PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI
DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI
DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA
Oleh
Nur Esa Fauziah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nur Esa Fauziah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
NUR ESA FAUZIAH
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI
DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dra. Wiwi Siswaningsih, M. Si NIP : 196203011987032001
Pembimbing II
Dr. Sjaeful Anwar NIP : 196208201987031002
ii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI dalam Memahami Materi Larutan
Penyangga”. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen tes
two-tier yang baik yang sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengembangan instrumen tes two-tier dianggap sebagai tahap perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Pengembangan instrumen tes dilakukan melalui tahap wawancara dan tes essay, tahap tes pilihan ganda beralasan bebas dan tahap tes two-tier. Tahap wawancara, tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas menyumbang miskonsepsi siswa untuk dikembangkan sebagai opsi pada soal tes two-tier. Soal tes two-tier yang dikembangkan dihitung nilai validasinya menggunakan CVR, dengan nilai CVR 0,43 – 1. Hasil CVR menunjukkan 16 butir soal diterima dan 2 butir soal ditolak. Dari 16 butir soal yang valid, terdapat 3 soal yang memiliki konsep yang sama dengan soal lainnya, sehingga hanya 13 butir soal tes two-tier yang digunakan untuk diujikan. Berdasarkan KR20, diperoleh nilai reliabilitas 0,72 dengan kriteria tinggi. Soal tes two-tier diujicobakan kembali secara terbatas terhadap 25 siswa kelas XI
kemudian hasilnya dianalisis sehingga diperoleh beberapa miskonsepsi siswa pada materi larutan penyangga.
ABSTRACT
The title of this research is “Development of Two-Tier Diagnostic Test Instrument for Identifying XIth Grade-Students’ Misconseptions”. The purpose of this research is development qualified two-tier test instrument for identifying
students’ misconceptions. The metode of this research is qualitative descriptive method. Development of two-tier test instrument is assumed as preparation and execution step. Development of instrument through three steps, they are interviews, paper and pencil test, and two-tier test. Interviews and paper and
pencil test steps give students’ misconceptions which will be used as options in
two-tier test. Two-tier test is analyzed by the validity, use CVR. They have CVR from 0,43 – 1. The results of calculations by CVR shows that 16 questions are valid and the other are invalid. From 16 questions which are valid, there are 3 questions have same concepts with the other questions, so only 13 questions of two-tier test are tried. Reliability of test, which are analyzed by KR20, is 0,72 and
belong to high criterion. The two-tier test instrument is tried to 25 of students then
the results are analyzed so that to be found students’ misconceptions in buffer
solutions.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Struktur Organisasi ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tes Diagnostik ... 7
B. Tes Two-Tier ... 11
C. Miskonsepsi ... 13
D. Tinjauan Materi Larutan Penyangga ... 16
E. Miskonsepsi dalam Materi Larutan Penyangga ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 29
B. Metode Penelitian... 29
C. Definisi Operasional... 30
D. Instrumen Penelitian... 31
E. Prosedur Penelitian... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Miskonsepsi Siwa dalam Materi Larutan Penyangga ... 41
B. Konstribusi Tahap Pengembangan Tes Two-Tier ... 70
C. Kualitas Butir Soal ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Data Hasil Pengukuran pH NH3(aq) 0,1 M dan Perubahan pH ... 17
2.2 Data Hasil Pengukuran pH Larutan Penyangga A (50 mL CH3COOH 0,1 M dan 50 mL CH3COONa 0,1 M) dan Perubahan ... 17
3.1 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal ... 38
3.2 Kriteria Penilaian Reliabilitas Butir Soal ... 39
4.1 Interpretasi Jawaban Siswa ... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Posisi tes diagnostik ... 9
2.2 Cara kerja penambahan asam pada larutan penyangga asam lemah dan basa konjugasinya ... 19
2.3 Cara kerja penambahan basa pada larutan penyangga asam lemah dan basa konjugasinya ... 20
2.4 Cara kerja penambahan asam pada larutan penyangga basa lemah dan basa konjugasinya ... 21
2.5 Cara kerja penambahan basa pada larutan penyangga basa asam lemah dan basa konjugasinya... 22
2.6 Miskonsepsi representasi cara kerja larutan penyangga ... 27
3.1 Diagram alur penelitian ... 33
3.2 Bagan contoh cara penyusunan instrumen tes two-tier ... 36
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 81
A.1 Pedoman Wawancara Kebutuhan Guru ... 83
A.2 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 84
A.3 Pedoman Wawancara (Tahap Pertama) ... 90
A.4 Jawaban Ideal Wawancara ... 92
A.5 Hasil Validasi Tes Essay ... 95
A.6 Kisi-Kisi Tes Essay ... 98
A.7 Lembar Soal Tes Essay (Tahap Pertama) ... 101
A.8 Jawaban Tes Essay ... 103
A.9 Hasil Validasi Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 108
A.10 Kisi-Kisi Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 116
A.11 Lembar Soal Pilihan Ganda Beralasan Bebas (Tahap Kedua) . 125 A.12 Hasil Validasi Soal Tes Two-Tier ... 128
A.13 Kisi-Kisi Soal Tes Two-Tier ... 145
A.14 Lembar Soal Two-Tier (Tahap Ketiga) ... 152
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA ... 155
B.1 Hasil Wawancara Kebutuhan Guru ... 156
B.2 Hasil Wawancara (Tahap Pertama) ... 158
B.3 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Essay ... 175
B.4 Miskonsepsi Hasil Wawancara dan Tes Essay ... 184
B.5 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 190
B.6 Miskonsepsi Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 195
B.7 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Diagnostik Two-Tier ... 207
B.8 Validitas Soal ... 210
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN ... 217
C.1 Foto-Foto Penelitian ... 218
C.2 Surat Izin Penelitian ... 220
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Konsep kimia merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa
dengan berbagai alasan, diantaranya karena konsep kimia bersifat kompleks dan
abstrak. Pada kenyataannya, keberhasilan siswa dalam memahami materi kimia
bergantung pada informasi yang mereka peroleh berdasarkan hasil pembelajaran
sebelumnya atau prakonsepsi (Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerino, 2007;
Wood dalam Orgill dan Sutherland, 2008). Sebagian besar siswa akan merasa
nyaman dengan prakonsepsi mereka dan hanya sedikit menerima informasi baru,
sehingga kemungkinan terdapat beberapa ide dan penjelasan dalam pemahaman
siswa yang tidak sesuai dengan sudut pandang para ilmuwan yang disebut
dengan miskonsepsi atau konsepsi alternatif (Osborne dalam Tüysüz, 2009). Hal
ini sering terjadi dalam pembelajaran, terutama pada materi yang dianggap sulit
oleh siswa, seperti kimia.
Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa yaitu materi larutan
penyangga. Menurut Johnstone, untuk memahami materi larutan penyangga,
diperlukan pemahaman makroskopis, mikroskopis, dan simbolik yang bersifat
abstrak serta integrasi antar konsep tersebut. Selain itu, penguasaan konsep
kesetimbangan kimia dan asam-basa juga harus dikuasai dengan baik (Orgill dan
Sutherland, 2008). Pada kenyataannya, dalam memahami konsep kesetimbangan
kimia dan asam-basa tersebut siswa masih banyak mengalami miskonsepsi
(Barke, 2009). Oleh karena itu, banyak siswa yang menganggap materi larutan
penyangga sulit, padahal materi larutan penyangga sangat penting untuk dipahami
oleh siswa karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan
dalam memahami materi larutan penyangga. Orgill dan Sutherland (2008)
menemukan banyak miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga. Turyasni
(2008) mengungkapkan hanya sebagian kecil siswa (1,2%) yang memiliki
penelitian Dahlia (2011) yang menyatakan sekitar 58% siswa di kelas XI reguler
SMA Negeri mengalami kesulitan pada konsep larutan penyangga.
Pada umumnya bentuk soal yang sering digunakan untuk mengevaluasi
siswa berbentuk pilihan ganda biasa (traditional multiple choice) dan essay.
Bentuk soal essay dan pilihan ganda biasa ini hanya dapat mengukur pemahaman
siswa, tetapi tidak dapat mengidentifikasi kesulitan ataupun miskonsepsi siswa.
Analisis kesulitan siswa umumnya dilihat berdasarkan jawaban uraian siswa atau
hanya sebatas analisis soal secara sekilas, namun diagnosis yang dilakukan
melalui jawaban uraian siswa ini pun seringkali diabaikan. Hal ini dikarenakan
diperlukan waktu yang cukup lama untuk mendiagnosis kesulitan setiap siswa,
sedangkan waktu efektif yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar sangat
terbatas. Di sisi lain, instrumen tes yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi
siswa secara praktis belum banyak tersedia. Pengembangan instrumen tes standar
yang tidak hanya mampu mengukur kedalaman pemahaman siswa namun dapat
juga mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi kimia dibutuhkan. Dengan
demikian, perlu dikembangkan suatu tes diagnostik.
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat
(Arikunto, 2012). Salah satu jenis tes diagnostik yang banyak digunakan adalah
tes diagnostik two-tier. Tes diagnostik two-tier yang digambarkan oleh Treagust
(dalam Tüysüz, 2009) dikembangkan dalam dua tingkat yang disusun melalui
wawancara, tes tulis dan tes two-tier. Setiap pertanyaan tes two-tier terdapat dua
hingga lima pilihan jawaban untuk tier pertama dan satu set alasan untuk tier
kedua. Dalam alasan harus sudah termasuk jawaban yang benar dengan dua
3
kesulitan dan miskonsepsi siswa dalam memahami ikatan kimia. Tan, Goh, Chia,
dan Treagust (2001) menyatakan pemahaman siswa dalam analisis kualitatif kimia
anorganik dapat diukur menggunakan tes diagnostik two-tier. Pernyataan tersebut
didukung oleh Tüysüz (2009) yang menemukan bahwa tes diagnostik two-tier
dapat efektif untuk menentukan miskonsepsi siswa serta dapat digunakan sebagai
alternatif dari penggunaan tes pilihan ganda tradisional. Efisiensi instrumen tes
diagnostik two-tier ini akan memberikan hasil yang signifikan terhadap evaluasi
kemampuan pemahaman konsep dan identifikasi konsepsi alternatif siswa SMA
dalam area konten yang terbatas (Tan, Taber, Goh, dan Chia, 2005;
Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerani, 2007).
Instrumen tes two-tier yang digunakan untuk mengukur pemahaman dan
mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA telah dikembangkan dalam beberapa
materi kimia, diantaranya pada materi hidrolisis garam, kelarutan dan hasil kali
kelarutan, stoikiometri serta hidrokarbon (Astuti, 2012; Purnamasari, 2012;
Anugrah, 2013; Annisa, 2013). Secara umum, keempat instrumen yang telah
dikembangkan tersebut memiliki kriteria cukup dan baik secara validitas dan
reliabilitas. Instrumen tes two-tier yang dikembangkan dalam materi hidrolisis
garam serta kelarutan dan hasil kelarutan masih belum dapat mengukur
pemahaman konsep siswa sepenuhnya (Astuti, 2012; Purnamasari, 2012),
sedangkan instrumen tes two-tier dalam materi stoikiometri dan hidrokarbon telah
berhasil mengungkap miskonsepsi siswa (Anugrah, 2013; Annisa, 2013).
Instrumen tes two-tier pada materi larutan penyangga belum tersedia, padahal
miskonsepsi siswa dalam memahami larutan penyangga bukan suatu
permasalahan yang dapat diabaikan begitu saja. Dengan demikian, diperlukan
pengembangan instrumen tes two-tier pada materi larutan penyangga.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, penelitian mengenai
“Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI dalam Memahami Materi Larutan Penyangga” perlu
dilakukan. Melalui penelitian ini, miskonsepsi siswa dalam materi larutan
penyangga diharapkan dapat teridentifikasi menggunakan instrumen tes
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Miskonsepsi dalam materi larutan penyangga apa yang
dapat diidentifikasi dari siswa kelas XI melalui tes diagnostik two-tier?”
Rumusan masalah tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja miskonsepsi siswa yang dapat diidentifikasi melalui tes diagnostik
two-tier pada materi larutan penyangga?
2. Bagaimana konstribusi tahap-tahap pengembangan terhadap instrumen tes
diagnostik two-tier yang dihasilkan ?
3. Apakah soal-soal pada instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan
pada materi larutan penyangga memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas
yang baik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga.
2. Memaparkan konstribusi tahap-tahap pengembangan terhadap instrumen tes
diagnostik two-tier yang dihasilkan.
3. Menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier yang baik secara validitas dan
reliabilitas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti
5
2. Bagi Siswa
a. Dapat mengetahui kedalaman pemahaman siswa sehingga dapat melanjutkan
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
b. Melatih siswa untuk tidak menjawab soal pilihan ganda dengan cara menebak.
3. Bagi Sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu
pendidikan sekolah, khususnya dalam evaluasi pembelajaran kimia.
4. Bagi Peneliti
Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga menjadi suatu
acuan yang menjadi titik tolak untuk melakukan penyempurnaan atau
mengembangkan instrumen tes diagnostik lainnya.
5. Bagi Peneliti Lain
a. Memperoleh informasi baru mengenai tes diagnostik two-tier dalam materi
larutan penyangga.
b. Sebagai referensi acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
E. Struktur Organisasi
Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, kajian
pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan
saran penulis.
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan memuat latar belakang penelitian yang
mengungkapkan alasan peneliti mengembangkan instrumen tes two-tier, rumusan
masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian serta struktur
organisasi penulisan skripsi.
2. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka membahas definisi, ciri-ciri dan sumber
miskonsepsi. Selain itu, kajian mengenai tes diagnostik dan tes two-tier yang
dikembangkan, dibahas dalam bab ini. Tinjauan materi dan miskonsepsi larutan
3. Metode Penelitian
Metode penelitian menguraikan secara rinci mengenai prosedur penelitian
yang dilakukan. Dalam bab metode penelitian, dicantumkan lokasi dan obyek
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, jenis-jenis instrumen yang
digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan dan teknik pengolahan data.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pembahasan atau hasil
temuan berdasarkan data hasil penelitian. Miskonsepsi siswa diidentifikasi
menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier. Tahap-tahap pengembangan tes
two-tier diuraikan untuk mengetahui konstribusi tahap pengembangan terhadap
instrumen tes two-tier yang dikembangkan. Nilai validitas dan reliabilitas soal
dibahas untuk mengetahui kualitas soal tes two-tier yang digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
5. Kesimpulan dan Saran
Penulis menuliskan kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan
pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penulis juga mengungkapkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Obyek
penelitian ini adalah miskonsepsi siswa kelas XI dalam materi larutan penyangga.
Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan 122 siswa, dengan rincian 10 orang
siswa pada untuk wawancara, 33 orang untuk tahap tes essay, 29 orang untuk
tahap tes pilihan ganda beralasan bebas, 25 orang untuk uji reliabilitas soal tes
two-tier dan 25 orang untuk uji coba tes two-tier.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas dan berbagai
fenomena yang terjadi, yang menjadi subyek penelitian sehingga tergambarkan
ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut (Sanjaya, 2013). Dengan
kata lain, dengan metode deskriptif peneliti hendak menggambarkan suatu gejala
(fenomena), atau suatu sifat tertentu, tidak untuk menerangkan antarvariabel.
Penelitian desktiptif tidak berkenaan dengan menjawab
permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian yang
berupaya untuk menjelaskan masalah-masalah yang aktual, yakni masalah yang
sedang terjadi atau masalah yang muncul pada saat sekarang. Oleh sebab itu
masalah yang layak diteliti dengan metode deskriptif adalah masalah yang relevan
dengan keadaan dewasa ini, baik masalah yang mengandung aspek yang banyak,
maupun masalah yang hanya mengandung satu aspek saja.
Secara umum, tahapan penelitian yang dilakukan meliputi tahap
pendahuluan, tahap persiapan dan pelaksanaan serta tahap analisis data. Untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa, diperlukan soal tes two-tier. Pengembangan
tes two-tier dianggap sebagai bagian dari tahap persiapan dan pelaksanaan.
diadopsi berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan Treagust (dalam
Tüysuz, 2009) meliputi wawancara dan tes essay, tes pilihan ganda beralasan
bebas serta tes two-tier. Wawancara, tes essay dan tes pilihan ganda beralasan
bebas dilakukan untuk mengumpulkan miskonsepsi siswa sebagai bahan
penyusunan tes two-tier, sedangkan tes two-tier dilakukan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah
istilah yang ada pada penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi
operasional istilah-istilah berikut ini:
1. Pengembangan Tes
Pengembangan tes dapat diartikan sebagai suatu proses perancangan alat ukur
(tes) agar menjadi suatu alat ukur (tes) yang berkualitas (Firman, 2000).
2. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan
yang tepat (Arikunto, 2012).
3. Tes two-tier
Tes two-tier adalah tes diagnostik yang dikembangkan bertingkat dua dengan
terdapat satu set jawaban pada tier pertama dan satu set alasan (dua hingga lima
alasan) pada tier kedua untuk setiap satu butir soal (Tüysüz, 2009).
4. Miskonsepsi
31
D. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data penelitian, instrumen-instrumen yang
diperlukan dalam penelitian ini meliputi pedoman wawancara, soal tes essay, soal
tes pilihan ganda beralasan bebas dan soal tes two-tier.
1. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami materi larutan penyangga. Hasil dari wawancara ini akan digunakan
untuk menemukan miskonsepsi atau konsepsi alternatif yang dimiliki oleh siswa.
Miskonsepsi siswa ini akan menjadi pengecoh pada pilihan dalam soal pilihan
ganda.
2. Soal Tes Essay
Soal essay diberikan kepada siswa melalui tes tertulis. Jawaban dari tes ini
berupa pemahaman siswa mengenai materi larutan penyangga yang dapat
digunakan untuk melengkapi hasil wawancara sebagai pengecoh dalam soal
pilihan ganda.
3. Soal Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas
Soal tes pilihan ganda dikembangkan berdasarkan hasil wawancara dan tes
essay. Soal pilihan ganda ini diberikan kepada siswa untuk dijawab disertai
dengan alasan siswa menjawab pilihan tersebut. Alasan dari jawaban siswa ini
akan dikembangkan menjadi pilihan alasan pada tes two-tier.
4. Soal Tes Two-Tier
Soal pilihan ganda two-tier yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat
pilihan jawaban, tier pertama terdiri dari dua hingga empat pilihan jawaban dan
tier kedua terdiri dari empat pilihan jawaban. Soal tes two-tier ini diujikan
terhadap siswa untuk memperoleh jawaban siswa sehingga dapat dilakukan
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahap utama yaitu tahap
perndahuluan, tahap persiapan dan pelaksanaan dan tahap analisis data. Prosedur
penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan alir sebagai berikut (ditunjukkan
33
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian
Tahap Pendahuluan
Studi literatur mengenai miskonsepsi, tes diagnostik two-tier, materi larutan penyangga dan SKKD larutan penyangga
Penyusunan butir soal tes essay dan pedoman wawancara
Revisi
Validasi butir soal tes essay dan pedoman wawancara
Pelaksanaan tes essay dan wawancara
Revisi Penyusunan butir soal pilihan ganda beralasan bebas
Validasi butir soal pilihan ganda beralasan
Pelaksanaan tes pilihan ganda beralasan
Validasi isi butir soal tes two-tier oleh ahli Penyusunan butir soal tes two-tier Tahap Persiapan dan
Pelaksanaan
Identifikasi Miskonsepsi Pelaksaan tes two-tier
Kesimpulan
Uji reliabilitas soal tes two-tier Perhitungan CVR setiap butir soal CVR < 0,99
Butir soal ditolak
CVR > 0,99
Butir soal diterima
Tahap analisis data
Tahapan penelitian secara umum terdiri dari tiga tahap utama, yaitu tahap
pendahuluan, tahap perencanaan dan pelaksanaan, serta tahap analisis data.
1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan, penelitian melakukan penelusuran studi literatur
dan wawancara kebutuhan guru di sekolah. Penelusuran studi literatur dilakukan
untuk memperoleh informasi mengenai tes diagnostik dan pengembangannya, tes
two-tier, miskonsepsi, materi larutan penyangga dan SKKD yang berlaku di
sekolah yang sesuai dengan KTSP 2006. Materi larutan penyangga terdapat pada
SK 4 yaitu “Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan
penerapannya” dan KD 4.4 yaitu “Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan
peranan larutan penyangga dalam tubuh manusia” untuk kelas XI semester 2.
Wawancara kebutuhan guru dilakukan untuk mengetahui ketersediaan
instrumen tes diagnostik yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Setelah dilakukan wawancara, pada umumnya guru di sekolah tidak memiliki
instrumen tes diagnostik yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa,
sehingga perlu dilakukan pengembangan instrumen tes two-tier terlebih dahulu.
2. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan
Persiapan dan pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga langkah
utama untuk menyusun dan melaksanakan tes two-tier yaitu, wawancara dan tes
essay, tes pilihan ganda beralasan bebas serta tes two-tier.
a. Wawancara dan Tes Essay
Sebelum dilakukan wawancara dan tes essay, panduan wawancara dan
soal tes essay disusun terlebih dahulu berdasarkan SKKD materi larutan
35
Tes essay dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara. Hal ini bertujuan
agar siswa yang kurang mampu berkomunikasi secara lisan dapat menuangkan
pemahaman materi larutan penyangga dalam bentuk tes tulis. Siswa yang
disertakan dalam tes essay sekitar 33 orang. Dari hasil tes essay ini, jawaban
siswa yang mengandung miskonsepsi juga digunakan sebagai pengecoh pada tes
pilihan ganda.
b. Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas
Tes pilihan ganda beralasan bebas disusun berdasarkan miskonsepsi siswa
yang dihimpun dari hasil wawancara dan tes essay serta miskonsepsi yang
diperoleh berdasarkan hasil studi literatur. Miskonsepsi tersebut digunakan
sebagai pilihan pengecoh pada tes pilihan ganda beralasan bebas. Soal pilihan
ganda beralasan bebas ini divalidasi terlebih dahulu oleh dosen pembimbing.
Pada tes ini, siswa diharuskan memilih satu jawaban yang paling tepat
kemudian menjelaskan alasannya memilih jawaban tersebut. Siswa yang
diikusertakan dalam tes pilihan ganda beralasan bebas ini terdiri dari 29 siswa.
c. Tes Two-Tier
Pada tahap penyusunan tes two-tier, miskonsepsi siswa yang dihimpun
dari studi literatur, tes wawancara, tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas
diolah soal tes two-tier. Miskonsepsi tersebut kemudian disusun menjadi pilihan
pada pilihan ganda tier pertama soal tes two-tier dan alasan pada tier kedua soal
tes two-tier. Dengan demikian, draft soal tes two-tier telah tersusun.
Jadi, secara umum penyusunan tes two-tier dirangkum dalam bagan
Gambar 3.2 Bagan contoh cara penyusunan instrumen tes two-tier
Berdasarkan bagan di atas, secara umum langkah penyusunan tes two-tier
diawali dengan dilakukan wawancara dan tes essay untuk menjaring miskonsepsi
berdasarkan jawaban siswa kemudian miskonsepsi tersebut digunakan sebagai
opsi pada tier pertama soal tes two-tier. Pada tahap selanjutnya dilakukan tes
pilihan ganda beralasan bebas untuk memperoleh miskonsepsi yang terdapat pada
alasan dari jawaban siswa. Miskonsepsi pada alasan jawaban siswa tersebut
digunakan sebagai opsi pengecoh pada tier kedua soal tes two-tier. Dengan
demikian soal tes two-tier dapat disusun.
Soal tes two-tier yang dikembangkan sebanyak 18 soal. Soal tes two-tier
ini divalidasi oleh beberapa ahli. Validasi isi dilakukan oleh 5 orang dosen
pendidikan kimia (2 dosen pembimbing, 2 dosen ahli evaluasi pendidikan dan 1 Campuran 100 mL larutan asam cuka 0,1
M dan 50 mL larutan natrium hidroksida 0,1 M jika ke dalamnya ditambahkan 1 mL larutan HCl 0,1 M, maka pH campuran
larutan …
a. berubah semakin asam
b. berubah menjadi netral
c. relatif tetap
d. tidak berubah
Alasan
1) HCl merupakan asam
2) HCl tidak mempengaruhi pH larutan
3) larutan tersebut bukan larutan
penyangga
4) larutan tersebut merupakan larutan
penyangga
Tier pertama disusun berdasarkan miskonsepsi yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan tes essay mengenai sifat larutan penyangga.
Tier kedua disusun
37
soal telah reliabel, selanjutnya soal tes two-tier siap untuk diterapkan pada uji
coba terbatas.
3. Tahap Analisis Data
Soal tes two-tier diujikan terhadap siswa yang telah mempelajari materi
larutan penyangga. Siswa yang mengikuti tes two-tier adalah 25 orang. Hasil dari
tes two-tier tersebut diinterpretasi sehingga diperoleh miskonsepsi-miskonsepsi
siswa dalam materi larutan penyangga berdasarkan hasil tes two-tier.
F. Teknik Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Data Hasil Wawancara dan Tes Essay
Pengolahan data hasil wawancara dan tes essay dilakukan sebagai berikut:
a. Mencatat hasil wawancara.
b. Menganalisis hasil wawancara.
c. Mencatat hasil tes essay.
d. Menganalisis hasil tes essay.
e. Menyusun hasil wawancara dan hasil tes essay menjadi pilihan pada soal pilihan
ganda beralasan bebas.
f. Validasi soal pilihan ganda beralasan bebas.
2. Data Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas
Pengolahan data untuk tes pilihan ganda beralasan bebas sebagai berikut:
a. Mencatat hasil tes pilihan ganda beralasan bebas.
b. Menganalisis hasil tes pilihan ganda beralasan bebas.
c. Menyusun alasan yang dijawab oleh siswa sebagai pilihan tier kedua pada soal tes
3. Uji Butir Soal Tes Two-Tier
Butir soal tes two-tier diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya.
a. Validitas
Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut. Dengan kata lain,
validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya (Firman,
2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis validitas isi
yaitu content validity ratio atau CVR.
Sebelum dilakukan perhitungan nilai CVR, setiap butir soal two-tier yang
telah disusun dinilai oleh ahli apabila seorang ahli menyatakan butir soal tersebut
valid maka butir soal tersebut diberi bobot 1 dan jika tidak valid maka bobot butir
soal tersebut 0. Selanjutnya, nilai CVR masing-masing butir soal dihitung.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal
Kriteria Bobot
Valid 1
Tidak Valid 0
CVR dihitung berdasarkan rumus berikut :
ne = jumlah validator yang menyatakan valid
N = jumlah keseluruhan validator
(Lawshe, 1975)
Keterangan :
1) Jika jumlah validator yang menyatakan valid kurang dari ½ jumlah keseluruhan
39
Jumlah validator yang disertakan untuk memvalidasi soal tes two-tier
adalah 7 orang. Menurut Lawshe (1975) apabila validator yang disertakan
berjumlah 7 orang, maka nilai minimum CVR soal yang diterima adalah 0,99.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan
pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda (Arifin,
2013). Uji reabilitas soal yang digunakan adalah teknik Kuder-Richardson atau
Kr20. Teknik ini dipilih karena cocok untuk tes yang menggunakan soal dua
pilihan dengan salah satu jawaban benar (Arifin, 2013).
Sebelum dilakukan perhitungan nilai reliabilitas instrumen tes two-tier,
setiap jawaban siswa diberi skor terlebih dahulu. Apabila siswa menjawab kedua
tier pada setiap soal, maka akan mendapat skor 1, namun apabila salah satu tier
atau kedua tier salah, maka mendapat skor 0.
Untuk menghitung reliabilitas, digunakan persamaan Kr20 sebagai
berikut:
∑
(Arifin, 2013)
Keterangan :
p = proporsi jumlah siswa yang menjawab betul
q = 1 p
∑ ∑
k = jumlah butir soal
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Reliabilitas Soal
Koefisien Reliabilitas Tafsiran 0,81 – 1, 00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
4. Data Hasil Tes Two-Tier
Tüysüz (2009) menjelaskan suatu butir soal tes two-tier dinyatakan benar
apabila jawaban dan pilihan alasan siswa benar. Dengan demikian, miskonsepsi
siswa dapat dianalisis berdasarkan jawaban yang diberikan siswa pada tes
two-tier. Apabila siswa menjawab benar pada pilihan ganda tier pertama maupun
pilihan alasan pada tier kedua maka siswa telah paham terhadap konsep tersebut,
namun apabila jawaban dan atau alasan siswa salah, maka dilakukan analisis pada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh
beberapa kesimpulan yang dirangkum berdasarkan rumusan masalah penelitian
yang telah disusun sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji coba soal tes two-tier secara umum diperoleh
miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga, yaitu :
a. Larutan penyangga selalu dapat mempertahankan pH terhadap
penambahan asam, basa maupun pengenceran.
b. Campuran larutan asam lemah dan basa kuat selalu dapat membentuk
larutan penyangga.
c. Campuran larutan asam lemah dan basa kuat berlebih dapat membentuk
larutan penyangga sehingga mampu mempertahankan pH larutan terhadap
penambahan sedikit asam, basa maupun pengenceran.
d. Campuran larutan asam lemah berlebih dan basa kuat tidak membentuk
larutan penyangga sehingga tidak mampu mempertahankan pH terhadap
penambahan sedikit asam, basa maupun pengenceran.
e. Tidak ada kesetimbangan reaksi yang terjadi pada sistem larutan
penyangga.
2. Setiap tahap pengembangan soal tes two-tier memiliki konstribusi dalam
mengidentifikasi miskonsepsi siswa sebagai rujukan dalam penyusunan soal
tes two-tier. Berdasarkan hasil wawancara dan tes essay, diperoleh
miskonsepsi siswa yang digunakan sebagai opsi pengecoh dalam tes pilihan
ganda berlasan bebas, sedangkan berdasarkan hasil tes pilihan ganda beralasan
bebas, diperoleh miskonsepsi yang digunakan sebagai opsi pengecoh untuk
alasan dalam tes two-tier. Dengan demikian, miskonsepsi yang diperoleh dari
wawancara dan tes essay digunakan sebagai opsi pengecoh untuk tier pertama,
sedangkan miskonsepsi yang diperoleh dari tes pilihan ganda beralasan bebas
77
3. Secara validitas, berdasarkan nilai CVR, terdapat 22 soal yang valid dari 24
soal yang divalidasi. Berdasarkan reliabilitas KR20, soal tes two-tier yang
dikembangkan memiliki nilai reliabilitas 0,72. dengan kriteria tinggi. Secara
keseluruhan soal tes two-tier yang disusun telah memenuhi kriteria baik
sehingga soal tes two-tier berfungsi dengan baik dan konsisten dalam
mengevaluasi pemahaman siswa.
B. SARAN
1. Pemilihan miskonsepsi sebagai pilihan alasan pada tier kedua (tier alasan)
sebaiknya menggunakan alasan yang lebih umum sehingga tidak
menimbulkan adanya pasangan opsi yang tidak bersesuaian satu sama lain.
2. Soal tes two-tier yang dikembangkan sebaiknya diujicobakan lebih dari satu
kali dan direvisi kembali hingga diperoleh kualitas soal tes two-tier yang lebih
baik lagi, baik dilihat dari segi validitas maupun reliabilitas.
3. Jumlah soal tes two-tier yang dikembangkan lebih banyak lagi agar dapat
mengukur setiap konsep dari materi larutan penyangga secara rinci.
4. Sebelum diterapkan, sebaiknya soal tes two-tier disesuaikan dengan
pembelajaran yang dilakukan di sekolah agar memiliki fungsi ganda, selain
digunakan untuk mengukur pemahaman siswa, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
5. Sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes two-tier pada setiap materi kimia
78
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Annisa, N. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice
Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Materi Hidrokarbon. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Anugrah, IR. (2013). Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa
Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti, L. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two–Tier Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Barke, H.D, Al-Hazari, dan Yitbarek, S. (2009). Misconception in Chemistry. Berlin: Springer.
Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F. dan Mocerino,M. (2007). “The Development of a Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation.” Chem. Educ. Res Practice, 8 (3), 293-307.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Dahlia, C. (2011). Analisis Kesulitan Pemahaman Materi Larutan Penyangga
pada Siswa Kelas XI Reguler dan Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Kudus.
Tesis Magister pada UNS: tidak diterbitkan.
Firman, H. (2000).Penilaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Lawshe, CH. (1975). “a Quantitative Approach to Content Validity”. Phrsonnhl Psychoi.Ogy. 28, 563-575.
Orgill, M.K dan Sutherland, A. (2008). “Undergraduate Chemistry Students’ Perceptions of and Misconceptions about Buffers and Buffer Problems.”
Chem. Ed. Res. Prac. 9, 131 – 142.
Purnamasari, R. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Three Mutiple
Choice Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: tidak
diterbitkan.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan . Jakarta: Kencana Predana Media.
Sumarna, O, Mulyani, S dan Hernani. (2006). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Bogor: Regina.
Sutresna, N. (2007). Buku Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Grafindo.
Tan, K.C.D., Goh N.K., Chia L.S., dan Treagust D.F. (2001). “Development and Application of a Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Students’ Understanding of Inorganic Qualitative Analysis”, J. Res. Sci. Teach. 39, (4), 283-301.
Tan, K.C.D. dan Treagust, D.F. (1999). “Evaluating Students' Understanding of Chemical Bonding”. Sch. Sci. Rev. 81, (294), 75-83.
Tan, K.D, Taber K., Goh N.K., dan Chia L.S.(2005). “The ionization energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to determine high school students’ understanding of ionisation energy.”
Chem. Educ. Res. Pract. 6, (4), 180-197.
80
Underwood, AL dan Day, RA.2002. Analisis Kimia Kuantitatif diterjemahkan oleh Simarmata L dan Hilarius Wibi H. Jakarta: Erlangga.
Whitten, Davis, Peck dan Stanley.(2004). General Chemistry 7th Edition [e-book]
Brodscole ISBN : 0534408605. Tersedia di : http://www.ebook3000.com.
Zakaria, E. (2007). Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematik. Kuala Lumpur: Prin-ad Sdn Bhd.