• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Beralasan Untuk Menilai Penalaran Siswa SMA Pada Materi Genetika.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Beralasan Untuk Menilai Penalaran Siswa SMA Pada Materi Genetika."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen diagnostik untuk menilai penalaran siswa SMA pada materi genetika. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penalaran dalam menyelesaikan soal genetika. Instrumen yang telah ditemukan oleh Tsui dan Treagust masih memiliki kekurangan yakni bentuk pilihan ganda beralasan dua tingkat (two tier) memberi peluang kepada siswa untuk menebak alasan. Penelitian ini mengembangkan soal pilihan ganda beralasan dengan alasan yang berbentuk esai sehingga siswa tidak dapat menebak alasan. Bentuk esai pada bagian alasan berupa esai tertutup disertai dengan petunjuk pengarah agar siswa tidak bingung saat menjelaskan alasan. Penilaian jawaban siswa pada bagian pilihan ganda menggunakan kunci jawaban dan bagian alasan menggunakan rubrik pedoman penilaian. Metode yang digunakan adalah metode pengembangan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 12 Bandung berjumlah 115 orang. Berdasarkan hasil penelitian, instrumen diagnostik yang telah dikembangkan menunjukkan validitas untuk pilihan ganda 0,61 (tinggi) dan reliabilitas 0,76 (tinggi), sedangkan validitas untuk alasan 0,74 (tinggi) dan reliabilitas 0,85 (sangat tinggi). Profil penalaran siswa yang dapat terungkap oleh instrumen diagnostik yakni tingkat penalaran pemula melakukan penalaran dengan benar pada soal-soal pemula, tingkat penalaran menengah melakukan penalaran dengan benar pada soal-soal pemula dan menengah, serta tingkat penalaran ahli melakukan penalaran dengan benar pada semua soal penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen sudah dapat digunakan untuk mengukur tingkat penalaran siswa. Kelebihan instrumen diagnostik yang dikembangkan yakni dapat mengungkap penalaran sekaligus penguasaan konsep siswa saat menyelesaikan soal genetika. Fungsi diagnostik pada bentuk soal ini dapat lebih terukur dibandingkan soal two tier. Kelemahan instrumen diagnostik yakni membutuhkan waktu yang lama untuk proses pengembangan serta memberikan peluang kepada siswa untuk memberikan alasan dengan luas.

(2)

ABSTRACT

This research aims to develop a diagnostic instrument for assessing reasoning high school students on genetic. This research is motivated by the importance of reasoning in solving genetics problem. Instruments that have been discovered by Tsui and Treagust still has shortcomings which form a two tier multiple choice diagnostic test provide opportunities for students to guess the reason. This study developed multiple choice questions with reasoning essay test so that students can not guess the reason. Essay which enclosed form grounds a directional guidance so that students are not confused when explaining the reasons. Student answers on the multiple choice assess with answer keys and reason assess with rubrics guidelines. The method used is development method. Respondent in this study are 115 students class XII of SMAN 12 Bandung. Based on the results of the research, diagnostic instruments that have been developed to demonstrate the validity of multiple-choice 0.61 (high) and the reliability 0.76 (high), while the validity of the reasons 0.74 (high) and the reliability 0.85 (very high). Profile students reasoning that can be revealed by a diagnostic instrument that novice reasoning could be right answer on matters novice, intermediate reasoning could be right answer on matters novice and intermediate, and expert reasoning could be right answer on all matter of reasoning. Diagnostic instruments developed by the students at the same reasoning can reveal students understanding when completing topic of genetics. Diagnostic functions in the form of this problem can be more scalable than two tier matter. Shortage of diagnostic instruments have more time to development process and give the students to respon with open reasoning.

Keywords: development of diagnostic tests, student reasoning, genetics, multiple

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 5

D.Tujuan ... 6

E.Manfaat ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Pengertian Penilaian dalam Pendidikan ... 8

B.Pengembangan Tes Diagnostik ... 12

C.Penalaran sebagai Kegiatan Berpikir Tingkat Tinggi ... 17

D.Penilaian Penalaran Siswa SMA pada Materi Genetika ... 20

E.Tinjauan Pembelajaran Materi Genetika ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A.Desain penelitian ... 35

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C.Subjek Penelitian ... 35

D.Definisi Operasional ... 35

E.Instrumen Penelitian ... 36

F. Prosedur Penelitian ... 38

G.Pengumpulan Data ... 44

H.Analisis Data ... 45

(4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A.Hasil Penelitian ... 54

1. Pengembangan Instrumen Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika ... 54

2. Penalaran Siswa Pada Materi Genetika Yang Terungkap oleh Instrumen Tes Diagnostik ... 94

3. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Tes Diagnostik ... 96

4. Tanggapan Guru terkait Instrumen yang Dikembangkan ... 98

B.Pembahasan ... 99

1. Pengembangan Instrumen Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika ... 99

2. Penalaran yang Terungkap oleh Instrumen Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika ... 108

3. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen ... 111

4. Rekomendasi ... 114

BAB V PENUTUP ... 116

A.Simpulan ... 116

B.Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gambaran Tes Diagnostik ... 13

Tabel 2.2 Indikator Tingkat Penalaran Siswa pada Materi Genetika ... 22

Tabel 2.3 SK dan KD Materi Genetika Kelas XII ... 24

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Instrumen Tes Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika ... 37

Tabel 3.2 Indikator Soal Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika ... 39

Tabel 3.3 Rangkuman Teknik Pengumpulan Data ... 45

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Penalaran Siswa ... 51

Tabel 4.1 Kesalahan dan Perbaikan yang Terdapat saat Judgement Soal Esai Terbuka (Uji Coba I) ... 55

Tabel 4.2. Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba I ... 47

Tabel 4.3. Analisis Pokok Uji pada Uji Coba I ... 59

Tabel 4.4. Hasil Analisis Pola Jawaban Siswa pada Uji Coba I ... 61

Tabel 4.5 Contoh Perbaikan Soal Esai berdasarkan Hasil Uji Coba I ... 63

Tabel 4.6 Penilaian Instrumen Tes Esai Terbuka pada Uji Coba I ... 64

Tabel 4.7. Kesalahan dan Perbaikan yang terdapat saat Judgement Soal Esai Tertutup (Uji Coba II) ... 64

Tabel 4.8. Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba II ... 65

Tabel 4.9. Analisis Pokok Uji pada Uji Coba II Soal A ... 67

Tabel 4.10 Analisis Pokok Uji pada Uji Coba II Soal B ... 68

Tabel 4.11. Hasil Analisis Pola Jawaban Siswa pada Uji Coba II ... 70

Tabel 4.12. Contoh Perbaikan Soal Esai berdasarkan Hasil Uji Coba II ... 72

Tabel 4.13 Penilaian Instrumen Tes Esai Terbuka pada Uji Coba II ... 73

Tabel 4.14. Contoh Penyusunan Soal Pilihan Ganda Beralasan ... 74

Tabel 4.15. Kesalahan dan Perbaikan yang terdapat saat Judgement Soal Pilihan Ganda Beralasan ... 75

Tabel 4.16. Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba III ... 76

Tabel 4.17. Analisis Pokok Uji pada Uji Coba III Pilihan Ganda ... 78

Tabel 4.18. Analisis Pokok Uji pada Uji Coba III Alasan ... 81

(6)

Tabel 4.20 Contoh Perbaikan Soal Pilihan ganda Beralasan berdasarkan Hasil Uji Coba III ... 86 Tabel 4.21 Penilaian Instrumen Tes Esai Terbuka pada Uji Coba III ... 87 Tabel 4.22 Transkrip Hasil Uji Kecocokan pada Siswa Tingkat Penalaran

Pemula ... 88 Tabel 4.23 Transkrip Hasil Uji Kecocokan pada Siswa Tingkat Penalaran

Menengah ... 90 Tabel 4.24 Transkrip Hasil Uji Kecocokan pada Siswa Tingkat Penalaran

Ahli ... 92 Tabel 4.25 Rangkuman Perkembangan Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Penalaran pada Materi Genetika ... 21

Gambar 3.1. Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian ... 53

Gambar 4.1. Grafik Persentasi Penalaran Siswa pada Tingkat Penalaran Pemula ... 94

Gambar 4.2.Grafik Persentasi Penalaran Siswa Pada Tingkat Penalaran Menengah ... 95

Gambar 4.3. Grafik Persentasi Penalaran Siswa Pada Tingkat Penalaran Ahli ... 96

Gambar 4.4. Grafik Tingkat Penalaran Siswa Pada Uji Coba I ... 100

Gambar 4.5 Grafik Tingkat Penalaran Siswa Pada Uji Coba II Soal A ... 102

Gambar 4.7. Grafik Tingkat Penalaran Siswa Pada Uji Coba II Soal B ... 103

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Materi ... 122

Lampiran 2. Indikator Soal ... 125

Lampiran 3. Kisi-kisi Soal ... 127

Lampiran 4. Tabel Spesifikasi Soal ... 128

Lampiran 5. Soal Esai Uji Coba I ... 129

Lampiran 6. Pedoman Penilaian Soal Esai Uji Coba I ... 142

Lampiran 7. Skor dan Nilai Tes Esai Uji Coba I ... 148

Lampiran 8. Analisis Pengembangan Soal Esai Uji Coba I ... 149

Lampiran 9. Tabel Spesifikasi Soal A dan B ... 161

Lampiran 10. Soal Esai Uji Coba II (Soal A) ... 162

Lampiran 11. Soal Esai Uji Coba II (Soal B) ... 164

Lampiran 12. Pedoman Penilaian Soal Esai Uji Coba II (Soal A)... 166

Lampiran 13. Pedoman Penilaian Soal Esai Uji Coba II (Soal B) ... 170

Lampiran 14. Skor dan Nilai Tes Esai Uji Coba II (Soal A dan B) ... 174

Lampiran 15. Analisis Pengembangan Soal Esai Uji Coba II ... 175

Lampiran 16. Soal Pilihan Ganda Beralasan (Uji Coba III) ... 190

Lampiran 17. Pedoman Penilaian Soal Pilihan Ganda Beralasan Uji Coba III ... 196

Lampiran 18. Skor dan Nilai Tes Pilihan Ganda Beralasan Uji Coba III ... 204

Lampiran 19. Analisis Pengembangan Soal Pilihan Ganda Beralasan (Uji Coba III) ... 205

Lampiran 20. Transkrip Uji Kecocokan ... 220

Lampiran 21. Perkembangan Kelayakan Setiap Butir Soal ... 234

Lampiran 22. Transkrip Wawancara Guru ... 236

Lampiran 23. Instrumen Akhir Soal Pilihan Ganda Beralasan ... 237

Lampiran 24. ANATES pada Uji Coba I ... 244

Lampiran 25. ANATES pada Uji Coba II ... 246

Lampiran 26. ANATES pada Uji Coba III ... 248

Lampiran 27. Surat Ijin Penelitian ... 252

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan. Namun sebenarnya sains tidak hanya mengandung pengetahuan saja. Terdapat banyak hal yang terlibat di dalamnya. Sains mengandung proses dan produk. Sebagai sebuah produk, sains disebut body of knowledge (Rustaman, 2005. hlm. 73) yang berisi kumpulan fakta-fakta sebagai hasil penelitian. Cain dan Evans (1990 dalam Rustaman, 2005. hlm. 74) berpendapat mengenai hal yang sama yakni sains sebagai produk mengandung fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sedangkan sains sebagai proses merupakan metode atau cara untuk mendapatkan pengetahuan. Proses ini membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan baru.

Produk atau dalam sains dikenal konsep, merupakan ruang lingkup materi yang dicapai melalui sebuah proses. Proses ini dikembangkan dalam Keterampilan Proses Sains (KPS) yang merupakan kekuatan sains sebagai proses untuk menghasilkan konsep-konsep baru. Salah satu keterampilan yang dikembangkan dalam KPS yakni keterampilan kognitif atau intelektual (Rustaman, 2005. hlm. 78). Keterampilan kognitif menekankan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas pemecahan masalah (Hutasuhut, 2010. hlm. 199). Secara alamiah keterampilan kognitif akan meningkat dengan sendirinya seiring dengan berkembangnya perilaku kognitif seseorang. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan intelegensi seseorang yang meningkat seiring bertambahnya usia (Anderson, 2005 dalam Stenberg, 2008. hlm. 479).

(10)

pembelajaran. Maka dari itu, penalaran juga penting untuk menunjang pengembangan pengetahuan baru melalui fakta-fakta atau informasi (konsep) yang dimiliki siswa dibantu oleh logika (Tsui & Treagust, 2010. hlm. 1076). Oleh karena itu, pemahaman terhadap suatu konsep menjadi hal paling dasar yang harus dikuasai siswa untuk melakukan penalaran dalam mendapatkan sebuah kesimpulan baru sehingga dapat menyelesaikan permasalahan. Kesalahan dalam memahami suatu konsep (miskonsepsi) menghasilkan kesimpulan yang tidak akurat. Begitu juga jika logika atau jalan pikiran siswa tidak tepat, maka kesimpulan yang didapat tidak benar.

Salah satu konsep-konsep dalam biologi yang menuntut siswa untuk mampu memahami konsep dan menggunakan logika yang tepat adalah genetika. Hal ini sejalan dengan pendapat Kiliç & Sağlam (2013. hlm. 64) bahwa materi genetika di sekolah mendorong siswa untuk melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Menurut Johnstone (1991 dalam Tsui & Treagust, 2010. hlm. 1076) hal tersebut dikarenakan karakteristik materi genetika cukup kompleks dan membutuhkan pemikiran multilevel (multilevel thinking). Padahal materi genetika penting untuk dipelajari oleh siswa mengingat saat ini genetika sedang menjadi pusat perhatian ilmuwan terutama dalam bidang Bioteknologi dan Biomedikal Sains.

(11)

3

semakin menguatkan penggunaan tes diagnostik dalam menilai penyelesaian tugas-tugas siswa pada materi genetika di sekolah.

Instrumen tes diagnostik banyak digunakan oleh ahli psikolog untuk mengukur tingkat intelegensi (IQ) seseorang (Lohma & Lakin, 2009. hlm. 8). Sekarang penggunaannya sudah berkembang di dunia pendidikan. Awal mula penggunaan instrumen ini untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Namun sekarang sedang banyak dikembangkan untuk diagnostik kemampuan-kemampuan lain tidak hanya pemahaman konsep saja contohnya prestasi siswa (Tüysüz, 2009. hlm. 626-631), kemampuan mendeskripsikan dan menjelaskan (Chandrasegaran, Treagust, & Mocerino, 2007. hlm. 293-307) serta evaluasi penalaran siswa terhadap genetika (Tsui & Treagust, 2010. hlm. 1073 – 1098).

(12)

namun logikanya tidak valid, maka kesimpulan yang diperoleh tidak benar. Jika dilihat dari perkembangan kognitif, kelas XII sudah berada pada tahap formal operasional. Sudah seharusnya mereka dapat melakukan penalaran dengan benar.

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa guru di sekolah hanya melakukan penilaian sebagai fungsi pengukur keberhasilan saja. Guru tidak pernah melakukan penilaian diagnostik terutama penalaran pada materi genetika. Bentuk penilaian yang dilakukan berupa tes sumatif ataupun formatif baik di awal, pertengahan, maupun akhir pembelajaran. Penilaian guru tersebut sebatas mengetahui pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Jika diperhatikan lebih rinci, pemahaman konsep sebetulnya tidak dapat mutlak dijadikan indikator tercapainya keberhasilan siswa menguasai materi genetika (Kılıç dan Sağlam, 2013. hlm. 64). Karakteristik materi genetika yang kompleks membutuhkan proses penalaran di dalamnya. Penilaian tersebut tidak memiliki fungsi untuk mendiagnosis sejauh mana siswa memahami konsep sekaligus dapat melakukan penalaran dalam menyelesaikan soal genetika. Skoring tes yang dilakukan guru pun hanya berupa benar dan salah tanpa ada tindak lanjut penelusuran sebab-sebab kesalahan siswa dalam menjawab soal. Penilaian dengan tes diagnostik juga dapat membantu guru dalam mengidentifikasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal genetika sehingga guru dapat mencari cara yang tepat menangani kesulitan siswa.

(13)

5

siswa hanya memilih jawaban namun tidak menjelaskan bagaimana penalaran terhadap soal tersebut. Maka, bentuk soal tes diagnostik yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut yakni pilihan ganda beralasan dengan alasan pada tingkat kedua berbentuk uraian sehingga siswa menjabarkan secara langsung bagaimana alasan menjawab tingkat pertama. Dengan demikian, dapat tergambarkan bagaiamana proses bernalar siswa serta kesulitan yang dialami.

Berdasarkan pentingnya fungsi diagnostik dan keakuratan instrumen yang digunakan, maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan tes diagnostik pilihan ganda beralasan untuk menilai penalaran siswa SMA pada materi genetika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan tes diagnostik pilihan ganda beralasan untuk menilai penalaran siswa SMA pada materi genetika?”

Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, permasalahan penelitian dijabarkan dalam dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pengembangan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap penalaran siswa SMA pada materi genetika?

2. Bagaimana penalaran siswa SMA pada materi genetika yang dapat terungkap oleh instrumen tes diagnostik yang dikembangkan?

3. Apa saja kelebihan dan kelemahan instrumen tes diagnostik yang sudah dikembangkan?

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan dan mengarahkan penelitian agar sesuai dengan ruang lingkup yang dikaji, maka penelitian dibatasi sebagai berikut:

(14)

2. Penalaran siswa yang dinilai melalui instrumen tes diagnotik pilihan ganda beralasan mencakup tiga tingkatan yakni pemula, menengah, dan ahli.

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik yang dapat menilai penalaran siswa SMA pada materi genetika. Lebih khusus lagi penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjabarkan hasil pengembangan instrumen tes untuk mengungkap penalaran siswa SMA pada materi genetika

2. mendeskripsikan penalaran siswa pada materi genetika yang terungkap oleh instrumen tes diagnostik yang sudah dikembangkan

3. mengungkap kelebihan dan kelemahan tes diagnostik dalam menilai penalaran siswa pada materi genetika

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1. Bagi guru

a. Memberikan informasi mengenai hasil tes diagnostik penalaran siswa pada materi genetika yang dapat digunakan sebagai rujukan pengambilan keputusan

b. Merencanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana lebih baik

c. Memberikan rekomendasi instrumen tes diagnostik yang sudah dikembangkan untuk digunakan oleh guru sebagai alat dalam menilai penalaran siswa pada materi genetika

2. Bagi siswa

a. Mengetahui tingkat penalaran pada materi genetika beserta letak kesulitan yang dialami siswa

(15)

7

F. Struktur Organisasi Skripsi

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini berjenis deskriptif. Peneliti hanya menggambarkan kondisi di lapangan sesuai fakta yang terjadi tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Metode yang digunakan adalah pengembangan. Metode pengembangan pada penelitian ini digunakan untuk mengembangkan tes diagnostik pilihan ganda beralasan dalam menilai penalaran siswa pada materi genetika.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 12 Bandung. Pemilihan sekolah sebagai lokasi penelitian dikarenakan siswa-siswi SMAN 12 Bandung memiliki kemampuan penalaran yang heterogen berdasarkan observasi peneliti dan wawancara dengan guru Biologi. Waktu penelitian dimulai Januari 2015 hingga Mei 2015.

C. Responden Penelitian

Responden yang terlibat pada penelitian ini adalah siswa kelas XII semester 2 tahun ajaran 2014/2015 yang telah mendapatkan pembelajaran genetika. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling yakni setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk dilakukannya penelitian. Kelas yang digunakan dalam penelitian adalah XII IPA 1, XII IPA 2, dan XII IPA 3. Uji coba tes esai dilakukan di dua kelas berbeda yaitu kelas XII IPA 1 (uji coba I) berjumlah 37 siswa dan kelas XII IPA 3 (uji coba II) berjumlah 40 siswa. Uji coba tes pilihan ganda beralasan (uji coba III) dilakukan di kelas XII IPA 2 berjumlah 38 siswa.

D. Definisi Operasional

(17)

36

1. Tes diagnostik pilihan ganda beralasan merupakan seperangkat tes diagnostik penalaran genetika dengan bentuk soal pilihan ganda disertai alasan berbentuk uraian tertutup yang telah dikembangkan dari soal esai. 2. Penalaran siswa pada materi genetika merupakan kategorisasi proses

berpikir siswa saat menyelesaikan soal-soal genetika berdasarkan rubrik. 3. Penilaian penalaran siswa pada materi genetika merupakan pengukuran

terhadap penalaran siswa saat mengerjakan soal-soal genetika yang dikategorikan menjadi tiga tingkat penalaran yakni pemula, menengah, dan ahli.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal esai, rubrik penilaian instrumen tes diagnostik penalaran siswa pada materi genetika, catatan lapangan (field note), dan pedoman wawancara (untuk guru dan siswa).

1. Soal Esai

Pembuatan soal esai mengacu kepada kisi-kisi soal penalaran siswa pada materi genetika (Lampiran 3). Soal yang sudah dibuat kemudian di-judgement kepada dosen ahli. Pada beberapa bagian soal dilakukan perbaikan sesuai rekomendasi dosen. Soal yang telah diperbaiki di-judgement kembali hingga benar-benar layak untuk digunakan. Soal esai disebarkan kepada siswa untuk memperoleh informasi awal tentang penalaran siswa ketika menyelesaikan soal-soal genetika. Hasil tes esai tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk pembuatan soal pilihan ganda beralasan.

2. Rubrik Penilaian Instrumen Tes Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika

(18)

Treagust (2010. hlm. 1079). Bentuk rubrik yang digunakan berupa daftar cocok (checklist). Jika instrumen tes diagnostik yang dikembangkan sesuai dengan

kriteria pada rubrik, maka peneliti memberi tanda centang pada kolom “Ya”. Jika tidak sesuai maka peneliti memberi tanda centang pada kolom “Tidak”. Adapun rubrik penilaian tersebut ditunjukan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Instrumen Tes Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika

No Kriteria Kesesuaian

Ya Tidak

1 Memenuhi taraf ketepatan (validity)

2 Memenuhi taraf kemantapan (reliability)

3 Memiliki kepraktisan untuk keperluan administrasi

4 Redaksi soal mudah dipahami siswa (tidak ambigu)

5 Petunjuk pengarah dapat meminimalisir peluang siswa memberikan penjelasan dengan luas

6 Dapat membedakan siswa tingkat penalaran pemula, menengah, dan ahli

7 Tingkat kesukaran soal lebih banyak sedang (tingkat penalaran menengah)

8 Dapat menelusuri pola penalaran siswa

9 Dapat menelusuri penguasaan konsep siswa

10 Hasil tes menunjukan grafik kurva normal

11 Kunci jawaban dan pedoman penilaian efektif digunakan untuk penilaian

12 Tidak mengalami kekurangan waktu saat pengerjaan soal (waktu pengerjaan soal sekitar 1 jam pelajaran atau 45 menit)

13 Bentuk soal dapat meminimalisir peluang siswa mengosongkan jawaban

3. Catatan Lapangan (Field Note)

Catatan lapangan berisi hal-hal penting yang terjadi saat proses penelitian. Hal yang dialami, dilihat, dan dipikirkan peneliti, dicantumkan dalam catatan lapangan. Peneliti menggunakan instrumen ini selama penelitian berlangsung mulai dari awal hingga akhir penelitian.

4. Pedoman Wawancara

(19)

38

bahwa untuk mengidentifikasi proses berpikir, siswa dirangsang dengan pertanyaan yang dapat membuat mereka menceritakan alur berpikir saat menyelesaikan soal.

Pedoman wawancara untuk guru berupa daftar pertanyaan untuk menanyakan pendapat mengenai kelebihan dan kelemahan instrumen tes diagnostik pilihan ganda beralasan. Berlawanan dengan wawancara kepada siswa, pertanyaan untuk wawancara kepada guru harus lebih subjektif karena guru lebih ditekan untuk mengungkapkan opininya tentang instrumen tes diagnostik (Adam & Wieman, 2011. hlm. 1295).

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahapan utama yaitu persiapan, penyusunan instrumen, uji coba instrumen, dan validasi. Adapun langkah-langkah penelitian pada setiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap pertama: Persiapan

Pada tahap pertama ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut. a. Identifikasi masalah tentang penalaran siswa pada materi genetika. b. Studi kurikulum yang digunakan di SMA tentang SK dan KD materi

genetika pada kurikulum KTSP 2006. Adapun SK dan KD kurikulum KTSP 2006 dapat dilihat pada Tabel 2.3

(20)

dikembangkan soal pilihan ganda beralasan dengan alasan berbentuk esai tertutup.

2. Tahap kedua: Penyusunan Instrumen

a. Membuat analisis materi berdasarkan hasil studi kurikulum dan studi literatur. Materi genetika dikelompokkan menjadi empat submateri yakni substansi genetika, pola-pola hereditas, pembelahan sel dan gametogenesis. Adapun analisis materi lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

b. Menyusun indikator soal untuk setiap submateri genetika. Satu submateri genetika melingkupi satu hingga beberapa indikator soal. Soal tingkat penalaran pemula terdiri atas submateri pola-pola hereditas dengan satu indikator, soal tingkat penalaran menengah terdiri dari submateri pola-pola hereditas dengan dua indikator, dan soal tingkat penalaran ahli terdiri atas submateri substansi genetika, pembelahan sel dan gametogenesis dengan tiga indikator. Adapun indikator soal untuk setiap tingkat penalaran dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini. Rincian lengkap indikator soal dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 3.2 Indikator Soal Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika

Jenis Soal Tingkat Penalaran

Submateri Indikator Soal

Pemula Pola-pola hereditas 3.4.1 Siswa dapat menentukan fenotip berdasarkan susunan genotip pada hukum Mendel

Menengah Pola-pola hereditas

3.4.2 Siswa dapat menentukan susunan genotip berdasarkan fenotip pada hukum Mendel 3.4.3 Siswa dapat menentukan susunan genotip

berdasarkan fenotip pada penyimpangan semu hukum Mendel

Ahli

Substansi genetika

3.1.1. Siswa dapat menjelaskan konsep gen, DNA, dan kromosom

3.2.1 Siswa dapat menjelaskan proses sintesis protein Pembelahan sel dan

Gametogenesis

3.3.1. Siswa dapat mengaitkan proses mitosis dan meiosis dengan pewarisan sifat

(21)

40

pembuatan soal biasa. Tingkat kesukaran mudah disamakan dengan tingkat penalaran pemula, tingkat kesukaran sedang disamakan dengan tingkat penalaran menengah, dan tingkat kesukaran sukar disamakan dengan tingkat penalaran ahli. Kisi-kisi soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, soal esai yang dibuat berjumlah 20 item dengan perincian soal tingkat penalaran pemula 5 buah (25%), soal tingkat penalaran menengah 10 buah (50%), dan soal tingkat penalaran ahli 5 buah (25%).

d. Membuat tabel spesifikasi soal yang mengacu kepada kisi-kisi soal. Pada tabel spesifikasi ini, setiap indikator diturunkan menjadi pokok bahasan yang lebih spesifik. Setiap pokok bahasan dibuat menjadi satu hingga beberapa soal berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Pemberian nomor soal pada setiap pokok bahasan dilakukan tidak berurutan namun secara acak. Hal ini bertujuan agar setiap jenis soal tingkat penalaran terdistribusi dengan merata dan tidak mendominasi nomor-nomor awal atau nomor-nomor akhir pada soal. Tabel spesifikasi soal dapat dilihat pada Lampiran 4.

e. Membuat soal esai beserta kunci jawaban dan rubrik pedoman penilaian berdasarkan kisi-kisi yang sudah dibuat. Soal esai yang dibuat berupa uraian terbuka yang bertujuan untuk menggali keadaan awal siswa sebagai bahan pembuatan soal pilihan ganda beralasan. Pembuatan soal juga disertai keterangan waktu dengan pemberian kolom kosong di bagian akhir soal. Pada bagian kolom kosong tersebut siswa akan menuliskan waktu pengerjaan awal dan akhir setiap butir soal. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara pasti waktu pengerjaan untuk setiap soal berdasarkan tingkat kesulitannya. Setiap soal juga dibubuhkan skor bertujuan agar siswa dapat mengetahui skor maksimal untuk setiap butir soalnya.

(22)

yang sudah di-judgement dapat dilihat pada Lampiran 5 dan kunci jawaban serta rubrik pedoman penilaian dapat dilihat pada Lampiran 6.

3. Tahap Ketiga : Ujicoba Instrumen

a. Melaksanakan uji coba I yakni tes esai terbuka. Soal esai yang telah di-judgement diujicobakan kepada siswa kelas XII IPA 1. Saat

pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan.

b. Menganalisis hasil uji coba I menggunakan software ANATES untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Jika nilai validitas dan reliabilitas soal rendah, maka perlu dilakukan uji coba kembali agar instrumen benar-benar valid. Jika terdapat butir soal yang masih belum layak, maka dilakukan perbaikan terkait konstruksi dan isi materi pada soal. Analisis juga dilakukan dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan pengembangan instrumen.

c. Menyusun soal esai tertutup dengan bentuk soal A dan B. Pembuatan soal esai tertutup ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang tidak mengisi soal esai terbuka pada uji coba I. Hal ini dikarenakan siswa merasa jenuh ketika mengisi soal esai terbuka. Pembuatan soal A-B juga dapat mengefektifkan waktu pengerjaan soal. Jumlah butir soal untuk setiap set A-B adalah 10 soal dengan proporsi tingkat penalaran pemula, menengah, dan ahli yang merata. Pembuatan soal mengacu kepada tabel spesifikasi soal A-B yang tertera pada Lampiran 9.

(23)

42

serta rubrik pedoman penilaian dapat dilihat pada Lampiran 12 (Soal A) dan Lampiran 13 (Soal B).

e. Melaksanakan uji coba II yakni tes esai tertutup A-B kepada siswa kelas XII IPA 3. Setiap siswa pada bangku yang sama akan mendapatkan set soal yang berbeda. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan.

f. Menganalisis hasil uji coba II menggunakan software ANATES untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Jika nilai validitas dan reliabilitas soal rendah, maka perlu dilakukan uji coba kembali agar instrumen benar-benar valid. Jika terdapat butir soal yang masih belum layak, maka dilakukan perbaikan terkait konstruksi dan isi materi pada soal. Analisis juga dilakukan dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan penyusunan instrumen pilihan ganda beralasan.

(24)

h. Melaksanakan judgement soal esai tertutup kepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan dilakukan revisi kemudian di-judgement kembali hingga instrumen benar-benar layak digunakan. Soal yang telah layak jumlahnya tetap tidak mengalami perubahan yakni 20 butir soal pilihan ganda beralasan. Soal yang sudah di-judgement dapat dilihat pada Lampiran 16. Kunci jawaban serta rubrik pedoman penilaian dapat dilihat pada Lampiran 17.

i. Melaksanakan uji coba III yakni tes pilihan ganda beralasan kepada siswa kelas XII IPA 2. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan.

j. Menganalisis hasil uji coba III menggunakan software ANATES untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Jika nilai validitas dan reliabilitas soal rendah, maka perlu dilakukan uji coba kembali agar instrumen benar-benar valid. Jika terdapat butir soal yang masih belum layak, maka dilakukan perbaikan terkait konstruksi dan isi materi pada soal. Analisis juga dilakukan dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan perbaikan instrumen akhir.

4. Tahap keempat: Validasi

a. Melakukan validasi berupa uji kecocokan melalui wawancara kepada perwakilan siswa yang berada pada tingkat penalaran pemula, menengah, dan ahli.

b. Menganalisi hasil uji kecocokan berdasarkan hasil wawancara.

c. Menganalisis kelebihan dan kelemahan perangkat penilaian yang dikembangkan.

d. Mewawancarai guru untuk mengetahui tanggapan guru tentang perangkat penilaian.

(25)

44

G. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh melalui tes esai, tes diagnostik pilihan ganda beralasan, wawancara, dan observasi. Rangkuman teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.3.

1. Tes Esai

Tes esai digunakan di awal penelitian bertujuan untuk mengetahui keadaan awal siswa. Menurut Chandrasegaran, et al. (2007. hlm. 295), tes esai lebih efektif dilakukan untuk memperoleh respon awal siswa dibandingkan metode wawancara. Metode wawancara cukup memakan waktu terutama jika siswa yang diwawancarai jumlahnya banyak (Adam & Wieman, 2011. hlm. 1297).

Tahap awal pembuatan tes esai adalah dengan melakukan studi literatur dan studi kurikulum. Studi literatur untuk mencari referensi terkait penalaran siswa pada materi genetika dan studi kurikulum untuk mencari referensi materi genetika yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku di sekolah. Tahap selanjutnya yakni pembuatan indikator soal berdasarkan studi literatur dan studi kurikulum. Kemudian, menyusun kisi-kisi soal sebagai acuan pembuatan soal esai. Soal esai yang dibuat di-judgement kepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan saat judgement, instrumen diperbaiki kemudian di-judgement kembali hingga

instrumen benar-benar layak untuk digunakan.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tes esai. Pada penelitian ini dilakukan dua kali pelaksanaan tes esai yakni uji coba I dan uji coba II. Jika validitas dan reliabilitas pada uji coba I sudah baik, maka tidak perlu dilakukan uji coba II. Data hasil tes yakni berupa jawaban siswa dilakukan pengolahan untuk kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi pola jawaban siswa yang digunakan sebagai bahan pembuatan soal pilihan ganda beralasan dan analisis pokok uji untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada uji coba I dan II dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk pengembangan instrumen selanjutnya.

2. Wawancara

(26)

Data yang diambil berupa kecocokan hasil tes dengan jawaban lisan siswa saat dilakukan wawancara. Siswa yang diwawancarai merupakan perwakilan tingkat penalaran pemula, menengah, dan ahli. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis.

Wawancara kepada guru dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan instrumen. Hasil wawancara kemudian diolah dianalisis untuk dijadikan sebagai bahan rekomendasi penelitian selanjutnya.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti secara langsung untuk mengamati fakta dan peristiwa penting yang terjadi selama penelitian. Hasil observasi dicatat dan dijadikan sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan dianalisis. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk menilai instrumen tes diagnostik penalaran siswa pada materi genetika. Peneliti mengamati langsung kesesuaian instrumen tes diagnostik penalaran siswa pada materi genetika dengan rubrik berdasarkan kriteria yang sudah dibuat sebelumnya. Hasil penilaian diberikan tanda checlist pada kolom yang tertera pada rubrik.

Tabel 3.3 Rangkuman Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen Jenis Data Sumber

Data

Hasil uji validasi (kecocokan) siswa berdasarkan hasil tes diagnostik

Opini tentang kelebihan dan

kelemahan instrumen Guru

Observasi Catatan lapangan (field note)

Catatan peristiwa dan fakta penting yang terjadi selama penelitian

(27)

46

kesesuain instrumen dengan rubrik, analisis kelemahan dan kelebihan instrumen, analisis hasil wawancara dengan siswa (uji kecocokan), dan analisis hasil wawancara dengan guru.

1. Analisis Materi

Langkah awal analisis materi yakni dengan studi literatur dan studi kurikulum. Tujuan studi literatur adalah untuk mendapatkan referensi tentang penalaran siswa pada materi genetika. Referensi diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan jurnal penelitian. Studi kurikulum dilakukan pada kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran Biologi kelas XII. Tujuan studi kurikulum ini adalah untuk mengetahui SK dan KD materi genetika yang digunakan di sekolah.

Langkah selanjutnya yakni menganalisis materi genetika berdasarkan hasil studi literatur dan studi kurikulum untuk penyusunan kisi-kisi soal. Pada penelitian ini, materi genetika yang dijadikan sebagai bahan kisi-kisi diperoleh dari kerangka model dan indikator penalaran genetika (Hickey et al., 2000. hlm. 170; Tsui & Treagust, 2010. hlm. 1077) serta KD materi genetika pada kurikulum yang digunakan sekolah. Analisis dilakukan pada dua sumber referensi tersebut untuk mendapatkan materi genetika yang lengkap sebagai bahan penyusunan kisi-kisi soal tes diagnostik penalaran siswa yang kemudian akan dikembangkan menjadi soal esai dan pilihan ganda beralasan.

2. Analisis Pelaksanaan Uji Coba Instrumen

(28)

3. Analisis Jawaban Siswa

Analisis jawaban siswa pada uji coba I dan II dilakukan perbutir soal karena bentuk soal yang diujicobakan adalah esai. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2009. hlm. 64) bahwa untuk menghindari adanya halo effect yakni unsur-unsur yang dapat mempengaruhi pemberian nilai, analisis soal esai dilakukan soal demi soal, bukan siswa demi siswa. Hasil analisis jawaban siswa dijadikan sebagai bahan pembuatan soal pilihan ganda beralasan.

Langkah-langkah analisis jawaban siswa pada tes esai yakni uji coba I dan II adalah dengan membaca jawaban siswa satu persatu setiap butir soal kemudian memahami dan memaknai maksud yang siswa tuliskan. Joni (1986. hlm. 77) mengungkapkan bahwa soal esai menuntut siswa menunjukan apa yang dikuasainya secara maksimal, mengorganisir buah pikiran, serta mengekspresikan diri secara tertulis dibandingkan soal objektif. Oleh karena itu jawaban siswa akan beragam dan perlu dimaknai agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penilaian. Jawaban dan alasan siswa dicocokan dengan kunci jawaban dan rubrik pedoman penilaian. Jawaban yang tepat selanjutnya dijadikan sebagai kunci jawaban pada soal pilihan ganda beralasan sedangkan jawaban yang salah, dijadikan sebagai distraktor (pengecoh).

Langkah-langkah analisis jawaban siswa pada tes pilihan ganda beralasan (uji coba III) hampir sama dengan sebelumnya. Bagian pilihan ganda langsung dicocokan dengan kunci jawaban dan bagian alasan yang berbentuk esai dinilai sama seperti uji coba I dan II yakni menggunakan rubrik penilaian. Selain analisis jawaban, dilakukan pula identifikasi untuk mendapatkan informasi apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak dan mengalami kesalahan penalaran atau tidak. Kemudian hasilnya dipersentasikan untuk memperoleh gambaran pola siswa saat menjawab dan melakukan penalaran ketika menyelesaikan soal genetika.

4. Analisis Pokok Uji

(29)

48

a. Validitas digunakan untuk mengetahui keakuratan soal dalam mengukur apa yang akan diukur. Adapun rumus untuk mencari

rxy = koefisien korelasi suatu butir/item

N = jumlah subyek X = skor suatu butir/item Y = skor total

Nilai yang didapat kemudian diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Antara 0,800 sampai dengan 1,00 validitas sangat tinggi 2) Antara 0,600 sampai dengan 0,800 validitas tinggi 3) Antara 0,400 sampai dengan 0,600 validitas cukup 4) Antara 0,200 sampa dengan 0,400 validitas rendah 5) Antara 0,00 sampai dengan 0,200 validitas sangat rendah

b. Reliabilitas merupakan nilai kepercayaan dari suatu soal. Adapun rumusnya sebagai berikut:

Nilai yang didapat kemudian diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:

1) 0,80 sampai 1 reliabilitas sangat tinggi 2) 0,60 sampai 0,79 reliabilitas tinggi 3) 0,20 sampai 0,59 reliabilitas rendah

(30)

c. Taraf kesukaran merupakan tingkat kesulitan soal yang rentangnya mulai dari 0,0 (sukar) hingga mudah 1,0 (mudah). Adapun rumusnya sebagai berikut:

P = indeks kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa tes Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: 1) 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

2) 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang 3) 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

d. Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal dalam membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai. Rentangnya mulai dari -1,00 (daya pembeda negatif), 0,00 (daya pembeda rendah), dan 1 (daya pembeda baik). Adapun rumusnya sebagai berikut:

D = daya pembeda

JA = jumlah siswa kelompok atas JB = jumlah siswa kelompok bawah

BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar soal dengan benar

BB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut: 1) 0,00 sampai 0,20 adalah jelek

(31)

50

5. Analisis Perbaikan Soal

Analisis perbaikan soal dilakukan dengan identifikasi letak kesalahan soal. Selanjutnya, soal diperbaiki dengan merubah soal baik dari segi konstruksi maupun isi. Perbaikan dari segi kontruksi meliputi bentuk soal, redaksi soal, dan petunjuk soal. Perbaikan isi meliputi perbaikan konten soal seperti konsep atau materi yang ditanyakan pada soal, kunci jawaban, dan pemberian bobot skor pada soal.

6. Analisis Penilaian Penalaran Siswa pada Materi Genetika

Analisis penilaian penalaran siswa pada materi genetika dilakukan berdasarkan hasil uji coba. Langkah-langkah analisis soal pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Melakukan skoring pada jawaban siswa. Skoring tingkat pertama berbeda dengan tingkat kedua. Hal ini dikarenakan bentuk soal pada kedua tingkat berbeda. Skoring tingkat pertama yang berbentuk pilihan ganda, mengacu kepada kunci jawaban yakni setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Skoring tingkat kedua yang berbentuk esai mengacu kepada rubrik pedoman penilaian yang sudah dibuat sebelumnya. Alasan yang siswa tuliskan diberi skor sesuai bobot yang sudah ditentukan pada rubrik pedoman penilaian. Setiap butir soal memiliki bobot skor yang berbeda-beda.

b. Menjumlahkan skor tiap butir soal menjadi skor total. Kemudian skor total diubah menjadi skala 100. Adapun rumusnya sebagai berikut.

N = nilai

S = jumlah skor yang diperoleh siswa JS = jumlah skor maksimal

(32)

dibuat yakni tingkat penalaran pemula 25% menengah 50% dan ahli 25%. Adapun kriteria penilaian tercantum pada pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Penalaran Siswa

Nilai Tingkat Penalaran

0-25 Pemula

26-75 Menengah

76-100 Ahli

d. Mengakumulasi jumlah siswa pada setiap tingkat penalaran. Hasil akumulasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan pembacaan data. Akumulasi kemampuan siswa pada suatu kelompok akan berbentuk seperti kurva normal yaitu kemampuan menengah cenderung lebih banyak dibandingkan kemampuan pemula dan ahli (Makmun, 2007. hlm. 199).

7. Analisis Kesesuaian Instrumen Tes Diagnostik dengan Rubrik Penilaian Instrumen tes diagnostik penalaran siswa pada materi genetika dilakukan penilaian menggunakan rubrik penilaian (Tabel 3.1), dengan membubuhkan tanda checklist pada kolom yang telah disediakan. Seluruh tanda checklist

pada kolom “Ya” dijumlahkan lalu kemudian dipersentasikan. Adapun rumus untuk menghitung persentasi kesesuaian instrumen dengan rubrik penilaian adalah sebagai berikut

P = persentasi (%)

JC = jumlah tanda checklist pada kolom “Ya” JR = jumlah kriteria pada rubrik

8. Analisis Kelemahan dan Kelebihan Instrumen

(33)

benar-52

benar valid. Identifikasi hasil analisis ini akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pengembangan instrumen selanjutnya.

9. Analisis Hasil Wawancara dengan Siswa (Uji Kecocokan)

Wawancara yang dilakukan berupa uji kecocokan antara hasil tes dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Kecocokan yang dianalisis meliputi kesesuaian hasil jawaban dan alasan pada saat tes dengan hasil wawancara. Uji kecocokan dilakukan pada setiap butir soal pilihan ganda beralasan berjumlah 20 item. Adapun persentasi kecocokan yang diberikan pada setiap butir soal adalah:

a. 100% jika jawaban dan alasan hasil wawancara sesuai dengan hasil tes b. 75% jika salah satu jawaban atau alasan hasil wawancara kurang sesuai

dan yang lainnya sesuai dengan hasil tes

c. 50% jika salah satu jawaban atau alasan tidak sesuai dengan hasil tes d. 25% jika salah satu jawaban atau alasan hasil wawancara kurang sesuai

dan yang lainnya tidak sesuai dengan hasil tes

e. 0% jika jawaban dan alasan hasil wawancara tidak sesuai dengan hasil tes

Persentasi setiap butir soal kemudian dirata-ratakan untuk memperoleh persentasi akhir pada setiap tingkat penalaran. Jika siswa yang diwawancarai pada satu tingkat penalaran lebih dari satu orang, maka persentasi kecocokan setiap butir soal dirata-ratakan terlebih dahulu kemudian dicari rata-rata akhir. Sehingga data yang diperoleh adalah rata-rata persentasi uji kecocokan untuk seluruh siswa pada tingkat penalaran tertentu.

10. Analisis Hasil Wawancara dengan Guru

(34)

Tahap pertama: persiapan

Identifikasi masalah

Studi kurikulum

Studi literatur

Tahap kedua: penyusunan instrumen

Membuat indikator soal

Membuat kisi-kisi & tabel spesifikasi

Membuat soal esai terbuka

Judgement ↔ revisi

Tes esai terbuka (uji coba I)

Analisis hasil uji coba I

Pengulangan tes esai (esai tertutup)

uji coba II

Menyusun soal pilihan ganda beralasan berdasarkan hasil tes esai Tahap ketiga:

Uji coba instrumen

Judgement ↔ revisi

Tes pilihan ganda beralasan (uji coba III) Analisis hasil uji coba II

Analisis hasil uji coba III

Tahap keempat: Validasi

Uji kecocan berupa wawancara

kepada siswa

Analisis hasil uji kecocokkan

Analisis kelebihan dan kekurangan instrumen

Wawancara kepada guru untuk

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, W.K. dan Wieman, C.E. (2011). Development and Validation of Instruments to Measure Learning of Expert-Like Thinking. International Journal of Science Education. 33(9). 1289-1312

Ahiri, J. dan Hafid, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran dalam Konteks KTSP. Bandung: Humaniora

Alhadlaq, Alshaya, Alabdulkareem, Perkins, Adams, dan Wieman. (2009)

Measuring Students’ Beliefs about Physics in Saudi Arabia. King Saud

University

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP

Campbell. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga

Chandrasegaran, A.L, Treagust, D, dan Mocerino, M. (2007). The Development of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating

Secondary School Students’ Ability to Describe And Explain Chemical

Reactions Using Multiple Levels Of Representation. Chemistry Education Research and Practice 8(3). 293-307.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Permen no 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Jakarta: Puskur-Balitbang Depdiknas

Djoko, F.W. (2011). Logika. Jakarta: PT Indeks

Hardiansyah (2011). Asesmen Kesulitan Belajar Siswa SMP dalam Mempelajari Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia., Bandung

Haslam, F dan Treagust, D. (1987). Diagnosing Secondary Student’s

(36)

Hickey, D.T., Wolfe. E.W, dan Kindfield. A.C.H. (2000). Assessing Learning in A Technology-Supported Genetics Environment: Evidential and Systemic Validity Issues. Educational Assessment. 6(3). 155–196

Hutasuhut, S. (2010). Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning ) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan pada Jurusan Manajemen FE Unimed. Universitas Negeri Medan. 2(1). 196-207

Joni, T. R. (1986). Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan. Surabaya: Karya Anda.

Khotimah, F. N. (2014). Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria dengan Menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Beralasan. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kiliç, D dan Sağlam, N. (2013). Students’ Understanding of Genetics Concepts:

The Effect of Reasoning Ability and Learning Approaches. Journal of Biological Education. 48(2). 63–70

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Jogjakarta: Graha Ilmu

Lawson, A. E. (1985). A Review of Research on Formal Reasoning and Science Teaching. Journal of Research In Science Teaching. 22(7). 569-617

Lohma, D.V dan Lakin, J.M. (2009). Reasoning and Intelligence. Amerika Serikat: University of Lowa

Makmun, A.S. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya

Maryam, S. (2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Mengungkap Kesulitan Belajar Siswa SMP dalam Mempelajari Konsep Pewarisan Sifat. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Molan, B. (2012). Logika Ilmu dan Seni Berpikir Kritis. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media

Munir, R. (2003). Diktat kuliah IF2153 Matematika Diskrit (Edisi Keempat)

Teknik Informatika ITB. [Online]. Tersedia:

http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Matematika%20Diskrit/

(37)

120

Nitko, A.J dan Brookhart, S.M. (2007). Educational Assessment of Student. New Jersey: Pearson Education

Odom dan Barrow. (1995). Secondary & College Biology Student’s Misconceptions about Diffusion & Osmosis. National Association of Biology Teachers. 57(7). 409-415

Paulus, G. M. dan Treagust, D.F. (1991) Conceptual Difficulties in Electricity and Magnetism. Journal of Science and Mathematics Education in South East Asia. 14(2). 47–53.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. (2006). Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia

Purwanto, M. N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan, Jenis Metode, dan Prosedur. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Shi, J., Wood, W.B., Martin, J.M., Guild, N.A., Vicens, Q., dan Knight, J.K., (2010). A Diagnostic Assessment for Introductory Molecular and Cell Biology. CBE Life Sciences Education. (9). 453-461

Sidharta, B.A. (2008). Pengantar Logika Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah. Bandung: Refika Aditama

Smith, M. K., Wood, W.B., dan Knight, J.K. (2008). The Genetics Concept Assessment: A New Concept Inventory for Gauging Student Understanding of Genetics. CBE Life Sciences Education. 7. 422–430

Soekadijo, R. G. (1999). Logika Dasar Tradisional, Simbolik, dan Induktif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya

(38)

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi Aksara

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Surajiyo, Astanto, dan Andiani. (2005). Dasar-dasar Logika. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Suryo. (2012). Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suwarto. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Jogjakarta: Graha Ilmu

Tan, K. C. D. dan Treagust, D. F. (1999). Evaluating Students Understanding of Chemical Bonding. School Science Review. 81(294). 75-83.

Treagust, D. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate

Student’s Misconceptions in Science. International Journal of Science

Education 10(2). 159-169

Treagust, D. (2006). Diagnostic Assessment in Science as A Means to Improving Teaching, Learning And Retention. Science and Mathematics Education Centre, Curtin University of Technology. 1-9

Tsui, C.Y Dan Treagust, D. (2007). Understanding Genetics: Analysis Of

Secondary Students’ Conceptual Status. Journal Of Research In Science

Teaching. 44(2). 205–235

Tsui, C.Y., dan Treagust, D. (2010). Evaluating Secondary Student’s Scientific

Reasoning In Genetics Using A Two-Tier Diagnostic Instrument. International Journal of Science Education. 32(8). 1073 – 1098.

Tüysüz, (2009). Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess

Students’ Understanding In Chemistry. Academic Journal. 4(6). 626-631

Wulan, A.R. (2007). Pengetian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, Dan

Pengukuran. [Online]. Tersedia:

http://File.Upi.Edu/Direktori/Sps/Prodi.Pendidikan_Ipa/197404171999032-Ana_Ratnawulan/Pengertian_Asesmen.Pdf [8 Mei 2014]

Gambar

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Instrumen Tes Diagnostik Penalaran Siswa pada
Tabel 3.2 Indikator Soal Diagnostik Penalaran Siswa pada Materi Genetika
Tabel 3.3 Rangkuman Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Penalaran Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu instrumen tes pilihan ganda dua tingkat yang dapat mendiagnosis miskonsepsi siswa pada materi gaya antarmolekul,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan dapat mengidentifikasi miskonsepsi- miskonsepsi yang dialami siswa pada

Penemuan dari penelitian ini adalah: (1) soal yang dinyatakan valid dari 18 butir soal setelah dilakukan validasi ulang adalah sebanyak 13 butir soal, dengan

Ciofalo & Wylie (2006) menyatakan bahwa pengecoh pada item pilihan ganda seharusnya tidak hanya memberikan informasi tentang pemahaman anak yang kurang pada

Kemungkinan jawaban (options) terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh (distractor)” (Anas Sudijono,2005:118). Tes objektif pilihan ganda memiliki beberapa

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran, daya beda, serta efektifitas distraktor soal pilihan ganda pada paket tes A diperoleh hasil akhir 40% item soal diterima,

Ketika setidaknya 5% peserta tes memutuskan untuk menggunakan distraktor soal, itu sangat ideal; f berpikir tingkat tinggi peserta didik, hasil pekerjaan penilaian pilihan ganda