bebas, tes diagnostik two-tier, dan lembar validasi.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pertama adalah tes essay. Tes essay dilakukan untuk
mengetahui konsep awal atau miskonsepsi siswa SMP mengenai pokok bahasan
klasifikasi materi. Data hasil dari tes essay digunakan untuk pilihan jawaban pada
tes pilihan ganda beralasan bebas atau tingkat pertama tes two-tier dan untuk
mengembangkan tes pilihan ganda beralasan bebas.
Instrumen penelitian kedua adalah tes pilihan ganda beralasan bebas.
Pelaksanaan tes pilihan ganda beralasan bebas dilakukan untuk mendapatkan data
dari jawaban siswa yang merupakan alasan dari jawaban pada tingkat pertama,
yang kemudian digunakan untuk alasan pada tingkat kedua instrumen tes
diagnostik two-tier.
Instrumen penelitian ketiga adalah tes diagnostik tier. Uji coba tes
two-tier digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa SMP pada pokok bahasan
klasifikasi materi.
Instrumen penelitian keempat adalah lembar validasi. Lembar validasi
digunakan untuk mengetahui validitas isi dari setiap butir soalnya. Dimana dari
setiap validator memberikan judgement pada setiap butir soal tersebut.
44
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tes diagnostik two-tier yang dikembangkan berfungsi ganda, yakni sebagai
instrumen penelitian dan instrumen produk. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa tes diagnostik two-tier digunakan juga sebagai instrumen
penelitian. Instrumen tes diagnostik two-tier ini merupakan soal pilihan ganda
dengan dua tingkat. Pada tingkat pertama terdapat pilihan jawaban dan pada
tingkat kedua terdapat pilihan alasan. Instrumen ini digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada pokok bahasan klasifikasi materi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui
tes essay, tes pilihan ganda beralasan bebas, dan tes diagnostik two-tier.
1. Tes essay dilakukan untuk mengetahui konsep awal siswa atau
miskonsepsi mengenai pokok bahasan klasifikasi materi, data dari tes
essay ini digunakan untuk pilihan jawaban pada tes pilihan ganda
beralasan bebas atau tingkat pertama tes two-tier dan untuk
mengembangkan soal tes pilihan ganda beralasan bebas.
2. Tes pilihan ganda beralasan bebas dilakukan untuk memperoleh data dari
jawaban siswa yang merupakan alasan pada tingkat pertama, yang
kemudian dikembangkan menjadi soal tes diagnostik two-tier.
3. Tes diagnostik two-tier diuji cobakan untuk mengetahui
miskonsepsi-miskonsepsi siswa pada pokok bahasan klasifikasi materi.
G. Analisis Data
Adapun analisis data dari beberapa instrumen dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Analisis Data Hasil Tes Essay
Data hasil tes essay dianalisis melalui beberapa tahap diantaranya:
a. Transkripsi jawaban siswa
45
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Penyusunan data hasil tes essay untuk dijadikan pilihan jawaban pada tes
pilihan ganda beralasan bebas atau tingkat pertama tes two-tier
2. Analisis Data Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas
Data hasil tes pilihan ganda beralasan bebas dianalisis melalui beberapa tahap
diantaranya:
a. Transkripsi jawaban siswa
b. Analisis hasil jawaban siswa
c. Penyusunan data hasil tes pilihan ganda beralasan bebas untuk dijadikan
pilihan alasan pada tingkat kedua tes two-tier
3. Analisis Data Hasil Validitas Isi dan Reliabilitas Tes Diagnostik Two-Tier
Uji validitas isi dan reliabilitas dilakukan agar dapat mengetahui kualitas dari
instrumen tes diagnostik two-tier yang telah dibuat. Maka kualitas dari soal harus
diuji terlebih dahulu sebelum intrumen tersebut diuji cobakan pada siswa.
Sehingga, dapat dihasilkan instrumen tes diagnostik yang valid dan reliabel.
a. Uji Validitas Isi
Validitas isi berkaitan dengan derajat kemampuan tes mengukur cakupan
substansi yang ingin diukur (Suprananto dan Kusaeri, 2012). Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, S., 2012). Validitas isi
dalam penelitian ini mengukur kesesuaian antara kompetensi dasar dengan
indikator soal dan indikator soal dengan butir soal. Tes diagnostik two-tier
dikatakan memiliki validitas isi, apabila indikator soal yang telah dibuat sesuai
dengan kompetensi dasar nya dan butir-butir soal yang telah disusun sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan. Teknik yang dapat digunakan untuk
manganalisis hasil judgement para ahli, salah satunya dengan menggunakan
46
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Lawshe (1975), CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi
untuk mengetahui kesesuaian item dengan domain yang diukur berdasarkan
judgement para ahli. Pemberian skor pada jawaban item menggunakan metode
CVR yang kemudian skor tersebut diolah. Untuk mengetahui besarnya nilai CVR,
maka digunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
CVR = rasio validitas isi
ne = jumlah panelis yang memberikan penilaian “valid”
N = jumlah panelis
(Lawshe, 1975)
Berdasarkan persamaan Lawshe, maka dapat dihitung nilai CVR untuk setiap
butir soal nya. Nilai CVR yang diperoleh dari perhitungan kemudian
dibandingkan dengan nilai minimum CVR berdasarkan jumlah validator yang
terdapat pada BAB II Tabel 2.3 halaman 31. Soal dapat diterima apabila soal
memiliki nilai CVR diatas atau sama dengan nilai minimum CVR. Sebaliknya,
soal ditolak apabila memiliki nilai CVR dibawah nilai minimum CVR.
Dikarenakan jumlah responden atau validator dalam validasi tes two-tier sebanyak
lima validator, maka nilai minimum CVR setiap butir soalnya harus ≥ 0,99.
Selain penentuan dengan metode CVR, validitas dari suatu soal dapat
ditentukan dari nilai meannya yaitu nilai rata-rata (Allahyari, T. dkk., 2010). Nilai
mean ≥ 1,5 menunjukkan bahwa setengah validator menyatakan setuju atas kesesuaian butir soal dengan domain yang diukur.
Data hasil validitas isi ditentukan melalui beberapa tahap perhitungan yaitu:
1) Menghitung nilai CVR
47
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Ketika kurang dari setengah total jumlah validator yang menyatakan
„Sesuai atau Ya‟ maka nilai CVR = -
b) Ketika setengah dari total jumlah validator yang menyatakan „Sesuai atau
Ya‟ maka nilai CVR = 0
c) Ketika seluruh validator menyatakan „Sesuai atau Ya‟ maka nilai CVR =
1 (hal ini diatur menjadi 0,99 yang disesuaikan dengan jumlah validator)
d) Ketika jumlah validator yang menyatakan „Sesuai atau Ya‟ lebih dari
setengah total validator maka nilai CVR = 0 - 0,99
2) Menghitung nilai Mean
Ketentuan hasil perhitungan nilai mean diantaranya:
∑
a) Ketika validator menjawab „Sesuai atau Ya‟ tanpa memberikan saran
perbaikan nilainya = 2. Artinya, validator benar-benar yakin bahwa butir
soal sesuai dengan domain yang diukur.
b) Ketika validator menjawab „Sesuai atau Ya‟, namun dengan memberikan
saran perbaikan nilainya = 1. Artinya, validator menganggap butir soal
sesuai dengan domain yang diukur, namun masih perlu terdapat
perbaikan.
c) Ketika validator menjawab „Tidak sesuai‟ nilainya = 0. Artinya, validator
menganggap butir soal tidak sesuai dengan domain yag diukur.
3) Kriteria penentuan soal tes diagnostik two-tier yang diterima
Mengacu pada penentuan validitas isi menurut Lawshe (1975) dan (Allahyari,
T. dkk., 2010) maka soal tes diagnostik two-tier yang diterima ialah soal yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Soal yang mempunyai nilai CVR ≥ 0,99 (hal ini disesuaikan dengan
48
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Soal yang mempunyai nilai CVR antara 0 sampai dengan < 0,99 dengan
nilai mean ≥ 1,5
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Menurut Firman, H.
(2013), reliabilitas (keterandalan) adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
seseorang. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, karena reliabilitas adalah
ketetapan atau keajegan alat untuk mengukur sejauh mana suatu alat dapat
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya untuk mengetahui
kemampuan seseorang. Pengujian reliabilitas untuk tes diagnostik two-tier ini
menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR # 20).
Rumus Kuder-Richardson (KR # 20)
[ ]
Keterangan:
k = jumlah soal
p = proporsi respon betul pada suatu soal
q = proporsi respon salah pada suatu soal
s2 = variasi skor-skor tes
(Firman, H., 2013)
Hasil perhitungan nilai reliabilitas tesebut kemudian dibandingkan dengan
49
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0.81 – 1.00 Sangat Tinggi
0.61 – 0.80 Tinggi
0.41 – 0.60 Cukup
0.21 – 0.40 Rendah
0.00 – 0.20 Sangat Rendah
(Arifin, Z., 2009)
Tes diagnostik two-tier yang lolos pada uji validitas dan reliabilitas,
kemudian dilanjutkan dengan pengelompokan jawaban siswa ke dalam
kemungkinan pola jawaban siswa seperti ditunjukan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa
[image:34.596.159.463.125.238.2] [image:34.596.117.510.384.505.2]Soal ...
(%) jawaban siswa untuk
setiap pola respon
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
(Bayrak, B. K., 2013)
Dikarenakan soal two-tier yang telah disusun terdapat empat pilihan jawaban
dan empat pilihan alasan pada setiap soalnya, maka digunakan tabel kemungkinan
pola jawaban siswa yang dikemukakan oleh Bayrak, B. K. (2013) menjadi 16
kemungkinan jawaban siswa untuk setiap soalnya.
Setiap jawaban siswa untuk setiap pola responnya di hitung melalui
50
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
KNP = % kriteria nilai persen
X = Jumlah siswa yang menjawab
N = Jumlah seluruh siswa
Setelah itu, kemungkinan jawaban siswa diklasifikasikan kedalam
pemahaman utuh, pemahaman parsial atau miskonsepsi, dan tidak paham seperti
yang ditunjukan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi Jawaban Siswa
Kombinasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Siswa
Jawaban benar - Alasan benar Pemahaman utuh
Jawaban salah - Alasan benar Pemahaman parsial atau miskonsepsi
Jawaban benar - Alasan salah Pemahaman parsial atau miskonsepsi
Jawaban salah - Alasan salah Tidak paham
(Tarakci, M. dkk., 1999)
Setelah itu, jumlah keseluruhan persentase siswa yang mengalami
miskonsepsi pada pokok bahasan klasifikasi materi ditafsirkan berdasarkan Tabel
3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Miskonsepsi dalam Annisa
No Persentase (%) Kriteria
1 0 Tidak satupun
2 1 - 25 Sedikit dari jumlah respon
3 26 - 49 Hampir setengahnya
[image:35.596.137.482.614.705.2]51
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 51 - 75 Lebih dari setengahnya
6 76 - 99 Hampir seluruhnya
7 100 Seluruhnya
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil temuan penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya mengenai pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier pada
pokok bahasan klasifikasi materi, ditemukan beberapa simpulan yang menjawab
rumusan masalah penelitian diantaranya:
1. Data hasil tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas dianalisis
untuk digunakan sebagai pilihan jawaban dan pilihan alasan pada tingkat
pertama dan tingkat kedua tes two-tier
2. Tes two-tier yang valid sebanyak 15 soal dengan memiliki kriteria
reliabilitas tinggi sebesar 0,66. Validasi yang dilakukan merupakan
validitas isi dengan menggunakan metode CVR dan penentuan nilai
mean, serta penentuan nilai reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
persamaan Kuder-Richardson (KR # 20).
3. Miskonsepsi-miskonsepsi yang paling banyak ditemukan berdasarkan tes
diagnostik two-tier yang diuji cobakan pada siswa SMP diantarannya:
a. Campuran air dan tepung terigu merupakan campuran homogen
karena campuran tersebut masih dapat dibedakan komponen
penyusunnya (sebanyak 25,81 %).
b. Jumlah unsur penyusun NaCl adalah dua unsur yaitu natrium klorida
(sebanyak 29,09 %).
c. CO2 merupakan nama senyawa oksigen, karena merupakan senyawa
biner yang disusun oleh C (karbon) dan O (oksigen) dengan
diberikan kata ‘ida’ pada akhir senyawa dan 2 disebut ‘di’ (sebanyak
119
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Partikel zat padat tidak dapat bergerak karena jarak antar partikelnya
berdekatan dan teratur (sebanyak 38,71 %).
e. Materi yang dituangkan ke dalam tiga wadah yaitu ke dalam gelas,
mangkok, dan botol merupakan zat cair, karena mempunyai bentuk
dan volume berubah (sebanyak 35,48 %).
f. Campuran gas CO2 dengan gas O2 dan campuran air dengan gula
pasir merupakan campuran homogen, karena memiliki satu atau
lebih batas yang terlihat jelas antar komponennya, sehingga
komposisinya tidak seragam (sebanyak 22,58 %).
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran diantaranya:
1. Lebih kreatif dan lebih variatif dalam mengembangkan tes two-tier,
sehingga miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada siswa lebih tergali
lagi.
2. Pemilihan alasan pada tingkat kedua soal two-tier lebih disesuaikan lagi
dengan pilihan jawaban pada setiap butir soalnya dan lebih menggunakan
bahasa yang lebih umum, sehingga tidak menimbulkan adanya pasangan
jawaban-alasan yang kurang sesuai.
3. Siswa yang dijadikan sampel penelitian pada tahap tes essay dan tahap
pilihan ganda beralasan bebas lebih banyak lagi, sehingga didapatkan
miskonsepsi-miskonsepsi yang lebih banyak atau lebih variatif yang
nantinya digunakan pada tingkat pertama dan tingkat kedua tes two-tier.
4. Bagi peneliti lain, sebaiknya lebih banyak lagi mengkaji atau
mengembangkan tes diagnostik two-tier untuk menggali miskonsepsi
siswa selain pokok bahasan klasifikasi materi, khususnya materi-materi
120
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, T. dkk. (2010). Development and evaluation of a new questionnaire for rating of cognitive failures at work. International Journal of Occupational
Hygiene, 3 (1), hlm. 6-11.
Amien, M. (1990). Pemetaan konsep suatu teknik untuk meningkatkan belajar yang bermakna. Jurnal Mimbar Pendidikan, 2 (---), hlm. 55-69.
Annisa, N. (2013). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk
mengidentifikasi miskonsepsi Siswa SMA kelas X pada materi hidrokarbon.
Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia Upi: Tidak diterbitkan.
Ansori, A. Z. (2002). Miskonsepsi dalam pembelajaran sains di madrasah ibtidaiyah. ---. (---), hlm. 1-13.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Edisi Pertama. Bandung: Rosda.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Edisi 2. Jakartta: Bumi aksara.
Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Edisi Revisi. Jakartta: Bumi aksara.
Awan, A. S, Khan, T. M, dan Aslam, T. M. (2011). Student misconception in learning basic concept composition of matter in Chemistry. Journal of
Applied Science and Technology, 1 (4), hlm. 161-167.
Bayrak, B. K. (2013). Using two-tier test to identify Primary Student’s conceptual understanding and alternative conceptions in acid base. Mevlana International Journal of Education, 3 (2), hlm. 19-26.
Caroline. (---). Experimenting with mixtures, compounds, and elements changes to
the teacher’s edition and experimenting with mixtures, compounds, and elements changes to the Student guide. [Online]. Tersedia di:
http//www.carolinacurriculum.com. Diakses 22 Agustus 2014.
121
Atika Fitri Kurnia, 2014
Pengembangan Instrumen Tes D iagnostik Two-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
chemical reactions using multiple levels of representation. Journal of
Chemistry Education Research and Practice, 8 (3), hlm. 293-307.
Chang, R dan Overby, J. (2011). General chemistry the essential consepts. Sixth edition. New York: MC Graw-Hill.
Costu, B., Ünal, S., dan Ayas, A. (2007). A hands-on activity to promote conceptual change about mixtures and chemical compound. Journal of
Baltic Science Education, 6 (1), hlm. 35-46.
Dahar. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dahar. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Depdiknas (2007). Tes diagnostik. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud (2003). Kamus besar bahasa indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Firman, H. (2013). Penelitian pendidikan kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.
Firman, H. (2000). Penilaian hasil belajar dalam pengajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.
Fitriyah, N dan Sukarmin. (2013). Penerapan media animasi untuk mencegah miskonsepsi pada materi pokok asam-basa di kelas XI SMAN 1 Menganti Gresik. Unesa Journal of Chemical Education, 2 (3), hlm. 78-84.
Griffiths, A. K., dan Preston, K. R. (1992). Conceptual difficulties experienced by Senior High School Students in electrochemistry: electrochemical (galvanic) and electrolytic