PEMANFAATAN HASIL SAMPING
PENGOLAHAN SAGU
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti, IPU, ASEAN-Eng Bogor, 18 Agustus 2020
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Outline
PENDAHULUAN
INDUSTRI SAGU
POTENSI HASIL SAMPING SAGU
PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI SAGU
Pendahuluan
• Produktivitas sagu lebih tinggi dari tanaman penghasil karbohidrat lain (ubi jalar, jagung, dan padi).
• Satu pohon sagu menghasilkan 200-400 kg pati sagu.
• Potensi produksi sagu : 110 – 220 juta ton/tahun .
• Potensi industri sagu semakin berkembang.
• Indonesia memiliki area tanaman sagu terluas di dunia (85%), yakni sekitar 5,5 juta ha yang tersebar di Papua, Maluku,
Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Kepulauan Riau dan Mentawai (Bintoro et al. 2017).
Industri Sagu
Kecil
Skala Rumah Tangga Pengelolaan Jumlah banyakMenengah
Skala Menengah Pengelolaan semi-modernBesar
Modern Terpadu Jumlah hanya 3 di Indonesia Sumber: PT ANJPengelolaan hasil samping masih kurang
Tingginya produksi menghasilkan hasil samping (by-product) yang tinggi juga.
Perlu pemanfaatannya untuk
mengurangi dampak lingkungan dan menghasilkan produk bernilai tambah.
Potensi Hasil Samping dan
Limbah Industri Sagu
Ampas
Kulit
Batang
Air
Limbah
26% 14% 16-20 m3/ton patiAmpas Sagu
• Ampas sagu mengandung 65,7% pati, 14,8% serat kasar, 1% protein kasar, dan 4,1% abu (Mushafaat et al. 2015).
• Ampas sagu dapat menjadi bahan pakan alternatif sumber energi karena mengandung Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) yang tinggi yaitu 76,51% , tetapi ampas sagu harus dilakukan pengolahan karena memiliki kandungan protein kasar yang rendah.
• Untuk meningkatkan kualitas gizi ampas sagu perlu dilakukan pengolahan yaitu dengan metode fermentasi.
• Sekitar 17% dari batang sagu merupakan kulit batang. • Jumlah kulit batang sagu dari total bobot sagu yaitu 26%
(Singhal et al. 2008).
• Kulit batang sagu mengandung lignin yang berikatan dengan hemiselulosa.
• Kulit batang sagu umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lantai pabrik sagu, jalan setapak, jembatan, material dinding, pagar, dan kayu bakar.
Kulit Batang Sagu
• Kulit batang sagu dapat dijadikan sebagai
bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang ramah lingkungan.
Frond Sagu
• Frond sagu adalah pucuk batang sagu yang masih dibungkus oleh pelepah berwarna hijau.
• Frond sagu selama ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan dinding dan atap rumah, pakan hewan serta media tanam jamur (Flach 1997).
• Frond sagu memiliki kandungan serat sebesar 34,20%-34,40%
sedangkan empulur batang sagu yaitu 3,34% (Sunarti et al. 2018). • Komponen serat Frond sagu (Nompo et al. 2019):
Komponen Tepung Frond Sagu Ampas Frond Sagu
Selulosa (%) 23,70 25,26
Hemiselulosa (%) 26,14 27,86
Air Limbah Industri Sagu
• Air limbah industri sagu berasal dari proses penyaringan bubur empelur sagu (ekstraksi) dan pengendapan pati. • Untuk menghasilkan 1 kg tepung sagu, akan dihasilkan air
limbah sebanyak 20 Liter (Bujang dan Ahmad 2010).
• Air limbah biasanya mengandung karbon yang sangat tinggi (Phang et al. 2000).
• Karakteristik air limbah industri sagu:
Parameter Nilai Satuan
pH 4,2
-COD 1280 – 5130 mg/L
TSS 120 – 620 mg/L
-Hirarki Manajemen Polutan
Prevention of
generation wastes
Recycling
Treatment
Disposal
Cleaner Production
/
Produksi Bersih
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan meningkatkan efisiensi serta mengurangi risiko
terhadap manusia dan lingkungan (UNEP 2003.)
Definisi dan Ruang Lingkup Produksi Bersih
(UNIDO, 2002)
PRODUKSI BERSIH
Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat terpadu dan preventif Diterapkan dalam produksi dan siklus pelayanan
Proses:
• Konservasi bahan baku, energi, dan air
• Pengurangan jumlah atau tingkat toksisitas emisi pada sumber
• Evaluasi dari pilihan teknologi
• Reduksi biaya dan teknologi
Produk: • Reduksi limbah melalui rancangan yang lebih baik • Penggunaan limbah untuk produksi baru Pelayanan: • Efisiensi manajemen lingkungan dalam rancangan dan pengiriman Dampak: • Perbaikan efisiensi
• Performansi lingkungan yang lebih baik
Teknik Penerapan Produksi Bersih di Industri
Good Housekeeping Better Process Control Technology Change Production of Useful By-product
Input Change Equipment
Modification On-site Reuse & Recycling
Penerapan Produksi Bersih
di Industri Pati Sagu
16
INDUSTRI SAGU
INDUSTRI SAGU
SKALA KECIL
Menimbulkan masalah lingkungan
Penggunaan energi tidak efisien
Pengelolaan limbah kurang baik
PRODUKSI BERSIH
Mengurangi kerusakan lingkungan
Meningkatkan keuntungan/efisiensi
1. Pemotongan
17
Proses Produksi Tepung Sagu
Pemotongan
Batang sagu 7.000 kg Pecahan dan kulit batang 35 kg Potongan batang sagu 6965 kg2. Pemarutan dan pencampuran (ekstraksi)
Proses Produksi Tepung Sagu
Pemarutan
Air 118.430 kg Serbuk sagu 8 kg Potongan batang sagu 6965 kg Pencampuran (Ekstraksi) Bubur sagu 125.387 kg3. Penyaringan
Proses Produksi Tepung Sagu
Penyaringan
Bubur sagu 125.387 kg
Ampas sagu basah dan air
17.250 kg Larutan pati
4. Pengendapan
20
Proses Produksi Tepung Sagu
Pengendapan
Pati sagu basah 1.542 kg Air sisa pengendapan 106.595 kg Larutan pati 108.137 kg
5. Pencucian dan penirisan
Proses Produksi Tepung Sagu
Pencucian
Air 132 kg Air sisa pencucian + padatan 132 kg Pati sagu basah1542 kg
Penirisan
Pati sagu basah1.442 kg
Air 100 kg
6. Pengeringan
Proses Produksi Tepung Sagu
Pengeringan
Sagu kering 1.200 kg Sagu basah
Alternatif Produksi Bersih
Limbah
Opsi Produksi Bersih
Limbah padat (kulit, pecahan batang sagu, dan ampas sagu)
Pakan ternak monogastrik dan
ruminansia (Mushafaat et al. 2015) Pupuk kompos (Kridha 2000)
Briket arang (Nadya 2011)
Media cacing tanah (Umaya 2010) Limbah cair Pemasangan instalasi keran untuk
Alternatif Produksi Bersih
1. Produksi Pakan Ternak dari Ampas Sagu
Ampas
Sagu Pengeringan Penggilingan Pencampuran Zeolit 2,5% Pengukusan & Pendinginan Pencampuran A. niger 2% Fermentasi (6 hari) Urea 2,5% Pengeringan Pengemasan Pakan Ternak
Opsi Jumlah Total Harga (/hari)
1. Pembuatan pakan ternak
Ampas sagu kering 13 kg Rp0
Starter A. Niger (2%) 260 kg Rp11.700
Urea (2,5%) 325 kg Rp4.875
Zeolit 325 kg Rp325
Air 10 L Rp0
Upah tenaga kerja Rp33.333
Gas Rp6.000
Investasi alat/hari Rp2.237,65
Total biaya Rp58.470,65
Harga produksi pakan ternak per kg = Rp58.470/13 kg Rp4.497,74 Harga jual pakan ternak per kg Rp6.000 Marjin = harga jual – harga produksi Rp1.502,26
Asumsi: 3 kali produksi dalam 1 hari
Alternatif Produksi Bersih
2. Produksi Briket Arang
Sumber: Nadya (2011)
Pengeringan Pengarangan Pencampuran Pencetakan
Pengempaan Pengeringan Limbah Padat Sagu Perekat 5% Briket
Opsi Jumlah Total Harga (/hari)
2. Pembuatan briket arang
Ampas sagu kering 20 kg Rp0
Minyak tanah 50 ml Rp2.500
Tepung sagu 1 kg Rp5.000
Air 12 L Rp0
Upah tenaga kerja Rp50.000
Investasi alat 2 tahun Rp1.125
Total biaya Rp58.625
Harga produksi briket arang per buah = Rp58.625/80 buah Rp732,81 Harga jual briket arang per buah Rp1.250 Marjin = harga jual – harga produksi Rp517,13
1 buah briket ukuran 220 cm3 memiliki massa 250 g 20 kg bahan baku dapat menghasilkan 80 buah briket Asumsi: 2 kali produksi dalam 1 hari
Alternatif Produksi Bersih
3. Produksi Pupuk Kompos
Pencampuran Pencampuran Fermentasi (6 minggu)
Pengadukan (setiap minggu)
Pupuk Kompos Limbah Padat Sagu
Gula 0,25 kg EM-4 1 L Air 20 L Sumber: Kirdha (2010)
Opsi Jumlah Total Harga (/hari)
3. Pembuatan pupuk kompos
Ampas sagu kering 120 kg Rp0
EM-4 1 L Rp30.000
Gula pasir 250 g Rp3.250
Air 20 L Rp0
Upah tenaga kerja 1 hari Rp100.000
Upah pengadukan 3 kali Rp60.000
Investasi alat 2 tahun Rp311,11
Total biaya Rp193.561,11
Harga produksi pupuk kompos per kg= Rp193.561,11/120 buah
Rp1.613
Harga jual pupuk kompos per kg Rp2.000 Marjin = harga jual – harga produksi Rp387
Asumsi: 2 kali produksi dalam 1 hari
Alternatif Produksi Bersih
4. Produksi Media Cacing Tanah
Fermentasi (1 bulan) Pencampuran & Pengadukan Pendiaman (24 jam) Media cacing tanah Kotoran Sapi Ampas Sagu Sumber: Umaya (2010)
31 Opsi Jumlah Total Harga (/hari)
4. Produksi media cacing tanah
Ampas sagu 3 kali ganti 504 kg x 3 =1.512 kg Rp0
Bibit cacing tanah 32 kg x Rp50.000 Rp1.600.000
Kotoran sapi 3 kali ganti 216 kg x 3 x Rp500 Rp324.000
Pakan selama 3 bulan (60 hari) 32 kg x 60 x Rp500 Rp992.000
Upah tenaga kerja 60 hari x Rp35.000 Rp2.100.000
Investasi alat 2 tahun Rp6.472,22
Total biaya Rp5.022.472,22
Harga produksi vermikompos per kg= Rp5.022.472,22/4.144 kg
Rp1.211,22
Harga jual cacing tanah segar per kg Rp50.000 Harga jual vermikompos per kg Rp2.000
Marjin produksi cacing tanah Rp34.304,78
Marjin produksi vermikompos Rp788,78
Biaya produksi selama 3 bulan menghasilkan 320 kg cacing tanah segar dan vermikompos kasching 4144 kg.
Alternatif Produksi Bersih
5. Pemasangan Keran Air
•
Penggunaan air paling besar di industri kecil
sagu terdapat pada proses ekstraksi yang
mencapai 9,11 m
3/jam atau dalam satu batch
produksi dengan waktu 13 jam mencapai 118
430 L air.
•
Pemasangan keran air diharapkan dapat
mengontrol laju penggunaan air untuk proses
ekstraksi pati sagu.
•
Pemasangan keran, diharapkan mengurangi penggunaan
air 50 % hingga 70 % sehingga air tidak terbuang sia-sia
dan proses ekstraksi lebih efesien dan efektif.
Pemasangan Keran Air (Lanjutan)
•
Penggunaan air sebelum pemasangan keran adalah
118 430 L air untuk proses ekstraksi selama 13 jam
dengan bahan baku 7000 kg.
•
Penggunaan keran dapat mengurangi penggunaan
air dengan pengaturan air sebanyak 3 L air untuk 1
kg bahan baku.
•
Dengan jumlah bahan baku 7000 kg maka
diperlukan sebanyak 21.000 L air.
•
Sehingga dapat dilakukan penghematan air
sebanyak 97.430 L
Pemanfaatan Hasil Samping Sagu
menjadi Produk Bernilai Tambah
Pemanfaatan Serat Sagu
sebagai Bioetanol
(Winarni et al. 2019)• Industri sagu menghasilkan 4,75 juta ton serat sagu per tahun (Sjafitri et al. 2009).
• Serat sagu mengandung 58% pati, 23% selulosa, 9,25% hemiselulosa dan 3,9% kadar lignin berdasarkan berat kering bahan.
.
• Tingginya kandungan pati berpotensi dikonversi menjadi gula sebagai
bahan baku bioetanol.
• Sagu dapat menghasilkan bioetanol sekitar 80 000–100 000 L/ha.tahun (Adeni et al. 2010).
Pemanfaatan Kulit Batang Sagu sebagai Briket
(Nurmalasari dan Afiah 2017)
• Kulit batang sagu mengandung selulosa 56,86% dan lignin 37,70% sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai briket biomassa.
• Proses pembuatan briket diawali dengan pengeringan kulit
batang sagu di bawah sinar matahari selama 3 hari. Selanjutnya dilakukan di dalam klin drum selama 5-7 jam dengan suhu 500-600 °C, lalu didinginkan selama 7 jam.
• Mutu Briket dari limbah padat sagu:
Parameter SNI 01-6235-2000 Briket Kulit Batang Sagu
Kadar air (%) Maks 8 3,78
Kadar abu (%) Maks 15 17,08
Jumlah kehilangan pada pemanasan 950 °C (%)
Maks 8 43,48
Pemanfaatan Air Limbah Sagu
sebagai Selulosa Bakteri
(Ahmad et al. 2019)• Selulosa bakteri adalah eksopolisakarida yang diproduksi oleh bakteri, memiliki tingkat kemurnian tinggi dibandingkan selulosa tumbuhan, serta dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri seperti makanan, medis, plastik dan kertas.
.
• Limbah cair sagu mengandung karbohidrat dan karbon cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya Acetobacter xylinum
untuk menghasilkan nata de sagoo
.
Sumber: Indriyani dan Bantacut 2019
Produksi Sistem Tertutup Pati Sagu untuk
.
Sumber: Indriyani dan Bantacut 2019
Produksi Sistem Tertutup Pati Sagu
• Produksi pati sagu menghasilkan produk samping berupa: uap air, ampas sagu, limbah cair, dan kulit batang sagu.
• Hasil samping yang masih mengandung jumlah energi seperti kulit dan ampas kembali digunakan sebagai input energi.
• Uap air yang dihasilkan dari proses pengeringan dimanfaatkan kembali oleh kondensor untuk menghasilkan air, yang dapat dimanfaatkan lagi sebagai input air pada proses ekstraksi. • Air limbah yang dihasilkan dari proses ektraksi dapat
dimanfaatkan kembali sebagai biogas yang selanjutnya dikonversi menjadi energi listrik.
Terima Kasih
Stay healthy, wealthy and happy
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti, IPU, ASEAN-Eng E-mail: nastitis@apps.ipb.ac.id