58 BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Modus operandi yang dilakukan pelaku tindak pidana pencurian
dengan kekerasan di wilayah hukum Polres Salatiga dikarenakan
pencurian dilakukan dengan melihat sasaran, lokasi tindak pidana
pencurian dengan kekerasan dilakukan di minimarket, rumah,
perkantoran dan sekolah spesialis brankas serta di jalanan, jumlah
pelaku dilakukan secara berkelompok dan menggunakan jenis
senjata api yakni air shoftgun, senjata api rakitan, jenis senjata api
laras pendek (repolpel) maupun senjata tajam antara lain celurit,
linggis, obeng, parang, golok, pedang, pisau. Korban yang melawan
akan mengalami kekerasan baik kekerasan secara fisik, psikologi
dan financial, selain itu korban juga mengalami ancaman kekerasan
berupa ancaman akan dibunuh apabila melawan.
b. Kendala dan upaya yang dilakukan penyidik dalam mengungkap
tindak pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum Polres
Salatiga mendapatkan beberapa kendala dalam mengungkap tindak
pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum Polres
Salatiga dikarenakan adanya faktor yang menghambat yakni kendala
internal dan kendala eksternal dari penyidik, maka upaya yang
59 dengan kekerasan dilakukan dengan upaya internal dan upaya
eksternal.
2. Saran
a. Petugas kepolisian khususnya anggota Reskrim Polres Salatiga
dalam menjalankan tugasnya harus mampu mengendalikan dan
meminimalisir kendala-kendala dalam yang ada baik faktor internal
maupun faktor eksternal karena polisi merupakan aparat penegak
hukum yang mampu untuk melindungi dan menjaga keamanan
sehingga masyarakat mempercayakan kepada polisi akan tetapi
apabila polisi lambat dalam menangani kasus maka masyarakat akan
menjadi ragu dan tidak percaya sepenuhnya kepada polisi.
b. Peran masyarakat dalam membantu tugas kepolisian juga menjadi
faktor penentu untuk keberhasilan tugas polisi, masyarakat sebagai
warga Negara yang baik harus bersikap aktif dalam membantu
kinerja kepolisian, apabila terjadi suatu tindak pidana harus berani
menindak pelaku dan berperan aktif menjadi saksi dalam proses
penyidikan karena saksi dan korban memiliki peranan yang penting
dalam proses penyidikan pada tahap pertama proses peradilan
60 Daftar Pustaka
Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 16
W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977, hlm. 88
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012, hlm 120
Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.Vi.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm., 10-11.
Bambang Poernomo1987, Asas-Asas Hukum Pidana Ghaila Indonesia, Jakarta
Barda Nawawi Arief ,1991 ,Upaya Non penal dalam
penanggulangan kejahatan
Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro ,1982 Paradoks dalam kriminologi Rajawali, Jakarta
R.Tresna 1995, Hukum Pidana ,Sinar Baru, Jakarta
Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul 13.OO.wib
Prasetyo Teguh. 2012.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta