• Tidak ada hasil yang ditemukan

TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI BILANGAN KUANTUM DAN KONFIGURASI ELEKTRON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI BILANGAN KUANTUM DAN KONFIGURASI ELEKTRON."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI

MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI BILANGAN KUANTUM DAN KONFIGURASI ELEKTRON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Kimia

Oleh:

Dika Nadya Larasari

1003122

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI

MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI BILANGAN KUANTUM DAN KONFIGURASI ELEKTRON

Oleh:

Dika Nadya Larasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dika Nadya Larasari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DIKA NADYA LARASARI

TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI

MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI BILANGAN KUANTUM DAN KONFIGURASI ELEKTRON

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Kurnia

NIP. 195309061980021002

Pembimbing II

Dr. Harry Firman, M.Pd. NIP. 195210081974121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kimia

(4)
(5)

ABSTRAK

Miskonsepsi dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan instrumen untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu instrumen tes diagnostik two-tier pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron yang baik dari segi validitas dan reliabilitas, serta untuk mengungkap miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron. Metode yang digunakan adalah metode pengembangan dan validasi. Uji validitas isi dilakukan oleh lima orang ahli, diolah dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR), dan didapatkan dua belas butir soal yang dinyatakan valid dengan nilai CVR sebesar 1. Uji reliabilitas dilakukan kepada 33 siswa di salah satu SMA di Bandung, diolah dengan menggunakan program SPSS 21, dan didapatkan nilai Alpha Cronbach untuk sebelas butir soal sebesar 0,766. Tes diagnostik two-tier diaplikasikan kepada 36 siswa di salah satu SMA di Bandung, dan didapatkan miskonsepsi siswa yaitu orbital diartikan sama dengan orbit (38,89%) dan pengisian elektron ke dalam orbital dimulai dari kulit yang lebih rendah kemudian ke kulit yang lebih tinggi (36,11%).

(6)

ABSTRACT

Misconceptions may decrease students’ achievement. Because of that teacher need an instrument which is can diagnostic students’ misconceptions. This study aims to produce a valid and reliable two tier diagnostic test in quantum numbers and electron configuration concept, and to identify students’ misconceptions in

quantum numbers and electron configuration concept. The method of this research is development and validation. Content validity test conducted by five experts, processed using Content Validity Ratio (CVR) and showed that the twelve items that were developed are valid and have a CVR value is 1. Reliability test was conducted on 33 students’ in one of senior high school in Bandung, processed using SPSS Statistics 21 and obtained Cronbach’s alpha value is 0,766. Two tier diagnostic test applied to 36 students’ in one of senior high school in Bandung and showed that the most students’ misconceptions are orbital is another word of orbit (38,89%) and electrons were charged up into orbitals strarting from inner shell to the outer shell (36,11%).

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu kimia merupakan suatu bahan ajar yang masih dianggap sulit oleh siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA). Gabel (dalam Chandrasegaran et al., 2007)

menyatakan bahwa karakteristik ilmu kimia yang bersifat abstrak dan kompleks

membuat pembelajaran kimia dianggap sulit oleh siswa. Penguasaan

konsep-konsep abstrak memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

penguasaan konsep-konsep konkrit, karena pemahaman konsep abstrak

memerlukan peranan daya nalar yang lebih kuat untuk memecahkan

masalah-masalah yang tidak dapat teramati secara langsung. Dengan demikian hal tersebut

mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa dalam ilmu kimia.

Rendahnya prestasi belajar siswa dalam ilmu kimia salah satunya disebabkan

oleh kurangnya penguasaan konsep kimia dalam pikiran siswa. Salah satu faktor

yang menyebabkan kurangnya penguasaan konsep kimia, yaitu terjadinya

miskonsepsi atau konsep alternatif dalam pikiran siswa. Miskonsepsi merupakan

pemahaman konsep yang terdapat di dalam pikiran siswa yang bertentangan

dengan konsep ilmiah, yang dipengaruhi oleh pengalaman siswa (Hammer, 1996).

Miskonsepsi yang terjadi pada siswa tidak boleh diabaikan begitu saja. Menurut

Hammer (1996) remediasi terhadap miskonsepsi tersebut harus segera dilakukan

agar miskonsepsi yang terdapat pada siswa tidak menyebar kepada siswa lainnya.

Diskusi merupakan salah satu kegiatan yang dapat menjadi sarana penyebaran

miskonsepsi kepada siswa lainnya. Selain itu juga, apabila miskonsepsi tidak

ditanggulangi secara dini, akan terjadi efek yang beruntun apabila siswa kurang

menguasai konsep dasar. Konsep dasar merupakan konsep yang menjadi prasyarat

untuk dapat mempelajari konsep kimia lainnya karena terdapat hierarki konsep

(8)

2

diambil untuk membantu siswa menggantinya dengan konsep yang lebih ilmiah

(Taber, 1998).

Dalam mengatasi masalah yang disebabkan oleh miskonsepsi, maka perlu

dilakukan suatu diagnosis miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

Suatu alat ukur atau tes diagnostik dapat digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Prinsip dasar dari tes diagnostik yaitu guru

harus mempertimbangkan pengetahuan intuitif dasar yang telah siswa bangun jika

guru ingin memahami pemikiran siswa tentang konsep-konsep ilmu pengetahuan

yang telah guru ajarkan (Treagust, 2002). Di negara lain, telah dikembangkan alat

diagnostik yang dapat mendiagnosis miskonsepsi khususnya pada bidang sains,

yaitu peta konsep oleh Novak (dalam Tan et al., 2005), wawancara oleh Carr

(dalam Tan et al., 2005), dan tes diagnostik two- tier (Treagust, 1988).

Tes diagnostik two-tier dikembangkan oleh Treagust (1988). Pada instrumen

ini, tingkat pertama terdiri dari jawaban pertanyaan pilihan ganda dengan dua

sampai lima jawaban. Tingkat kedua merupakan alasan jawaban pada tingkat

pertama. Beberapa hasil penelitian menunjukkan keefektifan dalam penggunaan

tes diagnostik two-tier. Chen dan Lin (2003) mengungkapkan bahwa tes

diagnostik two-tier menghasilkan tes tertulis yang valid dan reliabel, mudah

dalam pemberian skor bagi guru dalam mengevaluasi jawaban siswa. Tuysuz

(2009) menemukan bahwa tes diagnostik two-tier dapat efektif untuk menentukan

miskonsepsi siswa serta dapat digunakan sebagai alternatif dari penggunaan tes

pilihan ganda tradisional. Peterson dan Treagust (1989) mengungkapkan bahwa

dibandingkan dengan tes pilihan ganda tradisional, melalui tes diagnostik two-tier

siswa dapat mengetahui alasan dalam memilih jawaban yang dipilih.

Instrumen tes diagnostik two-tier yang digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa telah dikembangkan untuk beberapa materi pokok kimia,

diantaranya pada materi ikatan kimia (Tan dan Treagust, 1999), analisis kualitatif

kimia anorganik (Tan et al., 2002), energi ionisasi (Tan et al., 2005), reaksi kimia

(9)

3

itu, di Indonesia telah dilakukan penelitian diantaranya pada materi hidrokarbon

(Annisa, 2013), larutan penyangga (Fauziah, 2013), larutan elektrolit dan

nonelektrolit (Susanti, 2014), gaya antar molekul (Nuraeni, 2014) serta geometri molekul (Ad’hiya, 2014). Namun demikian, instrumen tes diagnostik two-tier

pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron belum tersedia, padahal

miskonsepsi pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron merupakan

konsep yang penting dalam mempelajari kimia keseluruhan.

Dalam kurikulum 2013, materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron

merupakan konsep dasar yang menjadi prasyarat untuk konsep kimia yang lainnya

seperti sifat keperiodikan unsur dan ikatan kimia. Salah satu miskonsepsi yang

dialami siswa pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron adalah “orbital diartikan sama dengan orbit” (Papaphotis & Tsaparlis, 2008; Nakiboglu & Benlikaya, 2001). Dengan demikian, sangat perlu dikembangkan tes diagnostik

two-tier yang terbukti dapat mengidentifikasi miskonsepsi pada materi bilangan

kuantum dan konfigurasi elektron.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana validitas dan reliabilitas tes diagnostik two-tier

yang dikembangkan serta miskonsepsi-miskonsepsi aja saja yang dapat

diidentifikasi melalui tes diagnostik two-tier yang dikembangkan ?”

Rumusan masalah tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah soal-soal pada instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan

pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron memenuhi kriteria

validitas konten dan reliabilitas yang baik?

2. Apa saja miskonsepsi siswa yang dapat diidentifikasi melalui tes diagnostik

(10)

4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk:

1. Menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier yang baik secara validitas

konten dan reliabilitas.

2. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi pokok bilangan kuantum

dan konfigurasi elektron.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Untuk Keperluan Praktis

Tersedia alat ukur miskonsepsi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

siswa pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron sehingga guru

dapat melakukan tindak lanjut dari informasi yang diperoleh.

2. Untuk Keperluan Teori

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi model untuk peneliti lain

(11)
[image:11.595.118.507.407.669.2]

26

Gambar 3.1 Model Butir Soal Tes Diagnostik Two-tier Berdasarkan Chandrasegaran et al. (2007)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlokasi di dua SMA Negeri di kota Bandung.

Subyek penelitian ini adalah alat ukur diagnostik yang dikembangkan berbentuk

pilihan ganda dua tingkat. Instrumen tersebut kemudian diujikan kepada obyek

penelitian, yaitu siswa kelas X yang sedang atau sudah belajar materi bilangan

kuantum dan konfigurasi elektron.

B. Model Tes Diagnostik Two-tier

Model soal tes diagnostik two-tier ditunjukkan pada Gambar 3.1.

STEM

Opsi Tingkat Pertama

A. Jawaban B. Pengecoh C. Pengecoh

Opsi Tingkat Kedua

1. Jawaban 2. Pengecoh 3. Pengecoh 4. Pengecoh

Berasal dari hasil analisis dan kajian literatur materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron

Berasal dari hasil jawaban siswa pada tes esai dan analisis miskonsepsi dari penelitian yang

(12)
[image:12.595.114.507.301.471.2]

27

Gambar 3.2 Langkah-langkah Metode Pengembangan dan Validasi

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan

dan validasi atau metode Development and Validation. Metode penelitian

pengembangan dan validasi adalah suatu proses untuk mengembangkan suatu

produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada (Adams & Wieman,

2010). Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pengembangan dan

validasi.

• 1. Potensi dan Masalah

• 2. Pengumpulan Data • 3. Desain Produk

Tahap Pengembangan Butir Soal

• 4. Validasi Desain • 5. Revisi Desain

Tahap Validasi

• 6. Uji Coba Produk

(13)

28

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar

3.3.

Kajian materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron berdasarkan standar

isi

Analisis miskonsepsi siswa pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi

elektron

Perancangan butir soal tes diagnostik two-tier

Berdasarkan tes essay Berdasarkan

Literatur

Validasi isi (CVR) Soal

ditolak

Pemilihan satu soal untuk satu konsep Uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach

Perangkat tes diagnostik two-tier pada materi bilangan kuantum dan konfigurasi elektron

Aplikasi tes diagnostik two-tier

Temuan Miskonsepsi

CVR<CVR minimum

CVR≥CVR minimum

TAHAP PENGEMBANGAN

BUTIR SOAL

[image:13.595.111.511.183.723.2]

TAHAP VALIDASI

Gambar 3.3. Alur Penelitian Penyusunan kunci determinasi miskonsepsi

TAHAP APLIKASI

(14)

29

Tahap-tahap penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Pengembangan Butir Soal

Langkah awal dari pengembangan instrumen, yaitu mengkaji materi bilangan

kuantum dan konfigurasi elektron berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi

dasar. Melalui langkah tersebut, maka dapat ditentukan ruang lingkup materi

bilangan kuantum dan konfigurasi elektron. Ruang lingkup materi bilangan

kuantum dan konfigurasi elektron terdapat pada bab 2. Selain itu juga terdapat

dalam peta konsep. Setelah mengetahui ruang lingkupnya, langkah selanjutnya

adalah mengkaji miskonsepsi yang terdapat dalam materi bilangan kuantum dan

konfigurasi elektron. Miskonsepsi dikaji dari literatur dan tes essay. Proses

selanjutnya, yaitu mengembangkan tes diagnostik two-tier.

Pengembangan butir soal tes diagnostik two-tier didasarkan pada analisis data

yang diperoleh dari kajian literatur dan tes essay. Butir soal tes diagnostik two-tier

yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama terdiri dari tiga

jawaban dengan bentuk opsi A, B dan C, tingkat kedua terdiri dari empat jawaban

dengan bentuk opsi 1, 2, 3 dan 4. Pilihan pada tingkat kedua mengacu pada alasan

jawaban pada tingkat pertama. Tahap selanjutnya, yaitu dilakukan validasi

terhadap butir soal.

2. Tahap Validasi

Tes diagnostik two-tier yang dikembangkan, divalidasi oleh para ahli. Butir

soal tes diagnostik two-tier yang telah dinyatakan valid dan diperbaiki

berdasarkan catatan yang diberikan oleh validator, diujikan kepada siswa SMA

untuk uji reliabilitas. Setelah soal reliabel, selanjutnya soal tes diagnostik two-tier

siap untuk diterapkan pada uji aplikasi produk.

Butir-butir soal yang telah memenuhi kriteria baik dari segi validitas isi

(15)

30

kunci identifikasi miskonsepsi didasarkan pada kombinasi (pola respon) antara

pilihan jawaban pada tingkat pertama dengan pilihan alasan pada tingkat kedua.

Setiap pola respon jawaban pada butir soal, akan menunjukkan apakah siswa

mengalami miskonsepsi atau tidak. Jika terjadi miskonsepsi, maka pola respon

jawaban akan merepresentasikan miskonsepsi yang terdapat dalam pikiran siswa.

Kunci determinasi ini akan digunakan pada tahap aplikasi.

3. Tahap Aplikasi Produk

Pada tahap ini, butir soal tes diagnostik two-tier yang telah memenuhi dari

segi validitas dan reliabilitas, kemudian diaplikasikan kepada kelompok siswa

yang berbeda dengan kelompok uji reliabilitas. Responden pada tahap aplikasi

produk ini adalah siswa SMA kelas X yang sedang atau telah belajar materi

bilangan kuantum dan konfigurasi elektron. Jumlah siswa yang diuji pada tahap

aplikasi ini berjumlah 36 siswa. Tahap aplikasi ini dilakukan di salah satu SMA

Negeri di Bandung.

Berdasarkan hasil aplikasi tes diagnostik two-tier, selanjutnya dilakukan

analisis terhadap setiap respon jawaban siswa. Analisis tersebut mengacu pada

kunci identifikasi miskonsepsi yang dikembangkan. Berdasarkan kunci

identifikasi miskonsepsi tersebut, maka dapat diketahui siswa yang mengalami

miskonsepsi dan tidak mengalami miskonsepsi. Selain itu, berdasarkan kunci

identifikasi miskonsepsi tersebut akan dapat diketahui miskonsepsi-miskonsepsi

apa saja yang terdapat dalam pikiran siswa pada materi bilangan kuantum dan

konfigurasi elektron.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dilakukan

pengolahan data terhadap instrumen penelitian. Analisis data pada penelitian ini

(16)

31

1. Analisis Instrumen Tes Diagnostik Two-tier

Analisis instrumen tes diagnostik two-tier menggunakan uji validitas dan uji

reliabilitas.

a) Uji Validitas

Dalam mengolah hasil validitas isi, teknik yang digunakan untuk

menganalisis hasil timbangan para ahli, yaitu dengan menggunakan Content

Validity Ratio (CVR). Persamaan untuk menghitung nilai CVR setiap butir soal

tercantum dalam tahap validasi dalam prosedur penelitian. Hasil perhitungan nilai

CVR tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai minimum CVR yang

tercantum pada tabel 2.1. Setelah dihitung nilai CVR, hal yang selanjutnya

dilakukan adalah menghitung nilai CVI untuk keseluruhan butir soal.

b) Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini, program SPSS 21 digunakan untuk menganalisis nilai

reliabilitas keseluruhan butir soal dengan Alpha Cronbach sebagai indeks

reliabilitasnya. Berdasarkan penelitian Tuysuz (2009), skor 1 diberikan kepada

siswa yang menjawab benar pada kedua tingkat soal tes diagnostik two-tier. Skor

0 diberikan kepada siswa yang hanya menjawab benar pada salah satu tingkat atau

menjawab salah pada kedua tingkat di setiap butir soal tes diagnostik two-tier.

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan menggunakan

kriteria sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.2.

2. Analisis Miskonsepsi dari Hasil Tes Diagnostik Two-tier

Menurut Tarakci (1999), masing-masing butir soal dievaluasi sebagai berikut:

(a) Paham (jika siswa memberikan jawaban benar pada tier pertama dan tier

kedua.

(17)

32

(c) Tidak Paham (jika siswa memberikan jawaban salah pada tier pertama dan

tier kedua)

Pada siswa yang mengalami miskonsepsi, maka penentuan miskonsepsi yang

dialami oleh siswa tersebut menggunakan kunci determinasi miskonsepsi. Kunci

determinasi miskonsepsi terdapat pada Lampiran B.6. Kategori tidak paham

menandakan bahwa siswa sama sekali tidak mengerti dengan konsep yang

(18)

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tes diagnostik two-tier yang dikembangkan memenuhi kriteria yang baik

berdasarkan validitas isi dan reliabilitas. Berdasarkan uji validitas, semua

butir soal dinyatakan valid karena memiliki nilai CVR sebesar 1, lebih besar

dari nilai CVR minimum (Nilai CVR Minimum = 0,99) dengan jumlah lima

validator. Dan berdasarkan hasil uji reliabilitas, sebelas soal tes diagnostik

yang dikembangkan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,766, dengan kriteria

baik.

2. Miskonsepsi siswa SMA dengan persentase terbesar pada materi bilangan

kuantum dan konfigurasi elektron yang teridentifikasi dengan menggunakan

tes diagnostik two-tier diantaranya sebagai berikut: (1) orbital diartikan sama

dengan orbit, yaitu lintasan elektron pada suatu atom (38,9%); (2) pengisian

elektron ke dalam orbital dimulai dari kulit yang lebih rendah kemudian ke

kulit yang lebih tinggi (36,1%). Miskonsepsi pada materi bilangan kuantum

dan konfigurasi elektron yang terungkap secara keseluruhan dapat dilihat

(19)

80

B. Saran

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka peneliti membeikan saran sebagai

berikut:

1. Guru disarankan menggunakan tes diagnostik untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa, sebagai salah satu bahan atau alat untuk membantu guru

dalam mendiagnosis miskonsepsi siswa dalam materi bilangan kuantum dan

konfigurasi elektron sehingga dapat membantu dalam meningkatkan

pemahaman siswa.

2. Sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes diagnostik two-tier pada setiap

(20)

81

DAFTAR PUSTAKA

Adams, W. K & Wieman, C. E. (2010). Development and validation of instruments to measure learning of expert-Like thinking. International Journal of Science Education, 33(9), 1-24.

Ad’hiya, E. (2014). Pengembangan tes diagnostik two-tier pilihan ganda untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi geometri molekul berdasarkan teori VSEPR. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Annisa, N. (2013). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA kelas X pada materi hidrokarbon. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi aksara.

Bhatnagar, R., Kim, J., & Many J. E. (2014). Candidate surveys on program evaluation: examining instrument reliability, validity and program effectiveness. American Journal of Educational Research, 2, 683-690.

Brady, J. (1986). Kimia universitas: asas dan struktur. edisi kelima, jilid satu.

Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F. & Mocerino, M. (2007). The development of A two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8(3), 293-307.

Chang, R dan Goldsby, K.A. (2012). Chemistry. Newyork, NY: McGraw-Hill.

Chenn, C. C. & Lin, M. L. (2003). Developing a two-tier diagnostic instrument to

assess high school students’ understanding. The 4th International

Conference of the European Science Education Research Association (ESERA).

(21)

82

Duit, R. & Treagust, D. F. (1995). Students’ conceptions and constructivist

teaching approaches. Chicago: The National Society for the Study of Education.

Fauziah, N. E. (2013). Pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas XI dalam memahami materi larutan penyangga. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Firman, H. (2000). Penilaian hasil belajar dalam pengajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Hammer, David. (1996). Misconceptions or P-prims: how may alternative perspectives of cognitive structure influence instructional perceptions and intentions?. The Journal of Learning Sciences, 5(2), 97-127.

Lawshe, C.H. (1975). A quantitative approach to content validity. Personal Psychology, 28, 563-573.

Morgil, I., Seyhan, H. G., Secken, N., Yucel, A. S., Temel, S., & Ural, E. (2009). Overcoming the determined misconception in melting and dissolution through question and answer and discussion methods. Chemistry, 3(3), 49-61.

Murti, B. (2011). Validitas dan reliabilitas pengukuran. [Online]. Diakses dari http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Buku/murti_06.pdf. [14 Juni 2014].

Nakiboglu, C. & Benlikaya, R. (2001). Misconceptions about orbital concept and modern atom theory (in Turkish). Kastamonu Egitim Dergisi, 9(1), 165-174.

Nuraeni, J. (2014). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada materi gaya antar molekul. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Osborne, R. J., Bell, B. F. & Gilbert J. K. (1983). Science teaching and children’s view of the world. Europe Journal of Science Education, 5, 1-14.

(22)

83

Peterson, R. F. & Treagust, D. F. (1989). Grade-12 students’ misconceptions of covalent bonding and structure. Journal of Chemical Education, 66, 459-460.

Purba, M. (2006). Kimia untuk SMA kelas X 1A. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sunarya, Y dan Setiabudi, A. (2009). Mudah dan aktif belajar kimia untuk kelas XI. Jakarta: Depdiknas.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: PT. GrMEDIA Widiasarana Indonesia.

Susanty, S. S. (2014). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Suwarto. (2013). Pengembangan tes diagnostik. Jurnal Pendidikan, 22(2), 187-202.

Taber, K. S. (1998). An alternative conceptual framework from chemistry education. International Journal of Science Education, 20, 597-608.

Tan, K.C.D. & Treagust, D.F. (1999). Evaluating student’s understanding of chemical bonding. School Science Review,81(294), 75-83.

Tan, K.C.D., Goh, N.K., Chia, L.S. & Treagust, D. F. (2002). Development and application of a two-tier multiple choice diagnostic instrument to assess high school student’ understanding of inorganic chemistry qualitative analysis. Journal of Research in Science Teaching, 39(4), 283-301.

Tan, K.C.D., Taber, K., Goh, N.K. & Chia, L.S. (2005). The ionization energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to determine high school students’ understanding of ionisation energy. Chem. Educ. Res. Pract, 6(4), 180-197.

Tarakci, M., Hatipoglu, S., Tekkaya, C., & Ozden, M. Y. (1999). A cross-age study of high school students’ understanding of diffusion and osmosis.

Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi, 15, 84-93.

(23)

84

Treagust, D.F. (1988). Development and use of diagnostic test to evaluate students misconception in science. International Journal of Science, 10(2), 159-169.

Tuysuz, C. (2009). Development of two-tier diagnostic instrument and assess

students’ understanding in chemistry. Scientific Research and Essay, 4(6),

626-631.

Gambar

Gambar 3.1 Model Butir Soal Tes Diagnostik Two-tier Berdasarkan
Gambar 3.2 Langkah-langkah Metode Pengembangan dan Validasi
Gambar 3.3. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran dan kualifikasi yang Saudara ajukan pada pekerjaan Renovasi Gedung Kantor Tahap Finishing dan Sarana Lingkungan

Dengan  penyajian  keuangan  yang  baik  dan  sesuai  dengan  standar  yang  berlaku  dapat 

Pengaruh Pelatihan Materi Sains Berbasis ICT Terhadap Peningkatan Scientific Literacy Dan ICT Literacy Guru Sekolah Dasar.. Universitas Pendidikan Indonesia |

BUPATI  BARITO  KUALA PROVINSI  KALIMANTAN  SELATAN KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 117 /KUM/2017

Hasil penelitian menjelaskan bahwa kerukunan dan toleransi yang telah lama dibangun bukan menjadi jaminan masyarakat bebas akan konflik, suatu bukti konflik yang pernah terjadi

1) Sebelum pelaksanaan pelatihan (implementasi model), melakukan pengujian awal penguasaan kompetensi pedagogik dan andragogik tutor (peserta) melalui observasi tutor

H. HASANUDDIN MURAD.. Hasbi Rahmani PANITIA PENYELENGGARA Ketua Umum Ketua I Ketua II Ketua III Sekretaris Wakil Sekretaris  Bendahara Wakil Bendahara 3. Seksi Upacara

Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung Kota Medan?.. Apa saja faktor-faktor terciptanya keserasian sosial masyarakat majemuk. kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung