• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL

UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh

RIFA ROFIFAH

1100346

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Oleh

Rifa Rofifah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rifa Rofifah

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

RIFA ROFIFAH

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Harry Firman, M.Pd. NIP 195210081974121001

Pembimbing II

Dra. WiwiSiswaningsih, M.Si. NIP 19620301987032001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kimia

(4)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, atau disebut Tes Diagnostik Miskonsepsi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit (TDM-LENON). Penelitian ini menggunakan metode

Development and Validation. Pengembangan butir soal dilakukan dengan

mengadaptasi tahapan yang dikembangkan oleh Treagust. Validasi butir soal meliputi validitas isi dan reliabilitas. Berdasarkan validitas isi, 19 butir soal dinyatakan valid dengan nilai CVR (Content Validity Ratio) untuk masing-masing butir soal sebesar 1. Berdasarkan uji reliabilitas, diperoleh 18 soal yang secara keseluruhan memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,706 yang menunjukkan bahwa tes yang dikembangkan masuk ke dalam kategori dapat diterima. Butir soal yang telah memenuhi kriteria validitas isi dan reliabilitas diaplikasikan kepada 34 siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Berdasarkan hasil aplikasi tersebut, teridentifikasi miskonsepsi yang paling banyak dialami siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, yaitu: Elektrolit adalah zat yang dapat menghantarkan arus listrik (44,1%); Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena mengandung elektron-elektron bebas (38,2%); Semua elektrolit merupakan senyawa ion (64,7%); Senyawa ionik dalam larutannya akan terionisasi menjadi ion-ionnya. Sisi negatif dari molekul air (oksigen) berinteraksi dengan anion dan sisi positif dari molekul air (hidrogen) berinteraksi dengan kation (52,9%); Senyawa kovalen sangat polar jika dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna dan persamaan reaksinya dilambangkan dua arah (41,2%); Senyawa ionik dapat menghantarkan arus listrik dalam bentuk larutan saja (38,2%).

Kata kunci: miskonsepsi, larutan elektrolit dan nonelektrolit, tes diagnostik

(5)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This research aims to develop a two-tier diagnostic test based on pictorial that can identify misconceptions of electrolyte and nonelectrolyte solution, or called

Tes Diagnostik Miskonsepsi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit (TDM-LENON). This research uses Development and Validation Method. Development of item test adapts from stage of Treagust’s development. Validation of item test

include content validity and reliability. Based on content validity test, 19 item test is valid with a value of CVR (Content Validity Ratio) for each item test amount to 1. Based on reliability test, 18 item test were erned as a whole of item test has

0,706 Cronbach’s Alpha value which has category acceptable. Item test which

have met the criteria of content validity and reliability were applied to34 students grade 11 in one of senior high school in Bandung. The result of such application said that the most misconceptions widely experienced by students in electrolyte and nonelectrolyte solution is: Electrolyte is a substance that can conduct electricity (44,1%); Electrolyte solution can conduct electricity because it contains free electrons (38,2%); All of the electrolyte is ionic compound (64,7%); Ionic compound in its solution are ionized become ions. The negative side of water molecules (oxygen) interacts with anion and the positive of water molecules (hydrogen) interacts with cation (52,9%); A very polar of covalent compound if dissolved in water will ionize completely become its ions and the equation of the reaction represented by two-way () (41,2%); Ionic compound can conduct an electric current only in solution form (38,2%).

Key words: misconception, electrolyte and nonelectrolyte solutions, diagnostic

(6)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...4

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Tujuan Penelitian ...5

E. Manfaat Penelitian ...5

F. Definisi Istilah ...5

G. Struktur Organisasi Skripsi ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...7

A. Kajian Pustaka ...7

1. Miskonsepsi ...7

2. Tes Diagnostik Two-Tier ...8

3. Penggunaan Piktorial sebagai Alat Visualisasi dalam Kimia ...11

4. Pengembangan Tes ...12

5. Ruang Lingkup Materi Geometri Molekul ...15

6. Kajian Miskonsepsi pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ...24

B. Kerangka Pemikiran ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...29

(7)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ...29

C. Prosedur Penelitian ...30

1. Tahap Perencanaan ... 31

2. Tahap Pengembangan Butir Soal ...31

3. Tahap Validasi ...32

4. Tahap Aplikasi TDM-LENON ...33

D. Teknik Pengolahan Data ...33

1. Uji Validitas ...33

2. Uji Reliabilitas ...34

3. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi ...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ...36

1. Struktur Tes ...36

2. Validitas ...37

3. Reliabilitas ...38

4. Kunci Determinasi Miskonsepsi ...38

5. Miskonsepsi Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ... 73

B. Pembahasan ...102

1. Struktur Tes ...102

2. Kualitas Tes ...102

3. Temuan Miskonsepsi Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ...104

4. Kelebihan Penggunaan Piktorial pada tes ...105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...111

A. Kesimpulan ...111

B. Saran ...112

DAFTAR PUSTAKA ...113

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...117

(8)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai Minimum Content Validity Ratio (CVR) ...13

2.2 Kriteria Cronbachs’ Alpha untuk Menetapkan Konsistensi Internal Reliabilitas ... 15

2.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ...15

3.1 Kemungkinan Pola Respon Siswa ...34

4.1 Nilai CVR untuk Setiap Butir Soal yang Dikembangkan ...37

4.2 Butir Soal yang Disisihkan pada Perhitungan Uji Reliabilitas ...38

4.3 Kunci Determinasi Miskonsepsi Siswa ...40

4.4 Butir Soal tentang Konsep Pelarut ...73

4.5 Butir Soal tentang Konsep Zat Terlarut ...76

4.6 Butir Soal tentang Konsep Elektrolit (1) ...78

4.7 Butir Soal tentang Konsep Elektrolit (2) ...79

4.8 Butir Soal tentang Konsep Jenis Ikatan Kimia Senyawa Elektrolit ...81

4.9 Butir Soal tentang Konsep Disosiasi Senyawa Ionik ... 83

4.10 Butir Soal tentang Konsep Ionisasi Senyawa Kovalen (1) ...86

4.11 Butir Soal tentang Konsep Ionisasi Senyawa Kovalen (2) ...87

4.12 Butir Soal tentang Konsep Sifat Hantaran Senyawa Ionik ...90

4.13 Butir Soal tentang Konsep Daya Hantar Listrik Elektrolit (1) ...93

4.14 Butir Soal tentang Konsep Daya Hantar Listrik Elektrolit (2) ...94

4.15 Butir Soal tentang Konsep Larutan Nonelektrolit (1) ... 97

4.16 Butir Soal tentang Konsep Larutan Nonelektrolit (2) ... 98

4.17 Rangkuman Miskonsepsi Siswa yang Terungkap pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ... 99 4.18 Perbandingan Soal Naratif dan Soal Piktorial (1) ...106

4.19 Perbandingan Soal Naratif dan Soal Piktorial (2) ...107

4.20 Perbandingan Soal Naratif dan Soal Piktorial (3) ...108

4.21 Perbandingan Soal Naratif dan Soal Piktorial (4) ...109

(9)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Representasi Submikroskopik Larutan NaCl ...17

2.2 Representasi Submikroskopik Larutan HCl ...17

2.3 Representasi Submikroskopik Larutan NaOH ...18

2.4 Representasi Submikroskopik Larutan CH3COOH ...18

2.5 Larutan Nonelektrolit, Larutan Elektrolit Lemah dan Larutan Elektrolit Kuat ...20

2.6 Peta Konsep Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ...23

2.7 Model Mental Siswa pada Konsep Larutan ...24

2.8 Model Mental Siswa mengenai Larutan NaCl ...25

2.9 Model Mental Siswa mengenai Larutan KBr ...25

2.10 Kerangka Pemikiran ...28

3.1 Alur Penelitian ...30

3.2 Model Butir Soal TDM-LENON ... 32

4.1 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 2 tentang Konsep Pelarut ...74

4.2 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 2 tentang Konsep Pelarut ...74

4.3 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 3 tentang Konsep Zat Terlarut ...76

4.4 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 4 tentang Konsep Zat Terlarut ...76

4.5 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 5 tentang Konsep Elektrolit (1) ...79

4.6 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 6 tentang Konsep Elektrolit (2) ...80

4.7 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 7 tentang Konsep Jenis Ikatan Kimia pada Senyawa Elektrolit ...82

(10)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

4.9 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 9 tentang Konsep Disosiasi

Senyawa Ionik ...84

4.10 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 10 tentang Konsep

Disosiasi Senyawa Ionik ...84

4.11 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 11 tentang Konsep Ionisasi

Senyawa Kovalen (1) ...86

4.12 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 12 tentang Konsep Ionisasi

Senyawa Kovalen (2) ...87

4.13 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 13 tentang Konsep Sifat

Hantaran Senyawa Ionik ...91

4.14 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 14 tentang Konsep Sifat

Hantaran Senyawa Ionik ...91

4.15 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 15 tentang Konsep Daya

Hantar Listrik Elektrolit (1) ...94

4.16 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 16 tentang Konsep Daya

Hantar Listrik Elektrolit (2) ...95

4.17 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 17 tentang Konsep Larutan

Nonelektrolit (1) ...97

4.18 Persentase Jawaban Siswa pada Butir Soal 18 tentang Konsep Larutan

(11)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Pedoman Wawancara ...117

A.2 Format Validasi...120

A.3 Soal Uji Reliabilitas ...142

A.4 Kunci Jawaban Soal Uji Reliabilitas ...153

A.5 Soal TDM-LENON ...154

A.6 Kunci Jawaban Soal TDM-LENON ...165

LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Hasil Wawancara Siswa ...166

B.2 Rekapitulasi Hasil Validasi ...184

B.3 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas ...204

B.4 Rekapitulasi Aplikasi Produk ...212

LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Surat Izin Penelitian...218

C.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian...221

(12)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kimia merupakan subjek yang didasarkan pada konsep yang abstrak

sehingga sulit dipahami, terutama ketika siswa ditempatkan pada posisi untuk

mempercayai sesuatu tanpa melihat (believe without seeing) (Stojanovska,

Petrusevski, Soptrajanov, 2014, hlm. 37). Pemahaman konsep merupakan hal

yang penting dalam pembelajaran kimia. Pemahaman konsep yang benar

merupakan landasan yang memungkinkan terbentuknya pemahaman yang benar

terhadap konsep-konsep lain yang lebih kompleks (Kean dan Middlecamp,1985,

hlm. 5).

Menurut Chiu (2005, hlm. 1) dalam mempelajari konsep kimia siswa tidak

hanya dituntut untuk memahami simbol-simbol, terminologi dan teori, tetapi

mereka juga dituntut untuk bisa mentransformasikan berbagai instruksional yang

diberikan guru dalam pembelajaran kimia menjadi representasi yang bermakna.

Johnstone (2000, hlm. 11) menyatakan bahwa kimia terdiri dari tiga level

representasi, yaitu (a) makroskopis (segala sesuatu yang dapat dilihat, diraba dan

dirasakan), (b) submikroskopis (atom, molekul, ion dan struktur) dan (c) simbolik

(simbol-simbol, rumus-rumus, persamaan matematis, grafik, struktur molekular,

diagram dll). Untuk memahami suatu konsep kimia, maka siswa perlu menguasai

ketiga level tersebut.

Studi empiris yang dilakukan Ben-Zvi dan Silberstein (dalam Wu, Krajcik

dan Soloway, 2001, hlm. 821) menunjukkan bahwa siswa sering mengalami

kesulitan dalam memahami konsep kimia pada level submikroskopik dan

simbolik karena representasi tersebut bersifat abstrak, sedangkan pemikiran siswa

sangat bergantung pada informasi sensorik. Siswa sering mengalami kesulitan

dalam menghubungkan apa yang mereka amati secara makroskopik dengan

perilaku partikel dalam tingkat molekuler, seperti pada konsep larutan elektrolit

dan nonelektrolit yaitu ketika senyawa ionik dilarutkan dalam air, banyak siswa

berpandangan bahwa senyawa tersebut dalam larutannya akan terdisosiasi

(13)

2

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat menghantarkan listrik karena dalam larutannya terdapat spesi berupa atom

logam (Naah, 2012, hlm. 8). Pemahaman konsep yang tidak benar dapat

menimbulkan miskonsepsi pada siswa.

Miskonsepsi merupakan pemahaman konsep siswa yang tidak sesuai dengan

pandangan masyarakat ilmiah dan pemahaman yang salah tersebut digunakan oleh

siswa secara konsisten (Nakhleh, 1992, hlm. 191). Salah satu yang menjadi

penyebab miskonsepsi siswa menurut Barke, Hazari dan Yitbarek (2009, hlm. 27)

yaitu karena siswa seringkali tidak melihat hubungan diantara ketiga level

representasi kimia. Siswa cenderung membangun sendiri konsep alternatif dalam

otak mereka yang menyebabkan konsep atau citra visual yang mereka miliki

menjadi salah, sehingga dapat mengganggu kemampuan siswa dalam memahami

konsep yang benar (Modic, 2011, hlm. 11).

Analisis kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep kimia

umumnya bisa dilihat berdasarkan uraian siswa pada tes yang berupa essay,

namun diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengidentifikasi kesulitan setiap

siswa, sedangkan waktu efektif yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar

sangat terbatas. Pengembangan instrumen tes yang tidak hanya mampu mengukur

kedalaman pemahaman siswa namun dapat juga mengidentifikasi miskonsepsi

siswa dalam materi kimia dibutuhkan. Dengan demikian, perlu dikembangkan

suatu tes diagnostik.

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah

atau kesulitan yang dialami siswa untuk merencanakan tindak lanjut berupa

upaya-upaya pemecahan masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi

(Depdiknas, 2007, hlm. 2). Salah satu jenis tes yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa adalah tes diagnostik two-tier yang pertama

kali dikembangkan oleh Treagust pada tahun 1988. Tes diagnostik two-tier

merupakan tes pilihan ganda yang dikembangkan dalam dua tingkatan (tier)

dengan tier pertama berisi sejumlah pilihan jawaban dan tier kedua berisi

sejumlah pilihan alasan yang mengacu pada jawaban dari tier pertama (Treagust,

2006, hlm. 3). Tes diagnostik two-tier ini memiliki keunggulan, yaitu mudah

dilaksanakan dan mudah dalam pemberian skor (Tan dan Treagust, 1999, hlm.

(14)

3

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tes diagnostik two-tier

telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, misalnya pada

materi ikatan kovalen dan strukturnya (Peterson dan Treagust, 1989), ikatan kimia

(Tan dan Treagust, 1999), energi ionisasi (Tan dkk., 2005), reaksi kimia

(Chandrasegaran dkk., 2007), pemisahan materi (Tüysüz, 2009), kelarutan dan

hasil kali kelarutan (Purnamasari, 2012), hidrokarbon (Annisa, 2013), gaya

antarmolekul (Nuraeni, 2014), larutan elektrolit dan nonelektrolit (Susanti, 2014).

Sejauh ini instrumen tes diagnostik two-tier yang telah dikembangkan sebagian

besar berupa naratif. Kekurangan dari tes yang berupa naratif ini yaitu kurang

efektif jika digunakan untuk menjelaskan fenomena kimia yang didasarkan pada

aktivitas partikel yang „tidak terlihat‟ (submikroskopis). Pemahaman fenomena

kimia secara menyeluruh dapat diperoleh ketika ketiga level representasi kimia

dipahami satu sama lain dan hal tersebut dapat didukung oleh visualisasi dalam

bentuk gambar.

Piktorial berasal dari kata “picture” yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dituangkan dalam bentuk gambar (Tavassoli, 2013, hlm. 553).

Davetak dkk (2004, hlm. 800) menyatakan bahwa buku teks kimia terkini telah

memvisualisasikan proses kimia dengan bentuk piktorial sebagai salah satu

bentuk representasi dan beberapa guru juga mengikutsertakan presentasi secara

visual pada konsep kimia baik selama pembelajaran maupun evaluasi.

Penggunaan piktorial memberikan beberapa kelebihan, yaitu informasi yang

diperoleh menjadi lebih konkret, padat dan ringkas, lebih terfokus, koheren atau

logis, lebih mudah dipahami, dapat menjelaskan suatu proses lebih mendalam,

serta dapat membantu siswa dalam memahami penjelasan ilmiah (Carney dan

Levin, 2002, hlm. 10). Penggunaan piktorial atau gambar pada soal tes diagnostik

two-tier diharapkan dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa lebih dalam.

Larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu materi yang

dianggap sulit oleh siswa. Untuk memahami materi ini diperlukan pemahaman

makroskopis, submikroskopis dan simbolik (Tien, Teichert dan Rickey, 2007,

hlm. 175). Penelitian tentang miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit penting untuk dilakukan. Hal itu dikarenakan konsep mengenai

(15)

4

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sebenarnya terjadi pada reaksi kimia dalam larutan mengingat banyak reaksi

kimia yang melibatkan ion-ion dalam larutan. Untuk menjelaskan fenomena kimia

yang terjadi dalam larutan diperlukan penggambaran secara makroskopis

menggunakan ilustrasi atau gambar, sehingga bentuk tes piktorial dapat

diterapkan pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Berdasarkan persoalan tersebut, peneliti memandang perlu dan penting untuk melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier berbasis Piktorial untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Larutan

Elektrolit dan Nonelektrolit” sehingga diperoleh gambaran tentang miskonsepsi

apa saja yang dialami siswa pada materi tersebut dan sesegera mungkin dapat

dilakukan tindakan untuk mengatasinya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, telah ada penelitian yang

mengembangkan tes diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada

materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Akan tetapi, tes tersebut sebagian besar

berupa naratif sehingga kurang efektif jika digunakan untuk menjelaskan fenomena kimia yang didasarkan pada aktivitas partikel yang „tidak terlihat‟(submikroskopis). Pemahaman fenomena kimia secara menyeluruh dapat diperoleh ketika ketiga level representasi kimia dipahami satu sama lain dan hal

tersebut dapat didukung oleh visualisasi dalam bentuk gambar. Oleh karena itu,

penelitian dalam rangka mengembangkan tes diagnostik two-tier berbasis piktorial

untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit perlu dilakukan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Seberapa jauh tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dikembangkan memenuhi kriteria

validitas dan reliabilitas serta mampu mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit?”

Untuk mendapatkan penelitian yang lebih terarah maka rumusan masalah

diuraikan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

(1) Apakah tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dikembangkan pada

materi larutan elektrolit dan nonelektrolit memenuhi kriteria baik dilihat dari

(16)

5

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2) Apa saja miskonsepsi siswa yang dapat diidentifikasi melalui tes diagnostik

two-tier berbasis piktorial pada materi larutan elektrolit dan nonelektolit?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini

yaitu tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dikembangkan hanya

mencakup konsep pelarut, zat terlarut, elektrolit, jenis ikatan kimia senyawa

elektrolit, disosasi senyawa ion, ionisasi senyawa kovalen, sifat hantaran senyawa

ion, daya hantar listrik larutan elektrolit serta nonelektrolit. Adapun bentuk

piktorial yang berupa gambar hanya terdapat pada tier pertama.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan tes diagnostik two-tier

berbasis piktorial yang memenuhi kriteria yang baik dilihat dari validitas isi dan

reliabilitas, serta dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang

berarti bagi pihak-pihak dalam dunia pendidikan, di antaranya:

(1) Untuk keperluan praktis, dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam memahami materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit.

(2) Untuk keperluan teori, sebagai bahan referensi untuk mengadakan penelitian

lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini ataupun melakukan

pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier berbasis piktorial lainnya.

F. Definisi Istilah

(1) Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah

atau kesulitan yang dialami siswa untuk merencanakan tindak lanjut berupa

upaya-upaya pemecahan masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi

(Depdiknas, 2007, hlm. 2).

(2) Tes two-tier merupakan tes pilihan ganda yang dikembangkan dalam dua

(17)

6

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedua berisi sejumlah pilihan alasan yang mengacu pada jawaban dari tier

pertama. (Treagust, 2006, hlm. 3).

(3) Miskonsepsi merupakan pemahaman konsep siswa yang tidak sesuai dengan

pandangan masyarakat ilmiah dan pemahaman yang salah tersebut

digunakan oleh siswa secara konsisten (Nakhleh, 1992, hlm. 191).

(4) Piktorial berasal dari kata “picture” yang dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang dituangkan dalam bentuk gambar (Tavassoli, 2013, hlm. 553).

(5) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu

mengukur apa yang hendak diukur (Simamora, 2002, hlm. 58).

(6) Reliabilitas (keterandalan) adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur

memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang

kemampuan seseorang (Firman, 2013, hlm. 42).

G. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini disusun secara sistematis

yang terdiri atas lima bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka dan

kerangka pemikiran, bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian dan

pembahasan, dan bab V kesimpulan dan saran.

Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan

rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi skripsi. Bab II terdiri dari kajian pustaka dan kerangka

penelitian. Kajian pustaka terdiri dari miskonsepsi, tes diagnostik two-tier,

penggunaan piktorial sebagai alat visualisasi dalam kimia, pengembangan tes,

ruang lingkup materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, kajian miskonsepsi pada

materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Bab III metodologi penelitian terdiri

dari metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian dan

teknik pengolahan data. Bab IV terdiri dari dua bagian, yaitu hasil penelitian dan

pembahasan. Bab V terdiri dari simpulan dari hasil penelitian yang telah

(18)

7

(19)

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Development and Validation, yaitu

metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan butir soal untuk

merancang tes yang diinginkan yang melewati proses validasi. Validasi

merupakan proses investigasi yang dilakukan dalam mengembangkan butir soal,

sehingga setiap butir dapat mengukur apa yang hendak diukur (Haladyna dan

Rodriguez, 2013, hlm. 3-4).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Kartika XIX-2 Bandung yang melibatkan 6

siswa untuk tahap wawancara dan SMAN 2 Cimahi yang melibatkan 73 siswa

untuk uji reliabilitas. Kemudian penelitian ini dilanjutkan di SMAN 4 Bandung

yang melibatkan 34 siswa untuk aplikasi tes. Objek penelitian berupa tes

diagnostik two-tier berbasis piktorial untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Tes diagnostik yang dikembangkan terdiri dari 18 soal, dengan tier pertama terdiri

dari empat pilihan jawaban dan tier kedua terdiri dari empat pilihan alasan.

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas X yang telah mempelajari materi

(20)

30

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar tahapan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Pengumpulan informasi T ah ap P er en ca n aa n T ah ap P en g em b an g an B u ti r S o al T ah ap V al id as i T ah ap A p li k as i T D M -L E N O N Revisi Analisis miskonsepsi berdasarkan literatur

tentang miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dari penelitian yang

telah ada sebelumnya dan wawancara. Studi kepustakaan tentang tes diagnostik, miskonsepsi, tes two-tier, tes piktorial, materi

larutan elektrolit dan nonelektrolit dan pembuatan peta konsep

Desain produk (penyusunan TDM-LENON)

Aplikasi TDM-LENON

(21)

31

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan penelitian secara umum dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1)

tahap perencanaan, (2) tahap pengembangan butir soal, (3) tahap validasi, (4)

tahap aplikasi TDM-LENON. Penjelasan lebih rinci mengenai tahap-tahap

tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Tahap paling penting ini dimulai dengan perumusan tujuan tes yang

dikembangkan. Pernyataan tujuan harus mencakup spesifikasi dari domain area

serta sasaran yang dituju.

2. Tahap Pengembangan Butir Soal

Pengembangan butir soal pada penelitian ini mengadaptasi dan

memodifikasi tahapan pengembangan tes diagnostik two-tier yang dilakukan

Chandrasegaran dkk. (2007, hlm. 296-299) dengan berpedoman pada tahapan

yang diusulkan Treagust (1986), yaitu (1) penentuan isi materi, (2) tahap

pengumpulan data miskonsepsi siswa, dan (3) tahap pengembangan

TDM-LENON.

Pada tahap pertama, dilakukan kajian pustaka mengenai materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan silabus untuk memperoleh konsep-konsep

pada materi terkait yang kemudian dikembangkan menjadi peta konsep. Tahap

selanjutnya, dilakukan pengumpulan data miskonsepsi siswa melalui kajian

literatur dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk melengkapi dan

mengkonfirmasi temuan miskonsepsi dari penelitian-penelitian yang telah ada

sebelumnya. Tahap terakhir, yaitu pengembangan TDM-LENON.

Butir soal yang dikembangkan terdiri dari dua tier, yaitu tier pertama terdiri

dari empat pilihan jawaban dan tier kedua terdiri dari empat pilihan alasan.

Pilihan jawaban pada tier pertama berasal dari hasil identifikasi isi materi yang

berhubungan dengan konsep yang dipelajari, sedangkan pilihan alasan pada tier

kedua adalah jawaban yang sesuai dengan pendapat para ahli dan miskonsepsi

siswa sebagai distraktor yang diperoleh dari kajian literatur dan wawancara.

(22)

32

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Model Butir Soal TDM-LENON

3. Tahap Validasi

Tahap validasi yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya melakukan

uji validitas isi dan reliabilitas terhadap butir soal TDM-LENON serta

penyusunan kunci determinasi miskonsepsi. Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

a. Validitas Isi

Butir soal yang telah dikembangkan, divalidasi oleh para ahli. Validasi yang

dilakukan adalah validitas isi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian

antara butir-butir soal dengan miskonsepsi. Butir soal dikatakan valid jika butir

soal yang dikembangkan secara tepat dapat mengidentifikasi miskonsepsi.

b. Reliabilitas

Butir soal yang telah dinyatakan valid dan diperbaiki berdasarkan saran yang

diberikan oleh validator, diujikan kepada sejumlah siswa untuk mengetahui nilai

reliabilitasnya. Agar diperoleh nilai reliabilitas keseluruhan butir soal dengan

kategori tinggi, maka dilakukan pemilihan terhadap butir-butir soal yang memiliki

Diantara larutan berikut ini yang dapat

membuat lampu menyala terang adalah …

A. larutan CH3OH

B. larutan NaCl

C. larutan H3PO4

D. larutan CH3COOH

STEM

Opsi Tingkat Pertama

Berasal dari analisis dan kajian literatur materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit

Alasannya ialah ….

1. larutan elektrolit kuat mengandung sedikit ion

2. elektrolit kuat tidak mengalami ionisasi dalam

larutannya

3. larutan elektrolit kuat mengandung banyak ion

4. elektrolit kuat mengalami ionisasi sebagian

dalam larutannya

Opsi Tingkat Kedua

(23)

33

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai korelasi item total yang rendah, yang dapat menyebabkan rendahnya nilai uji

reliabilitas.

c. Penyusunan Kunci Determinasi

Untuk memudahkan pengidentifikasian miskonsepsi siswa pada materi

larutan elektrolit dan nonelektrolit, butir soal yang telah memenuhi kriteria baik

dari segi validitas isi maupun reliabilitasnya kemudian disusun menjadi suatu

kunci determinasi berdasarkan pola respon siswa.

4. Tahap Aplikasi TDM-LENON

TDM-LENON yang telah dikembangkan, diaplikasikan kepada siswa SMA

yang telah mempelajari materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hasil aplikasi

TDM-LENON selanjutnya diolah dan dianalisis setiap butir soalnya yang

kemudian dideskripsikan sebagai pola respon siswa. Analisis tersebut mengacu

pada kunci determinasi miskonsepsi yang telah disusun. Berdasarkan analisis

tersebut, maka dapat diketahui siswa yang mengalami miskonsepsi atau tidak.

Selain itu, dapat diketahui pula gambaran miskonsepsi apa saja yang dialami

siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

D. Teknik Pengolahan Data

Untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dilakukan

pengolahan data dan analisis terhadap tes yang dikembangkan. Pengolahan data

tesebut meliputi, uji validitas, uji reliabilitas serta perhitungan persentase siswa

yang mengalami miskonsepsi.

1. Uji Validitas

Validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Untuk menganalisis hasil

pertimbangan para ahli digunakan teknik CVR yang dikemukakan oleh Lawshe

(1975). Persamaan untuk menghitung CVR masing-masing butir soal, yaitu:

Keterangan:

CVR = rasio validitas isi

ne = jumlah panelis yang memberikan penilaian “valid”

(24)

34

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil perhitungan nilai CVR tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai

minimum CVR yang tercantum pada Tabel 2.1. Berdasarkan tabel tersebut, untuk

jumlah validator sebanyak lima, maka nilai minimum CVR untuk setiap butir soal

adalah 0,99. Dengan demikian, butir soal dinyatakan valid atau memenuhi kriteria

validitas isi jika nilai CVR > 0,99 dan butir soal dinyatakan tidak valid atau tidak

memenuhi validitas isi jika nilai CVR < 0,99.

Setelah diperoleh nilai CVR, dilakukan penentuan nilai CVI (Content

Validity Index). CVI dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana konten

mempresentasikan domain. Dalam hal ini, konten adalah instumen, sementara

domain adalah konsep yang hendak diukur. Berikut merupakan persamaan untuk

menghitung CVI.

2. Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini, program SPSS versi 16.0 digunakan untuk menganalisis nilai reliabilitas keseluruhan butir soal dengan Cronbach’s Alpha sebagai indeks reliabilitasnya. Butir soal diberi skor 1 jika jawaban siswa pada kedua tier benar

dan diberi skor 0 jika jawaban siswa pada salah satu atau kedua tier salah.

Perolehan skor tersebut kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 16.0 dan

ditafsirkan menggunakan kriteria penilaian reliabilitas yang ada pada Tabel 2.2.

3. Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi

Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal two-tier kemudian dilakukan

pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola respon siswa

menggunakan format seperti berikut.

Tabel 3.1 Kemungkinan Pola Respon Siswa Soal

(%) Jawaban siswa

untuk setiap pola respon

A.1 A.2 A.3 A.4 A.5

B.1 B.2 B.3 B.4 B.5

C.1 C.2 C.3 C.4 C.5

D.1 D.2 D.3 D.4 D.5

E.1 E.2 E.3 E.4 E.5

(25)

35

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setiap pola respon menunjukkan apakah siswa tersebut mengalami

miskonsepsi atau tidak. Masing-masing pola respon kemudian dihitung dalam

bentuk persentasenya, dengan cara sebagai berikut.

X 100 %

Keterangan :

KTP = % kriteria nilai persen

N = jumlah seluruh siswa

X = jumlah siswa yang menjawab

Miskonsepsi dikatakan signifikan jika ditemukan setidaknya 10% dari jumlah

(26)

113

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(1) Tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dikembangkan memenuhi

kriteria berdasarkan validitas isi dan reliabilitas. Berdasarkan validitas isi, 19

butir soal dinyatakan valid dengan nilai CVR (Content Validity Ratio) untuk

masing-masing butir soal sebesar 1. Keseluruhan butir soal yang

dikembangkan dapat mempresentasikan konsep yang diujikan berdasarkan

perolehan nilai CVI (Content Validity Index). Berdasarkan kriteria reliabilitas,

dari 19 soal yang memenuhi kriteria validitas isi, diperoleh 18 soal yang

secara keseluruhan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,706. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa tes yang dikembangkan masuk ke dalam kategori dapat

diterima.

(2) Miskonsepsi siswa SMA pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang

teridentifikasi dengan menggunakan TDM-LENON dan kunci determinasi di

antaranya sebagai berikut: Elektrolit adalah zat yang dapat menghantarkan

arus listrik; Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena

mengandung elektron-elektron bebas; Semua elektrolit merupakan senyawa

ion; Senyawa ionik dalam larutannya akan terionisasi menjadi ion-ionnya. Sisi

negatif dari molekul air (oksigen) berinteraksi dengan anion dan sisi positif

dari molekul air (hidrogen) berinteraksi dengan kation; Senyawa kovalen

sangat polar jika dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna dan

persamaan reaksinya dilambangkan dua arah; Senyawa ionik dapat

(27)

113

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Guru disarankan menggunakan tes diagnostik two-tier berbasis piktorial

untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa mengingat bahwa keberadaan

gambar dapat membantu siswa dalam memahami masalah dalam soal

khususnya pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sekaligus dapat

memberikan gambaran tentang representasi mental mereka sehingga

miskonsepsi yang diungkap lebih mendalam dan sesegera mungkin dapat

dilakukan remediasi.

2. Temuan miskonsepsi-miskonsepsi pada penelitian ini perlu menjadi

pertimbangan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

3. Sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes diagnostik two-tier berbasis

(28)

114

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Annisa, N. (2013). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas X pada materi hidrokarbon.

(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Barke, H.D., Al-Hazari, dan Yitbarek, S. (2009). Misconception in chemistry. Berlin: Springer.

Berg, van den E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

Calik, M. dan Ayas, A. (2005). A cross study on the understanding of chemical solutions and their components. International Education Journal. 6 (1), hlm. 30-41.

Carney, R.N., Levin, J.R. (2002). Pictorial illustrations still improve students’ learning from text. Educational Psychology Review, 14 (1), hlm. 5-26.

Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F., Mocerino, M. (2007). The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and

Practice, 8 (3), hlm. 293-307.

Chang, R. (2005). Kimia dasar, konsep-konsep inti. Edisi Ketiga Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

Chiu, M.H. (2004). A National Survey of Students’ Conceptions in Chemistry in Taiwan. Chemical Education International, 6 (1), hlm. 1.

Cronbach, L.J., (1951). Coefficient alpha and the internal structure of tests.

Psuchometrika, 16 (3), hlm. 297-334.

Davetak, I., Urbancic, M., Grm, K.T.S., Krnel, D. (2004). Submicroscopic representations as a tool for evaluating students’ chemical conceptions. Acta

Chim, 51, hlm. 799-814.

Davetak, I., Vogrinc, J., Glazar, A., (2008). Assessing 16-year-old students’ understanding of aqueous solution at submicroscopic level. Springer. 39 (1), hlm. 157-179.

Depdiknas. (2007). Tes diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

(29)

115

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fung, K. (2010). The initial development and content validity of an asperger’s

syndrome self-screening instrument for adults. (Tesis). Master of Education

University of Saskatchewan, Saskatoon.

GCSE Chemistry 5CH2H 01. (2012). Examiners’ report. Pearson Education. 2 (1), hlm. 1-52.

Gliem, J.A. dan Gliem, R.R. (2003). Calculating, interpreting, and reporting cronbach’s alpha reliability coefficient for likert-type scales. Midwest

Research to Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education, hlm. 82-88.

Haladyna, T.M., & Rodriguez, M.C. (2013). Developing and Validating Test

Items [e-book]. Tersedia di: http://books.google.co.id? uL5BQPFO3MC&oi=fnd&pg=PP2&dq=developing+and+validating+item+ test+haladyna&ots=iCcQQLtqGj&sig=lR8AuCAGsGfYZOjUBkO8PAJ90y g&redir_esc=y#v=onepage&q=developing%20and%20validating%20item %20test%20haladyna&f=false . [3 Juli 2015]

Jansoon, N., Coll, R.K., Somsook, E. (2009). Understanding mental models of dilution in Thai students. International Journal of Environmental & Science

Education, 4 (2), hlm. 147-168.

Johari, J.M.C. dan Rachmawati, M. (2007). Kimia SMA dan MA untuk kelas X. Jakarta: Erlangga.

Johnstone, A.H. (2000). Teaching of chemistry – logical or psychological.

Chemistry Education:Research and Practice in Europe, 1 (1), 9-15.

Kean, E., Middlecamp, C. 1985. Panduan belajar kimia dasar. Jakarta: Gramedia.

Lawshe, C.H. (1975). A quantitative approach to content validity. Personel

Psycology. 28, hlm.563-573.

Makmun A. S. (2001). Psikologi kependidikan, perangkat sistem pengajaran

modul. Bandung: PT Rosdakarya.

Modic, A.L. (2011). Student misconception-identifying and reformulating what

they bring to chemistry table. (Tesis). Master of Science, Montana

University, Bozeman.

Naah, B.M. (2012). Identifying students' misconceptions in writing balanced

(30)

116

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nakhleh, M. B. (1992). Why some students don’t learn chemistry. Journal of Chemistry Education, 80 (11), hlm. 191-196.

Nuraeni, J. (2014). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi gaya antarmolekul.

(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Osman, K. dan Sukor, N.S. (2013). Conceptual understanding in secondary school chemistry: A discussion of the difficulties experienced by students.

American Journal Applied Science, 10 (5), hlm. 433-441.

Peterson, R.F., Treagust, D.F. dan Garnett P.J. (1989). Development and application of a diagnostic instrument to evaluate grade 11 & 12 students’ concepts of covalent bonding and structure after a course of instruction.

Journal of Research in Science Teaching, 26, hlm. 301-314.

Purnamasari, R. (2012). Pengembangan tes diagnostik two tier multiple choice

untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rahman, M.S. (2010). Analisis kesulitan siswa kelas X pada pembelajaran

larutan elektrolit dan nonelektrolit menggunakan metode discovery-inquiry.

(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sabaniati, A. (2009). Analisis hasil belajar level makroskopis, mikroskopis dan

simbolik siswa sma pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit.

(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Simamora, B. (2002). Paduan riset perilaku konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Stojanovska,M., Petrusevski, V.M., Soptrajanov, B. (2014). Study of the use three levels of thinking and representation. Contributions, Sec. Nat. Math.

Biotech. Sci., MASA, 35 (1), hlm. 37-46.

Sunarya, Y. dan Setiabudi, A. (2006). Mudah dan aktif belajar kimia untuk kelas

X SMA/MA Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas (BSE).

Susanti, S.S. (2014). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tan, K.C.D. dan Treagust, D.F. (1999). Evaluating students’ understanding of chemical bonding. School Science Review, 81, hlm. 75-83.

(31)

117

Rifa Rofifah, 2015

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

school students’ understanding of inorganic chemistry qualitative analysis.

Journal of Research in Science Teaching, 39 (1), hlm. 283-301.

Tan, K.C.D., Taber, K.S., Goh, N.K. dan Chia, L.S. (2005). The ionisation energy diagnostic instrument: a two-tier multiple choice instrment to determine high school students’ understanding of ionisation energy. Chemistry Education Research and Practise, 6 (4), hlm. 180-197.

Tavassoli, A., Jahandar, S. dan Khodabandehlou, M. (2013). The effect of pictorial context on reading comprehension of iranian high school students : a comparison between pre-vs. during reading activities. Indian Journal of

Fundamental and Applied Life Sciences, 3 (3), hlm. 553-565.

Tien, L.T. (2007). Effectiveness of MORE Laboratory Module in Prompting Student to Revise Their Molecular-Level Ideas about Solutions. Journal of

Chemical Education, 84 (1), hlm. 175-177.

Treagust, D.F. (2006). Diagnostic assessment in science as a means to improving teaching, learning and retention. Journal of Science and Mathematics

Education Centre. D.F.Treagust@curtin.edu.au [Online].

(http://JchemEd.wisc.edu/JCEWWW/Features/CqandChP/ExTypesConcept Questions.htm1#Tieredquestion).

Tüysüz, C. (2009). Development of two-tier diagnostic instrument and assess students’ understanding in chemistry. Academic Journal, 4 (6), hlm.

626-631.

Whitten, K.W., Davis, R.E., Peck, M.L., Stanley, G.G., (2003). General chemistry

seventh edition. Amerika : BrooksCole.

Wu, H.K., Krajcik, J.S., Soloway, E. (2001). Promoting Understanding of Chemical Representations: Students' Use of a Visualization Tool in the Classroom. Journal of Research in Science Teaching, 38 (7), hlm. 821-842. Zumdahl, S.S., Zumdahl, S.A. (2007). Chemistry seventh edition. Boston:

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Model Butir Soal TDM-LENON
+2

Referensi

Dokumen terkait

… Bimbingan karir (BK) sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan individu yang harus dilihat sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam

siswa yang terintegrasi dalam program bimbingan konseling kepada seluruh siwa. SMK

Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 Tentang Pemilu Serentak Dengan Tujuan Memperoleh Kualitas Pemilu Yang Lebih Baik. Skripsi Bagian Hukum

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran dan kualifikasi yang Saudara ajukan pada pekerjaan Renovasi Gedung Kantor Tahap Finishing dan Sarana Lingkungan

Dengan  penyajian  keuangan  yang  baik  dan  sesuai  dengan  standar  yang  berlaku  dapat 

Budaya underground ini sendiri telah melahirkan banyak sub-budaya yang kini dikenal masyarakat, salah satu nya adalah musik bergenre underground.. Tahun 60 dan 70-an

Apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut di atas dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka perusahaan Saudara beserta Pengurusnya dimasukkan ke dalam Daftar Hitam

Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen lelang,