• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) (Studi Kasus : Pengawas Radiasi Pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) (Studi Kasus : Pengawas Radiasi Pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti

Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

(Studi Kasus : Pengawas Radiasi Pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN)

Muhammad Kholil (1), Rudini Mulya (2) Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana – Jakarta

Email: 1)m.kholil@mercubuana.ac.id, 2)rudinimenteri@gmail.com

Abstrak

Permasalahan yang timbul pada pengawas radiasi pertama di Subdirektorat Perijinan Fasilitas Penelitian dan Industri, Direktorat Perijinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN) yaitu melakukan aktivitas kerja yang monoton, antara lain memeriksa kelengkapan dokumen pengajuan permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir kemudian menginput dan memproses data permohonan masuk tersebut dengan dilakukan pada posisi duduk dalam waktu lama serta mengangkut dokumen tersebut ke ruang Kasubdit yang berjarak 20 m. Pada penelitian analisa postur kerja ini akan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui keluhan kaku pada bagian tubuh tertentu yang terkait dengan postur kerja yang digunakan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan tanggal 17 Mei – 12 Juni 2013, postur kerja berdiri saat mengangkut dokumen ke ruang Kasubdit dari perhitungan RULA diperoleh skor tertinggi yaitu 7 dengan level resiko tinggi dan diperlukan perbaikan sekarang juga, hal ini disebabkan oleh beban seberat 3 kg yang diangkut ke ruang Kasubdit dengan jarak 20 m sehingga terjadi perubahan postur kerja pada lengan atas membentuk sudut 18°, lengan bawah membentuk sudut 45°, pergelangan tangan membentuk sudut 80°, leher membentuk sudut 12° dan batang tubuh membentuk sudut 22°. Untuk pengamatan kuesioner NBM, keluhan pada pinggang terbanyak dirasakan dengan persentase sebesar 87.78% karena berada pada posisi duduk dalam waktu lama.

Kata kunci : RULA, NBM, pengawas radiasi pertama

The problems that arise in the first radiation supervisor in Sub-Licensing Facilities and Industrial Research, Directorate of Licensing Facility Radiation and Radioactive Substances, Nuclear Energy Regulatory Agency (SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN) is doing monotonous work activities, such as checking the completeness of application documents permit the use of nuclear power and process the data and then enter the incoming request to be done in a sitting position for a long time, and carried the document to Kasubdit space within 20 m. Research work on posture analysis will use the method of Rapid Upper Limb Assessment (RULA) and questionnaires Nordic Body Map (NBM) to determine complaints rigid on certain body parts related to work postures used. From the results of observations made on May 17-June 12, 2013, while standing work posture space to transport documents from the calculation Rula Kasubdit obtained the highest score at 7 with a high level of risk and needed repairs right now, this is caused by the load weighing 3 kg were transported Kasubdit space to a distance of 20 m resulting in a change of working posture on the upper arm form an angle of 18 °, forearm form an angle of 45 °, the wrist at an angle of 80 °, 12 ° angle to form the neck and torso at an angle 22 °. NBM for observation questionnaires, complaints on the waist most felt with 87.78% percentage because they are in a sitting position for a long time.

(2)

2 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan yang timbul pada pengawas radiasi pertama di Subdirektorat Perijinan Fasilitas Penelitian dan Industri, Direktorat Perijinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN) yaitu melakukan aktivitas kerja yang monoton, antara lain memeriksa kelengkapan dokumen pengajuan permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir kemudian menginput dan memproses data permohonan masuk tersebut dengan dilakukan pada posisi duduk dalam waktu lama serta mengangkut dokumen tersebut ke ruang Kasubdit yang berjarak 20 m. Pada penelitian analisa postur kerja ini menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui keluhan kaku pada bagian tubuh tertentu yang terkait dengan postur kerja yang digunakan oleh pengawas radiasi pertama. 1.2 Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang akan dibahas adalah :

 Bagaimanakah menganalisa postur kerja yang tidak alamiah dengan menggunakan metode RULA pada pegawai BAPETEN ?

 Bagaimanakah menganalisa keluhan kaku pada tubuh bagian atas pegawai BAPETEN setelah melakukan aktivitas kerja dengan kuesioner NBM ?

 Bagaimanakah menyampaikan usulan perbaikan metode kerja yang terkait postur kerja yang ergonomis kepada

pegawai BAPETEN untuk

mendapatkan postur kerja yang lebih alamiah dalam mengatasi keluhan kaku pada tubuh bagian atas ?

1.3 Batasan Permasalahan

Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan dengan batasan masalah sebagai berikut :  Pegawai yang diamati adalah pengawas

radiasi pertama di unit kerja SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN.

 Aktivitas yang diamati yaitu di loket perizinan DPFRZR dan di ruang kerja pengawas radiasi pertama di unit kerja SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN.

 Data postur kerja dan kuesioner NBM diambil pada tanggal 17 Mei – 12 Juni 2013.

 Analisa postur kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN hanya dengan menggunakan metode RULA dan kuesioner NBM.  Usulan perbaikan metode kerja yang

terkait postur kerja yang ergonomis hanya disampaikan ke SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisa postur kerja yang tidak alamiah dengan menggunakan metode RULA pada pegawai BAPETEN. 2. Menganalisa keluhan kaku pada tubuh

bagian atas pegawai BAPETEN setelah melakukan aktivitas kerja dengan kuesioner NBM.

3. Menyampaikan usulan perbaikan metode kerja yang terkait postur kerja yang ergonomis kepada pegawai BAPETEN untuk mendapatkan postur kerja yang lebih alamiah dalam mengatasi keluhan kaku pada tubuh bagian atas.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Bahan masukan bagi SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN untuk dipertimbangkan sebagai solusi perbaikan metode kerja, sehingga membantu pegawai khususnya pengawas radiasi pertama dalam memberikan pelayan perizinan pemanfaatan tenaga nuklir.

2. Bahan masukan bagi pengawas radiasi pertama SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN untuk lebih memperhatikan postur kerjanya supaya keluhan kaku pada bagian atas tubuhnya dapat diminimalisir

.

II. LANDASAN TEORI

Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode penelitian untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini dirancang oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett (1993) yang menyediakan sebuah

(3)

3 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti perhitungan tingkatan beban musculoskeletal

di dalam sebuah pekerjaan yang memiliki resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan bagian atas.

Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian postur leher, punggung dan lengan atas. Setiap pergerakan diberi skor yang telah ditetapkan.

Untuk mempermudah penilaian postur tubuh, maka tubuh dibagi atas 2 segmen grup yaitu grup A dan grup B.

A. Penilaian Postur Tubuh Grup A Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan.

a. Lengan Atas

Penilaiannya dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan atas menurut posisi batang tubuh pada saat melakukan aktivitas kerja. b. Lengan Bawah

Penilaiannya dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah menurut posisi batang tubuh pada saat melakukan aktivitas kerja.

c. Pergelangan Tangan

Penilaiannya dilakukan terhadap sudut yang dibentuk pergelangan tangan menurut posisi lengan bawah pada saat melakukan aktivitas kerja.

d. Putaran Pergelangan Tangan

Untuk putaran pergelangan tangan postur netral diberi skor :

1 = Posisi tengah dari putaran 2 = Pada atau dekat dari putaran

Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup A untuk diperoleh skor.

e. Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup A, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas.

f. Penambahan Skor Beban

Skor hasil penambahan dengan skor aktivitas ditambahkan dengan skor beban. B. Penilaian Postur Tubuh Grup B Postur tubuh grup B terdiri atas leher, batang tubuh dan kaki.

a. Leher (Neck)

Penilaiannya dilakukan terhadap posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator harus melakukan kegiatan ekstensi atau fleksi dengan sudut tertentu.

b. Batang Tubuh (Trunk)

Penilaiannya terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah diklasifikasikan.

c. Kaki (Legs)

Penilaiannya dilakukan terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator bekerja dengan posisi normal/seimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus.

Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh dan kaki dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup B untuk diperoleh skor. d. Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup B, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas.

e. Penambahan Skor Beban

Skor hasil penambahan dengan skor aktivitas ditambahkan dengan skor beban. Untuk memperoleh skor akhir, skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke tabel.

Hasil skor akhir tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level resiko. III. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada unit kerja SDPFPI – DPFRZR - BAPETEN yang berlokasi di Jalan Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat Gedung B Lantai 3 BAPETEN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 17 Mei – 12 Juni 2013.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari :

1. Data Primer

Data yang diperlukan, diantaranya :

 Data postur kerja, berupa foto pengawas radiasi pertama ketika melakukan aktivitas dengan postur kerja tertentu.

 Data RULA worksheet.  Data kuesioner NBM. 2. Data Sekunder

Diperoleh dari literatur, referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan data perusahaan (gambaran umum, sejarah perusahaan, jumlah pegawai dan organisasi perusahaan).

(4)

4 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti

IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diantaranya meliputi : 4.1.1 Gambaran Umum BAPETEN Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan dan inspeksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. BAPETEN didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan mulai aktif berfungsi pada tanggal 4 Januari 1999. 4.1.2 Data Postur Kerja

Postur kerja pengawas radiasi pertama pada di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN yang diamati yaitu :

 Pada stasiun kerja 1 (loket DPFRZR) berupa : postur kerja untuk aktivitas peregistrasian, penstempelan dan pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir / ketetapan persetujuan ke ruang Kasubdit. Elemen aktivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3.

 Pada stasiun kerja 2 (ruang kerja pengawas radiasi pertama) berupa postur kerja untuk aktivitas pemrosesan data permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir / ketetapan persetujuan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Aktivitas kerja yang dilakukan pada stasiun kerja 1 (loket DPFRZR) berupa :

Gambar 4.1 Elemen Aktivitas Peregistrasian Dokumen

Dari gambar di atas terlihat bahwa pengawas radiasi pertama melakukan aktivitas registrasi dengan postur duduk. Tinggi

tempat duduk dari lantai adalah 45 cm (fleksibel dapat diatur). Tinggi dari tempat duduk ke meja registrasi adalah 35 cm. Lengan atas membentuk sudut 50°, lengan bawah membentuk sudut 110°, pergelangan tangan membentuk sudut 40°, leher membentuk sudut 11° dan batang tubuh membentuk sudut 15°.

Gambar 4.2 Elemen Aktivitas Penstempelan Dokumen

Pemberian stempel dilakukan dengan postur duduk. Tinggi dokumen pengajuan permohonan izin adalah 20 cm. Lengan atas membentuk sudut 55°, lengan bawah membentuk sudut 105°, pergelangan tangan membentuk sudut 45°, leher membentuk sudut 18° dan batang tubuh membentuk sudut 40°.

Gambar 4.3 Elemen Aktivitas Pengangkutan Dokumen

Pengangkutan ke ruang Kasubdit dilakukan dengan postur berdiri, jarak antara loket dengan ruang Kasubdit adalah 20 m dan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir berbeban 3 kg. Lengan atas membentuk sudut 18°, lengan bawah membentuk sudut 45°, pergelangan tangan membentuk sudut 80°, leher membentuk sudut 12° dan batang tubuh membentuk sudut 22°.

Aktivitas kerja pada stasiun kerja 2 (ruang kerja pengawas radiasi pertama) yaitu :

(5)

5 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti Gambar 4.4 Elemen Aktivitas Pemrosesan

Dokumen

Pemrosesan dilakukan di ruang kerja pengawas radiasi pertama dengan postur duduk, Kursi dapat diatur ketinggian ke meja untuk kenyamanan, lebar meja adalah 60 cm dan panjang adalah 143 cm. Lengan atas membentuk sudut 20°, lengan bawah membentuk sudut 110°, pergelangan tangan membentuk sudut 30°, leher pada posisi netral (0°) dan batang tubuh membentuk sudut 25°.

4.1.3 Kuesioner NBM Pada Pengawas Radiasi Pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN

Lokasi penyebaran kuesioner di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN lantai 3 gedung B BAPETEN Jalan Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat. Proses penyebaran kuesioner dilakukan dengan memberikan langsung kuesioner NBM ke pengawas radiasi pertama setelah responden selesai melakukan aktivitas kerja yaitu pada jam 16.00 WIB untuk hari Senin – Kamis dan jam 16.30 WIB untuk hari Jumat antara tanggal 17 Mei 2013 sampai dengan tanggal 12 Juni 2013.

Data pengawas radiasi pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN dapat dilihat pada tabel 4.1 dan pengamatan dari kuesioner NBM pada pengawas radiasi pertama tanggal 17 Mei 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2 dengan gambar histogramnya dapat dilihat pada gambar 4.5.

Tabel 4.1 Data Pengawas Radiasi Pertama

No Nama Umur Masa

Kerja Tinggi 1 Nardi 38 Thn 10 Thn 165 Cm 2 Tiar Fridianto 32 Thn 7 Thn 165 Cm 3 Nugraha Dwi Santosa 30 Thn 4 Thn 165 Cm 4 Supriatno 27 Thn 3 Thn 168 Cm 5 Dwi Susanti 27 Thn 3 Thn 165 Cm

Tabel 4.2 Pengamatan Tanggal 17 Mei 2013

No Jenis Keluhan Ya

(orang)

Tidak (orang)

1 Keluhan kaku di leher 4 1

2 Keluhan pada bahu kiri 2 3

3 Keluhan pada bahu kanan 2 3

4 Keluhan pada lengan atas kiri 1 4

5 Keluhan pada lengan atas

kanan

1 4

6 Keluhan pada lengan bawah kiri

1 4

7 Keluhan pada lengan bawah kanan

2 3

8 Keluhan pada tangan kiri 2 3

9 Keluhan pada tangan kanan 2 3

10 Keluhan pada punggung 5 0

11 Keluhan pada pinggang 5 0

Gambar 4.5 Histogram Kuesioner NBM Tanggal 17 Mei 2013

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi penilaian postur kerja pengawas radiasi pertama pada stasiun kerja 1 dan 2 dengan metode RULA dan pengamatan keluhan melalui kuesioner NBM.

4.2.1 Pada Stasiun Kerja 1 (Loket DPFRZR) diantaranya :

(6)

6 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti A. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi

Pertama Pada Saat Peregistrasian Dokumen

a. Postur tubuh Grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas

Lengan atas membentuk sudut 50° diberi skor 3

 Postur tubuh bagian lengan bawah Lengan bawah membentuk sudut 110° skornya 2

 Postur tubuh bagian pergelangan tangan Sudut pergelangan tangan 40° diberi skor 3

3. Putaran pergelangan tangan

Putaran pergelangan tangan berada di garis tengah dengan skor 1

Skor postur kerja Grup A adalah = 4  Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban < 2 Kg, berselang diberi skor 0 Total skor untuk Grup A adalah 4+1+0= 5 b. Postur tubuh Grup B

 Postur tubuh bagian leher

Leher membentuk sudut 11° diberi skor 2  Postur tubuh bagian batang tubuh Batang tubuh membentuk sudut 15° skor 2

Postur tubuh bagian kaki

Kaki posisi normal/seimbang diberi skor 1 Skor postur tubuh Grup B adalah = 2

Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

Skor beban

Beban < 2 Kg, berselang diberi skor 0 Total skor untuk Grup B adalah 2+1+0=3 Total akhir skor Grup C adalah 4.

Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas peregistrasian permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berada pada kategori level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan.

B. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama Pada Saat Penstempelan Dokumen a. Postur tubuh Grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas

Lengan atas membentuk sudut 55° dan bahu naik diberi skor 3 + 1 = 4

Postur tubuh bagian lengan bawah Lengan bawah membentuk sudut 105°

skornya 2

Postur tubuh bagian pergelangan tangan Sudut pergelangan tangan 45° diberi skor 3  Putaran pergelangan tangan

Putaran pergelangan tangan berada pada atau dekat dari putaran diberi skor 2 Skor postur kerja Grup A adalah = 5  Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban < 2 Kg, berselang diberi skor 0 Total skor untuk Grup A adalah 5+1+0= 6 b. Postur tubuh Grup B

 Postur tubuh bagian leher

Leher membentuk sudut 18° diberi skor 2  Postur tubuh bagian batang tubuh Batang tubuh membentuk sudut 40° skor 3  Postur tubuh bagian kaki (legs) Kaki posisi normal/seimbang diberi skor 1 Skor postur tubuh grup B adalah = 4  Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban < 2 Kg, berselang diberi skor 0 Total skor untuk Grup B adalah 4+1+0= 5 Total akhir skor Grup C adalah 6.

Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas penstempelan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berada pada kategori level sedang dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam waktu dekat.

C. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama dengan Postur Berdiri Pada Saat Pengangkutan Dokumen Permohonan Izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir/ketetapan persetujuan persetujuan ke Ruang Kasubdit a. Postur tubuh Grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas

Lengan atas membentuk sudut 18° skornya 2  Postur tubuh bagian lengan bawah Lengan bawah membentuk sudut 45° skornya 2

 Postur tubuh bagian pergelangan tangan Sudut pergelangan tangan 80° skornya 3

(7)

7 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti Putaran pergelangan tangan berada di garis

tengah dengan skor 1

Skor postur tubuh Grup A adalah = 3.  Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban 3 Kg, berselang diberi skor 1 Total skor untuk Grup A adalah 3+1+1= 5 b. Postur tubuh Grup B

 Postur tubuh bagian leher

Leher membentuk sudut 12° diberi skor 2  Postur tubuh bagian batang tubuh Batang tubuh membentuk sudut 22° skorn 3

 Postur tubuh bagian kaki

Kaki posisi normal/seimbang skornya 1 Skor postur tubuh grup B adalah = 4.  Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban 3 Kg, berselang diberi skor 1 Total skor untuk Grup B adalah 4+1+1= 6 Total skor akhir Grup C adalah 7. Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang kasubdit dengan postur berdiri berada pada kategori level tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga. 4.2.2 Pada Stasiun Kerja 2 (Ruang Kerja Pengawas Radiasi Pertama)

Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama dengan Postur Duduk Pada Saat Pemrosesan Dokumen

a. Postur tubuh Grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas

Lengan atas membentuk sudut 20° dan lengan didukung/tumpuan skornya 2 – 1 = 1

 Postur tubuh bagian lengan bawah Lengan bawah membentuk sudut 110° skornya 2

 Postur tubuh bagian pergelangan tangan Sudut pergelangan tangan 30° skornya 3

 Putaran pergelangan tangan

Putaran pergelangan tangan berada di garis tengah dengan skor 1

Skor postur tubuh Grup A adalah = 3  Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban < 2 Kg, berselang diberi skor 0 Total skor untuk Grup A adalah 3+1+0= 4 b. Postur tubuh Grup B

 Postur tubuh bagian leher

Leher pada posisi netral (0°) skornya 1  Postur tubuh bagian batang tubuh Batang tubuh membentuk sudut 25° skor 3

 Postur tubuh bagian kaki

Kaki posisi normal/seimbang diberi skor 1 Skor postur tubuh Grup B adalah = 3.

 Skor aktivitas

Postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam diberi skor 1

 Skor beban

Beban < 2 Kg, berselang diberi skor 0 Total skor untuk Grup B adalah 3+1+0= 4 Total skor akhir Grup C adalah 4.

Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas pemrosesan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berada pada kategori level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan.

4.2.3 Hasil Pengamatan Dari Kuesioner NBM

Pengolahan data pengamatan keluhan melalui kuesioner NBM, didapatkan mean untuk keluhan sebagai berikut.

Keluhan kaku di leher = (4 + 4 + … + 4) / (18 x 5) = 69/90 = 0.7667 = 76.67 % Untuk hasil mean keluhan pada bagian dapat

dilihat pada tabel 4.3 dan histogramnya dapat dilihat pada gambar 4.6.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Tanggal 17 Mei - 12 Juni 2013

No Jenis Keluhan Mean

(%)

1 Keluhan kaku di leher 76.67

2 Keluhan pada bahu kiri 52.22

3 Keluhan pada bahu kanan 65.56

4 Keluhan pada lengan atas kiri 23.33

5 Keluhan pada lengan atas kanan 35.56

6 Keluhan pada lengan bawah kiri 31.11

7 Keluhan pada lengan bawah kanan 46.67

8 Keluhan pada tangan kiri 38.89

9 Keluhan pada tangan kanan 47.78

10 Keluhan pada punggung 82.22

11 Keluhan pada pinggang 87.78

(8)

8 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti Gambar 4.6 Histogram Kuesioner NBM

Tanggal 17 Mei – 12 Juni 2013 V. HASIL DAN ANALISA

5.1 Hasil

A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA

Hasil pengolahan data postur kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN dengan metode RULA, dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Pengolahan Postur Kerja dengan Metode RULA

No

Aktivitas Kerja

Metode RULA Skor

Akhir Level Resiko & Tindakan

1 Peregistrasian dokumen 4

Level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan

2 Penstempelan dokumen 6

Level sedang dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam waktu dekat

3 Pengangkutan dokumen 7 Level tinggi dan diperlukan tindakan

perbaikan postur kerja sekarang juga

4 Pemrosesan dokumen 4

Level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan

B. Pengamatan Kuesioner NBM

Hasil pengamatan kuesioner NBM dari tanggal 17 Mei – 12 Juni 2013 terhadap pengawas radiasi pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN yang merasakan keluhan, dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Tanggal 17 Mei – 12 Juni 2013

No Jenis Keluhan Mean

(%)

1 Keluhan kaku di leher 76.67 2 Keluhan pada bahu kiri 52.22 3 Keluhan pada bahu kanan 65.56 4 Keluhan pada lengan atas kiri 23.33 5 Keluhan pada lengan atas kanan 35.56 6 Keluhan pada lengan bawah kiri 31.11 7 Keluhan pada lengan bawah kanan 46.67 8 Keluhan pada tangan kiri 38.89 9 Keluhan pada tangan kanan 47.78 10 Keluhan pada punggung 82.22 11 Keluhan pada pinggang 87.78

5.2 Analisa

A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA

Skor akhir untuk aktivitas pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang kasubdit dengan postur berdiri adalah 7. Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang kasubdit dengan postur berdiri berada pada kategori level tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga. Hal ini disebabkan karena pengawas radiasi pertama melakukan perubahan postur kerja untuk mengangkut dokumen dengan beban 3 kg dan jarak dari loket ke ruang Kasubdit sejauh 20 m, sehingga lengan atas membentuk sudut 18°, lengan bawah membentuk sudut 45°, pergelangan tangan membentuk sudut 80°, leher membentuk sudut 12° dan batang tubuh membentuk sudut 22°.

Untuk mengurangi level resiko tersebut, maka SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN harus menyediakan personil lainnya yang hanya bertugas mengangkut dengan alat bantu (meja dorong) atau dengan menerima dokumen persyaratan tersebut hanya dalam bentuk softfile.

Sesuai usulan tersebut di atas kemudian dinilai kembali dengan metode RULA untuk mengetahui apakah usulan tersebut lebih baik atau tidak. Hasil penilaian postur kerja usulan dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat pada Tabel 5.3.

(9)

9 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti Tabel 5.3 Hasil Penilaian Postur Kerja

Usulan

No Bagian Tubuh Skor Skor

Akhir Total Skor

1 Lengan atas membentuk

sudut 18° 2

3

5

2 Lengan bawah membentuk

sudut 45° 2

3 Pergelangan tangan

membentuk 15° 2

4 Putaran pergelangan tangan

berada di garis tengah 1

5 Penambahan skor aktivitas (postur statik, satu atau

lebih bagian tubuh

statis/diam)

1 3 + 1 +

0 = 4 (skor A) 6 Penambahan skor beban <

2 Kg (berselang) 0

7 Leher membentuk sudut

12° 2

4

8 Batang tubuh membentuk

sudut 22° 3

9 Kaki berada pada posisi

seimbang 1

10 Penambahan skor aktivitas (postur statik, satu atau

lebih bagian tubuh

statis/diam) 1 4 + 1 + 0 = 5 (skor B) 11 Penambahan skor beban <

2 Kg (berselang) 1

0 Pada postur kerja sebelumnya yaitu postur kerja aktual seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4, kesimpulan yang didapat adalah bahwa postur kerja perlu diperbaiki sekarang juga dengan skor 7 (level resiko tinggi). Sedangkan untuk postur kerja usulan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.3, didapat kesimpulan bahwa postur kerja perlu diperbaiki dalam waktu dekat atau memiliki resiko sedang dengan skor 5. Hal ini menunjukkan bahwa postur kerja usulan lebih baik daripada postur kerja aktual. B. Pengamatan Kuesioner NBM

Keluhanpada pinggang yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 87.78 %. Keluhan pada pinggang paling banyak yang dirasakan responden akibat posisi duduk dalam waktu lama dan adanya penekanan pada punggung.

Untuk mengurangi keluhan pada pinggang akibat aktivitas kerja, maka pengawas radiasi pertama dianjurkan untuk tidak mengangkut dokumen terlalu berat dengan posisi membungkuk, tidak berada pada posisi sama (duduk) dalam waktu lama dan mengusahakan untuk melakukan peregangan / relaksasi badan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

 Penilaian postur kerja yang tidak alamiah dengan menggunakan metode RULA pada pengawas radiasi pertama SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN dengan skor akhir 7 (kategori level tinggi) dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga yaitu ketika aktivitas pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang kasubdit dengan postur berdiri.

 Pengamatan keluhan kaku pada tubuh bagian atas pengawas radiasi pertama SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN setelah melakukan aktivitas kerja dengan kuesioner NBM yaitu keluhan pada pinggang paling banyak dirasakan dengan persentase sebesar 87.78 %.  Memberikan usulan ke

SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN agar

menyediakan personil lain yang hanya bertugas mengangkut dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan alat bantu (meja dorong) atau dengan menerima dokumen persyaratan tersebut hanya dalam bentuk softfile supaya keluhan pada tubuh bagian atas (khususnya pinggang) pengawas radiasi pertama dapat diminimalisir.

6.2 SARAN

Berikut ini adalah saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, diantaranya :

 Untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang didalamnya

(10)

10 Jurnal Teknik Industri Universitas Mercu Buana Dwi Susanti terdapat materi mengenai ergonomi

kantor secara berkala.

 Untuk membuat standar kebeterimaan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dalam bentuk softfile.

 Untuk mengadakan barang milik negara yang bernilai ergonomis, misalnya pengadaan meja, kursi dan komputer (keyboard).

VII. DAFTAR PUSTAKA

Chaffin, D. & Andersson, G., Occupational Biomechanics, John Wiley & Sons, Kanada, 2004.

Kroemer, K., et al, Ergonomics – How to Design For Ease and Efficiency, Prentice Hall, New Jersey, 2001. McAtamney, L. & Corlett, E.N., RULA : a

survey method for the investigation of work-related upper limb disorders, Applied Ergonomics, 24, 91-99, University of Nottingham, England, 1993.

Wickens, et al, An Introduction to Human Factors Engineering, Pearson Education, New Jersey, 2004. Staf SDPFPI, et al, Instruksi Kerja

Pengawas Radiasi Pertama, DPFRZR BAPETEN, Jakarta, 2012.

Tri Pujadi, et al, Aplikasi Sistem Informasi K3 Dengan Metode RULA Dan NIOSH, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, SNATI, Yogyakarta, 2009. Farida Ariani, Analisis Postur Kerja Dalam

Sistem Manusia Mesin Untuk

Mengurangi Fatigue Akibat Kerja Pada Bagian Air Traffic Control (ATC) di PT. Angkasa Pura II Polonia Medan, Jurnal Dinamis Vol. II, No. 6, Januari 2010, ISSN 0216-7492, Staff Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU, Medan, 2010. Fitri Agustina, Arief Maulana, Analisis

Postur Kerja Dengan Tinjauan Ergonomi di Industri Batik Madura, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Volume 1, No. 3 September 2012 Halaman 167 – 171, Universitas Trunojoyo, 2012.

Tri Wulandari S. Dewayana, et al, Identifikasi Resiko Ergonomi Pada

Pekerja di PT. Asaba Industry, J@TI UNDIP, III (2). pp. 89-95. ISSN 1907 - 1434, Semarang, 2008.

http: //www. Chalisbrother

-engineering.blogpot.com/2009/12/postur -kerja.html diakses 22 April 2013.

http://www.bapeten.go.id/index.php?modul =page&pagename=profile_ind

Gambar

Gambar 4.3 Elemen Aktivitas Pengangkutan  Dokumen
Gambar 4.5 Histogram Kuesioner NBM  Tanggal 17 Mei 2013
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Tanggal 17 Mei  - 12 Juni 2013
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Tanggal 17 Mei  – 12 Juni 2013

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KREDIBILITAS SUMBER TERHADAP ADOPSI INFORMASI MELALUI KEGUNAAN INFORMASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA THREAD TWITTER DI KALANGAN

Pembelajaran dengan LKS lebih efektif daripada kelas yang diajar dengan metode konvensional karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan guru dapat menentukan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan minat beli produk bedak wajah viva cosmetics dengan melalui beberapa analisis faktor

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dinyatakan bahwa keragaman menu, kualitas produk, citra merek, dan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

Selain itu juga diteliti pengaruh konsentrasi pewarna, suhu, dan pH dalam proses degradasi dengan komposit Gt/UiO-66, kondisi proses dekolorisasi optimum yang

Dari sejumlah ayat tentang Malaikat dan kita hubungkan dengan Rukum Iman kedua, berarti beriman kepada Malaikat-MalaikatNya Allah itu adalah “meneladani para Malaikat yang rela

Bab ini memberikan prosedur menentukan pengaruh lalu lintas, ditunjukkan sebagai beban ekivalen 80 KN (18.000lb) single-axle load applications (EAL), sebagai

Perbedaan hal penting dari informasi tersebut dikarenakan mayoritas konsumen Toga Sari menjadikan beras siger sebagai makanan utama, sehingga rasa beras siger