• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Three-Tier Test Sebagai Instrumen untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Materi Sistem Periodik Unsur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Three-Tier Test Sebagai Instrumen untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Materi Sistem Periodik Unsur."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh:

Astecia Paramitha 0907036

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

SISTEM PERIODIK UNSUR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Sjaeful Anwar NIP : 196208201987031002

Pembimbing II

Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si. NIP : 197102041997021002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(3)

Oleh Astecia Paramitha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Astecia Paramitha 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengembangan Three-Tier Test sebagai Instrumen untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur”. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi masalah rendahnya penguasaan konsep yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat ukur berupa tes diagnostik untuk mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan perangkat tes diagnostik three-tier yang dapat mengungkap miskonsepsi yang dialami siswa pada materi sistem periodik unsur. Penelitian dilakukan di tiga sekolah Negeri dan satu sekolah Swasta di Kota Bandung. Secara keseluruhan penelitian ini melibatkan 30 siswa untuk tahap tes essay, 36 siswa pada tahap pilihan ganda beralasan bebas, 34 siswa untuk uji reliabilitas dan 70 siswa untuk uji coba three-tier. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Berdasarkan uji validitas diperoleh 20 butir soal yang memenuhi kriteria validitas. Berdasarkan uji realibilitas, butir soal yang dikembangkan termasuk dalam realibilitas dengan kategori tinggi dengan nilai realibilitas sebesar 0,7. Taraf kesukaran soal adalah 62% sukar dan 38% sedang. Sedangkan indeks distraktor instrumen ini masih dianggap kurang karena sebesar 67% distraktornya termasuk kategori jelek.. Miskonsepsi terbesar yaitu 55,6% siswa meyakini bahwa semua nomor golongan dapat ditentukan oleh jumlah elektron di orbital terluar pada konfigurasi elektron.

(5)

ABSTRAK

This study entitled “Development of a Three-Tier Test as an instrument to identify 10th gradestudent’s misconceptions about periodic system of element”. This study was conducted in an attempt to overcome the lack of concept understanding that lead to misconceptions. Therefore, we need an instrumentthat can measure, such as diagnostic test to diagnose thestudent’s misconceptions. The purpose of this research is to produce a three-tier instrument that can reveal student’s misconceptions about periodic system of elements.The study was conducted in three state schools and one private school in Bandung. This research involved 30 students for essay test phase, 36 students for multiple-choice testswith the reason needed. The method that used in this research is the Research and Development (R & D). Based on thevalidity testobtained 20 items that meet the criteria of validity.The result of reliability test, developed items included in the category of high reliability with the reliability value of 0,7.The difficulty level of the test show that 62% were difficult and 38% was medium. While the index of distractor is still considered less with the amount 67%, it was because the disctrator belonged to bad category.The biggest misconceptions shows that 55.6% of students believe that all group numbers can be determined by the number of electrons in the outermost orbital electron configuration.

(6)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Miskonsepsi ... 8

B. Tes Diagnostik... 12

C. Three Tier Test ... 13

D. Kriteria Tes... 17

E. Tinjauan Materi Sistem Periodik Unsur ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 32

D. Prosedur Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Teknik Pengolahan Data ... 38

G. Analisis Data Hasil Three-Tier... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Tes Diagnostik Three-Tier... 44

B. Kualitas Butir Soal ... 53

C. Miskonsepsi Siswa pada Materi Sistem Periodik Unsur ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 93

(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seorang guru yang baik tentu selalu berusaha menciptakan pembelajaran yang efektif (Depdiknas, 2007). Pada kenyataannya, pembelajaran yang baik tidak cukup jika tidak ditunjang dengan evaluasi yang baik. Pembelajaran akan lebih maksimal jika seorang guru mengetahui kesulitan dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga pembelajaran yang terjadi berdasarkan kebutuhan siswa.

Miskonsepsi adalah pemahaman yang berbeda dari para ahli yang akan mempengaruhi bagaimana siswa memahami fenomena alam dan penjelasan ilmiah (Hammer dalam Kaltakci & Didiş, 2007). Hal serupa juga dikemukakan oleh Dahar (2011) yaitu miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang dibangun dari pengalamannya sehari-hari yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Dalam kegiatan pembelajaran miskonsepsi dianggap sebagai penghambat dan berdampak negatif bagi siswa.

Menurut Tan (2005) Konsepsi siswa sangat penting untuk pembelajaran karena ada interaksi antara pengetahuan baru yang siswa hadapi di dalam kelas dengan pengetahuan mereka yang sudah ada. Ketika seseorang mencoba untuk menyimpan materi dalam memori jangka panjang dan tidak dapat menemukan pengetahuan yang ada yang dapat digunakan untuk menghubungkan itu , ia mungkin mencoba untuk menghubungkan pengetahuan itu agar sesuai, dan ini menimbulkan ide-ide yang keliru (Johnstone dalam Tan, 2005).

(9)

conceptions, alternative conceptions, intuitive beliefs, intuitive conceptions, naive beliefs, or children's science. Siswa mungkin mengikuti proses pembelajaran pada topik tertentu, mengerjakan tes dengan hasil yang cukup baik, namun tetap tidak mengubah gagasan awal mereka yang berkaitan terhadap topik tersebut meskipun bertolak belakang dengan konsep ilmiah yang diajarkan (Fetherstonhaugh dan Treagust, 1992).

Konsep-konsep kimia memiliki keterkaitan satu sama lain dan

memungkinkan materi tertentu menjadi materi prasyarat untuk topik selanjutnya. Dengan demikian, akan sulit melanjutkan materi jika beberapa materi prasyarat belum dikuasai. Dalam standar isi, sistem periodik unsur merupakan materi yang diberikan di kelas X semester ganjil. Hal ini menunjukkan pentingnya materi sistem periodik unsur sebagai materi dasar. Siswa dituntut untuk paham dan bukan sekedar hafalan. Jika materi sistem periodik unsur ini tidak dikuasai dengan benar dan tidak segera diremidiasi bila terdapat miskonsepsi, tentu akan menghambat siswa untuk mempelajari materi-materi seperti ikatan kimia dan lain-lain.

Maka, sangatlah penting untuk meluruskan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Namun, sebelum memperbaiki pemahaman siswa, guru terlebih dahulu harus mengetahui miskonsepsi tersebut. Jika miskonsepsi tidak diperbaiki sejak dini, maka bukan tidak mungkin miskonsepsi tersebut akan bertahan hingga perguruan tinggi bahkan sampai tua. Dalam Cetin-Dindar dan Omar (2011) ada banyak penelitian dalam pendidikan sains yang melaporkan terkait siswa yang memiliki miskonsepsi dan miskonsepsi ini mempengaruhi pemahaman siswa. Dalam Cetin-Dindar dan Omar (2011) diungkapkan berbagai jenis evaluasi yang digunakan dalam pendidikan sains untuk mengidentifikasi miskonsespsi siswa seperti wawancara, pertanyaan open- ended, peta konsep, dan pertanyaan pilihan

ganda, yang semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

(10)

sering lebih disukai di kelas sains karena mudah untuk menerapkan dan mengevaluasi pemahaman siswa terhadap subjek yang terkait. Namun , tes pilihan ganda memiliki beberapa keterbatasan dalam menerapkannya seperti menentukan apakah seorang siswa memberikan respon yang benar secara sadar atau hanya secara kebetulan/menebak . Di sisi lain wawancara dapat memberikan informasi lebih rinci tentang miskonsepsi siswa dan pemahaman mereka pada konsep tertentu , tetapi dibutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan wawancara dengan banyak siswa untuk generalisasi miskonsepsi mereka. Karena teknik tersebut memiliki beberapa keterbatasan dan tidak praktis digunakan dalam kelas. two-tier multiple-choice diusulkan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa (Treagust, 1988; Treagust,1995). Tetapi, senada dengan pendapat Hasan, Bagayoko, dan Kelley (dalam Pesman dan Eryilmaz, 2010), Two tier test memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat membedakan antara miskonsepsi dengan lack of knowledge atau lack of concept, begitu pula dengan wawancara. Padahal membedakan miskonsepsi dengan lack of knowledge sangat penting karena miskonsepsi resisten terhadap perubahan sehingga remediasi miskonsepsi lebih sulit daripada remediasi lack of knowledge dan remediasi keduanya membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda (Pesman dan Eryilmaz, 2010).

Ada tes lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa yaitu three tier test yang dikembangkan oleh Bagayoko dan Kelley (Pesman dan Eryilmaz, 2010) yang menggunakan cara sederhana dan mudah untuk

mengidentifikasi miskonsepsi dan membedakannya dengan kurangnya

(11)

tier pertama dan tier kedua dan yakin atas jawabannya menunjukkan bahwa ia memang paham pada konsep tersebut. Namun siswa yang menjawab salah pada tier pertama dan tier kedua namun merasa yakin dengan jawabannya menunjukkan bahwa ia mengalami miskonsepsi. Sedangkan siswa yang menjawab salah pada tier pertama dan tier kedua lalu merasa tidak yakin dengan jawabannya, maka siswa tersebut mengalami lack of knowledge. Hambatan miskonsepsi untuk diubah adalah terkait dengan seberapa kuat keyakinan mereka terhadap konsep tersebut. Dalam penelitian ini akan digunakan tingkat keyakinan dengan dua pilihan jawaban yaitu “yakin” dan „tidak yakin” yang pernah digunakan oleh Kaltakci dan Didis (2007) dan Pesman (2010).

Three tier test merupakan tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi siswa melalui pilihan pada tier pertama yang menentukan pengetahuan faktual sedangkan pada tier kedua digunakan untuk mengetahui alasan dari jawaban pada tier pertama serta tier ketiga yang merupakan tingkat keyakinan siswa. Hal ini dapat membedakan siswa yang benar-benar paham, siswa yang mengalami miskonsepsi dan siswa yang mengalami lack of knowledge.

Di Indonesia, penelitian mengenai three tier test masih sangat sedikit. Begitu pula dengan materi sistem periodik unsur. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa three tier test merupakan tes diagnostik yang sesuai untuk mendeteksi miskonsepsi siswa kelas X pada materi sistem periodik unsur.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian mengenai “Pengembangan Three-Tier Test Sebagai Instrumen Dalam Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Materi Sistem Periodik Unsur” perlu dilakukan dengan harapan instrumen yang dikembangkan dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi sistem periodik unsur.

(12)

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diungkapkan adalah “Bagaimana pengembangan tes diagnostik three-tier pada materi sistem periodik unsur” yang dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan instrumen three-tier pada materi sistem periodik unsur?

2. Apakah instrumen three tier test yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan dilihat dari validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan indeks distraktornya?

3. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa kelas X pada materi sistem periodik unsur yang dapat diungkap dengan instrumen three tier test?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content Validity Rasio)

2. Realibilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan KR20(Kuder-Richardson)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan instrumen tes diagnostik three-tier untuk materi sistem periodik unsur.

2. Mengetahui kelayakan instrumen three tier test yang dikembangkan

(13)

3. Mengungkap miskonsepsi siswa pada topik sistem periodik unsur dari hasil three tier test.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, three tier test dapat menjadi sarana untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami pada materi sistem periodik unsur sehingga dapat memperbaiki konsep-konsep yang salah.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tes diagnostik yang dapat dilakukan sendiri oleh guru pada materi sistem periodik unsur sehingga kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan penelitian pada kajian masalah serupa atau sebagai acuan dalam penelitian sejenis dengan materi yang berbeda.

F. Struktur Organisasi

Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran dari penulis.

1. Pendahuluan

Bagian pendahuluan memuat tentang latar belakang yang menjadi alasan penulis dalam mengembangkan instrumen three tier test. Selain itu terdapat rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta struktur organisasi.

2. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka membahas tentang definisi, ciri-ciri, dan penyebab terjadinya miskonsepsi. Selain itu dalam kajian pustaka memuat tentang definisi, fungsi dan karakteristik tes diagnostik, three tier test, pengembangan tes, serta tinjauan materi sistem periodik unsur.

(14)

Metode penelitian mengungkapkan secara rinci mengenai prosedur penelitian yang telah dilakukan yang meliputi lokasi dan objek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, jenis-jenis instrumen yang digunakan, teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan data.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan akan menjelaskan tentang hasil penemuan beserta pembahasannya. Miskonsepsi siswa diidentifikasi menggunakan instrumen three tier test, nilai validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan indeks distraktor soal. dibahas pula untuk mengetahui kualitas soal three tier test dalam mengindentifikasi miskonsepsi siswa.

5. Kesimpulan dan Saran

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Kota Bandung. Subjek pada penelitian ini adalah instrumen tes diagnostik yang dikembangkan. Instrumen tes diagnostik yang dikembangkan diuji validitasnya dengan menggunakan CVR dan diuji realibilitasnya dengan perhitungan KR20. Selanjutnya dilakukan analisis butir soal yang meliputi Indeks Distraktor dan tingkat kesukaran. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan cara menganalisis jawaban siswa yang telah mempelajari materi sistem periodik unsur. Penelitian ini melibatkan 30 siswa pada tahap tes essay, 36 siswa pada tahap tes pilihan bebas beralasan bebas, 34 siswa untuk uji realibilitas dan 70 siswa untuk uji coba soal three-tier. Pemilihan sample dilakukan secara acak.

B. Metodologi Penelitian

Menurut Arikunto (2010) metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R&D). Metode R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugyono,2010). Langkah-Langkah penelitian dan pengembangan terdiri dari 10 tahap yaitu :

(16)

Gambar 3.1. Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D

Penggunaan metode R&D Pada penelitian ini tidak seluruhnya dilakukan. Langkah yang dilakukan hanya sampai ujicoba terbatas. Penelitian ini dikembangkan meliputi tahap pendahuluan yaitu tahap pengumpulan informasi beberapa studi kepustakaan tentang tes diagnostik, tes three-tier, materi sistem periodik unsur dan analisis kompetensi dasar materi sistem periodik unsur. Tahap kedua yaitu tahap pengembangan meliputi disain produk, validasi desain, revisi desain dan ujicoba produk. Selanjutnya adalah tahap ketiga yaitu tahap analisis yaitu menganalisis hasil ujicoba yang telah dilakukan sehingga didapatkan miskonsepsi siswa pada materi sistem periodik unsur.

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah tes diagnosis three-tier. Tes diagnosis three tier didapat melalui tiga tahap yaitu : tahap pertama menggunakan tes essay tentang materi sistem periodik unsur. Tahap kedua adalah tes pilihan ganda beralasan terbuka. Butir pilihan dari tes pilihan ganda didapat dari tes essay dan studi kepustakaan. Tahap ketiga yaitu pengembangan three tier yang didapatkan dari tes two tier yang dikombinasikan dengan CRI (certainly responce index).

C. Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa penjelasan istilah yang digunakan pada penelitian ini :

1. Pengembangan tes : pengembangan tes adalah suatu proses perancangan alat ukur (tes) agar menjadi suatu alat ukur (tes) yang berkualitas (Firman, 2013)

2. Tes Diagnostik : Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan

kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan

(17)

3. Tes three-tier : Three tier test merupakan pengembangan dari two tier test yang dikombinasikan dengan certainly responce index (CRI) atau confidence rating (CR) (Caleon dan Subramaniam, 2010)

4. Miskonsepsi : miskonsepsi adalah konsepsi siwa yang berbeda dengan konsepsi yang diterima secara ilmiah (Tan, 2005)

5. Sistem periodik unsur adalah sistem pengelompokan unsur berdasarkan hukum periodik ; mencakup golongan (kelompok unsur menegak) dan periode (kelompok unsur mendatar) yang keduanya saling berhubungan dan menentukan keperiodikan sifat unsur ; disajikan dalam sebuah bentuk tabel yang disebut sistem periodik unsur (HAM, 2006).

D. Prosedur Penelitian

(18)

Analisis KI-KD untuk topik Sistem Periodik Unsur kelas X SMA

Penyusunan soal tes essay

Validasi Revisi

Pelaksanaan tes essay

Pembuatan soal pilihan ganda beralasan terbuka berdasarkan hasil tes essay

Pelaksanaan tes pilihan ganda beralasan

Analisis dan interpretasi data hasil tes three-tier

(19)

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Alur penelitian diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap Pendahuluan

Dalam tahap ini dilakukan dua langkah sebagai berikut :

1) Studi kepustakaan tentang tes diagnostik, miskonsepsi, tes three-tier dan materi sistem periodik unsur sebagai landasan dalam penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengkaji jurnal-jurnal penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik penelitian dalam negeri maupun luar negeri sebagai sumber informasi dan dasar pengembangan instrumen.

2) Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar materi sistem periodik unsur sebagai acuan untuk pembuatan tes essay.

2. Tahap Pengembangan a) Desain Produk

Produk yang dikembangkan adalah berupa butir soal tes diagnostik three-tier. Tes ini dibuat melalui tiga tahap, yaitu :

1) Soal tes essay

Tes essay dikembangkan dari hasil analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar topik sistem periodik unsur. Butir soal tes essay divalidasi kontennya oleh ahli (dosen kimia). Data hasil tes essay dianalisis dan diinterpretasikan untuk pengembangan tes pilihan ganda beralasan terbuka.

2) Soal pilihan ganda beralasan

(20)

alasan dari opsi yang dipilih. Instrumen ini divalidasi kontennya oleh ahli (dosen kimia).

3) Soal tes diagnostik three-tier multiple choice.

Soal tes diagnostik three-tier multiple choice merupakan soal bertingkat tiga. Tingkat pertama terdiri dari empat pilihan jawaban yang diperoleh dari tes essay dan literature. Tingkat kedua terdiri dari empat pilihan alasan siswa menjawab tingkat pertama. Tingkat kedua ini diperoleh dari soal pilihan ganda beralasan terbuka. Sedangkan tingkat ketiga adalah tingkat keyakinan atau Certainly Responce Index (CRI)

b) Validasi Desain

Butir soal yang telah dikembangkan kemudian diuji validitasnya. Dalam penelitian ini validasi yang dilakukan adalah validasi isi. Validasi isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir-butir soal yang telah dikembangkan

dengan konsep target. Butir soal dikatakan “sesuai” jika butir soal yang

dikembangkan secara tepat dapat mendeteksi miskonsepsi. Validasi isi dilakukan oleh pakar pada bidangnya yang berjumlah lima orang, yaitu lima orang pakar yang merupakan dosen pendidikan kimia.

c) Revisi Desain

(21)

d) Uji Realibilitas

Butir soal yang telah diterima berdasarkan CVR kemudian diujikan kepada 34 siswa untuk mengetahui nilai realibilitasnya. Soal yang diujikan berjumlah 13 soal.

Perhitungan realibilitas dilakukan dengan memberi skor terlebih dahulu pada setiap butir soal. Skor 1 diberikan untuk siswa yang menjawab tier pertama dan tier kedua dengan benar. Sedangkan jika salah satunya salah, maka skor adalah 0. Data uji realibilitas kemuadian dihitung dengan menggunakan persamaan realibilitas KR20 yang terdapat pada bab 2. Berdasarkan nilai yang diperoleh, dapat ditentukan kategori realibilitas dari keseluruhan butir soal yang dikembangkan.

e) Uji Tingkat Kesukaran dan Indeks Distraktor.

Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui kategori soal yang mudah, soal yang sedang dan soal yang sukar dari soal yang dikembangkan. Selanjutnya dilakukan uji indeks distraktor untuk mengetahui kategori kelayakan pengecoh yang digunakan.

f) Ujicoba Produk (three-tier)

Pada tahap ini, butir soal yang telah memenuhi kriteria dari segi validitas dan realibilitasnya kemudian di ujikan kepada 70 orang siswa. Jumlah soal yang diujikan adalah 13 soal. Berdasarkan hasil three tier test dilakukan analisis pada setiap pola respon siswa. Terdapat 32 pola respon yang mungkin untuk dijawab siswa. Pengelompokan kriteria miskonsepsi, error, dan lack of knowledge dilakukan berdasarkan Tabel 2.3 Analisis kombinasi jawaban pada three tier (Kaltakci dan Didiş, 2007)

(22)

Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi data sehingga diperoleh miskonsepsi siswa pada materi sistem periodik unsur berdasarkan hasil three-tier test hingga didapatkan kesimpulan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik three-tier. Tes ini dikembangkan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tes Essay

Tes essay digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi sistem periodik unsur.

2. Pilihan ganda dengan alasan bebas.

Pilihan ganda beralasan bebas adalah tahap kedua dari pengembangan tes three-tier. Distraktor pada opsi-opsi yang terdapat pada soal dibuat dari data tes essay dan studi kepustakaan. Pada soal ini, siswa diminta untuk memberikan alasan atas opsi yang dipilihnya. Jawaban yang tidak tepat dijadikan dasar untuk mengembangkan tier kedua pada soal three-tier.

3. Three-tier

Tes two-tier ini memiliki format tes pilihan ganda dengan jumlah opsi sebanyak empat dengan satu set pernyataan yang mengungkapkan alasan dan/atau hubungan dengan opsi yang dipilih, dimana jumlah pernyataan tier kedua ini juga sebanyak empat. Sedangkan tingat ketiga adalah tingkat keyakinan siswa.

F. Teknik Analisis Data

(23)

Data yang didapat dari hasil tes three-tier dianalisis dan diinterpretasikan miskonsepsi yang terkandung dalam jawaban-jawaban tersebut sehingga menghasilkan poin-poin miskonsepsi siswa pada materi sistem periodik unsur. Setiap jawaban dari masing-masing pokok uji ditentukan jawaban yang benar dan jawaban yang salah.

1. Data Hasil Tes Essay

Tes Essay yang dilakukan merupakan bagian dari tahap pengembangan tes three tier yang dilakukan untuk menggali informasi dasar mengenai konsep siswa tentang materi sistem periodik unsur. Langkah-langkah analisis data hasil tes essay adalah:

a. Mentranskripsikan hasil tes essay.

b. Menganalisis jawaban-jawaban setiap responden.

c. Menyusun data hasil tes essay untuk dijadikan opsi dalam pilihan ganda beralasan bebas.

2. Data Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas

Langkah-langkah analisis data hasil tes pilihan ganda beralasan bebas adalah:

a. Memeriksa jawaban setiap responden.

b. Menyusun data jawaban alasan bebas siswa yang tidak tepat untuk dijadikan opsi pada tier kedua untuk tes three-tier.

3. Uji Butir Soal Three Tier

(24)

a. Validitas

Butir soal yang telah disusun kemudian diuji validitasnya. Pada tahap ini dilakukan validasi isi. Uji validitas yang dilakukan pada tahap ini adalah validitas isi dengan menggunakan metode CVR (Content Validity Ratio). Menurut Lawshe (1975) CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi untuk mengetahui kesesuaian item dengan domain yang diukur berdasarkan judgement para ahli. Pemberian skor pada jawaban item menggunakan metode CVR. Setelah semua item mendapat skor, kemudian skor tersebut diolah.

1) Menghitung nilai CVR

ne = jumlah responden yang menyatakan Ya N = total respon

Ketentuan:

a) Saat kurang dari ½ total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = -

b) Saat ½ dari total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = 0 c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (nilai

(25)

d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total responden maka nilai CVR berada pada rentang antara 0 – 0.99 2) Menghitung nilai CVI (indeks validitas konten)

Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.

(Lawshe, 1975) Tabel 3.1. Nilai Minimum CVR (Lawshe, 1975)

Jumlah Validator Nilai Minimum CVR

5 0.99

6 0.99

7 0.99

8 0.78

9 0.75

10 0.62

11 0.59

12 0.56

13 0.54

14 0.51

3) Menghitung nilai mean

Untuk mengukur nilai mean, maka berlaku ketentuan sebagai berikut :

a) Saat responden menjawab „Ya‟ tanpa memberikan saran perbaikan nilainya=2.

Artinya, responden benar-benar yakin bahwa butir soal sesuai dengan domain

(26)

b) Saat responden menjawab „Ya‟ dengan memberikan saran perbaikan

nilainya=1. Artinya, responden menganggap butir soal sesuai dengan domain

yang diukur, namun masih perlu terdapat perbaikan.

c) Saat responden menjawab „Tidak‟ nilainya= 0. Artinya, responden

menganggap butir soal tidak sesuai dengan domain yang diukur.

4) Kriteria penentuan soal two-tier yang diterima

Soal two-tier yang diterima ialah soal yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a) Soal yang mempunyai nilai CVR ≥ 0.99 (hal ini disesuaikan dengan jumlah

responden)

b) Soal yang mempunyai nilai CVR antara 0 sampai dengan 0.99 dengan nilai

mean ≥ 1.5

(Zayeri dkk., 2010)

b. Reliabilitas

Reliabilitas terkait dengan konsistensi hasil pengukuran (Kusaeri dan Suprananto, 2012).

Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus KR20 (Kuder-richardson) sebagai berikut :

(27)

Keterangan :

k = jumlah butir soal S2t =Varians skor total

p = proporsi jumlah siswa yang menjawab benar q = 1 - p

Tabel 3.2. Kriteria reliabilitas soal (Arifin, 2011)

Koefesien Korelasi Tafsiran

0.81-1.00 Sangat tinggi

0.61-0.80 Tinggi

0.41-0.60 Cukup

0.21-0.40 Rendah

0.00-0.20 Sangat rendah

c. Tingkat Kesukaran dan Indeks Distraktor

Selain itu, analisis yang dilakukan adalah analisis tingkat kesukaran, daya pembeda dan distraktor pada instrumen pilihan ganda dan two-tier. Merujuk pada Sudjana (2011) tingkat kesukaran dihitung dengan:

Keterangan:

I = indeks kesulitan tiap butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar N = banyaknya siswa

dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3. Indeks Kesukaran Butir Soal (Sudjana, 2011)

Indeks Kategori

0,00 – 0, 30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

(28)

Dan untuk menganalisis distraktor digunakan perhitungan menurut Arifin (2009):

Keterangan: IP = indeks pengecoh

P = jumlah penserta yang memilih pengecoh N = jumlah peserta didik yang ikut tes

B = jumlah peserta didik yang menjawab benar setiap soal n = jumlah altenatif jawaban

dengan pengelompokan kualitas distraktor sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kualitas Distraktor (Arifin, 2009)

IP (%) Kualitas Distraktor

76 – 125 Sangat baik

51 – 75 atau 126 – 150 Baik

26 – 50 atau 151 – 175 Kurang Baik

0 – 25 atau 176 – 200 Jelek

> 200 Sangat Jelek

G. Analisis Data Hasil Tes Three-tier

Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal three-tier kemudian dilakukan pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola jawaban siswa menggunakan format seperti berikut :

Tabel 3.3. Kemungkinan Pola Jawaban Siswa dan Diagnosisnya. Jawaban Siswa

Pola Respon Diagnosis Jumlah %

(29)

a.3.T

Setiap kriteria pola jawaban siswa dihitung dalam bentuk persentasenya dengan cara :

X 100 %

Keterangan :

KTP = % kriteria nilai persen N = jumlah seluruh siswa

X = jumlah siswa yang menjawab

(30)

Tabel 3.4. Analisis kombinasi jawaban pada one tier, two tier, dan three tier ( Kaltackci dan Didis, 2007)

Analisis tingkat soal

kategori Tipe Jawaban

One tier Memahami konsep Jawaban benar

Miskonsepsi Jawaban salah

Two tier Memahami konsep Jawaban benar + alasan benar

Error Jawaban salah + alasan benar

Miskonsepsi Jawaban benar + alasan salah

Jawaban salah + alasan salah

Three tier Memahami konsep Jawaban benar + alasan Benar + yakin

Lack of Knowledge Jawaban benar + alasan benar + tidak

yakin

Jawaban salah + alasan benar + tidak yakin

Jawaban benar + alasan salah + tidak yakin

Jawaban Salah + alasan salah + tidak yakin

Error Jawaban salah + alasan benar + yakin

Miskonsepsi Jawaban benar + alasan salah + yakin

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pengembangan tes three-tier yang dikembangkan melalui 2 tahap yaitu tes essay dan tes pilihan ganda bealasan bebas. Tes essay memberikan kontribusi berupa pilihan jawaban pada tes pilihan ganda beralasan bebas sebanyak 51 pilihan jawaban. Tes pilihan ganda beralasan bebas memberikan kontribusi berupa pilihan jawaban pada tier kedua instrumen two-tier sebanyak 21 pilihan. Instrumen three tier adalah kombinasi dari instrumen two tier dengan tingkat keyakinan pada tier ketiga.

2. Tes diagnostik three-tier yang dikembangkan memenuhi kriteria tinggi dilihat dari validitas isi maupun realibilitasnya. Berdasarkan validitas isi dengan menggunakan metode CVR diperoleh 18 butir soal yang memenuhi kriteria validitas isi dengan nilai CVR sebesar 1 dan dua soal dengan nilai CVR 0,6 dengan mean 1,6. Dari perhitungan realibilitas dengan menggunakan KR20 diperoleh nilai sebesar 0,7. Nilai tersebut menunjukkan bahwa butir soal yang dikembangkan memiliki realibilitas yang tinggi. Taraf kesukaran soal adalah 62% sukar dan 38% sedang. Sedangkan indeks distraktor instrumen ini masih dianggap kurang karena sebesar 67% distraktornya termasuk kategori jelek.

(32)

golongan dapat ditentukan oleh jumlah elektron diorbital terluar pada konfigurasi elektron. Pada konsep penentuan posisi unsur dalam tabel periodik modern siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 59,8% diantaranya adalah (1) semua golongan dapat ditentukan dengan penjumlahan elektron pasa subkulit s dan p. (2) nomor golongan dapat ditentukan dari nomor kulit sedangkan periode ditentukan dari elektron pada kulit terluar.

B. Saran

1. Agar tes diagnostik ini kualitasnya lebih baik lagi, maka perlu dilakukan perbaikan lagi dari segi karakteristik butir soalnya (validitas, realibilitas, dan tingkat kesukaran) dan dari jumlah soal agar miskonsepsi yang teridentifikasi lebih banyak lagi.

2. Melakukan analisis butir soal yang dikembangkan.

3. Tes diagnostik ini digunakan oleh guru agar miskonsepsi dapat terdeteksi dan proses remediasi dilakukan dengan efektif.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Indah Rizki. (2013). Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Barke, H.D, Hazari, A., Yitbarek, S. (2009). Misconception In Chemistry. Springer. No 978-3—540-70988-6

Caleon, I. & Subramaniam, R. (2010). Development and Application of a Three

Tier Diagnostig Test to Assess secondary Student’s Understanding of wave. International Journal of Science Education, Vol 32, No.7, 1 May 2010, PP. 939-961

Cetin-Dindar, A dan Omer Geban (2011). Development of a three-tier test to

assess high school students’ understanding of acids and bases. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 15 (2011) 600-604.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F. dan Mocerino, M. (2007). The Development of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for

Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain

Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation. Chem. Educ. Res Practice, 8 No. 3, 293-307.

Chang, Raymod. (2005). Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Corter, J.E. (1995). Using Clustering Methods to Explore the Stucture of Diagnostic Test. Dalam P.D. Nicholas, S.F. Chipman & R.L. Bennan (Eds), Cognitive Diagnostic Assesment. (pp 305-326). New Jersey : Lawrence Erlbaum Associated.

(34)

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Depdiknas.

Firman, H. (2013). Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

HAM, Mulyono.(2001). Ilmu Kimia 1. Bandung : Acarya Media Utama. HAM, Mulyono.(2002). Ilmu Kimia 3. Bandung : Acarya Media Utama

HAM, Mulyono.(2006). Kamus Kimia . Jakarta : Bumi Aksara.

Johari & Rachmawati.(2006). Kimia 1. Jakarta : Erlangga

Katalkci & Didis. (2007). Identification of Pre-Service Physic Teacher Misconception on Gravity Concept : A study with a 3-tier Misconception Test. Turki : Faculty of Education, MiddleEast Technical University

Lawshe, C.H. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Personel

Psychology. 28,563-573.

Pesman, Haki. (2010). Development of a Three Tier Test To Asses Ninth Grade

Student’s Misconception About Simple Electric Circuit. Thesis for Master of Sciences. Middle East Technical University, Turkey.

Puspitasari, D. (2009). Remediasi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Bahan Kajian Struktur Atom Melalui Penggunaan Software Multimedia Interaktif. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rasyid & Mansur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : Wacana Prima

Rupp, A.A et all. (2010). Diagnostic Measurement : Theory, Methods and Appliation. New York : The Guilford Press.

Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Graffindo Persada.

Sudjana, N. (2011). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(35)

Suparno, Paul.(2005). Miskonsepsi dan Perubahan konsep pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo

Tan, K. D., Taber, K., Goh, N. K. dan Chia, L. S. (2005). The Ionization Energy Diagnostic Instrument: A Two-Tier Multiple-Choice Instrument to

Determine High School Students’ Understanding of Ionisation Energy. Chem. Educ. Res. Pract. 6 No. 4, 180-197.

Tan, K. D., Goh, N. K., Chia, L. S. dan Treagust, D. F. (2002). Development and Application of A Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess

High School Student’s Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative

Analysis. Journal of Research in Science Teaching. 39 No. 4, 283-301. Tan, K. D. dan Treagust, D. F. (1999). Evaluating Student’s Understanding of

Chemical Bonding. School Science Review. 81 No. 294, 75-83.

Treagust, D. F. (1988). Development and Use of Diagnostic Test to Evaluate Students Misconception in Science. International Journal of Science. 10 No. 2, 159-169.

Treagust, D.F. (1995). Diagnostic Assessment of Students’ Science Knowledge. In: Glynn, S.M, Duit, R. (Eds.), Learning Science in The Schools: Research Reforming Practice. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. pp. 327-346.

Tsai, C. C. dan Chou, C. (2002). Diagnosing Students’ Alternative Conceptions in Science Through A Networked Two-Tier Test System. Int. J. Comp. Assisted Learn. 18 No. 2, 157-165.

Tüysüz, C. (2009). Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess

Students’ Understanding in Chemistry. Scientific Research and Essay. 4 No 6, 626-631.

Van Den Berg, Euwe. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Yogyakarta :Universitas Krristen Satya.

Yang & Embetson, S.E. (2007). Construct Validity and Cognitive Diagnostic assesment. Dalam J.P Leighton & M.J. Gierl (Eds). Cognitive Diagnostic assesment for Education ; Theory and Application, (pp.119-145). New York : Cambridge University Press.

(36)

Gambar

Tabel 3.1. Nilai Minimum CVR (Lawshe, 1975) Jumlah Validator
Tabel 3.3. Indeks Kesukaran Butir Soal (Sudjana, 2011)
Tabel 3.4. Kualitas Distraktor (Arifin, 2009)
Tabel 3.4. Analisis kombinasi jawaban pada one tierAnalisis , two tier, dan three tier ( Kaltackci dan Didis, 2007) kategori Tipe Jawaban

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi

Penelitian berjudul “Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Materi Hidrokarbon” bertujuan

wawancara dan tes pilihan ganda. Instrumen two-tier memiliki keunggulan dibandingkan tes berformat pilihan ganda biasa, yaitu dapat mengungkap alasan dibalik opsi

Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul “ Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Two-Tier Berbasis Piktorial untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa pada

Produk penelitian ini berupa instrumen reasoning based diagnostic test , yang terdiri atas soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban disertai kolom alasan bebas dan

Siswa yang dijadikan sampel penelitian pada tahap tes essay dan tahap pilihan ganda beralasan bebas lebih banyak lagi, sehingga didapatkan miskonsepsi-miskonsepsi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa kartu uchem memiliki kualitas yang layak sebagai salah satu media pembelajaran kimia pada materi sistem periodik

Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan asumsi penelitian ini dapat menghasilkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat yang dapat mempermudah guru dalam