BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di era yang modern ini kebutuhan akan tenaga listrik sudah menjadi kebutuhan primer baik dikota-kota besar maupun kota-kota kecil, hampir seluruh peralatan penunjang kehidupan sehari-hari kita memerlukan energi listrik. Oleh karena itu kita harus menyadari setidaknya secara umum bagaimana listrik itu bekerja dan penyampaian sistem tenaga listrik dari hulu ke hilir. Sebagai mahasiswa fakultas Teknik Elektro arus kuat saya tertarik untuk kerja praktek di Gardu Induk khususnya mengenai uji tahanan isolasi pada PMT dan pemeliharaan PMT secara umum.
PLN sebagai satu-satunya perusahaan yg bergerak dalam bidang penyaluran tenaga listrik ke seluruh Indonesia harus mampu menjaga ketersediaan listrik dengan cara salah satunya pemeliharaan peralatan-peralatan dari penyaluran energi listrik tersebut. Hal ini menginspirasikan saya untuk mengambil topik laporan kerja praktek dibidang pemeliharaan khususnya pengujian tahanan isolasi PMT. Salah satu peralatan yang utama yang terdapat di gardu induk ini yaitu Pemutus Tenaga (PMT) atau dalam bahasa inggrisnya Circuit Breaker (CB). Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap PMT akan memperpendek umur PMT dan akan menimbulkan gangguan (trouble) lebih dini.
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan ( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatan lain
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari laporan kerja praktek ini adalah diharapkan mampu melihat, mengamati, memahami, dan membandingkan operasi dan pemeliharaan pmt 20kV secara umum yang dijalankan perusahaan serta dapat memecahkan suatu masalah di perusahaan tempat melakukan kerja praktek.
Tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui pengoperasian dan pemeliharaan yang terdapat di gardu induk secara umum dan gardu induk 150 kV Angke secara khusus.
Maksud dan tujuan kerja praktek :
a. Mengaplikasikan teori / ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek kenyataan.
b. Memperoleh pengalaman bagaimana suasana dalam bekerja, bagaimana berkomunikasi dan bersosialisasi dalam lingkungan kerja.
c. Memperoleh suatu bekal untuk terjun kelapangan usaha dimasa yang akan datang sehingga menjadi lulusan yang siap pakai setelah menyelesaikan program diploma saya.
d. Memberikan solusi terhadap masalah yang ada di tempat kerja praktek.
e. Sebagai salah satu syarat dan tugas untuk menyelesaikan mata kuliah praktek kerja nyata.
f. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman kerja serta mempersiapkan mahasiswa dalam mengjadapai tantangan dunia kerja dimasa yang akan datang.
g. Melakukan studi lapangan dan terlibat langsung pada kegiatan perusahaan (baik monitoring ataupun pemeliharaan).
I.3 Pokok Permasalahan
Pokok permasalahan memahami definisi, prinsip kerja serta jenis-jenis PMT secara umum di gardu induk (GI) dan di GI Angke secara khusus serta cara kerja uji tahanan isolasi serta langkah-langkah pengujiannya pada pmt juga menganalisa nilai hasil uji yang
didapatkan dan mendapatkan keputusan untuk rekomendasi selanjutnya terhadap peralatan yang diuji.
I.4 Batasan Masalah
Dalam laporan praktek kerja ini penulis membatasi tentang Definisi, prinsip kerja dan Macam-macam PMT secara umum yang terdapat di Gardu Induk dan di GI Angke secara khusus, Pemeliharaan PMT secara umum dan pengujian tahanan isolasi secara khusus, Prinsip kerja alat uji tahanan isolasi, Prosedur pengujian tahanan isolasi, dan Analisa berdasarkan nilai hasil uji berdasarkan standar yang telah ditetapkan PLN
I.5 Sistematika penulisan
Dalam laporan kerja praktek ini, penyusun menyusun tulisan dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :
a. Bab 1 Pendahulan
Bab ini membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, pokok permasalahan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
b. Bab 2 Profil Perusahaan
Bab ini membahas tentang sejarah, tujuan perusahaan, moto perusahaan, dan struktur perusahaan.
c. Bab 3 Landasan teori
Bab ini Membahas tentang Definisi, prinsip kerja dan Macam-macam PMT secara umum yang terdapat di GI Angke dan gardu induk lainnya , Pemeliharaan PMT secara umum dan pengujian tahanan isolasi secara khusus, Prinsip kerja alat uji tahanan isolasi.
d. Bab 4 Prosedur / instruksi kerja uji tahanan isolasi pada pmt serta analisa
Bab ini membahas tentang langkah-langkah yang sesuai prosedur dalam melakukan uji tahanan isolasi pmt serta melakukan analisa dari hasil uji yang didapat dan pengaruhnya terhadap sistem tenaga listrik jaringan PLN.
e. Bab 5 Kesimpulan dan saran
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Struktur Perusahaan
Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 257.K/ 010/ DIR/ 2000 tanggal 2 November 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT PLN (Persero) P3B yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah menjadi unit pusat investasi (investment center) dengan nama Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B). Terhitung sejak 2 Nopember 2000 maka organisasi PT. PLN (Persero) P3B sebagai unit pusat laba (profit center) berubah status menjadi unit pusat investasi (investment center).
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali membawahi 4 Region dan 1 Sub Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, Region Jawa Tengah dan DIY, Region Jawa Timur dan Sub Region Bali. PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jakarta dan Banten membawahi 9 UPT ( Unit Pelayanan Transmisi ) :
1. UPT Jakarta Pusat
2. UPT Jakarta Selatan
3. UPT Jakarta Timur
4. UPT Jakarta Barat
5. UPT Jakarta Utara
6. UPT Bogor
7. UPT Banten
8. UPT Tangerang
9. UPT Cilegon
UPT Jakarta Barat terbentuk mulai September 2005, dimana sebelumnya bernama UPT Durikosambi. UPT Jakarta Barat mempunyai unit kerja 11 (sebelas) Gardu Induk dan 1
(satu) GITET 500 kV serta mempunyai 8 (delapan) Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV (SUTT) dan 3 (tiga) Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150 kV (SKTT).
A. Gardu Induk di UPT Jakarta Barat
a. GI Durikosambi b. GI Angke c. GI Cileduk d. GI Cengkareng e. GI Tangerang Lama f. GI Tangerang Baru g. GI Muarakarang Lama h. GI Muarakarang Baru i. GIS Grogol j. GIS Kebonjeruk
k. GIS New Senayan
l. GIS Kembangan
B. Saluran Udara Tegangan Tinggi
a. GI Muarakarang Lama – GI Durikosambi
b. GI Muarakarang Lama – GI Angke
c. GI Muarakarang Baru – GI Durikosambi
d. GI Muarakarang Baru – GI Muarakarang Lama
f. GI Durikosambi – GI Cengkareng
g. GI Cengkareng – GI Tangerang Baru
h. GI Cengkareng – GI Tangerang Lama
i. GIS Kembangan – GI Cileduk
C. Saluran Kabel Tegangan Tinggi
a. GI Durikosambi – GIS Kembangan
b. GI Durikosambi – GIS Kebon Jeruk
c. GIS Kembangan – GIS New Senayan
Selanjutnya sesuai dengan permintaan dari RUPS PT PLN (Persero) tahun 2011 dan diterbitkannya SK Direksi No 1474.K/DIR/2011 tanggal 13 Desember 2011 yang baru mulai diterapkan pada tanggal 01 April 2012 maka PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region UPT Jakarta Barat dan PT.PLN (Persero) P3B |Jawa Bali Region Jakarta dan Banten UPT Tangerang bergabung menjadi satu dengan nama PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP Durikosambi.
2.2 Sejarah Gardu Induk Angke
Pada akhir dekade tahun 1950, GI Angke mulai dibangun dibawah kesatuan unit PLN GI JAYA ( Jakarta Raya ). Pada tahun 1962 Gardu Induk Angke dioperasikan untuk mensupplai wilayah Ancol, Bandengan, Pluit, Tangerang dan mengirim tegangan ke GI Karet; saat itu di Jakarta akan diadakan pesta olah raga se-Asia Tenggara ( ASEAN GAMES ) ke-4. Sehingga GI Angke sangat penting artinya untuk mensupplai plasokan listrik dari PLTU PRIOK ke wilayah sekitar Gelora Bung Karno / Senayan melalui penghantar Karet ke GI Karet, guna mendukung kelancaran dan suksesnya pesta olah raga se-Asia tenggara tersebut. Tegangan sistem yang digunakan waktu itu adalah 70 kV dan 12 kV, adapun bay penghantar dan trafo serta penyulang yang saat itu ada adalah
2. Bay penghantar 70 kV
- PRIOK I dan II, merupakan penghantar incoming dari GI PRIOK - KARET I dan II, merupakan penghantar outgoing ke GI KARET 3. Penyulang 12 kV
- B4 kabel I dan II, mensupplai arah wilayah sekitar Ancol - TG kabel I dan II, mensupplai arah wilayah sekitar Tangerang
- B4-7 dan B7-7, mensupplai pabrik Air Baja yang berada di daerah Bandengan
- B6-3, mensupplai wilayah Pluit
Gardu Induk Angke berlokasi di jalan Jembatan III RT : 001 RW : 011 Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara, Telp 021-6693146, JWOT 82197; pada awalnya dibangun pada tanah seluas ± 2Ha dan pada saat ini telah berkembang menjadi ± 4Ha. Adapun batas-batas lokasi GI Angke adalah
- Batas sebelah Timur; komplek PLN Gardu Induk Angke Jl. Jembatan III Jakarta Utara.
- Batas sebelah Selatan adalah komplek pertokoan dan pergudangan Gedung Hijau.
- Batas sebelah Barat dan Utara adalah kompleks perumahan Pluit Mas.
Dalam perkembangannya Gardu Induk sangat banyak perubahan-perubahannya sesuai dengan perkembangan jaman, tuntutan akan kebutuhan energi listrik dan perkembangan teknologi peralatan instalasi listrik. Kami mengumpulkan data-data mengenai Gardu Induk Angke dengan mengadakan wawancara dengan para sesepuh mantan karyawan dan karyawan yang pernah berdinas di GI Angke; mengumpulkan, mencari dan mempelajari buku-buku mengenai GI Angke dan mencatat data-data peralatan yang ada di GI Angke.
Untuk saat ini konfigurasi yang terpasang di GI Angke 8 bay penghantar 4 bay trafo dan 1 bay kopel
Single Line Diagram GI Angke
2.3 Visi Misi Perusahaan
Visi :
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi tenaga listrik dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders, dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Misi:
1. Melakukan usaha transmisi tenaga listrik yang efisien, andal, aman dan ramah lingkungan;
2. Melaksanakan pengelolaan operasi sistem tenaga listrik yang andal, aman, bermutu dan ekonomis;
3. Melaksanakan pengelolaan transaksi tenaga listrik yang transparan dan kredibel;
4. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional;
5. Mengembangkan usaha di luar usaha pokok yang dapat memberikan kontribusi pada perolehan laba usaha.
Motto :
“ Mewujudkan perubahan nyata menuju PLN kelas dunia, bebas subsidi, menguntungkan dan ramah lingkungan “
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi dan Prinsip kerja PMT
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan ( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatann lain.
PMT 20KV PMT 150KV PMT 500KV
Macam – macam PMT 20kV
3.2 Macam-Macam PMT
3.2.1 Berdasarkan kelas / besar tegangannya PMT dapat dibedakan menjadi :
a. PMT tegangan rendah (Low Voltage)
Dengan range tegangan 0.1 s/d 1 kV ( SPLN 1.1995 - 3.3 ).
b. PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV ( SPLN 1.1995 – 3.4 ).
c. PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV ( SPLN 1.1995 – 3.5 ).
d. PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC ( SPLN 1.1995 – 3.6 ).
3.2.2 Berdasarkan media pemadam busur api, PMT dapat dibedakan menjadi :
a. Pemadam busur api dengan gas SF6
Menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur api yang timbul pada waktu memutus arus listrik. Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan pertambahan tekanan. Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (single
pressure type), dimana selama operasi membuka atau menutup PMT, gas SF6
ditekan ke dalam suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
PMT 20kv media pemadam busur api SF6
PMT Satu Katup dengan Gas SF6
b. Pemadam busur api dengan oil / minyak
Menggunakan minyak isolasi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada saat PMT bekerja membuka atau menutup.
Jenis PMT dengan minyak ini dapat dibedakan menjadi :
I. PMT menggunakan banyak minyak (bulk oil)
II. PMT menggunakan sedikit minyak (small oil)
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai 50 kA
PMT Bulk oil
4. Pemadam busur api dengan udara hembus / air blast
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut juga sebagai PMT Udara Hembus
(Air Blast).
PMT Udara Hembus / Air Blast
Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk tegangan menengah (24kV).
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini dengan dihubungkan secara serie.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.
Gambar Ruang kontak utama (breaking chamber) pada PMT vacuum
PMT dengan Hampa Udara (vacuum)
1. Plat-plat penahan – bukan bahan magnet
2. Rumah pemutus dari bahan berisolasi 3. Pelindung dari embun uap
4. Kontak bergerak 5. Kontak tetap
6. Penghembus dari bahan logam 7. Tutup alat penghembus 8. Ujung kontak
3.3 Pemeliharaan PMT 3.3.1 Pengertian Pemeliharaan.
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat terhormat, karena pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya peralatan dengan baik , dan pemeliharan yang telah dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat dirasakan pengaruhnya , Apabila pemeliharaan tidak dilaksanakan kemudian peralatan menjadi rusak atau gangguan maka kejadian tersebut dapat dikatagorikan hina/ memalukan Lain halnya kalau pemasangan baru atau pengadaan baru yaitu yang tadinya tidak ada menjadi ada dan jelas sekali perubahannya.
Sebagai contoh pemeliharaan mobil ( mencuci, perubahannya yang tadinya kotor menjadi bersih, ganti oli yang ada adalah oli bekas, dll ) yang secara keseluruhannya perubahannya sangat kecil seolah olah tidak terjadi perubahan.
3.3.2 Tujuan Pemeliharaan.
Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Dalam SE. No.032/PST/1984 tanggal 23 Mei 1984 tersebut adalah merupakan himpunan rekomendasi pabrik serta instruction manual dari masing-masing peralatan instalasi listrik dan pengalaman operasi dan pemeliharaan.Berdasarkan pengalaman dilapangan yang cukup lama didalam melaksanakan pemeliharaan peralatan instalasi listrik sesuai SE. No.032/PST/1984, maka sejak bulan April 2000 di PLN P3B telah dilakukan perubahan siklus pemeliharaan peralatan. Yang dituangkan dalam suplement SE Direksi No.032/PST/1984
3.3.3 Pedoman pemeliharaan PMT
Berdasarkan fungsinya dan kondisi peralatan bertegangan atau tidak, jenis pemeliharaan pada Pemutus dapat dikelompokkan sebagai berikut :
3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check 4. Overhaul
5. Pasca relokasi / Pasca Gangguan
In Service Inspection, In Servise Measurement/On Line Montoring, Shutdown Measurement / Shutdown Function Check dan Overhaul sebagaimana dimaksud dalam butir
1 s/d 4 di atas, merupakan bahagian dari uraian kegiatan pemeliharaan yang tertuang dalam review SE.032/PST/1984 dan Suplemennya.
Hal-hal yang direview pada SE.032/PST/1984 antara lain adalah perubahan periode pemeliharaan dari 1 Tahun menjadi 2 Tahun dan penyesuaian item kegiatan pemeriksaan maupun pengujian yang mengacu kepada analisis efek modus gangguan (Failure Mode
Effect Analysis / FMEA) dari setiap komponen peralatan tersebut.
3.3.3.1 IN SERVICE / VISUAL INSPECTION
In Service Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan yang dilaksanakan dalam keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line), dengan menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara sederhana, dengan pelaksanaan periode tertentu (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan).
Inspeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana/umum (seperti Thermo Gun) yang dilaksanakan oleh petugas operator/asisten supervisor di gardu induk (untuk Tragi/UPT PLN P3B Sumatera/Wilayah) atau petugas pemeliharaan/supervisor gardu induk (untuk UPT/Region PLN P3B JB).
Review SE.032/PST/1984
Pemeriksaan yang dilaksanakan secara periodik Harian/Mingguan, Bulanan dan Tahunan berdasarkan review SE.032/PST/1984 adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Harian / Mingguan
misalnya meliputi :
1. Pemeriksaan lemari kontrol, pemanas ruang (heater), lampu penerangan, supply AC/DC
2. Pemeriksaan posisi indikator ON/OFF 3. Pemeriksaan counter PMT
4. Pemeriksaan pondasi apakah terdapat keretakan atau penurunan 5. Pemeriksaan bushing apakah terdapat keretakan
6. Pemeriksaan debu pada bushing dan body PMT.
7. Pemeriksaan terminal utama, jumperan dan bahagian bertegangan terhadap benda asing, bunyi-bunyian, bau-bauan.
8. Pengukuran infrared thermo meter
9. Pemeriksaan Kebocoran gas SF6 pada sambungan-sambungan. (jenis Pmt dengan media gas)
10. Monitor tekanan Gas SF 6 (jenis Pmt dengan media gas)
11. Pemeriksaan kebocoran pada instalasi udara : katup-katup, sambungan pipa safety valve, blast valve, reducing valve 180 bar & 150 bar. (jenis Pmt dengan media Air Blast)
12. Monitor tekanan N2
13. Pemeriksaan warna dan level minyak (jenis Pmt dengan media minyak) 14. Pemeriksaan Indikator Pegas mekanik pada PMT sistim pegas.
15. Pemeriksaan kebocoran minyak pada instalasi, sambungan, katup-katup pipa. 16. Pemeriksaan level indikasi
17. Monitor penunjukkan counter hour pompa. 18. Pemeriksaan start-stop (durasi siklus) pompa .
19. Pemeriksaan kebocoran udara pada instalasi udara; pipa; nepel; safety valve katupkatup (aktuator).
20. Pemeriksaan counter kerja kompressor apakah ada penambahan angka secara dratis bila bertambah lakukan pemeriksaan kebocoran udara lebih intensif. 21. Pemeriksaan level minyak pelumas
22. Pemeriksaan kebocoran minyak pelumas 23. Pemeriksaan counter jam kerja kompressor 24. Pemeriksaan coupling ring.
25. Pemeriksaan kipas pendingin cylinder. 26. Pemeriksaan Oil pressure gauge. 27. Pemeriksaan Pressure gauge 1st stage. 28. Pemeriksaan Pressure gauge 2nd stage.
30. Pemeriksaan Pressure gauge 4th stage.
31. Periksa amper starting. 32. Periksa amper running.
33. Periksa kipas pendingin motor. 34. Pembuangan air pada tanki udara.
35. Pemeriksaan kebocoran udara pada instalasi.
Pemeriksaan Bulanan
meliputi :
1. Pemeriksaan kebocoran pada instalasi udara : katup-katup, sambungan pipa safety valve, blast valve, reducing valve 180 bar & 150 bar.
2. Pemeriksaan kebocoran minyak pada instalasi, sambungan, katup-katup pipa. 3. Pemeriksaan level indikasi
4. Sumber tegangan AC/DC.
5. Pemeriksaan lampu indikator / bendera indikator 6. Pemeriksaan automatic sequence
Berdasarkan FMEA / FMECA
Tahun 2008, PLN kembali melaksanakan kajian dan analisis terhadap efek modus gangguan yang terjadi pada komponen peralatan sehingga uraian kegiatan pemeliharaan dalam review SE-032 dan Suplemennya mengalami perubahan, seperti pada uraian formulir inspeksi sebagai berikut :
Pemeriksaan Harian
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi : 1. Pemeriksaan kopel penggerak (khusus 3 pole) 2. Pemeriksaan kondisi kesiapan pegas
3. Kesesuaian penunjukkan indikator pegas 4. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan hidrolik 5. Penunjukkan & pemeriksaan counter kerja pompa 6. Penunjukkan & pemeriksaan level minyak (hidrolik) 7. Pemeriksaan sambungan / katup / pipa (hidrolik)
8. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan udara (pneumatik) 9. Penunjukkan & pemeriksaan counter kerja pompa kompresor 10. Pemeriksaan level minyak kompresor
11. Pemeriksaan sambungan / katup / pipa (pneumatik) 12. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan gas SF6 13. Pemeriksaan manometer warna - tekanan gas SF6 14. Pemeriksaan instalasi gas SF6
15. Penunjukkan & pemeriksaan level minyak (bulk oil) 16. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan N2
17. Penunjukkan level minyak bushing (bulk oil) 18. Pemeriksaan sambungan / katup (valve) minyak 19. Penunjukkan & pemeriksaan tekanan udara (air blast) 20. Pemeriksaan instalasi air blast
Pemeriksaan Mingguan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi :
1. Pemeriksaan kondisi terminal utama terhadap benda asing 2. Pemeriksaan kondisi isolator interrupter
3. Pemeriksaan kondisi isolator Resistor (jika ada) 4. Pemeriksaan kondisi isolator Kapasitor (jika ada)
5. Pemeriksaan kondisi isolator support compartment (jika ada) 6. Penunjukkan & pemeriksaan counter PMT
7. Kesesuaian penunjukkan indikator posisi PMT 8. Pemeriksaan kondisi indikator PMT
9. Pemeriksaan lampu penerangan 10. Pemeriksaan heater
11. Pemeriksaan terminal wiring 12. Pemeriksaan kabel kontrol 13. Pemeriksaan sekering / MCB
14. Pemeriksaan terhadap bebauan yang asing 15. Pembuangan udara kondensasi
Pemeriksaan Bulanan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi : 1. Pemeriksaan kondisi pintu lemari
2. Pemeriksaan kondisi / kebersihan dalam lemari 3. Pemeriksaan kondisi door sealent
4. Pemeriksaan lubang kabel 5. Pemeriksaan grounding PMT 6. Pemeriksaan grounding lemari
7. Pemeriksaan kondisi pelumas pada roda gigi 8. Pemeriksaan tabung akumulator
9. Pemeriksaan belt kompresor 10. Pemeriksaan tangki (pneumatik)
Pemeriksaan Triwulanan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi : 1. Kondisi suhu terminal utama (image thermovisi) 2. Kondisi suhu interrupter chamber (image thermovisi)
Pemeriksaan Tahunan
Berdasarkan FMEA/FMECA dan Inspeksi Level-1, meliputi : 1. Pemeriksaan struktur besi/baja atau beton
2. Pemeriksaan pondasi
3.3.3.2 IN SERVISE MEASUREMENT / ON LINE MONITORING
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan bertegangan (On Line).
Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur yang advanced (seperti Thermal Image thermovision) yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
3.3.3.3 SHUTDOWN MEASUREMENT / SHUTDOWN FUNCTION CHECK
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan tidak bertegangan (Off Line).
Pengukuran dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana serta advanced yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan. Macam – macam pengukuran/pengujian :
I. Pengujian/pengukuran pada interrupter :
i. Pengukuran Tahanan isolasi
ii. Pengukuran Tahanan kontak
iii. Keserempakan kontak (breaker analyzer) iv. Pengukuran nilai R pada Resistor (bila ada)
v. Pengukuran nilai C pada Capasitor (bila ada) II. Pengujian pada media pemadam busur api :
i. Kualitas gas SF6 ii. Karakteristik minyak iii. Pengujian ke-Vacuum-an
iv. Pengujian kerapatan gas (density gas) III. Pengujian pada sistem mekanik penggerak :
i. Sistem pegas / spring
1. Pengujian fungsi start & stop motor penggerak 2. Pengukuran arus beban motor penggerak
3. Tahanan isolasi belitan motor penggerak 4. Pengukuran tegangan AC dan DC ii. Sistem pneumatik
1. Pengujian fungsi start & stop motor kompresor 2. Pengujian fungsi system block
3. Pengujian kebocoran udara
4. Pengukuran konsumsi udara saat Open-Close-Open 5. Pengujian fungsi safety valve
6. Kalibrasi manometer
7. Pengukuran tegangan dan arus AC dan DC 8. Pengukuran waktu kerja kompresor
iii. Sistem hidrolik
1. Pengujian fungsi start & stop motor hidrolik 2. Pengujian fungsi system hidrolik
3. Pengujian kebocoran hidrolik
4. Pengukuran konsumsi hidrolik saat Open-Close-Open 5. Pengujian fungsi safety valve
6. Kalibrasi manometer
7. Pemeriksaan oil pressure switch 8. Pengukuran tegangan AC dan DC 9. Pengujian tekanan akumulator 10. Pengujian waktu reinflation IV. Pengukuran Grounding/ pentanahan
V. Pemeriksaan fungsi lemari mekanik :
i. Pengujian fungsi close dan open (local/remote dan scada) ii. Pengujian tegangan AC dan DC
iii. Pengujian emergency trip iv. Pengujian fungsi alarm
v. Pengujian fungsi interlock mekanik dan elektrik
3.3.4 Evaluasi hasil pemeliharaan
METODE EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN
Gambar-3.1. Flow chart metode evaluasi
Metode evaluasi untuk pemeliharaan PMT mengacu pada flow chart / alur seperti pada gambar diatas. Secara umum meliputi 3 (tiga) tahapan evaluasi pemeliharaan, yaitu :
A. Evaluasi Level – 1
Pelaksanaan tahap awal ini berdasarkan pada hasil In Service / Visual Inspection yang sifatnya berupa harian, mingguan, bulanan atau tahunan, serta dapat juga dengan
menambahkan hasil on line monitoring. Tahapan ini menghasilkan kondisi awal (early warning) dari PMT.
B. Evaluasi Level – 2
Hasil akhir serta rekomendasi pada tahap pertama menjadi inputan untuk dilakukannya evaluasi level – 2, ditambah dengan pelaksanaan In Service Measurement. Tahapan ini menghasilkan gambaran lebih lanjut untuk justifikasi kondisi PMT, serta menentukan pemeliharaan lebih lanjut.
C. Evaluasi Level – 3
Merupakan tahap akhir pada metode evaluasi pemeliharaan. Hasil evaluasi level – 2 ditambah dengan hasil shutdown measurement dan shutdown function check, menghasilkan rekomendasi akhir tindak lanjut yang berupa Life extension program dan Asset development
plan, seperti retrofit, refurbish, replacement atau reinvestment.
3.3.5 Standar Evaluasi Hasil Pemeliharaan
Standar evaluasi adalah acuan yang digunakan dalam mengevaluasi hasil pemeliharaan untuk dapat menentukan kondisi peralatan PMT yang dipelihara. Standar yang ada berpedoman kepada : instruction manual dari pabrik, standar-standar internasional maupun nasional ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, SPLN, SNI dll ) dan pengalaman serta observasi / pengamatan operasi di lapangan.
Dikarenakan dapat berbeda antar merk / pabrikan, maka acuan yang diutamakan adalah manual dari pabrikan PMT tersebut. Dapat digunakan acuan yang berasal dari standar internasional maupun nasional, apabila tidak diketemukan suatu nilai batasan pada manual dari pabrikan PMT tersebut.
4.1 Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.
Hal yang bisa mengakibatkan kerusakan alat ukur adalah bilamana alat ukur tersebut dipakai untuk mengukur obyek pada lokasi yang tegangan induksi listrik di sekitarnya sangat tinggi atau masih adanya muatan residual pada belitan atau kabel. Langkah untuk menetralkan tegangan induksi maupun muatan residual adalah dengan menghubungkan bagian tersebut ke tanah beberapa saat sehingga induksinya hilang.
Untuk mengamankan alat ukur terhadap pengaruh tegangan induksi maka peralatan tersebut perlu dilindungi dengan Sangkar Faraday (lihat gambar 3.1) dan kabel-kabel penghubung rangkaian pengujian sebaiknya menggunakan kabel yang dilengkapi pelindung (Shield Wire).
Jadi untuk memperoleh hasil yang valid maka obyek yang diukur harus betul - betul bebas dari pengaruh induksi.
Gambar. Pengukuran tahanan isolasi menggunakan sangkar Faraday
Megger konvensional Plat seng atau aluminium
ukuran 1 x 2 meter dan dihubungkan ke tanah
4.2 Prinsip Kerja Alat Ukur Tahanan Isolasi
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi PMT adalah untuk mengetahui besar (nilai) kebocoran arus ( leakage current ) yang terjadi antara bagian yang bertegangan I/P terminal dan O/P terminal terhadap tanah.
Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa PMT cukup aman untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi.
Insulation tester banyak jenisnya (merk dan type megger), masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mulai dari type sederhana, menengah sampai dengan yang canggih. Display (tampilannya) juga banyak ragamnya; mulai dari tampilan analog, semi digital dan digital murni.
Pada panel kendali (Front Panel) ada yang sangat sederhana, namun ada pula yang super canggih. Tapi seluruhnya memiliki prinsip kerja yang sama.
4.3 Macam-Macam alat ukur tahanan isolasi
2.1. METRISO type 5000 A.
2.2. KYORITSU model 3123
2.3. METRISO type 5000 2.4. AEMC type EXTECH (digital). 2.5. METRISO type 5000 AK (digital). 2.6. AVO type MJ15 2.7. HWASHIN type HS-510 2.9. FLUKE type 1520 (digital).
2.8. AEMC (analog) 2.10. AEMC (digital) 4.4 Cara Penggunaan / Cara Pengukuran tahanan isolasi
Persiapan
1. Persiapkan alat ukur dan dan accessories lainnya serta yakinkan semuanya dalam kondisi baik
Gambar apabila menggunakan megger merk kyoritsu 2. Periksa sumber tegangan / baterenya
Gambar apabila menggunakan megger merk kyoritsu
3. Persiapkan tool set yang diperlukan
4. Persiapkan blanko pengukuran (Formulir: P3BJB TEK/FML/IK.TRF/002.MEG) 5. Catat spesifikasi PMT yang akan diukur
6. Letakkan alat ukur pada tempat yang aman dan terjangkau.
7. Referensi hasil pengukuran tahanan isolasi adalah 1 MΩ/kV & PI = 1,25 – 2 (SE PLN No.032/PST/1984 dan Suplemennya serta Buku Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga)
Pelaksanaan
1. Masukkan pangkal kabel tester pada terminal alat ukur.
2. Hubungkan Kabel LINE dan kabel EARTH ke objek uji seperti pada tabel di bawah untuk beberapa variasi pengukuran.
NO Pengukuran Kabel line Kabel earth Kabel guard
1 Fasa R atas – Fasa R bawah Fasa R atas Fasa R bawah Ground / body 2 Fasa R atas – ground / body Fasa R atas Ground / body Fasa R bawah 3 Fasa R bawah – ground / body Fasa R bawah Ground / body Fasa R atas 4 Fasa S atas – Fasa S bawah Fasa S atas Fasa S bawah Ground / body 5 Fasa S atas – ground / body Fasa S atas Ground / body Fasa S bawah 6 Fasa S bawah – ground / body Fasa S bawah Ground / body Fasa S atas 7 Fasa T atas – Fasa T bawah Fasa T atas Fasa T bawah Ground / body 8 Fasa T atas – ground / body Fasa T atas Ground / body Fasa T bawah 9 Fasa T bawah – ground / body Fasa T bawah Ground / body Fasa T atas
Gambar PMT 150kv merk ABB di GI Angke, tanda merah titik pengujian megger
3. Pada saat pengukuran yakinkan bahwa semua probe terhubung dengan baik. 4. Pindahkan posisi selector tegangan ke 5000 Volt
5. Setting waktu pengukuran dengan menekan tombol TIME SET: a. Time 1 = 1 menit
b. Time 2 = 10 menit
6. Tekan dan putar sesuai arah panah tombol PRESS TO TEST hingga posisi LOCK 7. Amati hasil penunjukkan pada alat ukur dan catat pada blanko yang telah disediakan. 8. Tekan dan putar berlawanan arah panah tombol PRESS TO TEST ke posisi semula. 9. Tunggu sejenak untuk memberikan waktu ke alat ukur melakukan self discharge atau
dapat juga dilakukan dengan menghubung singkat terminal ukur ke ground. 10. Pindah selektor tegangan ke posisi OFF
Finishing
1. Lepas rangkaian kabel alat ukur
2. Simpan pada kotak penyimpanan bersama dengan kabel atau accessoriesnya
Ra Rb Sa Sb Ta Tb
terminal telah terpasang dengan baik dan benar
4.5 Standar Pengukuran / pengujian Tahanan Isolasi
Batasan tahanan isolasi PMT sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE.032/PST/1984 dan menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi pada suhu operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “.
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang diijinkan setiap kV = 1 mA.
Bila dilihat dari hitungan teori standard minimal tahanan isolasi dapat dihitung dengan rumus
( 1000 . U ) ( 1000 . 20000 V )
R = ————— ∙ U ∙ 2,5 contoh : R = ________________ . 20000 V . 2,5
Q 5000 V
R = 200 MΩ
Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal. U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger. 1000 = Bilangan tetap.
2,5 = Faktor Keamanan (apabila baru).
Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi pada • Kabel instalasi pada rumah-rumah / bangunan
• Kabel tegangan rendah • Kabel tegangan tinggi
• Transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya.
BAB V
Kesimpulan dan lampiran 5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kerja praktek dengan judul laporan UJI TAHANAN ISOLASI PMT DALAM PEMELIHARAAN TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK PT PLN (Persero) APP DURIKOSAMBI GI ANGKE maka dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.
b. Dalam melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT harus sesuai dengan buku instruksi kerja ataupun buku manual untuk meminimalisir kerusakan alat uji dan mendapatkan hasil uji yg maksimal sehingga akurat untuk dijadikan bahan analisis pmt tersebut.
c. Batasan tahanan isolasi PMT sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE.032/PST/1984 dan menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi pada suhu operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega
Ohm) “. Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah,
5.2 LAMPIRAN FORMULIR INSPEKSI LEVEL – 1
Lembar Hasil Pemeliharaan Tahunan PMT
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA TAHUNAN
Lokasi : Bay : Merk /type : Tegangan : Tanggal : No Uraian Kegiatan A C U A N Kondisi Awal Tindakan Hasil
Akhir Kesimpulan Pelaksana
a b 1 2 I II
A B C D E F G H
1. Pembersihan
Bushing/Isolator Bersih 2. Pemeriksaan
Terminal-terminal Kencang, bersih 3. Pemeriksaan Pondasi Kokoh, tidak retak 4. Pemeriksaan Lemari Kontrol - Pemeriksaan Kebersihan Bersih Tidak putus Kencang
5. Counter Bekerja baik
Penunjukannya benar 6. Indikator - Pemeriksaan indikator level minyak
Jelas & pada posisi normal Bekerja normal - Pemeriksaan
indikator tek. Udara
Jelas & pada posisi normal Bekerja normal - Pemeriksaan
indikator Nitrogen
Jelas & pada posisi normal 7. Sistem Penggerak Hidrolik - Pemeriksaan tekanan minyak
Jelas & pada posisi normal - Pemeriksaan
seal-seal
Jelas & pada posisi normal
- Pemeriksaan oil level
Jelas & pada posisi normal - Pembersihan
filter minyak Bersih
- Pengujian
triping/closing coil Bekerja normal - Pemeriksaan kontaktor motor DC Baik, bersih 8. Sistem Penggerak phenematic - Pemeriksaan oli compresor
Baik dan tidak berkurang Bersih - Pembersihan filter udara Bersih, tidak buntu/mampet Normal/tidak bocor
Cukup dan tidak ada aus
- Pemeriksaan v
belt Tidak ada cacat
Bersih dan baik - Pengujian
triping/closing coil Bekerja normal
9. Sistem Penggerak Pegas Bersih, seal karet tidak rusak Cukup, tidak ada aus/cacat Baik, bekerja normal - Pemeriksaan indikator pegas Jelas, bekerja normal - Pengujian
triping/closing coil Bekerja normal Bersih,tidak aus,pelumas cukup 10. Pengukuran Tahanan Isolasi Isolasi yang diijinkan R = 1 M. Ohm/kV Meger 5000 Volt - Fasa R : atas - bawah atas - tanah bawah - tanah
- Fasa S : atas - bawah atas - tanah bawah - tanah - Fasa T : atas - bawah atas - tanah bawah - tanah >/=140kV / cm Sesuai name plate Jernih, 5x trip (Small Oil) 11. Pengukuran Tahanan Kontak Std G.E < 100 - 250 µ Ω Std G.E < 100 - 350 µ Ω Std ASEA < 45 µ Ω Standard MG 35 µ Ω.(SF6) R : - Kontak atas - bawah S : T : 12. - Buka Maks. 50 ms - Tutup Maks. 100 ms 13. Pengujian Capasitor R </= 1 Ohm 14. Pemeriksaan Bushing Capasitor Bersih, tidak ada keretakan Baik sesuai name plate 15. Over haul PMT (kondisional) Baik sesuai name plate Tidak bocor, tidak rembes Bersih dan baik Bekerja Normal 16. Pengecatan
tanda-tanda Fasa
Jelas warna atau huruf
( ……….. ) ( ……….. ) Keterangan : a : Baik b : Tidak Baik 1 : Sesuai Acuan 2 : Baik I : Tidak Baik II : Sesuai Acuan Yang sifatnya pengukuran ditulis harga/angka
Hanif Guntoro. 2008. Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT-bagian I (online)
(http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-pemutus.html.
Diakses 26 februari 2013).
Hanif Guntoro. 2008. Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT-bagian II (online) (http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/jenis-jenis-circuit-breaker-sakelar.html. Diakses 26 februari 2013).
PLN DISJAYA. 2009. PENGENALAN KUBIKEL. Jakarta, penerbit PLN DISJAYA
PLN GI ANGKE. 2001. SEJARAH GI.ANGKE. Jakarta, Penerbit tim GI Angke.
PLN P3B JB. 2010. INSTRUKSI KERJA TAHANAN ISOLASI. Jakarta, Penerbit PLN P3B JB.
PLN PUSDIKLAT. 2011. B.1.1.2.08.3 PENGGUNAAN PERALATAN KERJA DAN ALATUKUR LISTRIK. Jakarta, Penerbit PLN PUSDIKLAT.
PLN PUSDIKLAT. 2011. BUKU PETUNJUK PEMUTUS TENAGA (PMT) Jakarta, Penerbit PLN PUSDIKLAT.
PLN PUSDIKLAT. 2011. PEMELIHARAAN PERALATAN GI. Jakarta, Penerbit PLN PUSDIKLAT.