• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA Skripsi"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA

Skripsi

Skripsi Oleh : Laila Agustina

K 2307035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

ii

PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA

Oleh : Laila Agustina

K 2307035

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Fisika Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(3)

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Senin

Tanggal : 24 Oktober 2011

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 11 Januari 2012

(5)

v ABSTRAK

Laila Agustina. K2307035. PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA

MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR

UNTUK SMA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui prosedur pengembangan tes

yang sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik dan menghasilkan produk

berupa tes pilihan ganda materi Suhu dan Kalor untuk SMA.

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yaitu mengembangkan

instrument tes, sehingga diperoleh hasil yang baik. Model pengembangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural yaitu model yang bersifat

deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan

produk berupa instrumen tes. Data diperoleh melalui daftar cek dan

wawancara.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Prosedur pengembangan

alat tes yang telah dilakukan yaitu: a) menyusun spesifikasi tes yang terdiri dari

tujuan tes, kisi-kisi tes, bentuk tes, dan panjang tes, b) menulis soal tes,

c) menganalisis soal secara kualitatif yang dilakukan oleh ahli, d) uji coba tes,

e) menganalisis secara kuantitatif dilihat dari daya beda, tingkat kesukaran,

keefektifan pengecoh, dan reliabilitas soal, f) melakukan revisi/perbaikan alat tes, “TES FISIKA SUHU DAN KALOR”, d) Waktu pelaksanaan tes yaitu 60 menit, e) Tes dilengkapi dengan prosedur kerja dan kunci jawaban

(6)

vi ABSTRACT

Laila Agustina. K2307035. MULTIPLE CHOICE TEST DEVELOPMENT THROUGH E-LEARNING IN PHYSICS CHAPTER TEMPERATURE AND HEAT FOR SENIOR HIGH SCHOOL. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, January 2012.

The purpose of this research are to know the development of test

procedures in accordance with the characteristics of a good physics tests and

produce a multiple-choice test chapter Temperature and Heat for Senior High

School.

This research includes the development of research that develop test

instrument, so obtain the good result. Development model used in this research is

the procedural model descriptive model that shows the steps to be followed to

produce a test instrument. Data obtained through the check list and interview. Data

analysis technique used is qualitative analysis and quantitative analysis.

Based on this research results, we can conclude that: 1) test development

procedures that have been made, namely: a) arranging a test specification that

consists of test purpose, test grating, form of the test, and length of the test, b) write

test, c) analyze the test in qualitative that conducted by experts, d) tryout the test, e)

analyze the test in quantitative consist of different views of power, the level of

difficulty, effectiveness detractors, and reliability, f) revised / repair the tests, g)

arranging the test, h) insert test into the media (Moodle), i) doing tests, j) know

result of the tests. 2) The product is a physics test chapter Temperature and Heat

tested through e-learning. Characteristics of the test are: a) multiple choice with

five answer choices, b) consist of 30 number of test and the test can be seen in

www.smaonlineict.orgfree.com, c) The name of the package of the test is

"PHYSICS TEST TEMPERATURE AND HEAT ", d) The timing of the test is 60

minutes, e) Test is equipped with work procedures and answer key.

(7)

vii MOTTO

“Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” Jadilah hamba yang selalu bersyukur dan berserah diri pada-Nya. (QS. Ar-Rahman : 13)

“Orang-orang besar akan senantiasa menganggap perkara dan masalah yang besar menjadi hal yang biasa dan sering dihadapi,tetapi orang kerdil akan menganggap

sekecil apapun masalahnya menjadi suatu beban terberat yang diterimanya”. ( Anis Matta )

Segala sesuatu yang terjadi tak akan pernah sia-sia. Maka menangislah bila kau

merasa sakit karena jatuh, kemudian berdirilah! Karena sesungguhnya ketika kau terjatuh kau akan belajar untuk bangun dan menjadi lebih baik lagi. ”Jika tidak ada

elang, Akulah elang”, kata belalang. (Penulis)

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu dan Ayahku yang telah memberikan

do’a dan nasehat yang belum bisa terbalas.

2. Kakak dan adik-adikku tercinta.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini.

Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat dapat

teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.

3. Bapak Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Y. Radiyono Selaku Dosen Pembimbing I Program Fisika Jurusan

P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

5. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Drs. Sardiyo, M.Pd Selaku Kepala SMA Negeri Jumapolo yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

7. Bapak Drs. Sri Wardoo, BSc, MT Selaku Kepala SMA Negeri Kebakkramat

yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Hasto Tyas Harjadi, S.Pd, M.Pd.. Selaku guru mata pelajaran Fisika

SMA Negeri Jumapolo yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan

selama penulis melakukan penelitian.

(10)

x

9. Bapak Sudaryono, S.Pd., M.Pd Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri

Kebakkramat yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis

melakukan penelitian.

10.Siswa-siswi kelas X.1 dan X.2. SMA Negeri Jumapolo. Terima kasih atas bantuan

dan kerjasamanya.

11.Siswa-siswi kelas X SMA Negeri Kebakkramat. Terima kasih atas bantuan dan

kerjasamanya

12. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

13.Kakak, adik-adikku, dan keponakanku tercinta yang senantiasa menjadi motivator.

14.Penyemangat terbaikku Aditya Syaifudin. Terima kasih atas semangat dan

dorongan demi selesainya Skripsi ini.

15.Sahabat-sahabatku Dwi Nuryani, Lina Wahyuningrum, Ninik Agustin, dan Surani.

Terima kasih atas persahabatan yang begitu indah

16.Sahabat-sahabatku di Prodi Fisika 2007 untuk segala dukungan, persahabatan, dan

bantuannya.

17.Teman-teman kos PIB (mb andina, tika, erin, phia, aning, mb feny, lyli, lita, evi,

reka, tia) yang selalu memberi warna tersendiri untuk segala dukungan dan

kekeluargaannya.

18.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya Skripsi yang telah dikerjakan ini masih

jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

(11)

xi

1. Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi ……..…………..

(12)

xii

c. Bentuk Tes……….

3. Syarat-Syarat Tes yang Baik………… ………..

a. Validitas………...

B. Penelitian yang Relevan………..

C.Kerangka Berfikir ………

D. Pertanyaan Penelitian………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….………...

A. Model Pengembangan……….

B. Prosedur Pengembangan………..

1. Menyusun Spesifikasi Tes ………...

2. Menulis Soal Tes………..

2. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian ………...

(13)

xiii

4. Instrumen Pengumpulan Data………..

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ………

1. Teknik Pengumpulan Data………...

2. Teknik Analisis Data………

BAB IV HASIL PENELITIAN………….………..

A. Deskripsi Hasil ……….………..

B. Keterbatasan Penelitiani ………...………....

C. Saran Pemanfaatan dan Pengembangan Lebih Lanjut……

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Tabel Hasil Telaah Kualitatif ... 50

Tabel 4.2 Tabel Hasil Telaah Kuantitatif ... 82

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Membuat Course Baru ... 24

Gambar 2.2 Pengisian Formulir Course ... 24

Gambar 2.3 Icon Edit Sumary ... 24

Gambar 2.4 Formulir Edit Sumary ... 25

Gambar 2.5 Tambah Aktivitas ... 25

Gambar 2.6 Formulir Kuis ... 26

Gambar 2.7 Editing Quiz... 27

Gambar 2.8 Pemilihan Jenis Kuis ... 28

Gambar 2.9 Jenis Pilihan Ganda ... 29

Gambar 2.10 Tampilan Daftar Soal ... 30

Gambar 2.11 Soal yang Telah Dipilih Untuk Kuis ... 30

Gambar 2.12 Kerangka Berfikir ... 35

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Tes... 37

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi ..

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ... 93

Lampiran 2 Silabus ... 99

Lampiran 3 Kisi-kisi Soal ... 105

Lampiran 4 Hasil Penelaahan Ahli ... 109

Lampiran 5 Hasil Validitas Isi Oleh Ahli ... 133

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Telaah Kuantitatif ... 136

Lampiran 7 Data Uji Coba ... 144

Lampiran 8 Soal Uji Coba ... 148

Lampiran 9 Kunci Jawaban... 172

Lampiran 10 Alat Tes ... 181

Lampiran 11 Surat-surat... 191

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui

sistem penilaian. Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah,

aspek-aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal,

pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk

memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian

sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh sebab itu, kemampuan para

guru dan calon guru dalam aspek-aspek tersebut mutlak diperlukan.

Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan pembelajaran

yang dilaksanakan menduduki posisi yang tidak kalah penting dari kegiatan atau

pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Berbagai keputusan pendidikan yang

berupa keputusan diagnostik, bimbingan dan konseling, tes penempatan serta

kelulusan siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi hasil belajar berupa ulangan

harian, Ulangan Semester (US) dan Ujian Akhir Nasional (UAN).

Keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar di sekolah sangat tergantung

pada kemampuan guru dalam membuat soal, melaksanakan ujian, serta mengolah

hasil ujian tersebut. Dengan demikian, kemampuan guru dalam membuat soal

yang baik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

kegiatan evaluasi di sekolah.

Dari hasil observasi awal di beberapa sekolah di Kabupaten Karanganyar

ditemukan beberapa fakta antara lain: 1) soal banyak yang dianulir. 2) soal yang

tidak memiliki kunci jawaban, 3) soal banyak direvisi di depan kelas saat

pelaksanaan tes, 4) pencetakan yang kurang baik sehingga tulisan susah di baca.

Dari kasus-kasus di atas dapat dilihat bahwa persiapan dalam melakukan tes

kurang. Masih jarang guru yang memperhatikan prosedur pembuatan tes yang

baik. Soal terkesan dibuat mendadak dan terburu-buru sehingga menghasilkan

(18)

dalam menguasai suatu materi. Jika soal yang dibuat kurang baik maka soal

tersebut juga diragukan apakah sudah dapat mengukur kemampuan siswa atau

belum. Oleh karena itu pengembangan soal dengan memperhatikan

prosedur-prosedur pembuatannya sangatlah penting untuk menghasilkan soal dengan

kualitas yang baik.

Persaingan dunia pendidikan semakin hari semakin ketat. Masing-masing

lembaga menawarkan fasilitas belajar yang eksklusif. Program pembelajaran juga

sering dibuat seolah-olah disesuaikan dengan kebutuhan calon peserta didiknya

walaupun kenyataannya jauh dari harapan. Tidak jarang sekolah mempromosikan

diri sebagai sekolah dengan pembelajaran berbasis IT. Pembelajaran berbasis IT

telah merambah di berbagai tingkatan sekolah. Permasalahan yang muncul adalah

ketika lembaga atau institusi memproklamirkan diri sebagai sekolah yang berbasis

IT (e-learning), tetapi banyak guru justru belum memahami pemanfaatan dari IT

itu sendiri. Salah satunya dalam hal evaluasi.

Masih jarang sekali guru yang memanfaatkan kecanggihan IT dalam

evaluasi. Kebanyakan tes sekarang masih dalam bentuk cetak. Padahal jika guru

mau menilik tes dengan menggunakan e-learning jauh lebih mudah dan praktis.

Proses pengkoreksian cepat dan lebih hemat kertas sehingga tidak menambah

masalah lingkungan.

Salah satu software e-learning yang biasa digunakan dalam evaluasi yaitu

MOODLE. MOODLE sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented

Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan

menggunakan model berorientasi objek. Software ini memiliki banyak kelebihan

terutama dalam evaluasi, misalnya dapat digunakan untuk membuat berbagai

macam bentuk tes seperti uraian, pilihan ganda, menyocokkan, dan lain-lain.

Uraian di atas memberikan gambaran betapa pentingnya melakukan

pengembangan tes Fisika untuk evaluasi hasil belajar siswa, sehingga informasi

yang didapatkan melalui evaluasi hasil belajar dapat mencerminkan hal yang

sebenarnya.

Berdasarkan dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

(19)

MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang

dapat terindetifikasi. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Ada beberapa guru dan calon guru yang memperhatikan pembuatan soal dan

mengolah hasil evaluasi, sesuai dengan ketentuan langkah-langkah dalam

pembuatan perangkat tes yang baik.

2. Belum dikembangkannya oleh guru langkah-langkah dalam pembuatan

perangkat tes dan pemilihan butir tes Fisika yang baik untuk siswa, agar sesuai

dengan kurikulum sekolah dan kemampuan peserta tes.

3. Masih ditemukan soal-soal yang belum memenuhi kriteria baik.

4. IT belum dimanfaatkan secara optimal untuk melakukan evaluasi hasil belajar

siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini

penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Evaluasi dilakukan melalui e-learning berbasis MOODLE di kelas

ICT/laboratorium komputer di mana ada fasilitas komputer dan akses internet

2. Tes yang dikembangkan adalah berupa tes pilihan ganda (multiple choice)

3. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo dan SMA

Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2010-2011

4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor.

(20)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka

dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan tes yang sesuai dengan karakteristik tes

Fisika yang baik?

2. Bagaimana hasil pengembangan tes pilihan ganda melalui e-learning (berbasis

MOODLE) pada Fisika SMA materi Suhu dan Kalor

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka

tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui prosedur pengembangan tes yang sesuai dengan karakteristik tes

Fisika yang baik

2. Menghasilkan produk berupa tes pilihan ganda untuk SMA materi Suhu dan

Kalor

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Penelitian ini mengembangkan produk berupa soal tes yang digunakan

untuk evaluasi pembelajaran pada bab Suhu dan Kalor kelas X. Tes yang

dikembangkan berupa tes pilihan ganda (multiple choice). Pengujian tes dilakukan

melalui e-learning berbasis MOODLE.

G. Manfaat Penelitian Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan butir soal Fisika suhu dan kalor yang baik

2. Dapat memberikan informasi mengenai perangkat pembuatan tes yang mudah

dan praktis

3. Dapat memberikan informasi yang berharga terutama bagi guru Fisika

mengenai kualitas soal bab suhu dan kalor

4. Dapat dijadikan acuan bagi yang berkompeten, khususnya guru-guru dalam

(21)

5. Dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Fisika,

sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

6. Dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah SMA jurusan

IPA terutama mata pelajaran Fisika. Hal ini dikarenakan dalam mengukur

kemampuan siswa betul-betul sudah mengunakan alat ukur yang baik

(22)

6 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melaksanakan evaluasi,

yaitu pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Pendapat Allen & Yen yang dikutip

oleh Djemari Mardapi (2004:13) mengatakan bahwa ”pengukuran adalah

penetapan angka dengan cara sistematik untuk menyatakan keadaan individu.”

Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Selain itu, akhir-akhir ini dikembangkan kemampuan emosi, yaitu kemampuan

mengendalikan emosi. Kemampuan ini ikut menentukan kesuksesan seseorang

dalam melaksanakan pekerjaan.

Pendapat TGAT yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:13)

mengatakan: ”asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai

unjuk kerja individu atau kelompok.” Proses asesmen meliputi pengumpulan

bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu

diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau

laporan diri. Definisi asesmen berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti

karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas,

dan administrasi.

Pendapat Griffin dan Nix yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:13)

menyatakan bahwa ”pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki.

Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dan kriteria, asesmen menjelaskan

dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai

implikasi atau perilaku. Bisa perilaku individu atau lembaga.” Sifat yang hirarkis

ini menunjukan bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan

asesmen

a. Pengukuran

Pendapat Guilford yang dikutip oleh Tim Pengembang Pedoman Umum

(23)

penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu”. Pengukuran

pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi

unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar.

Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Tes adalah seperangkat

pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Non-tes berisi pertanyaan

atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Pengukuran

pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa

angka, sedangkan yang kualitatif hasilnya bukan angka tetapi pernyataan

kualitatif, yaitu yang berupa pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat

kurang, dan sebagainya.

b. Penilaian

Penilaian atau asesmen adalah istilah umum yang mencakup semua

metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik

atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk

menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian menurut Griffin & Nix

yang dikutip oleh Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian

(2004:8): ”suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan

karakteristik seseorang atau sesuatu.” Definisi penilaian berhubungan dengan

setiap bagian dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi

mencakup semua proses mengajar dan belajar. Kegiatan penilaian oleh karenanya

tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup

karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah.

Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal atau informal, untuk

menghasilkan informasi tentang peserta didik, yaitu: tes tertulis, tes lisan, lembar

pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga

diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

c. Evaluasi

”Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan

programnya” (Djemari Mardapi, 2004:19). Fokus evaluasi adalah individu, yaitu

(24)

diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan mana yang belum, dan

selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.

Menurut pendapat Griffin & Nix yang dikutip oleh Djemari Mardapi

(2004:19) ”Evaluasi adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil

pengukuran. Menurut definisi ini kegiatan evaluasi selalu didahului dengan

kegiatan pengukuran dan penilaian.”

Menurut pendapat Tyler yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:19): ”evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.” Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu memuat

masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan dan

keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan

kebijakan berikutnya.

2. Tes a. Pengertian Tes

Menurut Djemari Mardapi (2004:71) ”tes merupakan sejumlah

pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah”. Tes diartikan juga

sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah

pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat

kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai

tes. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau

sekelompok orang. Karakteristik ini bisa berupa kemampuan atau ketrampilan

seseorang. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat

kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang

terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Oleh karena itu, agar diperoleh

informasi yang akurat dibutuhkan tes yang handal.

Menurut Suharsimi Arikunto (1995:51), ”tes merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Untuk

mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya: mencoret

(25)

Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu

pendidikan. Hasil tes untuk tujuan ini harus baik, yaitu memiliki kesalahan

pengukuran yang sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran ini dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu kesalahan acak dan sistematik. Kesalahan acak disebabkan

karena kesalahan dalam menentukan sampel isi tes, variasi emosi seseorang,

termasuk variasi emosi pemeriksa lembar jawaban jika lembar jawaban peserta tes

diperiksa secara manual. Sedangkan kesalahan sistematik adalah kesalahan yang

disebabkan karena soal terlalu mudah atau terlalu sukar. Ada pendidik yang

cenderung membuat tes yang terlalu sulit, tetapi ada juga yang cenderung selalu

membuat tes yang mudah. Selain itu ada pula pendidik yang pemurah, dan ada

yang mahal dalam memberi skor. Hal-hal ini merupakan sumber kesalahan yang

sistematik.

”Ada beberapa istilah yang perlu kita ketahui dalam tes, yaitu testing, testee, dan tester.” (Djemari Mardapi, 2004: 71). Testing adalah waktu dimana tes

dilaksanakan, atau waktu pelaksanaan tes. Testee adalah orang yang dikenai tes,

atau orang yang mengerjakan tes. Sedangkan tester adalah orang melaksanakan

tes, atau pelaksana tes.

b. Tujuan Tes

Menurut Djemari Mardapi (2004:72) tujuan tes yang penting antara lain

untuk:

1) mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, 3) mendiagnosos kesulitan belajar peserta didik, 4) mengetahui hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil belajar, 6) mengetahui pencapaian kurikulum, 7) mendorong peserta didik belajar, dan 8) mendorong pendidik mengajar yamg lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik.

Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan

memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan.

”Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu: (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes

formatif, dan (d) tes sumatif.” (Djemari Mardapi, 2004:72). Pengujian berbasis

(26)

kemampuan dasar pada umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan

sumatif

Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran. Tes ini berguna untuk

mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik. Untuk mempelajari

suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan pendukung. Pengetahuan pendukung

ini diketahui dengan menelaah hasil tes penempatan. Apakah seseorang perlu

matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari hasil tes ini.

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi

peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila

diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti

proses pembelajaran pelajarn tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi tenyang

konsep-konsep yang belum dipahami dan yuang telah dipahami. Oleh karena itu,

tes ini mengandung materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat

kesulitan tes ini cenderung rendah.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat

keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk

memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang

semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan

atau sub pokok bahasan. Jadi tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan

keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses

pembelajaran.

Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester.

Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk pelajaran

tertentu. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian

sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi,

sedang materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. Hasil tes bisa

ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar dan atau keberhasilan mengajar.

Tujuan tes dari tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes

sumatif karena tes ini dilakukan di akhir pelajaran. Tes ini berfungsi untuk

(27)

c. Bentuk Tes

”Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non objektif” (Djemari Mardapi, 2004:73).

Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa

lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non objektif

adalah yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang penskorannya objektif, tidak

dipengaruhi oleh pemberi skor. Sedang yang non objektif sistem penskorannya

dipengaruhi subjektivitas pemberi skor.

”Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif” (Djemari Mardapi, 2004:73). Tes

uraian dapat dibedakan uraian objektif dan uraian non objektif. Tes uraian yang

objektif sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang soaial yang

jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban benar. Tes uraian non objektif

sering digunakan pada bidang ilmu-ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan

tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta tes.

”Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan

materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan” (Djemari Mardapi,

2004:73). Bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah sangat

tepat jika peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang

diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan ganda adalah lembar

jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat

dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidaklah mudah. Sedangkan

untuk bentuk tes uraian subjektif tepat digunakan untuk tes yang menuntut

pengetahuan dan penguraian dari peserta tes. Sehingga biasanya bentuk tes ini

digunakan pada bidang sosial.

Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang

batasnya jelas, misalnya mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, dan sebagainya.

Soal pada tes ini jawabannya hanya stu, mulai dari memilih rumus yang tepat,

(28)

Pada tes bentuk uraian objektif ini sistem penskoran dapat dibuat dengan jelas

dan rinci.

1) Tes Lisan di Kelas

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta

didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang

diajukan di kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan

yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan

pertanyaan, memberi waktu untuk berfikir, kemudian menunjuk peserta didik

untuk menjawabnya. Baik benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban

tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk menghidupkan kelas. (Disarikan dari

Djemari Mardapi, 2004:74)

2) Bentuk benar salah

”Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah pertanyaan yang bernilai benar atau salah” (Djemari Mardapi, 2004:74). Tugas testee adalah

menentukan pernyataan-pernyataan tersebut benar atau salah. Biasanya testee

diminta untuk memilih huruf B atau S yang telah disiapkan. Memilih B jika testee

menganggap pernyataan itu benar, dan memilih S jika testee menganggap

pernyataan itu salah.

3) Bentuk Pilihan Ganda

”Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan” (Djemari Mardapi,

2004:74). Dalam tes pilihan ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok

soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan

(pokok soal) adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan tentang

suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus dilengkapi dengan memilih

alternatif jawaban yang tersedia. Kunci jawaban adalah salah satu alternatif

jawaban yang merupakan pilihan benar yang diharapkan. Sedangkan pengecoh

adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban.

4) Bentuk Uraian Objektif

Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan umtuk bidang

(29)

melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya.

Objektif disini dalam arti tidak dipengaruhi oleh subjek tertentu. Jadi hasil

penskorannya apabila diperiksa oleh beberapa pendidik dalam bidang studi

tersebut hasilnya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini diantaranya adalah:

hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya. (Disarikan dari Djemari

Mardapi, 2004:75)

5) Bentuk uraian Non-objektif

Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan

cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. (Djemari Mardapi, 2004:75).

Pada tes uraian non-objektif ini siswa dituntut untuk menguraikan apa yang ada

dipikirnnya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kelebihan tes ini yaitu

dapat mengetahui sejauh mana tingkat berfikir siswa. Namun dibalik kelebihan

yang dimiliki, bentuk ini juga mempunyai kelemahan yaitu sifat kesubjektifitasan

itu sendiri. Selain itu diperlukan waktu yng lama dan ketelitian yang tinggi dalam

mengoreksinya.

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk tes objektif

pilihan ganda. Ada beberapa alasan mengapa menggunakan bentuk ini seperti

yang dinyatakan oleh Saifuddin Azwar (1996:75) yang dirangkum sebagai

berikut:

1. Komprehensif, dalam waktu tes yang singkat dapat memuat lebih banyak

item.

2. Pemeriksaan jawaban dan pemeriksaan skornya mudah dan cepat.

3. Kualitas item dapat dianalisis secara empirik.

4. Objektifitasnya tinggi

5. Umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan

6. Objektif. Tes pilihan ganda bersifat objektif sehingga siapapun yang

menilainya akan menghasilkan skor yang sama

Walaupun demikian tes pilihan ganda juga memiliki beberapa kelemahan,

antara lain:

(30)

2. Tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi

3. Ada kemungkinan siswa menjawab dengan cara menebak.

3. Syarat-Syarat Tes yang Baik

Untuk mengukur hasil belajar siswa, maka digunakan alat pengukuran

yang benar-benar dapat mengukur kemampuan belajar siswa. Alat untuk

mengukur dalam evaluasi belajar harus sebuah tes yang baik. Tes yang baik

sebagai alat pengukur hasil belajar apabila memenuhi prasyaratan tes yaitu

memiliki validitas, reliabilitas, objektifitas, kepraktisan, dan ekonamis (Suharsimi

Arikunto,1995:56)

a. Validitas

Validitas berasal dari kata valid, sedangkan untuk menggantinya sering digunakan ”sahih” atau ”tepat”, sehingga validitas sama dengan kesahihan (Suharsimi Arikunto, 1995:57). Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa

cermat suatu tes melakukan fungsi ukurannya. Tes hanya dapat melakukan fungsinya dengan cermat kalau ada ”sesuatu” yang diukurnya. Jadi, untuk dikatakan valid, test harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat.

(Djemari Mardapi, 2004:25)

Menurut Suharsimi Arikunto (1995:64-66), validitas dibagi menjadi

empat bagian yaitu :

1) Validitas isi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh

karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas ini sering

juga disebut validitas kurikuler.

2) Validitas Kontruksi

Validitas kontruksi adalah validitas yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana hasil pengukuran dianggap mencerminkan suatu konsep dalam teori

psikologi. Kontruksi psikologi adalah kualitas psikologis yang kita asumsikan

ada, supaya dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku. Kontruksi psikologis ini

(31)

digunakan tidak dapat langung mengukur kreativitas, tetapi hanya mengukur

indikator-indikator dari kreatifitas.

3) Validitas empiris

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai

dengan pengalaman. Maksudnya dalam hal ini hasil tes dibandingkan dengan hasil

tes yang telah lalu.

4) Validitas prediksi

Memprediksikan artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal

yang akan datang dan sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan

meramalkan apa yang akan pada masa yang datang (Suharsimi Arikunto, 1995:

66)

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Alasan

penggunaan validitas isi ini karena validitas ini mengukur tujuan khusus tertentu

yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan

b. Reliabilitas

Reliabilitas sering diterjemahkan sebagai dapat dipercaya/kepercayaan.

Suatu tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila

diteskan berkali-kali. ”Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes

tersebut menunjukkan ketetapan” (Suharsimi Arikunto, 1995:58). Reliabilitas

merupakan kriteria untuk menetapkan taraf ketelitian teknik atau alat penelitian;

bila digunakan untuk mengukur hasil belajar seorang siswa. Suatu alat ukur

dikatakan memiliki reliabilitas jika digunakan berulang-ulang untuk mengulang

objek yang dilakukan oleh orang yang sama maupun berlainan maka akan

menghasilkan hasil yang sama.

Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reliabilitas dengan

menggunakan pendekatan konsistensi internal formula Kudher-Richardson 20.

(32)

c. Objektivitas

”Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi” (Suharsimi Arikunto, 1995:59). Tes atau alat evaluasi dikatakan objektif bila

dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Sifat

subjektifitas timbul karena bentuk tes dan penilai. Tes yang berbentuk uraian akan

memberi banyak kemungkinan penilai untuk bertindak subjektif untuk

menghindari itu maka tes yang dikembangkan adalah berbentuk objektif.

d. Kepraktisan

Betapapun baiknya (valid dan reliabel) suatu tes untuk mengukur prestasi

siswa, tidak akan ada gunanya bila dalam pelaksanaannya dan pemberian skor

diperlukan waktu yang banyak, harga mahal atau menganggu kegiatan dan

kenyamanan siswa. Untuk itu tes harus dapat dilaksanakan artinya tes tersebut

bersifat praktis, mudah dalam administrasinya, tidak mahal, singkat, mudah

dilaksanakan, mudah diberi skor, dan tidak mengganggu kegiatan lain.

e. Ekonomis

”Suatu tes dikatakan ekonomis bila pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga banyak, dan waktu yang lama.”

(Suharsimi Arikunto, 1995:61)

4. Pengembangan Tes

Menyusun dan mengembangkan tes objektif yang baik sangat sulit,

karena tes yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Pengembangan tes objektif

harus memenuhi kaidah-kaidah, berupa langkah langkah yang perlu diikuti.

Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes

hasil atau prestasi belajar, yaitu:

a. Menyusun spesifikasi tes b. Menulis soal tes

c. Menelaah soal tes atau menganalisis secara kualitatif d. Melakukan ujicoba tes

e. Menganalisis butir soal atau menganalisis secara kuantitatif

(33)

g. Merakit tes h. Melaksanakan tes

i. Menafsirkan hasil tes (Djemari Mardapi, 2004:88)

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menyusun spesifikasi

tes yang meliputi tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan

menentukan panjang tes. Tujuan tes disini apakah itu untuk tes sumatif, formatif,

diagnostik atau penempatan. Tujuan harus ditentukan paling awal karena akan

mempengaruhi pada tahap-tahap selanjutnya. Setelah tujuan ditetapkan langkah

selanjutnya yaitu menyusun kisi-kisi tes. Kisi-kisi disini mencakup materi yang

akan diteskan, SK, KD, dan indikator-indikator yang ingin dicapai. Langkah

selanjutnya yaitu menentukan bentuk tes. Apakah nantinya tes tersebut bentuknya

objektif atau subjektif. Objektif disini bisa berupa pilihan ganda, menjodohkan,

benar salah dan sebagainya. Bentuk tes subjektif disini berupa uraian singkat.

Setelah semua ditentukan maka langkah selanjutnya adalah menentukan panjang

tes. Panjang tes disini dipertimbangkan dari waktu yang diperlukan dalam

pelaksaan tes dan waktu pengerjaan tiap soal.

Tahapan selanjutnya adalah penulisan soal. Setiap soal dalam tes akan

menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes.

Keseluruhan tes tidak akan menghasilkan informasi yang baik dari jumlah

informasi yang dihasilkan oleh soal-soalnya, maka tes yang baik harus terdiri dari

soal-soal yang ditulis dengan baik.

Langkah setelah soal ditulis adalah pengujian kualitas secara teoritis yang

sering disebut dengan telaah soal. Telaah ini pada dasarnya menekankan pada

penilaian segi materi, kontruksi dan bahasa dari butir soal yang dibuat Depdikbud

(1995)

Setelah soal dianalisis maka langkah selanjutnya adalah ujicoba soal di

lapangan. Setelah dilakukan ujicoba dilakukan penelaahan lagi. Penelaahan soal

berdasarkan data empiris dengan jalan ujicoba di lapangan. Telaah ini meliputi

taraf kesukaran, daya pembeda soal, reliabilitas, dan keefektifan pengecoh.

Setelah soal ditelaah secara kuantitatif, maka nantinya akan ada beberapa

(34)

Soal yang perlu revisi direvisi baik dari segi bahasa yang kurang dimengerti,

angka yang terlalu sulit dihitung, atau pengecoh yang tidak berfungsi dengan baik.

Setelah tahap revisi dilakukan, maka soal dirakit kembali. Soal inilah yang sudah

dianggap baik dan layak untuk dilakukan tes yang sesungguhnya.

5. E-learning

“Definisi e-learning adalah merupakan suatu jenis belajar mengajar yang

memungkinkan tersampaikannya bahanajar ke siswa dengan menggunakan media

internet, intranet atau media jaringan komputer lain.” (Muhammad Adri, 2008).

Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas

terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa

dengan media ini memang dimungkinkan terselenggaranya proses belajar

mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik

internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media

pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti

radio, televisi, CD interkatif dan lain-lain.

a. Fungsi e-learning

“Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di kelas (classroom instruction), yaitu sebagai tambahan (suplemen) yang sifatnya

pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).” (Fajar

Trihantoro, 2009:11).

1) Tambahan (suplemen)

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai

kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik

atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk

mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta

didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau

wawasan.

2) Pelengkap (komplemen)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran

(35)

siswa di kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik

diprogramkan untuk menjadi materi penguatan (reinforcement) atau remedial bagi

peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai pengayaan

(enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka

(fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran

elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya

agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas. Dikatakan sebagai program

remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami

materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners)

diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang

memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik

semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.

3) Pengganti (substitusi)

Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa

alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswa-nya.

Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan

perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. “Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka atau konvensional, (2) sebagian

secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya

melalui internet.” (Fajar Trihantoro, 2009:13).

Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih peserta didik

tidak menjadi masalah dalam penilaian, karena ketiga model penyajian materi

perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa

dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional

atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model

(36)

sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa

untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.

b. MOODLE

Salah satu aplikasi e-learning yaitu MOODLE, sebuah program aplikasi

yang dapat merubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam “ruang kelas” digital dalam proses pembelajaran. Perangkat pendukung pembelajaran seperti, materi

pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dapat dibuat. MOODLE itu sendiri adalah

singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment yang

berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek.

MOODLE merupakan sebuah aplikasi Course Management System

(CMS) yang gratis dapat diunduh, digunakan ataupun dimodifikasi oleh siapa

saja. Software aplikasi MOODLE dapat diunduh di alamat http://www.

moodle.org. CMS MOODLE dapat juga mengadministrasikan penilaian

pendidikan.

Syarat yang wajib dipenuhi dalam merancang MOODLE pada

e-learning yaitu:

1) Sederhana

Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning

itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.

2) Personal

Syarat personal berarti guru dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan siswa di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, siswa diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat siswa betah berlama-lama di depan layar komputernya.

3) Cepat

(37)

Dalam pemakaian suatu software sudah tentu ada kekurangan dan

kelebihannya. Penggunaan MOODLE untuk Penilaian Berbasis Kelas memiliki

beberapa kelebihan namun juga masih terdapat kekurangan yang perlu

disempurnakan. Kelebihan penggunaan MOODLE dalam Penilaian Berbasis

Kelas, diantaranya ;

1) MOODLE dapat diakses darimana dan kapan saja, sehingga lebih efektif. 2) Siswa tidak harus menemui guru secara langsung.

3) Guru dapat berinteraksi langsung satu persatu dengan siswa untuk memberikan feed back, memberikan penilaian kembali dan remidial teaching, karena kesempatan berinteraksi lebih banyak.

4) MOODLE mampu mengacak nomor soal, bahkan mengacak jawaban

soal pilihan ganda pada setiap soal sehingga siswa dapat memahami tidak menghafal jawaban saja.

5) Guru dapat mengatur batas waktu pengumpulan tugas atau pengerjaan kuis, sehingga tidak ada lagi keterlambatan pengumpulan. Siswa yang tidak tepat waktu mengumpulkan maka tidak dapat mengumpulkan tugasnya.

6) Semua aktivitas yang dilakukan siswa dapat diketahui oleh guru, karena tercatat semua.

7) Pekerjaan siswa bisa langsung diketahui nilainya, karena secara otomatis komputer akan mengoreksi jawaban dan langsung menampilkan nilainya saja sehingga mengurangi pekerjaan guru.

8) Semua file maupun jawaban siswa dapat tersimpan dengan rapi dan urut

dari tanggal pengumpulan atau pengerjaan, sehingga tidak mungkin ada file yang hilang tercecer.

9) Guru tidak perlu lagi membawa kertas-kertas pekerjaan siswa yang berarti mengurangi beban guru. (Fajar Trihantoro, 2009:16).

Walaupun MOODLE merupakan sebuah kemajuan teknologi dalam

bidang pendidikan, namun dalam pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas masih

memiliki beberapa kekurangan, yaitu;

1) Karena kurangnya Sumber Daya Manusia terkadang terjadi beberapa kesalahan maupun kegagalan proses koneksi.

2) Dalam penilaian, guru tidak bisa menjamin bahwa pekerjaan itu murni pekerjaan siswa sendiri.

3) Guru tidak bisa menilai kejujuran siswa dalam mengerjakan soal.

4) Guru hanya bisa menilai dari aspek kognitif dan afektif saja. Sedangkan aspek psikomotorik sulit diketahui. (Fajar Trihantoro, 2009:16)

(38)

c. Pembuatan Kuis Dengan MOODLE

Salah satu kemampuan MOODLE adalah pembuatan kuis secara online.

Pengajar dapat menguji kemampuan siswa dengan membuat kuis. Kuis dalam

CMS MOODLE juga memberikan kemudahan apabila terdapat soal yang

memerlukan gambar bahkan multimedia yang lain seperti video karena

memberikan kebebasan untuk menggunakan HTML. Kuis bisa diimport dari file

teks.

Ada beberapa jenis kuis yang disediakan oleh CMS MOODLE yaitu:

1) Soal pilihan ganda dengan satu atau jawaban ganda 2) Soal isian berupa kata atau kata majemuk

3) Soal pertanyaan benar salah

4) Soal menjodohkan

5) Soal pertanyaan acak (random question)

6) Soal pertanyaan berupa nomor yang digunakan untuk matematika dengan

mengijinkan rentang angka

7) Soal uraian berupa teks, gambar dan video (Fajar Trihantoro, 2009:18)

Manajemen kuis memberikan kemudahan kepada seorang guru untuk

memberikan feed back, memberikan penilaian kembali, remidial teaching,

memberikan batas waktu, mengacak nomor soal, bahkan mengacak jawaban soal

pilihan ganda pada setiap soal.

(39)

d. Tahapan Pembuatan Kuis Pilihan Ganda

1) Membuat Coursebaru yang akan berisi kuis, klik “Tambah kursus baru”.

Gambar 2.1 Membuat Course Baru

2) Isilah form untuk pembuatan Course baru

Gambar 2.2 Pengisian Formulir Course

3) Lakukan editing pada bagian summary

Gambar 2.3 IconEdit Summary

(40)

4) Lengkapilah formulir edit summary

Gambar 2.4 Formulir Edit Sumary

Kemudian klik “Simpan perubahan”.

5) Pada bagian Tambah aktivitas (Add an activity) pilihlah bagian “Kuis”

Gambar 2.5 Tambah Aktivitas

(41)

6) Lengkapilah formulir Kuis

(42)

Gambar 2.6 Formulir Kuis

Keterangan :

Time limit : Batasan waktu untuk pengerjaan kuis

Question per page : Jumlah pertanyaan pada setiap halaman

Shuffle within question : Pengacakan pada setiap bagian pertanyaan

Show quiz in “secure” window : Kuis ditampilkan dalam jendela mode pengamanan

Require password : Peserta kuis harus menggunakan password

Require network address : Alamat jaringan (IP) tertentu yang boleh

mengikuti kuis

7) Setelah semua isian formulir terisi, simpan dengan klik tombol “Save and

display

(43)

8) Setelah itu akan ditampilkan formulir “Editing Quiz

Gambar 2.7 Editing Quiz

9) Pada bagian “Buat pertanyaan baru” dapat dipilih jenis kuis yang akan dibuat.

Gambar 2.8 Pemilihan Jenis Kuis

(44)

10)Sebagai contoh, saat dipilih jenis kuis“Pilihan Ganda” maka akan ditampilkan

sebuah formulir untuk kuis pilihan ganda seperti gambar di bawah ini.

(45)

Gambar 2.9 Jenis Pilihan Ganda

Question text : detail pertanyaan

One or multiple answer : jumlah jawaban yang benar adalah satu atau lebih

Shuffle the choices : pengacakan pada pilihan jawaban

Choice 1 s/d 5 : Pilihan jawaban

Feedback : Penjelasan dari pilihan yang bersangkutan

(46)

11)Klik tombol “Simpan perubahan” untuk menyimpan

Gambar 2.10 Tampilan Daftar Soal

12)Pilihlah soal yang akan dimasukkan ke dalam kuis dengan memberikan tanda

check box” pada soal yang dipilih dan kemudian klik tombol “Add to quiz

13)Klik tombol “Simpan perubahan”

(47)

14)Soal sudah jadi sebanyak satu buah, dengan cara yang sama dapat di buat

sejumlah soal yang diinginkan.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dipaparkan

hasilnya sebagai berikut:

1. Penelitian I Komang Werdiana dan kawan-kawan dari Universitas Tadulako

dengan judul ” Pengembangan Tes Pemahaman Konsep Fisika SMA”. Penelitian ini bertujuan mengembangkan tes pemahaman konsep yang bermanfaat menguji

pemahaman konsep siswa SMA tentang listrik arus searah. Pengembangkan tes

dilakukan dengan cara menyusun dua tes, yakni tes pemahaman konsep (TPK)

dan tes hitungan (TH).

Analisis tes meliputi indeks kesukaran, indeks pembeda, koefisien

korelasi biserial, validitas dan reliabilitas. Indeks kesukaran adalah ukuran tingkat

kesukaran tiap butir soal dan indeks pembeda adalah ukuran daya pembeda

masing-masing item dalam tes. Koefisien korelasi biserial (kadang-kadang disebut

sebagai indeks relibilitas item) adalah ukuran konsistensi item tes dengan

keseluruhan tes. Validitas yang dimaksud di sini adalah validitas isi, yakni

kesesuaian antara butir soal dengan konsep yang diukur. Selain analisis item juga

dilakukan analsis pilihan jawaban siswa dan analisis perbedaan hasil TPK dengan

hasil TH.

Uji validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan dari tiga orang

pakar. Ketiga pakar diminta untuk menilai kedua tes (TPK dan TH), mengenai

kesuaian antara butir soal dengan konsep dan tujuan yang akan diukur. Hasil

penilain ketiga pakar menunjukan bahwa semua butir soal TPK dan TH

memenuhi validitas isi.

(48)

Berikut ini merupakan hasil analisisnya:

Indeks kesukaran rata-rata P TPK hasil uji tahap I > 0,30, ini berarti TPK

masuk kategori sedang. Sedangkan P TPK hasil uji tahap II < 0,30, ini berarti

TPK masuk kategori sukar. Dari tabel di atas nampak koefisien reliabilitas tes,

pbs r dan D TPK pengujian tahap II lebih besar daripada pengujian tahap I.

Namun P TPK pengujian tahap II lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

Tes pemahaman konsep yang dikembangkan tersebut valid dan reliabel.

Koefiseian reliabilitas tes ini rendah.TPK dapat digunakan untuk menguji

pemahaman konsep siswa dan juga miskonsepsi yang dialami siswa terhadap arus

listrik serah. Hasil uji perbedaan antara TPK dan TH, menunjukkan ada perbedaan

yang siginifikan antara hasil TPK dan TH.

2. Penelitian Asep Sufyan Tsauri, Eddy Prasetyo Nugroho, dan Yudi Wibisono

dari Universitas Pendidikan Bandung dengan judul “Pengembangan Model Sistem Elearning Komunitas dengan Pendekatan Personal Learning Environments

(PLEs)” dan mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Model sistem elearning dengan pendekatan PLEs secara umum dapat

mendukung pembelajaran komunitas mahasiswa “Blogger Ilkom UPI”

b. Kelebihan dari model sistem elearning yang dikembangkan diantaranya adalah:

1) Tidak membutuhkan biaya pengembangan yang besar karena

menggunakan software open source,

(49)

2) Dalam implementasinya, pengguna tetap menggunakan aplikasi-aplikasi

yang disukainya berupa aplikasiaplikasi social networking,

3) Mendorong kegiatan belajar mandiri yang terfokus bagi penggunanya,

4) Memungkinkan terjadinya sharing knowledge antar penggunanya,

5) Mendorong komunitas untuk menjadi lebih produktif dalam melaksanakan

pembelajaran komunitas, dan

6) Memungkinkan pelaksanaan penilaian portofolio seara online.

c. Kekurangan model sistem elearning yang dikembangkan adalah :

1) Memerlukan waktu yang lama untuk membiasakan anggota melaksanakan

model,

2) Memerlukan kesadaran untuk menjaga agar model tetap berjalan dengan

baik,

3) Memerlukan komitmen pengguna yang tinggi untuk melaksanakan model,

khususnya dalam focus belajar mandiri, dan

4) Dalam sistem yang dikembangkan belum mampu mengakomodir

pengelolaan nilai.

C. Kerangka Berfikir

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui

sistem penilaian. Dalam penilaian proses dan dan hasil belajar siswa di sekolah,

aspek-aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal,

pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk

memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian

sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh karena itu, kemampuan para

guru dan calon guru dalam aspek-aspek tersebut mutlak diperlukan.

Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan pembelajaran

yang dilaksanakan menduduki posisi yang tidak kalah penting dari kegiatan atau

pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Berbagai keputusan pendidikan yang berupa

(50)

siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi hasil belajar berupa ulangan harian,

Ulangan Semester (US) dan Ujian Akhir Nasional (UAN).

Keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar di sekolah sangat tergantung

pada kemampuan guru dalam membuat soal, melaksanakan ujian, serta mengolah

hasil ujian tersebut. Dengan demikian, kemampuan guru dalam membuat soal

yang baik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

kegiatan evaluasi di sekolah.

Persaingan dunia pendidikan semakin hari semakin ketat. Masing-masing

lembaga menawarkan fasilitas belajar yang eksklusif. Program pembelajaran juga

sering dibuat seolah-olah disesuaikan dengan kebutuhan calon peserta didiknya

walaupun kenyataannya jauh dari harapan. Tidak jarang sekolah mempromosikan

diri sebagai sekolah dengan pembelajaran berbasis IT. Pembelajaran berbasis IT

telah merambah di berbagai tingkatan sekolah. Permasalahan yang muncul adalah

ketika lembaga atau institusi memproklamirkan diri sebagai sekolah yang berbasis

IT (e-learning), tetapi banyak guru justru belum memahami pemanfaatan dari IT

itu sendiri. Salah satunya dalam hal evaluasi.

Masih jarang sekali guru yang memanfaatkan kecanggihan IT dalam

evaluasi. Kebanyakan tes sekarang masih dalam bentuk cetak. Padahal jika guru

mau menilik tes dengan menggunakan e-learning jauh lebih mudah dan praktis.

Proses pengkoreksian cepat dan lebih hemat kertas sehingga tidak menambah

masalah lingkungan.

Salah satu software e-learning yang biasa digunakan dalam evaluasi

yaitu MOODLE. MOODLE sendiri adalah singkatan dari Modular Object

Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis

dengan menggunakan model berorientasi objek. Software ini memiliki banyak

kelebihan terutama dalam evaluasi, misalnya dapat digunakan untuk membuat

berbagai macam bentuk tes seperti uraian, pilihan ganda, menyocokkan, dan

lain-lain.

Untuk mengetahui bahwa butir soal tes yang dikembangkan memenuhi

kriteria baik, maka dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya

(51)

Gambar 2.12 Kerangka Berpikir

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan

beberapa pertanyaan penelitian berkaitan dengan Pengembangan Tes Pilihan

Ganda Melalui E-Learning pada Fisika Materi Suhu dan Kalor untuk SMA,

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prosedur pengembangan tes pilihan ganda yang baik?

2. Bagaimana karakteristik tes pilihan ganda yang dihasilkan dari

pengembangan tes ini?

IT jarang digunakan dalam evaluasi hasil belajar

Membuat Tes Pilihan Ganda

Membuat Tes berbasis MOODLE

Tampilan tes pilihan ganda berbasis e-learning

Sistem penilaian merupakan bagian dari upaya meningkatkan hasil belajar

(52)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (research and

development) yaitu penelitian yang berorientasi pada produk baik atau tidak

digunakan sebagai instrumen tes. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini

berupa instrumen tes untuk Fisika Materi Suhu dan Kalor untuk SMA.

Model pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah model

prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah

yang harus diikuti untuk menghasilkan produk berupa instrumen tes.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang

ditempuh dalam membuat produk. Prosedur memaparkan komponen rancangan

produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, disebutkan sifat-sifat komponen

pada setiap tahapan dalam pengembangan, dijelaskan secara analitis fungsi

komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan dijelaskan hubungan

antar komponen dalam sistem.

Untuk memperoleh butir soal tes yang memenuhi unsur kriteria baik, maka

dilakukan penelitian pengembangan dengan menggunakan langkah-langkah

menurut Djemari Mardapi yang masih umum dan akan dijabarkan menjadi lebih

jelas sehingga diperoleh alur penelitian seperti pada Gambar 3.1.

(53)

Gambar 3.1. Alur pengembangan Tes.

(Djemari Mardapi, 2004:88) Menyusun Spesifikasi Tes

Merakit Soal Memperbaiki Tes

Menafsirkan Hasil Tes Memasukkan Soal ke dalam

Media (MOODLE) Menulis Soal Tes

Spesifikasi tes terdiri dari: - Tujuan tes

- Kisi-kisi tes - Bentuk tes - Panjang tes

Menganalisis Secara Kualitatif

Analisis secara kualitatif dilakukan oleh:

- Dosen pembimbing - Guru Fisika

Melakukan Ujicoba

Meliputi:

- Daya Pembeda - Tingkat kesukaran - Keefektifan pengecoh - Reliabilitas

Menganalisis Secara Kuantitatif

Melaksanakan Tes

Gambar

Tabel 4.1 Tabel Hasil Telaah Kualitatif .....................................................
Gambar 2.1 Membuat Course Baru
Gambar 2.4 Formulir Edit Sumary
Gambar 2.6 Formulir Kuis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tahunan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2013, terdapat dari sekitar 19.621 pasien penderita gagal ginjal terminal yang

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran

FAAL SL IKGA AUDIOVISUAL SSC Kelp.C CBT KP IKA (3) SL IKGA AUDIOVISUAL PULPEKTOMI Kelp.A SL IKGA AUDIOVISUAL SSC Kelp.A SL IKGA AUDIOVISUAL PULPEKTOMI Kelp.C SL IKG Kelp.C

1) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional seperti pemberian antibiotik dengan dosis rendah dan tidak adekuat, durasi pemberian terlalu singkat dan diagnosa

Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,018&lt; 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan liabilitas

Ada lima contoh di atas yang semuanya membantu penutur dan lawan bicara saat dalam proses percakapan. Pada contoh 1), kalimat yang digunakan dalam interaksi antara pelanggan dan

Observasi daftar ceklis yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data atau informasi tentang proses pelaksanaan strategi garden based learning

Metode six sigma perlu ditambahkan terutama untuk memperbaiki, meningkatkan kualitas dan mengukur kestabilan dari hasil produksi selain metode DMAIC yang sudah mulai