Makalah Seminar Kerja Praktek
ANALISIS PENGUKURAN DAN PEMELIHARAAN
TRANSFORMATOR DAYA
PADA GARDU INDUK 150 kV SRONDOL
Gunara Fery Fahnani.1, Karnoto ST, MT.2
1
Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Email : [email protected]
Abstrak
PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha untuk menyuplai energi listrik yang ada dengan
seoptimal mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada serta menjaga kualitas sistem penyaluran dan kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem pemeliharaan instalasi gardu induk. Dalam siuatu gardu induk terdapat suatu peralatan yaitu transformator dayaa yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan)
Pemeliharaan transformator daya dilakukan untuk menjaga efektivitas dan daya taham peralatan sistem tenaga listrik, khususnya transformator daya agar dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga kontinuitas buku panduan dari pabrik. Jika terjadi ketidaknormalan dari suatu hasil pemeliharaan transformator maka perlu dilakukan investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi gangguan pada saat transformator beroperasi
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang hal – hal byang berkaitan dengan pemeliharaan transformator daya.Batas normal pengukuran tangen delta, index polaritas tahanan isolasi.Dengan laporan ini para mahasiswa dapat belajar tata cara yang dilakukan ketika pemeliharaan itu dilakukan.
Kata kunci:Transformator daya, Gardu Induk, pemeiliharaan,tangen delta,tahanan isolasi I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gardu Induk merupakan kumpulan peralatan listrik tegangan tinggi yang mempunyai fungsi dan kegunaan dari masing-masing peralatan yang satu sama lain saling terkait sehingga penyaluran energi listrik dapat terlaksana dengan baik.
Salah satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah transformator daya. Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap transformator daya akan memperpendek umur transformator daya dan akan menimbulkan gangguan - gangguan pada saat beroperasi sehingga kontinuitas penyaluran menjadi tidak lancar.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kerja praktek ini
adalah untuk mengetahui pemeliharaan
transformator daya yang terdapat di Gardu Induk 150 kV Srondol.
1.3 Pembatasan Masalah
Makalah ini disusun untuk mempelajari jenis dan bagian-bagian transformator daya yang terdapat di GI 150 kV Srondol. Untuk mempersempit masalah, maka hanya dibahas mengenai pemeliharaan pada transformator daya.
II. DASAR TEORI
Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan).
Dalam operasi umumnya, trafo - trafo daya ditanahkan pada titik netralnya sesuai
dengan kebutuhan untuk sistem
pengamanan/proteksi, sebagai contoh
transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung disisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan disisi netral 20 kVnya.
2.1 Prinsip Kerja
Trafo bekerja atas dasar pembangkit tegangan induksi bolak-balik di dalam kumparan yang melingkupi fluksi yang berubah-ubah. Apabila lilitan primer diberi tegangan bolak-balik E1 maka akan timbul arus I2 (pada trafo tak
berbeban : I0) pada belitan primer, yang
kemudian akan membangkitkan fluksi bolak- balik pada inti trafo. Kemudian fluksi ini
membangkitkan primer dan arus I2 pada
sekunder, bila trafo berbeban.
Gambar 2.1 Lilitan Trafo Daya Keterangan : E1 : Tegangan primer E2 : Tegangan sekunder I1 : Arus primer I2 : Arus sekunder N1 : Lilitan primer N2 : Lilitan sekunder
e1 : Tegangan Induksi Primer
e2 : Tegangan Induksi Sekunder
: Fluksi
2.2 Bagian - Bagian dari Transformator 2.2.1 Bagian Utama
a) Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk
mempermudah jalan fluksi yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan - lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi - rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy (Eddy Current).
b) Kumparan Transformator
Terdiri dari beberapa lilitan
berisolasi yang membentuk suatu
kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap
kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax, dan lain - lain.
Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak - balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi. Fluksi ini akan menginduksikan tegangan, dan bila pada rangkaian sekunder ditutup (bila ada rangkaian beban) maka akan menghasilkan arus pada kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
c) Minyak Transformator
Minyak transformator disini
berfungsi sebagai pengisolasi (isolator) dan pendingin. Minyak sebagai isolator berfungsi mengisolasi kumparan di dalam transformator supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik akibat tegangan tinggi.
Minyak sebagai pendingin berfungsi
mengambil panas yang ditimbulkan saat
transformator berbeban lalu
melepaskannya dan melindungi komponen di dalamnya terhadap oksidasi dan korosi.
d) Bushing
Hubungan antara transformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator
e) Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian - bagian transformator yang terendam minyak trafo ditempatkan di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator
2.2.2 Peralatan Bantu a) Pendingin
Pada inti besi dalam kumparan - kumparan akan timbul panas akibat rugi besi dan rugi tembaga. Apabila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo. Untuk mengurangi kenaikan suhu transformator yang berlebihan, maka
pendingin/sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang dipakai pada pendingin dapat berupa :
Udara/gas Minyak Air
b) Tap Changer (Perubah Tap)
Tap changer adalah alat perubah
perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang diinginkan dari jaringan tegangan primer yang berubah - ubah. Tap changer yang bisa beroperasi untuk memindahkan
tap transformator dalam keadaan
transformator tidak berbeban disebut Off Load Tap Changer dan hanya dapat dioperasikan secara manual. Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan berbeban disebut On Load Tap Changer dan dapat dioperasikan secara manual maupun otomatis.
c) Alat Pernafasan (Dehydrating Breather)
Akibat pernafasan transformator tersebut maka permukaan minyak akan selalu bersinggungan dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan menurunkan
nilai tegangan tembus minyak
transformator, maka untuk mencegah hal tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat pernafasan berupa tabung berisi kristal zat hygroskopis.
d) Indikator
Untuk mengawasi selama
transformator beroperasi, maka perlu adanya indikator pada transformator sebagai berikut :
Indikator suhu minyak Indikator permukaan minyak Indikator suhu winding Indikator kedudukan tap
III. PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA
Pemeliharaan transformator daya
dilakukan untuk menjaga efektivitas dan daya tahan peralatan sistem tenaga listrik, khususnya transformator daya agar dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga kontinuitas penyaluran tetap terjaga dengan baik.
3.1 Jenis - jenis Pemeliharaan
Pemeliharaan dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a.
Pemeliharaan preventive (Time base
maintenance)
Pemeliharaan preventive adalah
kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya
b. Pemeliharaan Prediktif (Conditional maintenance)
Pemeliharaan prediktif adalah
pemeliharaan yang dilakukan dengan cara mempredisi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan
c. Pemeliharaan korektif (Corective maintenance)
Pemeliharaan korektif adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi
d. Pemeliharaan darurat (Breakdown maintenance)
Pemeliharaan darurat adalah
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya terurai
3.2 Analisa Hasil Pemeliharaan Transformator Daya pada GI 150 kV Srondol
a. Pengujian Tegangan Tembus Minyak
Pengujian tegangan tembus adalah suatu pengujian dimana minyak trafo diberi tegangan pada frekuensi sistem pada dua elektroda yang diletakkan didalam minyak isolasi. Jarak elektroda tergantung pada standard yang digunakan. Pada banyak standard jarak yang digunakan adalah 2,5 mm
Gambar 3.1 Alat uji tegangan tembus minyak Tabel 3.1 Data Pengujian tegangan tembus minyak
isolasi
Uraian Tegangan Warna Minyak
masih layak digunakan karena masih dalam batas yang diijinkan menurut standar pengujian SPLN 49 - 1 : 1982. Tidak ada tegangan tembus minyak isolasi yang berada di bawah 40 kV/2,5 mm.
b. Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan Trafo
Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi belitan / kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (Case) maupun antar belitan primer, sekunder dan tertier (bila ada).
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk mengetahui besar (nilai) kebocoran arus (leakage current ) yang terjadi pada isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk
No
Kegiatan Tembus Trafo diberi tegangan adalah dengan mengukur (kV/2,5 mm) tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang 1 2 Minyak 75 2 bagian atas Minyak 75 2 bagian bawah
memenuhi ketentuan yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari kegagalan isolasi
3 Minyak 70.3 2.5 OLTC Standar Pengujian SPLN 49 - 1 : 1982 Tegangan Tembus 0 - 70 kV : > 30 kV/2,5 mm 70 - 170 kV : > 40 kV/2,5 mm > 170 kV : > 50 kV/2,5 mm
Warna Minyak Trafo
1 - 2 : Baik (kuning pucat)
2,5 - 3 : Cukup Baik (kuning terang)
3,5 - 5,5 : Sedang (kuning sawo)
6 - 10 : Tidak Baik(coklat kehitaman)
Dari data hasil pengujian/pengukuran tegangan tembus minyak di atas maka dapat disimpulkan bahwa minyak isolasi trafo
R10
X 100 % - (Polarization Index).
R 1
Keterangan :
R1 = Nilai tahanan isolasi pengukuran
menit pertama,
R10 = Nilai tahanan isolasi pengukuran pada
menit kesepuluh
Tabel 3.2 Data hasil pengukuran tahanan isolasi
Kumparan/Belitan Hasil Pengukuran
c. Pengujian/Pengukuran Ratio Tegangan
Untuk mengetahui ratio atau perbandingan sebenarnya dari alat yang berfungsi untuk mentranformasikan besaran listrik, antara lain Transformator tenaga,
Transformator arus dan Potensial
Transformator (Capasitive Voltage
Transformator atau lebih dikenal dengan sebutan CVT).
Ratio yang akan dibandingkan adalah nilai awal (nilai desain-nya, factory report No 1 2 Trafo Primer - Tanah Sekunder - Tanah
(MΩ) atau site test report) dengan nilai pengujian
1 10 IP terakhir. Sehingga dapat diketahui ratio dari
menit menit alat listrik tersebut masih sesuai atau tidak.
853 1560 1,82 Persamaan dasar Transformator adalah :
E2 N2 1760 2630 1,49 — = — = K 3 4 5 Tertier - Tanah Primer - Sekunder Primer - Tertier 1930 5120 2,65 E1 N1 2140 4420 1,94 Keterangan : 4800 7890 1,64
N2 = banyaknya belitan pada sisi sekunder
6 Sekunder - Tersier 2140 6330 2,95
7 Primer & Sekunder 2400 6800 2,83 - Tertier
Menurut standar VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo, pada suhu operasi dihitung
“ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “
Tabel 3.3 Index nilai polarisasi
Kondisi Index Polarisasi
Berbahaya < 1,0
Jelek 1,0 - 1,1
Dipertanyakan 1,1 - 1,25
Baik 1,25 - 2,0
Sangat Baik Di atas 2.0
Dari data hasil pengujian/pengukuran di atas dapat disimpulkan bahwa tahanan isolasi belitan trafo cukup aman dan kebocoran arus masih memenuhi ketentuan sehingga trafo aman untuk diberi tegangan dan terhindar dari kegagalan isolasi. Hal ini disebabkan karena nilai index polarisasi (IP) dari tahanan isolasi belitan trafo masih dalam batas kondisi baik yaitu di atas 1,25.
N1 = banyaknya belitan pada sisi primer
E1 = tegangan pada sisi primer.
E2 = tegangan pada sisi sekunder
K = konstanta Transformator atau ratio transformator.
Jika N2 > N1 atau K > 1 maka trafo
tersebut berfungsi sebagai penaik tegangan atau step-up transformer, demikian
sebaliknya bila N2 < N1 atau K< 1
berfungsi sebagai trafo penurun tegangan atau step-down transformator.
Idealnya Transformator mempunyai daya input sama dengan daya output, dalam persamaan :
Input VA = Output VA
V1 I1 = V2 I2 atau I2 V1 1
— = — = — I1 V2 K
perbedaan ratio tegangan hasil pengukuran adalah 0,5 % dari rasio tegangan name plate.
Dari data hasil pengukuran di atas dapat disimpulkan bahwa rata - rata nilai ratio tegangan pada transformator masih dalam batas toleransi yang diijinkan menurut
standar SPLN 50 - 1982 sehingga
transformator layak untuk dioperasikan.
Posisi Tap 13L 12L 11L 10L 9L 8L 7L 6L 5L 4L 3L 2L
Gambar 3.3 Rangkaian Pengujian ratio tegangan Tabel 3.4 Data hasil pengukuran ratio tegangan Tegangan Name Plate Hasil Pengukuran
Primer Sekunder Ratio (K) DIFF %
(V) (V) R S T R S T 168700 22000 7,693 7,692 7,694 0,32 0,31 0,33 167300 22000 7,627 7,627 7,627 0,3 0,3 0,3 165900 22000 7,561 7,560 7,562 0,27 0,26 0,28 164400 22000 7,495 7,494 7,496 0,31 0,29 0,32 163000 22000 7,429 7,428 7,429 0,28 0,26 0,28 161500 22000 7,363 7,363 7,363 0,31 0,31 0,31 160100 22000 7,298 7,297 7,299 0,28 0,27 0,29 158700 22000 7,231 7,230 7,232 0,24 0,23 0,25 157200 22000 7,166 7,165 7,66 0,29 0,27 0,29 155800 22000 7,101 7,099 7,099 0,26 0,24 0,24 154300 22000 7,038 7,033 7,035 0,29 0,28 0,30 152900 22000 6,968 6,966 6,968 0,26 0,24 0,26
d. Hasil Pengujian/Pengukuran Tangen Delta
Pengujian tangen delta adalah dengan
melakukan pengukuran kemampuan
dielektrik dari kegagalan (breakdown) dan pengukuran kerugian dielektrik untuk
mengetahui kualitas isolasi belitan
transformator
Transformator yang diuji diibaratkan sebagai kapasitor. Apabila sebuah kapasitor sempurna / ideal diberikan tegangan bolak - balik sinusoida maka arusnya akan
mendahului tegangan dengan 900, seperti
gambar 3.4 Ic I 151400 22000 1L 150000 22000 N 148600 22000 13R 147100 22000 12R 145700 22000 11R 144200 22000 10R 142800 22000 9R 141300 22000 8R 139900 22000 7R 138500 22000 6R 137000 22000 5R 135600 22000 4R 134100 22000 3R 132700 22000 2R 131300 22000 1R 6,902 6,900 6,902 0,30 6,836 6,835 6,836 0,26 6,769 6,768 6,769 0,21 6,704 6,702 6,704 0,26 6,637 6,635 6,637 0,22 6,571 6,571 6,572 0,25 6,506 6,504 6,507 0,23 6,440 6,438 6,440 0,27 6,374 6,373 6,374 0,23 6,308 6,306 6,308 0,20 6,243 6,241 6,243 0,25 6,176 6,175 6,176 0,21 6,113 6,111 6,112 0,28 6,046 6,046 6,047 0,23 5,982 5,979 5,982 0,22 0,27 0,30 0,24 0,26 0,20 0,21 0,23 0,23 0,20 0,22 0,25 0,26 0,21 0,24 0,25 0,27 0,21 0,23 0,18 0,20 0,22 0,25 0,18 0,21 0,26 0,27 0,23 0,25 0,18 0,23 V
Gambar 3.4 Arus mendahului tegangan dengan sudut 900
Dalam hal ini berlaku hubungan antara arus Ic dan tegangan V :
Ic = C V
Oleh karena kehilangan daya dielektrik, maka I mendahului V dengan
sudut kurang dari 90o, gambar 4.22. Sudut
disebut sudut fasa dari kapasitor dan faktor dayanya Cos dan
= 90 o -
disebut sudut kehilangan ( loss - angle ). Jadi faktor daya dapat juga dinyatakan
Sesuai dengan standar SPLN 50 - sebagai sin .
1982 sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76(1976), toleransi yang diijinkan untuk
3. CH - L = Pengukuran antara kumparan
Ir R
I’c
Ic C
Gambar 3.5 Komponen pada kapasitor yang tidak sempurna
Dalam kapasitor sempurna / ideal = 900
sehingga = 0. Oleh karena itu kehilangan daya dielektrik dinyatakan oleh :
PD = I V cos = I V sin
Maka kehilangan daya dalam kapasitor sempurna adalah Nol. Komponen pada kapasitor yang tidak sempurna dijelaskan pada gambar 3.5. Jadi persamaannya adalah:
Ic = I cos Sehingga
=
Keterangan :
1. Ic = Arus Kapasitor (Ampere)
2. Ir = Arus Resistan (Ampere)
3. = 2f
4. PD = Power Disappear (Watt)
5. Tan = Dissipation Factor
Gambar 3.6 Rangkaian pengukuran tangen delta Beberapa istilah pada pengukuran adalah :
1. UST = Ungrounded Specimen Test
artinya objek uji tidak ditanahkan
2. GST = Grounded Specimen Test
artinya objek uji ditanahkan
Primer dan Sekunder
4. CH - G = Pengukuran antara kumparan Primer dengan Ground
5. CL - G = Pengukuran antara kumparan Sekunder dengan Ground
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Tangen Delta
No Pengukuran Tegangan Arus Daya Tan Faktor Cap (kV) (mA) (W) (%) Koreksi (pF) 1 CH+CHL 10,002 25,561 0,7060 0,25 0,90 8229 2 CH 10,002 13,222 0.44 0,30 0,90 4557 3 CHL(UST) 10,002 12,287 0,242 0,18 0,90 3956 4 CHL 10,002 12,339 0,266 0,20 0,90 3972 5 CL+CLT 5,002 35,422 0,858 0,22 0,90 11419 6 CL 5,001 2,818 0,199 0,64 0,90 908 7 CLT(UST) 5,002 32,609 0,674 0,19 0,90 10513 8 CLT 5,002 32,604 0,659 0,18 0,90 10511 9 CT+CHT 2,002 47,669 2,705 0,51 0,90 15346 10 CT 2,002 47,033 2,687 0,51 0,90 15141 11 CHT(UST) 2,001 0,6380 0,022 0,31 0,90 205 12 CHT 2,001 0,636 0,018 0,25 0,90 205
Berdasarkan rekomendasi dari Double
Engineering tahun 1993 (pada 25 0C),
standar tangen delta adalah :
< 0,5 % = Normal
0,5 - 1 % = Perlu investigasi
> 1 % = Reklamasi
Dari data hasil pengujian/pengukuran tangen delta di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas isolasi belitan trafo masih dalam keadaan baik sehingga trafo masih layak operasi. Hal ini disebabkan karena rata - rata hasil pengujian/pengukuran tangen delta masih dalam batas yang diijinkan yaitu
di bawah 0,5% (normal). Tetapi ada
beberapa yang melebihi batas normal (< 0,5%) yaitu CL, CT+CHT, dan CT sehingga perlu diadakan investigasi lebih lanjut agar tidak terjadi kegagalan (failure) pada trafo tersebut seperti pengukuran tahanan isolasi dan lain - lain.
IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
1. Rata nilai ratio tegangan pada transformator masih dalam batas toleransi yang diijinkan untuk perbedaan ratio tegangan hasil pengukuran adalah 0,5% dari ratio tegangan name plate.
2. Rata - rata hasil pengujian/pengukuran tangen delta masih dalam batas yang diijinkan yaitu dibawah 0,5% (normal).
3. Nilai index polaritas dari tahanan isolasi belitan trafo masih dalam batas kondisi baik yaitu 1,25.
4. Minyak isolasi trafo masih layak digunakan karena masih dalam batas yang diijinkan menurut standar pengujian tegangan tembus minyak isolasi yang berada diatas 40kV/2,5mm
5. Pemeliharaan peralatan adalah proses kegiatan yang dilakukan terhadap peralatan instalasi Tenaga Listrik sehingga didalam operasinya setiap peralatan dapat memenuhi fungsi yang dikehendaki secara terus menerus sesuai karakteristiknya
6. Jenis pemeliharaan dibedakan menjadi 3, yaitu pemeliharaan preventive, pemeliharaan prediktif, pemeliharaan korektif, dan pemeliharaan darurat.
4.2 Saran
1. Sebaiknya pemeliharaan transformator dilakukan secara berkala sesuai dengan buku panduan dari pabrik sehingga transformator dapat beroperasi secara terus - menerus sesuai karakteristiknya
2. Jika terjadi ketidaknormalan dari suatu hasil pemeliharaan transformator maka perlu dilakukan investigasi lebih lanjut secepatnya agar tidak terjadi gangguan pada saat beroperasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agus Cahyono, Tri, 2008, LASO (Less
Attended Substation Operation), PT PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa Tengah dan DIY.
[2] Team O & M Transmisi dan Gardu Induk PLN Pembangkitan Jawa Barat dan Jakarta Raya, 1981, Operasi dan Memelihara
Peralatan, PLN Pembangkitan Jawa Barat
Dan Jakarta Raya.
[3] Tim Pelatihan Operator Gardu Induk, 2002,
Pengantar Teknik Tenaga Listrik, PT PLN
(Persero).
[4] Tim Program Pendidikan Diploma Satu (D1) Bidang Operasi dan Pemeliharaan Gardu Induk, 2008, Pemeliharaan Peralatan GI /
GITET , PT PLN (Persero) Jasa Pendidikan
dan Pelatihan.
BIODATA PENULIS
Gunara Fery Fahnani
(L2F0607027), lahir di
Semarang tanggal 10 Februari
1990. Mempunyai hobi
ngegame dan bermain futsal. Mengenyam pendidikan dari
TK hingga SMA di
Semarang. Sekarang sedang melanjutkan studinya di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro konsentrasi Power. Semarang, Mei 2010 Mengetahui, Dosen Pembimbing Karnoto ST,MT NIP. 196907091997021001