• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMANS AYAM BROILER YANG DIBERIKAN PERLAKUAN PERBEDAAN WAKTU AWAL PEMBERIAN PAKAN PADA SUHU LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERFORMANS AYAM BROILER YANG DIBERIKAN PERLAKUAN PERBEDAAN WAKTU AWAL PEMBERIAN PAKAN PADA SUHU LINGKUNGAN."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMANS AYAM BROILER YANG DIBERIKAN PERLAKUAN PERBEDAAN WAKTU AWAL PEMBERIAN PAKAN PADA SUHU

LINGKUNGAN

SKRIPSI

Oleh : WIRA ARI ESA

0910612256

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

PEFORMANS AYAM BROILER YANG DIBERIKAN PERLAKUAN PERBEDAAN WAKTU AWAL PEMBERIAN PAKAN PADA SUHU

LINGKUNGAN

Wira Ari Esa, dibawah bimbingan

Prof.Dr.Ir.H. M. Hafil Abbas, MSdanDr.Ir.Yan Heryandi, MP Mahasiswa Program Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan

Universitas Andalas Padang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pakan lebih awal terhadap peformans ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 200 ekor ayam broiler strain Cobb dengan merk dagang CP 707. Tempat penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Metoda yang digunakan adalah metoda eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan A: (3,5 jam), B: (27,5 jam), C: (51,5 jam), D: (75,5 jam), E: (99,5 jam). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, konsumsi air minum, persentase karkas, persentase lemak abdomen, dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konsumsi air minum, dan lemak abdomen, memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas, memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi ransum. Kesimpulan adalah pemberian makan pada beberapa waktu awal 3,5 jam, 27,5 jam, 51,5 jam, 75,5 jam sampai 99,5 jam memberikan pengaruh terhadap bobot badan ayam broiler, semakin lambat pemberian makanan semakin rendah pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum namun tidak berpengaruh terhadap konversi ransum.

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan baru-baru ini juga diiringi dengan

kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan makanan yang bergizi, protein

hewani merupakan salah satu asupan makanan sumber gizi yang sangat penting

bagi tubuh, salah satu sumber protein hewani yang digemari dan relatif terjangkau

adalah daging ayam, jika dilihat dari segi mutu daging ayam tidak kalah dengan

daging ternak lainya terutama karna tekstur daging ayam yang lebih lunak dan

dapat diolah dengan berbagai macam masakan, sehingga untuk memenuhi

kebutuhan protein hewani masyarakat maka produksi daging ayam harus

ditingkatkan.

Lebih dari 60% pemenuhan kebutuhan protein hewani berasal dari ternak

unggas oleh sebab itulah industri peternakan ayam broiler di Indonesia terus

berbenah diri dan mengalami perkembangan yang sangat pesat, pemerintah selalu

mengambil langkah positif untuk meningkatkan usaha peternakan ayam broiler

seperti penyediaan bibit, pakan, dan peralatan yang baik, serta berhasilnya suatu

usaha peternakan ayam broiler juga ditentukan oleh manajemen pemeliharaan

yang benar.

Menurut Fadilah (2004) pakan merupakan faktor yang sangat penting

didalam suatu usaha peternakan terutama peternakan ayam broiler, karena 60-70%

dari total biaya produksi merupakan biaya pakan sehingga kesalahan dalam

pemberian pakan akan menyebabkan kerugian dalam suatu usaha peternakan,

pada umumnya pada saat ayam broiler menetas sampai proses manajemen setelah

penetasan hingga proses distribusi dan proses transportasi broiler dari perusahaan

(4)

daerah-daerah yang jauh dari produsen “DOC” (Day Old Chick), keterlambatan

tersebut mencapai 3-4 hari.

Sisa kuning telur yang mengandung di antaranya material antibodi 7% dan

lipid 20% dianggap dapat memenuhi kebutuhan anak ayam tetapi sisa kuning telur

ini sangat terbatas dan hanya cukup mempertahankan kehidupannya bukan untuk

pertumbuhan (CP Buletin Service 2006). Noy dan Sklan (1996) menyatakan sisa

kuning telur cukup untuk kelansungan hidup anak ayam hingga 3-4 hari tanpa

diberikan pakan, tetapi tidak dapat mendukung perkembangan saluran pencernaan

dan sistem kekebalan, ataupun perkembangan berat badan.

Menurut Sulistyoningsih (2004) beberapa peternak memeperlakukan DOC

yang baru tiba dikandang dengan tidak langsung diberi pakan. kondisi ini

memberi kesempatan terjadinya penyerapan sisa kuning telur semaksimal

mungkin. Selanjutnya Sulistyoningsih (2004) menyatakan bahwa kuning telur

ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan anak ayam (meskipun pada hari

pertama kehidupan) terutama untuk pertumbuhan.

Pada dasarnya broiler fase starter membutuhkan nutrisi yang sangat tinggi

untuk pertumbuhan jaringan. Diduga pemberian pakan pada anak ayam sedini

mungkin, memberi beberapa manfaat tidak hanya menigkatkan proses

metabolisme, tetapi juga mempercepat gertakan pada sistem immunitas dan

mempercepat petumbuhan organ-organ sistem pencernaannya. Pada akhirnya

berdampak pada respon fisik, fisiologis maupun tingkah laku.

Pekembangan pertumbuhan ayam broiler juga harus didukung dengan

temperatur lingkungan yang normal, ayam broiler akan berproduksi secara

(5)

Indonesia yang beriklim tropis temperatur lingkungan didataran rendah dimusim

kemarau dapat mencapai 33-34℃, pada temperatur 21,1-32,2konsumsi ransum

akan berkurang hingga 20,2%, “brooder” broiler periode starter di atur mulai

temperatur 29-35℃, lalu dikurangi sampai 20pada umur 4 minggu, temperatur

yang ada di dalam kandang pada dasarnya adalah berupa panas lingkungan yang

berasal dari matahari (solar radiation) dan dari panas yang dikeluarkan dari tubuh

ayam (heat loss), dengan demikian suhu lingkungan sangat mempengaruhi

penampilan produksi dari ayam broiler.

Berdasarkan latar belakang uraian diatas pentingnya pemberian pakan

lebih awal dan diharapkan dapat menyediakan nutrisi yang cukup terhadap awal

pertumbuhan sehingga dapat menghasilkan pertambahan bobot badan. Untuk itu

dilakukan penelitian yang berjudul “Peformans Ayam Broiler yang Diberikan

Perlakuan Perbedaan Waktu Awal Pemberian Pakan pada Suhu Lingkungan”

1.2.Perumusan Masalah

Umumnya DOC yang baru menetas tidak mendapatkan pakan dan nutrisi

segera, hal ini karena proses pendistribusian dan transportasi dari breeding farm

ke kandang peternak. Walaupun umumnya DOC mampu bertahan hidup selama 3

hari tampa makan karena terdapat sisa kuning telur yang masuk pada rongga

abdomen menjelang penetasan.

Namun bagaimana pengaruh peformans produksinya jika pemberian pakan

terhadap ayam brolier diberikan lebih awal dengan menggunakan temperatur yang

(6)

berpengaruh mempercepat petumbuhan organ-organ sistem pencernaan hal ini

diharapkan mampu mendukung terhadap peformas produksi dari ayam broiller.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

pengaruh pemberian pakan lebih awal terhadap performans produksi ayam broiler.

Sehingga hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi peternak

ayam broiler bahwa pemberian pakan lebih awal dapat meningkatkan keuntungan

baik dari segi ekonomi maupun dari aspek teknis.

1.4.Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah perbedaan waktu awal pemberian pakan

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sisa kuning telur, panjang usus dan bobot usus broiler strain COBB – LH 500 umur 35

Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian bahan pakan sumber protein berbeda dapat memperbaiki konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan ayam lokal

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pembatasan waktu pemberian pakan pada siang hari sampai dengan 5 jam antara jam 09.30-14.30 WIB pada suhu 33 o C dan kelembaban

Perbedaan yang sangat nyata pada faktor perlakuan perbedaan awal waktu pemberian pakan pasca menetas terhadap konsumsi pakan sejak minggu pertama pemeliharaan

Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa berat badan awal pada penundaan penanganan dan pemberian pakan 12 jam, 42 jam dan 72 jam setelah menetas

Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa berat badan awal pada penundaan penanganan dan pemberian pakan 12 jam, 42 jam dan 72 jam setelah menetas

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan komersial dengan penambahan tepung ubi jalar ungu terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler, maka dilakukan analisis sidik ragam yang