[Type text]
UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh Santi Susi Susanti
0700391
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
[Type text]
PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
Oleh Santi Susi Susanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Santi Susi Susanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
[Type text]
SANTI SUSI SUSANTI
PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Harry Firman, M.Pd. NIP. 195210081974121001
Pembimbing II
Dr. Nahadi, M.Pd, M.Si. NIP. 19710204199021002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan butir soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pengembangan tes diagnostik tersebut dilakukan dengan mengadaptasi dan memodifikasi tahapan yang dikembangkan oleh Treagust. Metode penelitian ini didasari oleh metode Research and Development (R&D). Penelitan ini dilakukan di salah satu SMA di kota Bandung dengan subyek penelitian berjumlah 49 siswa pada uji reliabilitas dan 39 siswa pada aplikasi produk. Berdasarkan uji validitas isi dengan CVR, diperoleh 24 butir soal yang memenuhi kriteria validitas. Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan SPSS 17, diperoleh 18 butir soal dengan nilai reliabilitas sebesar 0,703. Butir-butir soal tersebut termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi. Jumlah butir soal yang diaplikasikan sebanyak 12 soal. Berdasarkan hasil aplikasi produk, teridentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, diantaranya yaitu: Jika dilarutkan dalam air, senyawa kovalen sangat polar tidak akan terionisasi, melainkan tetap dalam bentuk molekul (43,6%); Senyawa ion hanya dapat menghantarkan arus listrik dalam bentuk larutannya saja (41%); Elektrolit dapat berupa senyawa kovalen polar dan senyawa kovalen nonpolar, NaOH merupakan senyawa kovalen polar dan NaCl merupakan senyawa kovalen nonpolar (33,3%); Larutan elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik (33,3%); dan Larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan arus listrik dengan baik walaupun zat terlarutnya tidak mengalami ionisasi dalam larutannya, larutan CH3COOH merupakan larutan elektrolit kuat (30,8%).
ABSTRACT
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Materi Hidrokarbon. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : PT Bina Aksara.
Brady, J. (1986). Kimia Universitas: Asas dan Struktur. Edisi kelima, Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
Çalık, M. dan Ayas, A. (2005). “A cross-age study on the understanding of chemical solutions and their components”. International Education Journal.
6 (1), 30-41
Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F. dan Mocerino, M. (2007). “The Development of a Two-Tier Multiple Choice Diagnostik Instrument of Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain Chemical Reaction Using Multiple Level of Representation”. Cemistry Education Research and Practice. 8 (3), 293-307.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti. Edisi ketiga Jilid 1. NewYork: McGraw-Hill.
Daryanto, H. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Firmanwibi. (2012). Kunci Identifikasi Insecta. [Online]. Tersedia: http://firmanwibi.wordpress.com/2012/12/17/kunci-identifikasi-insecta/. [29 Nopember 2013].
Fitriana, R. (2010). Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi. Skripsi pada Prodi Pendidikan Kimia Unsyiah Banda Aceh: Tidak diterbitkan.
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Murti, Bhisma. (2011). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. [Online]. Tersedia:http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Buku/murti_06.pdf. [28 Nopember 2013].
Myers, R. (2003). The Basic of Chemistry. London: Greenwood Press.
Özmen, H. (2005). Misconceptions in Chemistry Teaching: A Literature Review.[Online].Tersedia:http://www.tebd.gazi.edu.tr/arsiv/2005_cilt3/sayi_1 /23-45.pdf . [26 Nopember 2013].
Purnama, D.A. (2003). Alat Uji Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit. [Online]. Tersedia: http://ourschoolmemories.wordpress.com/2013/02/03/alat-uji-larutan-elektrolit-dan-nonelektrolit/. [12 Desember 2013]
Purnamasari, R. (2012). Pegembangan Tes Diagnostik Two Tier Multiple Choice untuk Mengukur Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Purtadi. S. (2009). “Penilaian Berkarakter Kimia Berbasis Demonstrasi untuk Mengungkap Pemahaman Konsep dan Miskonsepsi Kimia pada Siswa SMA”. Makalah Pada Semnas Kimia, Yogyakarta.
Rahayu, A. A. (2011). Penggunaan Peta Konsep untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Jaringan Tumbuhan. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan.
Rahman, MS. (2010). Analisis Kesulitan Siswa Kelas X Pada Pembelajaran larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Menggunakan Metode Discovey-Inquiry. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Riani, W.S. (2007). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Tesis pada SPs Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Tidak diterbitkan
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi
Kimia Pada Peserta Didik SMA. [Online].
Tersedia:http://staf.uny.ac.id/sites/default/files/132001805/Laoran%20Hibah %20Disertasi.doc. [30 Januari 2013]
Sudijono, A. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. (2010). Metode Penelirtian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukardi, H. M. (2011). Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunarya, Y. dan Setiabudi, A. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk kelas
XII SMA/MA Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas (BSE).
Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Susanty, P. (2010). Profil Model Mental Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi pada FMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Suwarto. (2010). “Pengembangan The Two-Tier Diagnosrtic Tests Pada Bidang Biologi Secara Terkomputerisasi”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 14 (2), 206-222.
Taber, KS. (2011). “Models, Molecules and Misconceptions: A Commentary on “Secondary School Students’ Misconceptionsof Covalent Bonding”. Journal
of Turkish Science Education. 8 (1), 4-15
Tan, K.C.D. dan Treagust, D.F. (1999). “Evaluating Student’s Understanding of Chemical Bonding”. School Science Review. 81 (294).
Tan, K.C.D., Goh, N.K. dan Treagust, D.F. (2002). “Development and Application of a Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Students’ Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of Research in Science Teaching. 39 (4), 283-301.
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tüysüz, C. (2009). “Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess Students’ Understanding in Chemistry”. Scientific Research and Essay, 4 (6), 626-631.
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Pelaksanaan penelitian berlokasi di salah satu SMA swasta di kota Bandung, yaitu SMA Pasundan 2 Bandung. Pertimbangan pemilihan SMA swasta tersebut
sebagai tempat pelaksanaan penelitian adalah berdasarkan kesesuaian kurikulum yang diterapkan di SMA Pasundan 2 Bandung dengan materi pada butir soal yang dikembangkan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Obyek penelitian berupa tes diagnostik yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dua tingkat. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yang telah mempelajari materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini didasari oleh metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan terdiri atas sepuluh langkah, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D
Dari kesepuluh langkah penggunaan metode R&D diatas, tidak seluruhnya dilakukan pada penelitian ini, yaitu hanya sampai pada tahap ujicoba produk skala kecil (enam langkah). Hal tersebut berdasarkan pertimbangan waktu, kemampuan
dan kepentingan dalam penelitian ini. Selanjutnya, keenam langkah penelitian dan pengembangan tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap pengembangan butir soal, tahap validasi dan tahap aplikasi produk. Gambar 3.2 mempresentasikan langkah penelitian pengembangan (R&D) yang dilakukan pada penelitian ini.
Gambar 3.2 Langkah-langkah R&D yang Digunakan dalam Penelitian Tahap yang tidak Dilakukan
37
1
2
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Prosedur Penelitian
Alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Pilihan Ganda Dua Tingkat
Validasi isi (CVR)
Pembuatan dan PelaksanaanTes Esai Mengkaji materi larutan
Elektrolit dan nonelektrolit Pilihan Ganda Dua Tingkat Mengkaji tes diagnostik
Kajian literatur miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonlektrolit
Wawancara
disisihkan
digunakan
Butir-butir soal yang memenuhi kriteria validitas isi dan reliabilitas tinggi
Pemilihan Satu Soal Untuk Satu Konsep
disisihkan
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (1) tahap pengembangan butir soal, (2) tahap validasi, dan (3) tahap aplikasi produk. Penjelasan lebih rinci mengenai tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Pengembangan Butir Soal
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah tahap pengembangan butir soal. Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data dan desain produk.
a. Potensi dan Masalah
Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah pada produk yang diteliti. Masalah adalah sesuatu yang bisa dicari solusi pemecahannya. Tahap pertama adalah melakukan kajian untuk menghasilkan informasi tentang miskonsepsi yang dialami siswa pada materi kimia yang diteliti, penyebab serta cara mengungkap miskonsepsi tersebut. Informasi diperoleh dengan jalan kajian literatur berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.
Validasi serta Revisi Desain
Perangkat Tes Pilihan Ganda Dua Tingkat
Aplikasi Tes Pilihan Ganda Dua Tingkat
Temuan miskonsepsi
Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Kunci Determinasi Miskonsepsi T
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat dirancang suatu alat ukur (tes diagnostik) yang dapat mengidentifikasi adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara efektif. Untuk mengetahui efektivitas dan kualitas tes diagnostik tersebut, maka perlu diuji. Setelah tes teruji, maka dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA pada materi yang diteliti. Pembahasan tentang potensi dan masalah secara rinci telah
dipaparkan pada latarbelakang penelitian dalam bab 1.
b. Pengumpulan Data
Langkah kedua yang dilakukan dalam tahap pengembangan butir soal ini adalah pengumpulan data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan dan penyusunan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
Pada tahap pengumpulan data, dilakukan dengan mengadaftasi dan memodifikasi tahapan pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan oleh Chandrasegaran et al. (2007), yaitu:
1). Tahap Penentuan Isi Materi
Materi yang digunakan dalam tes ini adalah materi larutan elekrolit dan nonelektrolit. Data yang diperlukan diperoleh dengan cara menentukan dan mengkaji isi materi yang akan diteliti, berdasarkan standar isi yang berpedoman pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Dalam mengkaji materi tersebut, dilakukan pula identifikasi konsep-konsep target/esensial yang ada dalam materi tersebut. Hasil kajian tersebut
dijadikan sebagai informasi untuk menyusun pertanyaan dan pilihan jawaban pada tingkat pertama. Selain melakukan kajian terhadap materi larutan
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diagnostik pilihan ganda dua tingkat baik dari jurnal, buku maupun sumber penelitian lainnya.
2). Tahap Pengumpulan Data Miskonsepsi Siswa
Pengumpulan data miskonsepsi siswa diperoleh melalui kajian literatur terkait miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dari
penelitian-penelitian sebelumnya dan melalui pelaksanaan tes esai. Jawaban siswa yang kurang lengkap atau kurang jelas, dilengkapi dengan wawancara. Informasi ini digunakan untuk membuat distraktor pada tingkat kedua.
3). Tahap Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat
Tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan terdiri dari tiga pilihan jawaban pada tingkat pertama dan empat pilihan alasan pada tingkat kedua. Soal tingkat pertama (first tier) berfungsi untuk menilai pengetahuan deskriptif siswa dan tingkat kedua (second tier) berfungsi untuk menilai pola pikir siswa. Jumlah pilihan pada kedua tingkat dibuat berdasarkan hipotesis bahwa jumlah tersebut cukup untuk dapat mengungkap miskonsepsi yang dialami siswa pada materi larutan elektrolit dan elektrolit, karena bahasan pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit lebih sedikit dibanding bahasan pada materi kimia lainnya. Pertimbangan lainnya adalah untuk efesiensi waktu pelaksanaan tes, karena jika opsi lebih banyak maka waktu yang diperlukan siswa untuk mengerjakan tes akan lebih lama, disamping itu guru juga akan memerlukan waktu lebih lama untuk memeriksa dan mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa.
c. Desain Produk
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyusunan dan pengembangan tes seperti dijelaskan diatas, maka contoh desain produk berupa tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang akan dikembangkan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.4.
Pada tahap pengembangan butir soal pilihan ganda dua tingkat pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, dikembangkan 20 konsep yang terdiri dari 40 soal, dimana masing-masing konsep diwakili oleh dua soal.
Tahap 1
Penentuan Isi Materi
Tahap 2
Pengumpulan Data Miskonsepsi Siswa
Kajian Literatur, tes esai dan wawancara
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.4 Desain Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat pada Konsep Penyebab Larutan Elektrolit Kuat dapat Menghantarkan Listrik
2. Tahap Validasi
Tahap validasi ini terdiri dari dua proses, yaitu validasi desain dan revisi desain. Validasi desain merupakan proses untuk menilai apakah rancangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat sudah sesuai atau belum untuk dapat
Tahap 3
Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat
Diantara larutan berikut ini yang dapat membuat lampu
e yala tera g adalah…..
A. larutan CO(NH2)2
B.. larutan HCl
C. larutan CH3COOH
Alasannya ialah….
1. elektrolit kuat tidak mengalami ionisasi dalam larutannya
2. larutan elektrolit kuat mengandung sedikit ion 3. larutan elektrolit kuat mengandung banyak ion 4. elektrolit kuat mengalami ionisasi sebagian dalam
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diujikan. Validasi desain terdiri dari dua proses, yaitu validitas isi dan uji reliabilitas. Revisi desain dilakukan sebelum uji reliabilitas.
a. Validitas Isi
Butir soal yang telah dikembangkan kemudian diuji validitasnya. Pada tahap ini dilakukan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas alat ukur
dilihat dari segi isi pelajaran yang dicakup alat ukur tersebut. Validitas isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir-butir soal dengan miskonsepsi. Butir soal dikatakan “sesuai” jika butir soal yang dikembangkan secara tepat dapat mengidentifikasi miskonsepsi. Format validasi butir soal pilihan ganda dua tingkat, terlampir dalam Lampiran B.1. Validitas isi umunya ditentukan melalui pertimbangan para ahli (Sukardi, 2011). Pada penelitian ini, para ahli yang menjadi validator sebanyak lima orang, terdiri dari tiga orang dosen kimia dan dua orang guru mata pelajaran kimia yang sudah berpengalaman. Selanjutnya, butir-butir soal yang telah divalidasi kemudian diolah hasilnya menggunakan persamaan CVR yang dikemukakan Lawshe (1975), yang tercantum dalam bab 2 halaman 20. Dari hasil pengolahan data, dapat diketahui butir-butir soal mana saja yang memenuhi kriteria validitas ini dengan cara mencocokkan data yang diperoleh dengan nilai CVR minimum (Tabel 2.1) untuk validator sebanyak lima.
Setelah rancangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat divalidasi, maka berdasarkan masukan daripara ahli dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut kemudian dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki (revisi) butir-butir soal yang dikembangkan. Perbaikan butir soal
meliputi penggunaan kata yang salah atau kurang tepat, gambar yang kurang tepat, kesesuaian butir soal dengan miskonsepsi, konsep larutan elektrolit dan
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, dilakukan pemilahan kembali antara butir-butir soal yang valid (diterima) dengan yang ditolak. Butir-butir yang valid sebagian masih tetap diwakili oleh dua soal untuk masing-masing konsep, dan beberapa konsep lainnya hanya diwakili oleh satu butir soal. Butir-butir soal yang valid tersebut selanjutnya akan diujikan terhadap siswa SMA untuk mengetahui nilai reliabilitasnya..
Gambar 3.5 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan pada Tahap Validasi
b. Reliabilitas
Butir-butir soal yang telah memenuhi kriteria validitas isi berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan CVR, kemudian diujikan kepada 49 siswa untuk mengetahui nilai reliabilitasnya. Jumlah butir soal yang diuji untuk diketahui nilai reliabilitasnya berjumlah 24 soal (Lampiran B.3).
Sebelum dilakukan perhitungan uji reliabilitas, terlebih dahulu dilakukan penskoran pada setiap butir soal masing-masing siswa. Penskoran dilakukan dengan memberikan nilai satu apabila jawaban benar dan nilai nol apabila jawaban salah. Jawaban dianggap benar apabila siswa menjawab benar baik pada tingkat pertama maupun tingkat kedua (Tüysüz, 2009; Tan et al., 2002).
Data hasil penskoran kemudian dilakukan uji reliabilitas menggunakan program SPSS 17 dengan Alpha Cronbach sebagai indeks reliabilitasnya.
Berdasarkan nilai reliabilitas, kemudian dapat diperoleh kategori reliabilitas untuk keseluruhan butir soal yang telah dikembangkan. Suatu instrumen
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sukardi, 2011). Agar diperoleh nilai reliabilitas keseluruhan butir soal dengan kategori tinggi, maka dilakukan pemilihan terhadap butir-butir soal yang memiliki nilai korelasi item total yang rendah, yang dapat menyebabkan rendahnya nilai uji reliabilitas. Butir-butir soal tersebut selanjutnya disisihkan dari pengolahan uji reliabilitas, sehingga diperoleh nilai reliabilitas keseluruhan butir soal yang memenuhi kriteria tinggi. Butir-butir soal yang telah memenuhi
kategori reliabilitas tinggi berjumlah 18 soal, sebagian masih tetap diwakili oleh dua soal untuk masing-masing konsep, dan konsep lainnya hanya diwakili satu soal.
Setelah dilakukan uji reliabilitas, kemudian dilakukan pemilihan satu soal untuk satu konsep. Pemilihan butir soal dilakukan agar satu konsep hanya diidentifikasi miskonsepsinya dengan menggunakan satu soal. Hal tersebut untuk meminimalisir terjadinya data yang bias. Pemilihan didasarkan pada perbandingan persentase miskonsepsi yang dapat diungkap oleh kedua butir soal tersebut berdasarkan respon siswa pada tes yang dilakukan untuk uji reliabilitas. Butir soal yang memiliki persentase miskonsepsi lebih besar akan digunakan pada tahap aplikasi produk, sedangkan apabila persen miskonsepsinya lebih kecil maka butir soal tersebut disisihkan.
Berdasarkan butir-butir soal yang telah memenuhi kriteria baik dari segi validitas isi maupun reliabilitas tersebut, selanjutnya dilakukan penyusunan kunci determinasi miskonsepsi berdasarkan pola respon siswa pada setiap butir soal, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Annisa (2013) pada materi hidrokarbon.. Dari kunci determinasi tersebut dapat diketahui miskonsepsi apa saja yang dialami siswa pada materi yang diteliti. Kunci determinasi ini akan
digunakan pada tahap aplikasi produk.
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap aplikasi produk merupakan penggunaan soal-soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan pada langkah ujicoba produk skala kecil. Setelah melalui tahap pengembangan, tahap validasi, perbaikan tes kemudian uji reliabilitas, serta pemilihan satu soal untuk satu konsep, maka tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat siap untuk diaplikasikan kepada kelompok siswa yang berbeda dengan uji reliabilitas. Jumlah siswa yang diuji pada tahap
aplikasi ini berjumlah 39 siswa dan jumlah butir soal yang diujikan berjumlah 12 soal (Lampiran C.1).
Hasil aplikasi tes pilihan ganda dua tingkat selanjutnya diolah dan dianalisis terhadap setiap butir soal yang kemudian dideskripsikan sebagai pola respon siswa. Analisis tersebut mengacu pada kunci determinasi miskonsepsi yang dikembangkan. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diketahui siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak. Disamping itu, dapat diketahui pula gambaran miskonsepsi apa saja yang dialami siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
D. Teknik Analisis Data
Instrumen yang baik harus dapat mengukur apa yang hendak diukur (valid) serta dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (reliabel). Sebab, sebuah tes mungkin saja reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya tes yang valid biasanya reliabel (Arikunto, 2009).
1. Validitas
Validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Untuk menganalisis hasil
pertimbangan para ahli digunakan teknik CVR yang dikemukakan oleh Lawshe (1975). Persamaan untuk menghitung nilai CVR masing-masing butir soal
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian dibandingkan dengan nilai minimum CVR yang tercantum pada Tabel 2.1 (halaman 11).
2. Reliabilitas
Pada penelitian ini, program SPSS 17 digunakan untuk menganalisis nilai reliabilitas keseluruhan butir soal dengan Alpha Cronbach sebagai indeks
reliabilitasnya. Masing-masing butir soal dianggap benar apabila jawaban tingkat pertama dan kedua pada soal dijawab benar (Tan et al., 2002). Untuk jawaban benar diberi nilai satu dan untuk jawaban salah diberi nilai nol. Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2 (halaman 13).
3. Perhitungan Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi
Setelah dilakukan aplikasi tes pilihan ganda dua tingkat, kemudian dilakukan perhitungan jumlah siswa yang memilih setiap pola respon pada butir soal dalam bentuk persentase. Persentase setiap pilihan pola respon dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
P = x 100 % (Tiyas, 2012) Keterangan:
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
A.Latar Belakang Masalah ... B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ...
C. Pembatasan Masalah……….………
D.Tujuan Penelitian……….………
E. Manfaat Penelitian……….………..
F. Penjelasan Istilah ...
G. Struktur Organisasi………..
BAB II KAJIAN PUSTAKA………..
A.Tes Diagnostik ... B.Pengembangan Tes Diagnostik ... 1. Validitas ... 2. Reliabilitas ...
C. Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat…….………
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi ... 4. Cara Mengidentifikasi Miskonsepsi ... E.Deskripsi Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit……..…..
1. Kedudukan Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
dalam KTSP 2006………....
2. Tinjauan Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit…….…
F. Miskonsepsi pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit....
BAB III METODE PENELITIAN………...
A.Lokasi dan Subjek Penelitian………...……. B.Metode Peneltian ... ..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…….………
A.Hasil Penelitian……….…
1.Tahap Pengembangan Butir Soal ………..
Santi Susi Susanti, 2014
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN……….