Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA
MATERI IKATAN KIMIA
SKRIPSI
diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh : Nurlaela Agustini
0905689
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK
PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK
MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA
MATERI IKATAN KIMIA
Oleh Nurlaela Agustini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nurlaela Agustini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
NURLAELA AGUSTINI
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA
MATERI IKATAN KIMIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si. NIP: 197102041997021002
Pembimbing II
Dr. Hernani, M.Si. NIP: 196711091991012001
Mengetahui,
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Miskonsepsi pada suatu materi merupakan salah satu kendala yang dapat mengurangi efektifitas pembelajaran, khususnya miskonsepsi pada materi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa kelas X di suatu SMA di kota Bandung pada materi ikatan kimia. Instrumen tes dua tingkat yang dikembangkan didasarkan kepada hasil tes essay dan wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas soal pilihan ganda dua tingkat serta miskonsepsi yang teridentifikasi pada materi ikatan kimia. Soal dua tingkat yang berhasil dikembangkan yaitu 25 soal. Kualitas soal ditentukan oleh nilai validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis validitas melalui perhitungan nilai Content Validity Ratio (CVR), terdapat 20 soal dua tingkat yang valid dengan nilai reliabilitas tinggi yakni sebesar 0,78 yang ditentukan melalui perhitungan Kuder-Richardson (KR20). Dengan menggunakan soal dua tingkat yang valid dan ajeg, maka miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan cara menganalisis jawaban siswa pada tingkat pertama dan tingkat kedua. Miskonsepsi yang teridentifikasi mencakup tentang kestabilan unsur, ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, ikatan logam, serta karakteristik masing-masing ikatan. Miskonsepsi yang teridentifikasi dapat menjadi acuan bagi guru untuk melakukan remediasi terhadap siswa yang mengalami miskonsepsi tersebut.
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Misconceptions is one of the obstacles that may reduce the effectiveness of learning, particularly misconception in chemistry. This research aims to generate a two-tier multiple choice diagnostic test instrument that can be used to identify chemical bonding misconceptions of students at Grade 10 in Bandung. Two-tier test instrument is developed based on results of essay test and interview. The method used in this research is descriptive to obtain an idea of the quality of two tier multiple choice test and misconceptions about chemical bonding that are identified. 25 items of Two-tier test have been developed. The quality item is determined by the value of validity and reliability. Based on the results of data processing and analysis of the validity using Content Validity Ratio (CVR) , 20 items are valid with a high reliability value (0.78) which is determined through calculation Kuder-Richardson (KR20). By using valid and steady two-tier test, misconceptions can be identified by analyzing responses of students on the first tier and second tier . The identified misconceptions are including about stability of elements, ionic bonding, covalent bonding, covalent coordinate bonding, metallic bonding, as well as the characteristics and physical property of each bonding. The identified misconceptions could be reference for teachers to remedy student conception.
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
A. Proses Pengembangan Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat Berdasarkan Hasil Tes Essay dan Wawancara ... 44
B. Validitas dan Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat ... 46
C. Miskonsepsi Siswa pada Materi Ikatan Kimia yang Teridentifikasi Berdasarkan Hasil Tes Diagnostik ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Data Nilai Minimum CVR 17
3.1. Kriteria reliabilitas soal 42
3.2. Kemungkinan pola respon siswa 43
3.3. Klasifikasi jawaban siswa 43
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.29. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 13 78 4.30. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 13 78 4.31. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 14 80 4.32. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 14 80 4.33. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 15 82 4.34. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 15 82 4.35. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 16 84 4.36. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 16 85 4.37. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 17 87 4.38. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 17 87 4.39. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 18 89 4.40. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 18 90 4.41. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 19 91 4.42. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 19 91 4.43. Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa untuk Soal Nomor 20 93 4.44. Klasifikasi Jawaban Siswa pada Soal Nomor 20 93 4.45.Miskonsepsi yang teridentifikasi melalui instrumen tes yang
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Senyawa Ionik Larut dalam Air 27
2.2. Pemecahan Kristal Ionik 28
2.3. Gambaran Contoh Pembentukan Ikatan Kovalen 29
2.4. Ikatan Logam 30
3.1. Alur Rencana Penelitian 34
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Halaman
1. Miskonsepsi Hasil Telaah Jurnal ... 109
2. Instrumen Tes Essay Ikatan Kimia ... 110
3. Soal Tes Essay ... 119
4. Instrumen Tes Pilihan Ganda Dua Tingkat ... 120
5. Format Validasi Instrumen Tes Pilihan Ganda Dua Tingkat ... 136
6. Hasil Validasi Soal Tes Pilihan Ganda Dua Tingkat oleh Ahli ... 148
7. Soal Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat yang Valid ... 172
LAMPIRAN B 1. Rekapitulasi Jawaban Tes Essay & Wawancara ... 177
2. Pengolahan Data Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat ... 182
3. Perhitungan reliabilitas Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat ... 183
4. Kunci Identifikasi Miskonsepsi ... 186
5. Rekapitulasi dan Pola Jawaban Siswa untuk Identifikasi Miskonsepsi 201 LAMPIRAN C 1. Dokumentasi Penelitian ... 206
2. Surat Izin Penelitian ... 207
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang bersifat sistematis, interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar bagi peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, dengan tujuan untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Arifin, 2012). Efektivitas suatu pembelajaran tidak dapat ditentukan berdasarkan aktivitas saat pembelajaran berlangsung, tetapi dapat ditentukan berdasarkan perubahan dari sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran. Hal ini berarti, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif bila terjadi perubahan setelah proses pembelajaran dimana perubahannya sesuai dengan tujuan yang sebelumnya telah direncanakan. Oleh karena itu, untuk mengetahui perubahan tersebut perlu dilakukan evaluasi pembelajaran.
Tercapainya pembelajaran yang efektif merupakan harapan setiap guru, sehingga setiap guru perlu melakukan evaluasi pembelajaran. Salah satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya (Depdiknas, 2003). Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar sangat beragam. Salah satu kesulitan siswa yang paling signifikan yaitu kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, salah satunya materi pada mata pelajaran kimia.
2
Hal ini karena perbendaharaan kata dalam ilmu kimia sangat khusus, sehingga pada awal mempelajari kimia sama seperti mempelajari bahasa baru. Selain itu, terdapat beberapa konsep yang bersifat abstrak (Chang, 2003), sehingga siswa cenderung kesulitan dalam memahami ilmu kimia dan mudah mengalami miskonsepsi.
Salah satu materi dalam ilmu kimia yang dianggap cukup sulit oleh siswa yaitu mengenai ikatan kimia. Cukup banyak miskonsepsi yang dapat terjadi dalam menguasai materi ini. Salah satunya miskonsepsi yang menunjukkan kebingungan siswa dalam membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen. hanya 16,7% siswa yang menjawab bahwa natrium klorida membentuk suatu kisi ionik. Sebagian besar siswa (80,4%) beranggapan bahwa natrium klorida dihasilkan dalam bentuk molekul dan 46,1% siswa beranggapan bahwa satu ion natrium dan satu ion klorida membentuk molekul dari pasangan ion (Tan & Treagust, 1999).
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kahveci (2008) yang mengemukakan bahwa mahasiswa jurusan pendidikan kimia di salah satu universitas di Turki hanya menjawab soal yang diberikan dengan benar kurang dari 35%. Mayoritas mahasiswa calon guru di tingkat akhir ini, masih memiliki kesalahpahaman umum bahwa ikatan ion didefinisikan sebagai transfer elektron, dan memiliki kerangka molekul alternatif, termasuk informasi bahwa konfigurasi elektronik adalah penentu jumlah ikatan ionik.
3
Dengan demikian, miskonsepsi dalam pelajaran kimia khususnya dalam materi ikatan kimia dapat ditimbulkan oleh siswa maupun gurunya sendiri yang diakibatkan kesalahpahaman yang sudah terinternalisasi terlalu lama sehingga sulit untuk diubah. Jika hal ini terus menerus dibiarkan, miskonsepsi ini akan terus menyebar dan menurun pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, harus segera dilakukan tindakan lebih lanjut untuk memperbaiki kesalahpahaman atau miskonsepsi yang timbul. Namun sebelum dilakukan tindakan lebih lanjut, perlu diidentifikasi terlebih dahulu miskonsepsi apa saja yang timbul pada siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa yaitu dengan mengembangkan tes diagnostik.
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil dari tes tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa (Depdiknas, 2007). Menurut Mehrens & Lehmann (1973) tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran akurat tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya. Berdasarkan pendapat ini, dapat didefinisikan bahwa tes diagnostik merupakan sarana yang ditujukan untuk mengungkap miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya, sehingga dapat diberi tindak lanjut yang sesuai dengan hasil tes tersebut.
4
Pengembangan tes diagnostik bentuk pilihan ganda dua tingkat ini sudah dilakukan oleh beberapa peneliti dari berbagai negara, untuk dapat mengidentifikasi miskonsepsi dalam kimia khususnya pada materi ikatan kimia, diantaranya yaitu Tan & Treagust (1999) yang meneliti mengenai Evaluating students’ understanding of chemical bonding dan Pabuccu & Gebban (2006) yang meneliti mengenai Remediating misconceptions concerning chemical bonding through conceptual change text. Namun, sampai
saat ini belum ada peneliti dari Indonesia yang mengembangkan tes diagnostik bentuk pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada materi ikatan kimia.
Berdasarkan fakta di atas dan mengingat pentingnya mengevaluasi pemahaman siswa untuk dapat memperbaiki pemahaman tersebut dengan perlakuan yang tepat, peneliti merasa perlu untuk melakukan pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsespsi siswa pada materi ikatan kimia, dengan harapan instrumen diagnostik yang nanti dikembangkan dapat digunakan dengan baik untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa sehingga dapat ditentukan perlakuan yang tepat untuk memperbaiki pemahaman siswa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah “Apakah instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang telah dikembangkan dapat memenuhi kriteria instrumen yang baik untuk digunakan dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi ikatan kimia?”
Adapun rumusan masalah rincinya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat berdasarkan data hasil tes essay dan wawancara?
5
3. Apa sajakah miskonsepsi yang teridentifikasi melalui instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan?
C. Pembatasan Masalah
Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih terarah, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut.
1. Tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat pada materi ikatan kimia dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar 3.5 Kelas X Kurikulum 2013.
2. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content Validity Ratio).
3. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan metode KR20 (Kuder-Richardson).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi ikatan kimia melalui pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, diantaranya yaitu: Memberikan salah satu contoh instrumen diagnostik untuk mengetahui
miskonsepsi yang dialami siswa.
Memberikan informasi kepada guru tentang konsepsi-konsepsi alternatif
dalam pemikiran siswa pada materi ikatan kimia.
Dapat menjadi salah satu referensi mengenai pengembangan dan
penerapan instrumen diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa dalam topik yang lain.
6
F. Struktur Organisasi Skripsi
Urutan penulisan bab dan sub-bab dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut,
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari sub bab latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Bab II tentang kajian pustaka. Adapun kajian yang dibahas dalam skripsi ini yaitu tentang tes diagnostik, tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat, miskonsepsi, miskonsepsi pada materi ikatan kimia, dan deskripsi materi ikatan kimia.
Bab III tentang metode penelitian, yang meliputi lokasi dan objek penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data hasil penelitian.
Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil penelitian yang dibagi menjadi tiga sub bab, yakni proses pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat berdasarkan hasil tes essay dan wawancara, kriteria instrumen berdasarkan validitas dan reliabilitas dan miskonsepsi yang teridentifikasi dari hasil pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat.
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Bandung, dimana peserta yang dilibatkan merupakan siswa yang telah mengikuti pembelajaran pada materi Ikatan Kimia yang diajarkan di kelas X semester 1. Objek dalam penelitian ini adalah instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel (Ditjen PMPTK, 2008).
Menurut Sugiyono (2012), nilai variabel yang diteliti merupakan nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih, tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.
C. Prosedur Penelitian
34
Penyusunan instrumen tes essay dan pedoman wawancara
Revisi
Judgement
Analisis data tes essay & wawancara
Judgement
Pelaksanaan Tes Essay Pelaksanaan Wawancara
Penyusunan instrumen tes PG Dua Tingkat
Uji Validitas & Reliabilitas
Uji Tes PG Dua Tingkat yang telah Valid & Reliabel
35
Berdasarkan gambar 3.1, alur rencana penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, dilakukan beberapa langkah, yaitu : a. Studi Literatur
Literatur yang dikaji berkaitan dengan tes diagnostik, pilihan ganda dua tingkat, serta miskonsepsi dan eksplanasi konsep mengenai ikatan kimia. Selain itu dikaji pula ruang lingkup materi ikatan kimia berdasarkan kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk SMA/MA (Peraturan Mendikbud No. 69 tahun 2013).
b. Penyusunan Instrumen Tes Essay dan Pedoman Wawancara
Instrumen tes essay dirancang untuk mengungkap miskonsepsi yang telah diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang diperoleh dari siswa.
Adapun pedoman wawancara dilakukan agar diperoleh data yang nantinya dapat dianalisis untuk melengkapi data hasil tes essay.
Instrumen tes essay dan pedoman wawancara kemudian direvisi setelah memperoleh judgement dari validator. Revisi instrumen secara garis besar meliputi perbaikan terhadap kata-kata yang ambigu atau tidak efektif, kesesuaian butir soal dengan indikator, eksplanasi konsep serta miskonsepsi dari hasil telaah jurnal, serta kesesuaian jawaban tiap butir dengan alasan jawaban.
c. Pelaksanaan Tes Essay dan Wawancara
Instrumen tes essay yang telah direvisi hingga diperoleh 15 soal tes essay kemudian diuji cobakan pada 35 siswa dalam satu kelas. Adapun wawancara dilakukan pada beberapa siswa secara individual.
d. Analisis Data Tes Essay dan Wawancara
36
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu : a. Penyusunan Tes Pilihan ganda dua tingkat
Hasil analisis data yang diperoleh dari tes essay dikembangkan menjadi tes diagnostik dua tingkat, dimana tingkat pertama berisi pertanyaan dan pilihan jawaban dan tingkat kedua berisi pilihan alasan dari masing-masing jawaban. Pengecoh pada pilihan jawaban dan pilihan alasan diperoleh dari miskonsepsi hasil telaah jurnal dan miskonsepsi dari hasil tes essay dan wawancara.
b. Uji Validitas
Soal tes dua tingkat yang telah disusun kemudian diuji validitasnya menggunakan validitas isi, yang pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Soal tes dua tingkat kemudian direvisi sesuai dengan saran perbaikan validator.
c. Uji Reliabilitas
Setelah instrumen tes dua tingkat direvisi, dilakukan uji reliabilitas pada 34 siswa dalam satu kelas yang berbeda dengan kelas tes essay untuk mengetahui keajegan soal yang telah disusun.
d. Pelaksanaan Tes Diagnostik Pilihan ganda dua tingkat
Jumlah soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang telah lulus uji validitas dan reliabilitas sebanyak 20 soal yang kemudian diuji cobakan pada 32 siswa dalam satu kelas yang berbeda dengan kelas uji reliabilitas.
e. Analisis Data Tes Dua tingkat
37
D. Keterhubungan Hasil Tes Essay dan Wawancara dengan Tes Pilihan ganda dua tingkat
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes essay, pedoman wawancara, dan tes pilihan ganda dua tingkat.
Instrumen tes essay digunakan untuk mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi
yang dialami siswa, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan soal tes dua tingkat pada tingkat pertama maupun kedua.
Pedoman wawancara digunakan untuk melengkapi data tes essay yang
kemudian dijadikan bahan dalam proses pembuatan soal tes dua tingkat. Tes dua tingkat disajikan dalam bentuk pilihan ganda, dimana tingkat pertama
merupakan pilihan jawaban yang terdiri dari empat pilihan dan tingkat kedua merupakan pilihan alasan yang terdiri dari empat pilihan juga. Tes dua tingkat ini digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi ikatan kimia.
E. Proses Pengembangan Instrumen
Proses pengembangan instrumen diawali dengan studi literatur mengenai tes diagnostik, pilihan ganda dua tingkat, dan miskonsepsi. Terdapat hasil studi dari berbagai literatur yang diperoleh mengenai tes diagnostik yaitu ditemukan bahwa tes diagnostik memiliki karakteristik tersendiri, diantaranya yaitu variatif, fokus pada kesalahan, komprehesif dan detail serta soalnya relatif mudah.
38
Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, peneliti menguraikan ruang lingkup materi ikatan kimia yang menjadi fokus dalam instrumen tes diagnostik menjadi beberapa sub materi. Diantaranya yaitu kestabilan unsur, ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam.
Pengkajian jurnal-jurnal hasil penelitian juga dilakukan untuk mencari berbagai miskonsepsi pada siswa mengenai ikatan kimia yang ditemukan para peneliti. Miskonsepsi yang diperoleh dari kajian jurnal kemudian dilengkapi dengan eksplanasi konsep yang sesuai dan disajikan pada lampiran A.1. Pengkajian jurnal ini menjadi langkah awal yang penting untuk proses pembuatan tes essay.
Tes essay kemudian dirancang untuk mengungkap miskonsepsi yang
diperoleh dari jurnal serta miskonsepsi lainnya yang diperoleh dari siswa, sehingga miskonsepsi yang terungkap kemudian dapat dijadikan bahan untuk pembuatan soal tes dua tingkat pada tingkat pertama maupun tingkat kedua. Setiap soal dalam tes essay disesuaikan dengan eksplanasi konsep serta miskonsepsi yang telah diperoleh dari jurnal. Instrumen tes essay yang telah disusun kemudian direvisi setelah memperoleh judgement dari dosen pembimbing.
Selain penyusunan instrumen tes essay, dalam tahap persiapan ini juga disusun pedoman wawancara untuk beberapa siswa, yang hasilnya digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari tes essay.
Jumlah keseluruhan soal tes essay yang telah direvisi yaitu 15 soal tes essay yang kemudian diujikan untuk memperoleh data yang digunakan untuk mengembangkan soal tes pilihan ganda dua tingkat.
Instrumen tes dua tingkat diujikan setelah melalui beberapa tahap berikut. instrumen tes dua tingkat disusun berdasarkan eksplanasi konsep dan
miskonsepsi yang diperoleh dari jurnal dan miskonsepsi siswa yang diperoleh dari hasil tes essay dan wawancara.
soal yang disusun dalam instrumen tes dua tingkat fokus mengenai materi
39
instrumen tes dua tingkat direvisi setelah memperoleh judgement dari dosen
pembimbing.
instrumen tes dua tingkat divalidasi oleh tiga dosen dan tiga guru kimia yang
telah mengajar lebih dari 10 tahun.
instrumen tes dua tingkat yang telah divalidasi kemudian direvisi sesuai
dengan saran perbaikan dari validator.
sebelum akhirnya diujikan, terlebih dahulu instrumen tes dua tingkat tersebut
diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas dilakukan pada 34 siswa yang berbeda dengan peserta tes essay.
Setelah instrumen tes dua tingkat diujikan, data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menemukan miskonsepsi pada siswa mengenai ikatan kimia hingga didapatkan kesimpulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes essay, wawancara, dan tes pilihan ganda dua tingkat.
Tes essay ini dilakukan untuk mengetahui konsepsi siswa mengenai materi ikatan kimia. Data yang diperoleh dari siswa dikumpulkan dan dianalisis untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada tingkat kedua pada setiap soal tes pilihan ganda dua tingkat.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil tes
essay. Wawancara dilakukan pada beberapa siswa secara individual
menggunakan pertanyaan yang sama dengan tes essay.
40
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian. Berikut teknik analisis data terhadap beberapa instrumen yang diujikan.
1. Analisis Data Hasil Tes Essay dan Wawancara
Data hasil tes essay dan wawancara dianalisis melalui beberapa tahap berikut.
a. Transkripsi jawaban siswa b. Analisis jawaban siswa
c. Pengolahan jawaban siswa untuk menyusun soal tes dua tingkat.
2. Analisis Data Validitas & Reliabilitas Tes Pilihan ganda dua tingkat Sebelum diujikan, instrumen tes dua tingkat divalidasi dan ditentukan reliabilitasnya terlebih dahulu. Berikut analisis data validitas dan reliabilitas yang dilakukan.
a. Validitas
Nilai validitas diperoleh berdasarkan hasil validasi isi menggunakan metode CVR (Content Validity Ratio) yang pertama kali diusulkan oleh Lawshe (1975). Dalam jurnal penelitiannya, Lawshe (1975) mengungkapkan bahwa CVR merupakan sebuah metode validasi isi yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian item dengan domain yang diukur berdasarkan judgement para ahli. Dalam penelitian ini, CVR digunakan untuk mengetahui kesesuaian indikator dengan KD (Kompetensi Dasar) dan kesesuaian soal dengan indikator.
Untuk menetukan nilai validitas isi, Lawshe (1975) mengasumsikan dua hal, yaitu :
Jika lebih dari setengah validator menunjukkan bahwa item penting
(valid), item tersebut setidaknya memiliki beberapa derajat validitas isi. Semakin banyak validator (melebihi 50%) yang merasa bahwa item
41
Berdasarkan kedua asumsi tersebut, Lawshe mengembangkan suatu rumus yang disebut dengan rasio validitas isi atau Content Validity Ratio (CVR) :
⁄ ⁄
Dimana ne adalah jumlah validator yang menyatakan valid dan N merupakan jumlah total validator. Sementara CVR adalah suatu transformasi yang berhubungan langsung dengan persentase yang menyatakan valid. Validitasnya berasal dari karakteristiknya :
- Jika validator yang menyatakan valid kurang dari setengahnya, maka nilai CVR negatif.
- Jika validator yang menyatakan valid setengah dari jumlah total, maka nilai CVR nol.
- Jika seluruh validator menyatakan valid, maka nilai CVR satu.
- Jika validator yang menyatakan valid lebih dari setengah tapi tidak seluruhnya, maka nilai CVR antara nol sampai 0.99.
Suatu item dapat dikatakan valid jika memiliki nilai CVR lebih dari nilai minimum berdasarkan jumlah validator. Adapun data yang menunjukkan nilai minimum CVR dari suatu item telah disajikan dalam tabel 2.1.
b. Reliabilitas
Sukardi (2012) mengemukakan bahwa reliabilitas suatu instrumen biasanya dinyatakan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0 > +-1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien suatu instrumen rendah maka reliabilitasnya rendah. Jika suatu instrumen memiliki reliabilitas sempurna, berarti instrumen tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
42
hasil pengukuran dengan instrumen yang sama yang digunakan pada waktu yang berbeda, antara dua instrumen yang setara (ekivalen) atau bagian-bagian instrumen yang sama yang digunakan pada waktu yang bersamaan. Namun, pada tahun 1937, Kuder dan Richardson mengajukan suatu
prosedur untuk mengestimasi ‘konsistensi internal’ suatu instrumen atau tes
(reliabilitas test) tanpa membelah dua tes. Yang dimaksud dengan konsistensi internal ialah ukuran sejauh mana seluruh soal dalam tes mengukur kemampuan yang sama.
Dalam penelitian ini, pengukuran nilai reliabilitas menggunakan metode konsistensi internal melalui rumus Kuder dan Richardson nomor 20, yaitu :
KR20 : [ ] dimana, k = jumlah soal
p = proporsi respon betul pada suatu soal q = proporsi respon salah pada suatu soal s2 = variasi skor-skor tes
Tabel 3.1. Kriteria reliabilitas soal (Arifin, 2009)
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0.81 – 1.00 Sangat Tinggi 0.61 – 0.80 Tinggi 0.41 – 0.60 Cukup 0.21 – 0.40 Rendah 0.00 – 0.20 Sangat Rendah
3. Analisis Data Hasil Tes Pilihan ganda dua tingkat
43
Tabel 3.2. Kemungkinan pola respon siswa (Bayrak, 2013) Soal
...
% jawaban
siswa untuk setiap pola
respon
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
Untuk menentukan persentase dari masing-masing pola respon siswa, maka digunakan rumus berikut ini:
dimana: KNP = % kriteria nilai persen
N = jumlah siswa yang menjawab P = jumlah seluruh siswa
Setelah itu, pemahaman dan miskonsepsi siswa pada setiap kemungkinan jawaban dianalisis berdasarkan klasifikasi berikut.
Tabel 3.3. Klasifikasi jawaban siswa (Tarakci, dkk, 1999)
Kombinasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Siswa Jawaban benar – Alasan benar Pemahaman utuh
Jawaban benar – Alasan salah Pemahaman parsial atau miskonsepsi Jawaban salah – Alasan benar Pemahaman parsial atau miskonsepsi
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, terkait dengan hasil pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi ikatan kimia, dapat disimpulkan bahwa
1. Hasil Tes essay dan wawancara yang telah dianalisis digunakan untuk pembuatan pilihan pengecoh dalam soal dua tingkat pada tingkat pertama dan alasan untuk tingkat kedua.
2. Sebanyak 20 soal tes diagnostik dua tingkat dari 25 soal tes diagnostik yang dikembangkan dinyatakan valid dengan nilai CVR masing-masing soal sama dengan 1,00. Adapun nilai reliabilitas dari 20 soal tersebut yang diperoleh dari hasil pengujian dan perhitungan menggunakan KR20 yaitu sebesar 0,78 dengan kriteria tinggi. Dengan demikian 20 soal tes diagnostik dua tingkat memiliki kriteria yang sesuai berdasarkan validitas dan reliabilitas, sehingga dapat diuji cobakan.
3. Miskonsepsi yang diperoleh melalui uji coba tes diagnostik dua tingkat yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya yaitu sebanyak 51 miskonsepsi. Berikut beberapa miskonsepsi yang teridentifikasi dengan persentase tertinggi dari tiap indikator.
a) Unsur-unsur cenderung berikatan dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan karena setiap unsur harus memiliki elektron valensi 8 dengan cara berikatan dengan unsur lain (40,6%).
b) Dua unsur akan membentuk ikatan ion apabila ada tarik menarik ion positif dan ion negatif karena ikatan ion terjadi akibat adanya serah terima elektron dari unsur yang satu ke unsur lainnya (18,8%).
102
melepaskan elektron dan unsur lainnya menerima elektron tersebut (25%).
d) Dua unsur akan membentuk ikatan kovalen bila satu atom berbagi elektron (25%).
e) Ikatan kovalen koordinasi terjadi antara satu atom yang menyumbangkan satu elektron untuk digunakan bersama atom lain yang berikatan (68,8%).
f) Contoh senyawa ionik dan senyawa/molekul kovalen berturut-turut adalah NaCl & MgO karena senyawa ionik terbentuk dari unsur logam dan nonlogam, sedangkan molekul kovalen terbentuk dari unsur-unsur nonlogam (40,6%).
g) Hanya larutan senyawa ionik yang dapat menghantarkan listrik, sedangkan kebanyakan senyawa kovalen tidak menghantarkan listrik karena struktur kisi senyawa ionik dapat pecah akibat gaya tolak antar ion bermuatan sama ketika diberi tekanan (28,1%).
h) Dalam suatu logam, yang berperan dalam pembentukan ikatan logam adalah elektron yang bergerak bebas karena ikatan logam terjadi akibat adanya gaya tarik elektrik antara elektron dengan inti atom dalam tiap atom logam (18,8%).
i) Pada suhu kamar, kebanyakan logam berwujud padat karena struktur logam terkumpul secara keseluruhan oleh awan elektron tanpa celah (34,4%).
B. Saran
Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan setelah penelitian ini dilakukan, yaitu:
103
2. Untuk beberapa materi kimia termasuk materi ikatan kimia, sebaiknya guru menggunakan soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
3. Berdasarkan miskonsepsi yang diperoleh melalui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan, dianjurkan agar guru menjelaskan materi ikatan kimia dengan cara sebagai berikut:
1) Eksplorasi pemahaman siswa melalui peristiwa sederhana, misalnya peristiwa air yang mendidih, es yang mencair, garam dan gula yang larut dalam air, dan sebagainya.
2) Gunakan metode konflik kognitif untuk menunjukkan mengapa unsur-unsur dapat membentuk ikatan yang berbeda.
3) Hindari penggunaan analogi antropomorfik untuk menjelaskan proses pembentukan ikatan.
4) Tampilkan salah satu contoh struktur kisi kristal senyawa ionik untuk menghindari pemikiran kerangka molekular saat mempelajari ikatan ion. 4. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada
Agustini, Nurlaela. 2014
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. (2007). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Edisi Pertama. Bandung: Rosda.
Arifin. (2012). Evaluasi pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Barker, V. (1995). A longitudinal study of 16-18 year olds’ understanding of basic chemical ideas, unpublished Ph.D. (Tesis). Department of Educational Studies, University of York.
Bayrak, B.K. (2013). “Using two-tier test to identify primary student’s conceptual
understanding and alternative conceptions in acid base”. Mevlana International Journal of Education, 3 (2), 19 – 26.
Berg, E. V. D. (1991). Miskonsespsi fisika dan remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Bodner, G. M. (1991). “I have found you an argument: the conceptual knowledge of beginning chemistry graduate students”. Journal of Chemical Education, 68 (5), 385-388. (Penyunting), Proceedings of the International Seminar on Misconceptions in Science and Mechanics, 3, 60-68.
Chandrasegaran, Treagust, D. F and Mocerino, M. “The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using
multiple levels of representation”. Chemistry Education Research and
105
Chang, R. (2003). Kimia dasar : Konsep-konsep inti. Penerjemah : Martoprawiro, M. A., dkk. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Depdiknas. (2003). Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2007). Tes diagnostik. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ditjen PMPTK. (2008). Pendekatan, jenis, dan metode penelitian pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Duit, R. and Treagust, D.F. (2003). Conceptual change: a powerful framework for improving science teaching and learning. International Journal of Science Education, 25 (6), 671–688.
Fensham, P. (1975). Concept formation. Dalam D. J. Daniels (Penyunting), New movements in the study and teaching of chemistry (hlm. 199-217). London: Temple Smith.
Fini. (2011). Definisi Konsep. Tersedia online:
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2164730-defenisi-konsep/#ixzz2mVCGwsyN [Tanggal akses 4 Desember 2013].
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil belajar Dalam pengajaran Kimia. Bandung:
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.
Fisher, K. M. (1985). “A misconception in biology: Amino acids and translation”. Journal of Research in Science Teaching, 22,53-62.
Gillespie, R. J. (1997). “The great ideas of chemistry”. Journal of Chemical Education, 74 (7), 862-864.
Gronlund, N.E.. (1982). Constructing Achievement Tests. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
Harnanto, A. dan Ruminten. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Hurst, O. (2002). “How we teach molecular structure to freshmen”. Journal of Chemical Education, 79 (6), 763-764.
106 education and psychology. New York: Holt, Rinechart and Winston.
Moore, J. dan Langley, R. (2007). Chemistry for the utterly confused. USA: McGraw-Hill.
Novak, J. D. (Ed.) (1987). Proceeding of the second international seminar misconception and educational strategies in science and mathematics. 1, 2, 3. Ithaca, New York: Cornell University.
Osborne, R. J. & Wittrock, M. (1983). “Learning science : A generative process”. Science Education, 67 (4), 489 – 508.
Pabuçcu, A & Geban, O. (2006). “Remediating misconceptions concerning
chemical bonding through conceptual change text”. H.U. Journal of
Education. H.U. Eğitim Fakültesi Dergisi, 30, 184-192.
Prihantoro, A. (2012). Perihal tes diagnostik. [Online]. Tersedia di: http://agungprihantoro.wordpress.com/2012/04/03/perihal-tes-diagnostik/ Diakses 7 Maret 2014.
Purnamasari, R. (2012). Pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice untuk mengukur pemahaman konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. (Skripsi). FPMIPA UPI, Bandung.
Sari, N.K.E. (2013). Pengembangan tes diagnostik two-tier sebagai instrumen alternatif untuk mendeteksi miskonsespsi siswa sma pada materi laju reaksi. (Skripsi). FPMIPA UPI, Bandung.
Sugiyono.(2012). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2010). Evaluasi pendidikan : Prinsip dan operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: Grasindo.
107
Taber, K.S. (1997). “Student understanding of ionic bonding: Molecular versus electrostatic framework?”. School Science Review, 78, 85-95.
Taber, K. S. (1998a). “An alternative conceptual framework from chemistry education”. International Journal of Science Education, 20 (5), 597-608.
Taber K. (2002a). Chemical misconceptions - prevention, diagnosis and cure (Volume I: theoretical background). London: Royal Society of Chemistry.
Takeuchi, Y. (2006). Pengantar Kimia (Terjemahan). Tokyo:Iwanami Publishing Company.
Tan, D.K-C. dan Treagust, D.F. (1999). “Evaluating students’ understanding of chemical bonding”. School Science Review, 81, 75–83.
Tarakchi, M., dkk. (1999). “A cross-age study of high school student’s understanding of diffusion and osmosis”. H.U. Eğitim Fakültesi Dergisi, 15, 84 – 93.
Tinambunan, W. (1988). Evaluation of student achievement. Jakarta: Depdikbud.
Treagust, D.F. (1995). “Diagnostic assessment of students’ science knowledge”. Dalam Glynn, S.M & Duit, R. (Penyunting), Learning science in the schools: Research reforming practice (hlm. 327-346). Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Treagust, D. F. (2006). Diagnostic assessment in science as a means to improving
teaching, learning and retention. UniServe Science Assessment
Symposium Proceedings.
Tuysuz, Chengiz. (2009). Development of two-tier diagnostic instrument and
assess students’ understanding in chemistry. Academic Journals.
Whitten. (2004). General chemistry. Edisi ketujuh. Philadelphia: Saunders College Publishing.
Winkel, W. S. (1991). Psikologi pengajaran. Jakarta : PT Grasindo.