• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan mantan pengguna narkoba suntik dalam penyebaran HIV/AIDS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan mantan pengguna narkoba suntik dalam penyebaran HIV/AIDS."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

KONAS Ke - 11

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Peranan mantan pengguna narkoba suntik

dalam penyebaran HIV/AIDS

Shelly Iskandar1,2, Teddy Hidayat1, Ike M.P. Siregar1, Tri Hanggono Ahmad,3,

Andre J.A.M. Van der Ven2,4, Cor A.J. De Jong5

1

Departemen Psikiatri, Universitas Padjajaran/ Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin Hospital, Bandung, Indonesia

2

IMPACT (Integrated Management for Prevention Control and Treatment of HIV-AIDS), Unit Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran/ Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin Hospital, Bandung, Indonesia

3

Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran/ Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin Hospital, Bandung, Indonesia

4

Department of General Internal Medicine and Nijmegen Institute for Inflammation, Infection and Immunity, Radboud UniversityNijmegen Medical Centre, the Netherlands

5

Nijmegen Institute for Scientist-Practitioners in Addiction (NISPA); Nijmegen, the Netherlands

(2)

Shelly Iskandar, Departemen Psikiatri, Universitas Padjajaran/ Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin Hospital, Bandung, Indonesia, Jl. Pasirkaliki no. 190, Bandung 40151, Indonesia. Tel. +622270720492. Fax. +62222033915.

(3)

Abstrak

Latar belakang dan tujuan

Pengguna narkoba suntik adalah salah satu faktor yang sangat berperan dalam penyebaran HIV di hampir semua negara di dunia, khususnya di Eropa Timur, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara dan Timur. Untuk pengguna narkoba suntik yang aktif menyuntik, pemberian jarum suntik steril dan substitusi opiat membantu menurunkan angka penyebaran HIV. Namun hingga saat ini belum ada program yang ditujukan untuk mantan pengguna narkoba suntik. Prevalensi HIV yang tinggi pada kelompok ini yang jika disertai dengan perilaku berisiko dapat menyebarkan HIV ke masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik dan perilaku berisiko di kalangan mantan pengguna narkoba suntik.

Metode

Mantan pengguna narkoba suntik di Bandung direkrut dengan menggunakan metode respondent driven sampling. Mereka diwawancara mengenai penggunaan narkoba dan perilaku berisiko penyebaran HIV menggunakan kuesioner European Addiction Severity Index dan Blood Borne Virus Transmission Questionnaire.

Hasil

Prevalensi HIV pada kelompok ini adalah 66%. Umur mereka adalah umur yang aktif secara seksual (28 ± 4 tahun) dan pendidikan rata-rata SMA. Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak menggunakan narkoba dalam 30 hari terakhir. Narkoba yang paling banyak digunakan adalah alkohol dan ganja. Perilaku seksual berisiko dilakukan oleh 42% dari responden sedangkan perilaku berisko lainnya seperti tato dan tindik oleh non-profesional dilakukan oleh 52% responden.

Kesimpulan

(4)

Peranan mantan pengguna narkoba suntik

dalam penyebaran HIV/AIDS

Latar belakang dan tujuan

Pengguna narkoba suntik adalah salah satu faktor yang sangat berperan dalam

penyebaran HIV di hampir semua negara di dunia, khususnya di Eropa Timur, Amerika Selatan,

dan Asia Tenggara dan Timur. Untuk pengguna narkoba suntik yang aktif menyuntik,

pemberian jarum suntik steril dan substitusi opiat membantu menurunkan angka penyebaran

HIV. Namun hingga saat ini belum ada program yang ditujukan untuk mantan pengguna narkoba

suntik. Prevalensi HIV yang tinggi pada kelompok ini yang jika disertai dengan perilaku berisiko

dapat menyebarkan HIV ke masyarakat umum.

Dalam penanganan adiksi diperlukan penanganan multidimensi sehingga intervensi

individual diperlukan. Konsep tentang penasun seringkali terlalu disederhanakan, dengan

sedikitnya perhatian pada masalah-masalah kompleks yang mendasari penggunaan NAPZA.

Seringkali penyedia jasa layanan dan pengambil kebijakan mempromosikan layanan pertukaran

jarum suntik dan/ atau terapi obat sebagai strategi pengurangan dampak buruk yang sesuai untuk

semua penasun tanpa memberi perhatian yang cukup pada berbagai masalah utama lainnya dari

penasun.

Penyebab adiksi, seperti genetik, perubahan pada otak akibat penggunaan narkoba, dan

faktor-faktor lingkungan; perilaku berisiko; masalah fisik, psikiatrik, dan sosial yang terjadi

bersamaan; pencegahan; dan terapinya. Kerentanan seseorang untuk mengalami adiksi adalah

(5)

Untuk memberikan penanganan yang tepat bagi kelompok pengguna narkoba suntik

maka diperlukan pemahaman tentang kelompok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

memahami karakteristik dan perilaku berisiko di kalangan mantan pengguna narkoba suntik.

Metode

Mantan pengguna narkoba suntik di Bandung direkrut dengan menggunakan metode

respondent driven sampling. Mereka diwawancara mengenai penggunaan narkoba dan perilaku

berisiko penyebaran HIV menggunakan kuesioner European Addiction Severity IndexdanBlood

Borne Virus Transmission Questionnaire.

Hasil

Prevalensi HIV pada kelompok ini adalah 66%. Umur mereka adalah umur yang aktif

secara seksual (28 ± 4 tahun) dan pendidikan rata-rata SMA. Tidak ada satu pun dari mereka

yang tidak menggunakan narkoba dalam 30 hari terakhir. Narkoba yang paling banyak

digunakan adalah alkohol dan ganja. Perilaku seksual berisiko dilakukan oleh 42% dari

responden sedangkan perilaku berisko lainnya seperti tato dan tindik oleh non-profesional

dilakukan oleh 52% responden.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mantan penasun dan penasun aktif yang memiliki

masalah fisik, psikologis, dan adiksi yang berbeda-beda. Penilaian yang tepat diperlukan untuk

mendiagnosis masalah individual dan mengembangkan rekomendasi terapi individual yang

sesuai.1 Karena masalah pada penasun pada umumnya sangat kompleks, terapi dianjurkan untuk

(6)

Seperti telah menjadi kasus di berbagai negara, adalah epidemi HIV yang pada awalnya

menarik perhatian untuk merubah perilaku penggunaan narkoba di Indonesia. Perilaku berisiko

tinggi di kalangan mantan penasun dan penasun aktif. Telah dilaporkan di berbagai literatur

bahwa sejumlah besar penasun berubah dari pemakai narkoba menggunakan jarum suntik ke

pengguna narkoba tanpa memakai jarum suntik.2, 3

Sebagai tambahan, tidak ada dari mereka terbebas dari penggunaan narkoba dalam 30

hari terakhir sebelum wawancara dan bahwa penggunaan alkohol secara berlebihan berhubungan

erat dengan perilaku seksual berisiko. Baik mantan penasun maupun penasun aktif pada

umumnya memiliki perilaku seksual berisiko dan juga penggunaan tato atau tindik yang berisiko,

sementara 13% dari mantan penasun masih terpapar pada peralatan menyuntik yang

terkontaminasi. Perilaku berisiko tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang transmisi HIV

yang lebih baik atau pernah tidaknya mengakses program terapi adiksi.

Mantan penasun dapat berkontribusi secara nyata pada penyebaran epidemi HIV di

Indonesia karena prevalensi HIV pada kelompok ini tinggi sementara perilaku seksual berisiko di

kelompok ini juga umum. Lebih lanjut, dibandingkan dengan penasun aktif, mantan penasun

memiliki lebih banyak kontak seksual dengan populasi umum. Oleh karena itu, program

pencegahan HIV sebaiknya juga menjadikan mantan penasun sebagai sasaran program, dengan

penekanan pada pengetesan dan terapi HIV dan infeksi menular melalui darah lainnya dan juga

penekanan pada masalah perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko lainnya.

Program terapi metadon dan pertukaran jarum suntik, yang telah terbukti sangat efektif

dalam menurunkan perilaku menyuntik berisiko4-6, dapat merupakan terapi yang tidak

diindikasikan atau bahkan dapat membahayakan untuk mantan penasun atau penasun sporadis.

(7)

kekambuhan atau intervensi psikososial lainnya, menekankan pada penggunaan narkoba saat ini

dan perilaku berisiko non suntik lainnya. Secara umum, penasun memiliki akses yang buruk ke

tempat-tempat terapi narkoba karena penggunaan narkoba ilegal dan sangat distigmatisasi.7

Laporan baru-baru ini secara nasional menunjukan bahwa pola transmisi HIV di

Indonesia telah berubah dari penggunaan jarum suntik ke arah transmisi heteroseksual dan

penularan ibu ke anak. Tahun 2006, 52% of dari pasien HIV mendapatkan HIV akibat

penggunaan jarum suntik yang tidak steril sementara angka ini menurun menjadi 16% di 2011.

Walaupun demikian terdapat pertanyaan bagaimana mantan penasun dengan perilaku seksual

berisiko dikategorikan dalam laporan tahun 2011.

Perkembangan yang sangat positif adalah bahwa estimasi penasun di Indonesia juga

menurun: di tahun 2006, jumlah penasun yang dilaporkan adalah 219.000 sedangkan pada tahun

2009, 106.000 orang.8 Pengurangan program yang diberikan untuk penasun oleh lembaga

swadaya masyarakat (LSM) akan memiliki konsekuensi dalam meningkatkan kembali kontribusi

penasun dalam transmisi HIV.

Berkebalikan dengan jumlah penasun, jumlah pengguna narkoba di Indonesia meningkat

dari 2.2 persen (4 juta) di 2010 menjadi 2.8 persen (5 juta).9 Kontradiksi yang tampak ini dapat

dijelaskan dengan adanya perubahan rute administrasi narkoba yang paling sering digunakan:

pada umumnya dari penggunaan narkoba suntik ke narkoba non suntik tetapi dapat juga

sebaliknya.2,3 Sebagai tambahan, tipe narkoba juga akan mempengaruhi rute administrasi dan/

atau perilaku seksual berisiko.

Penasun aktif maupun mantan penasun tidak ada yang berhenti menggunakan narkoba.

Penggunaan stimulan tipe amfetamin (STA) meningkat di Asia dalam beberapa tahun

(8)

menyuntik dan seksual berisiko10-12. Perilaku seksual berisiko dapat menjadi jembatan hubungan

antara penasun dengan komunitas umum. Banyak penelitian menunjukkan bahwa prevalensi

gangguan psikiatri dan penggunaan narkoba pada orang-orang yang melakukan perilaku seksual

berisiko tinggi dan penggunaan obat-obat peningkat suasana perasaan seperti SSRI dapat

menurunkan perilaku seksual berisiko.13 Adalah suatu hal yang penting untuk memberi

perawatan pada pasien-pasien ini, tidak hanya karena masalah-masalah mereka tetapi juga karena

mereka mungkin memegang peranan kunci dalam penyebaran HIV.

Kesimpulan

Prevalensi HIV, penggunaan narkoba, dan perilaku berisiko yang tinggi pada kelompok mantan

pengguna narkoba merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Program penanganan

permasalahan adiksi narkoba dan perilaku berisiko perlu untuk dilakukan untuk mencegah

penyebaran HIV ke masyarakat umum.

Referensi

1. SAMHSA. Center for Substance Abuse Treatment. Substance Abuse Treatment for Persons With Co-Occurring Disorders. Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 42. In: SERVICES USDOHAH, editor. Rockville: Substance Abuse and Mental Health Services Administration; 2005.

2. Des Jarlais DC, Arasteh K, Perlis T, Hagan H, Heckathorn DD, McKnight C, et al. The transition from injection to non-injection drug use: long-term outcomes among heroin and cocaine users in New York City. Addiction. 2007;102(5):778-85. Epub 2007/05/17.

3. Neaigus A, Gyarmathy VA, Miller M, Frajzyngier VM, Friedman SR, Des Jarlais DC. Transitions to injecting drug use among noninjecting heroin users: social network influence and individual susceptibility. J Acquir Immune Defic Syndr. 2006;41(4):493-503. Epub 2006/05/03.

(9)

5. Mathers BM, Degenhardt L, Phillips B, Wiessing L, Hickman M, Strathdee SA, et al. Global epidemiology of injecting drug use and HIV among people who inject drugs: a systematic review. Lancet. 2008;372 (9651):1733-45.

6. Berkman ND, Wechsberg WM. Access to treatment-related and support services in methadone treatment programs. J Subst Abuse Treat. 2007;32(1):97-104. Epub 2006/12/19. 7. Hser YI, Maglione M, Polinsky ML, Anglin MD. Predicting drug treatment entry among

treatmentseeking individuals. J Subst Abuse Treat. 1998;15(3):213-20. Epub 1998/06/20. 8. Morrison A, Elliott L, Gruer L. Injecting-related harm and treatment-seeking behaviour

among injecting drug users. Addiction. 1997;92(10):1349-52. Epub 1998/03/07.

9. Mathers BM, Degenhardt L, Phillips B, Wiessing L, Hickman M, Strathdee SA, et al. Global epidemiology of injecting drug use and HIV among people who inject drugs: a systematic review. Lancet.2008;372(9651):1733-45. Epub 2008/09/27.

10. Pisani E. Estimating the number of drug injectors in Indonesia. International Journal of Drug Policy. 2006;17:35-40.

11. Bao YP, Liu ZM, Lu L. Review of HIV and HCV infection among drug users in China. Curr Opin Psychiatry. 2010;23(3):187-94. Epub 2010/03/24.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI MANTAN PENGGUNA NARKOBA YAYASAN SINARDJATI PAMARDI PUTRA DALAM PEMBENTUKAN CITRA.. DIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “B agaimanakah peran pendidik sebaya dalam pencegahan HIV dan AIDS pada penyalahgunaan Narkoba suntik di LPP Performa

Studi ini bertujuan untuk meneliti gambaran attachment style pada mantan pengguna narkoba yang sedang berada dalam pusat rehabilitasi.. Attachment style merupakan

Pengguna narkoba yang beresiko tinggi untuk terkena HIV adalah mereka yang mengonsumsi narkoba dengan cara menyuntikkannya dan dengan menggunakan jarum suntik yang sama

Temuan tersebut menunjukkan bahwa mantan pengguna narkoba masih menjalin relasi positif dengan keluarga paska rehabilitasi karena terdapat kedekatan dalam

Dalam penelitian ini juga akan dianalisis kestabilan dari model dan basic reproduction rasio serta dilakukan simulasi dan analisis sensitivitas untuk melihat parameter yang

Untuk mengetahui bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kepercayaan diri mantan pengguna narkoba dari Rehabilitasi Alkamal Sibolangit Centre, peneliti melakukan observasi

Hasil yang didapat dari penulis pada penelitian yang dilakukan di Denpasar ini menunjukkan bahwa yang mampu mempengaruhi infeksi HIV pada pengguna narkoba suntik