• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA PANDUAN (Road Map)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETA PANDUAN (Road Map)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PETA PANDUAN

(Road Map)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

INDUSTRI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF dan

INDUSTRI KREATIF TERTENTU

Tahun 2010 - 2014

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak

utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari

26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah

tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan

klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu:

1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri

Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki.

(4)

2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.

3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4

Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.

4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika

dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.

5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang

Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni.

6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan

Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.

Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut

pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi:

(5)

1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan

dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map)

ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.

Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik.

Jakarta, November 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

(6)
(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... vii

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN KONTEN MULTIMEDIA ... 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI ELEKTRONIKA ... 9 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI FASHION ... 35 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER PETA PANDUAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FASHION ... 43 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN

(8)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

(9)

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DAN

KONTEN MULTIMEDIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan

industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

(10)

b. Bahwa industri perangkat lunak dan konten multimedia merupakan bagian dari industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah

(11)

Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(12)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kemen-terian Negara Republik Indonesia sebagai-mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

(13)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

PERANGKAT LUNAK DAN KONTEN MULTI-MEDIA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan

kebijakan, serta program/rencana

aksi pengembangan klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Konten Perangkat Lunak dan Multi-media adalah industri yang terdiri dari:

a. Reproduksi Media Rekaman (KBLI 22301);

b. Reproduksi Film dan Video (KBLI 22302);

c. Industri Teropong dan Alat Optik (KBLI 33202);

d. Industri Kamera Cinematografi Proyektor dan Perlengkapannya (KBLI 33204);

(14)

e. Jasa Konsultasi Piranti Lunak (KBLI 72200);

f. Jasa Kegiatan Data Base (KBLI 72400).

g. Kegiatan Lain yang Berkaitan dengan Komputer (KBLI 72900); 3. Pemangku Kepentingan adalah

Pe-merintah Pusat, PePe-merintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang

melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik

untuk suksesnya pelaksanaan

program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster

Industri perangkat lunak dan Konten Multimedia, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya

(15)

yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri perangkat lunak dan Konten Multimedia ataupun sektor lain yang terkait;

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang duku-ngan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijak-an klaster industri ini, ykebijak-ang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri perangkat lunak dan Konten Multimedia dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi

se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(16)

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd

FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;

2. Wakil Presiden RI;

3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia;

5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;

(17)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUAN

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

ELEKTRONIKA

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd

FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia

Hasil studi dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia (Studi Industri Kreatif 2007), teknologi informasi (Telematika) dalam hal ini dikelompokkan menjadi bidang Layanan Komputer dan Peranti lunak (LKPL) merupakan salah satu industri kreatif yang menjadi andalan dan harus dikembangkan oleh bangsa Indonesia.

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri LKPL:

1. Jasa portal yang mecakup usaha jasa pelayanan yang menyediakan akses ke gerbang utama dari pusat enterprise knowledge yang merupakan hasil dari pengolahan data dan informasi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Fasilitas yang disediakan misal: fasilitas untuk melakukan email, searching, chatting, akses

ke berbagai sumber daya (resources);

2. Jasa multimedia lainnya;

3. Jasa konsultasi perangkat keras (hardware

consulting) yang mencakup usaha jasa konsultasi tentang tipe dan konfigurasi dari perangkat keras komputer dengan atau tanpa dikaitkan dengan aplikasi peranti lunak. Konsultasi biasanya me-nyangkut analisis kebutuhan pengguna komputer dan permasalahnnya serta memberikan jalan keluar yang terbaik;

(20)

4. Jasa konsultasi peranti lunak yang mencakup usaha jasa konsultasi yang berkaitan dengan analisis, desain, dan pemrograman dari sistem yang siap pakai. Kegiatan ini biasanya menyangkut analisis kebutuhan pengguna komputer dan permasalahannya, pemecahan masalah, dan

membuat peranti lunak berkaitan dengan

pemecahan masalah tersebut, serta penulisan program sederhana sesuai kebutuhan pengguna komputer;

5. Pengolahan data yang mencakup jasa untuk pengolahan dan tabulasi semua jenis data. Kegiatan ini bisa meliputi keseluruhan tahap pengolahan dan penulisan laporan dari data yang disediakan pelanggan, atau hanya sebagian dari tahapan pengolahan;

6. Jasa kegiatan database yang mencakup usaha jasa pelayanan yang berkaitan dengan pengembangan database, penyimpanan data, dan penyediaan database dari berbagai jenis data (seperti: data keuangan, statistik, ekonomi, atau teknis). Data dapat diakses oleh setiap orang yang memerlukan atau oleh sekelompok pengguna data;

7. Perawatan dan reparasi mesin-mesin kantor, akuntansi, dan komputer yang mencakup jasa perawatan dan reparasi, mesin kantor, mesin akuntansi, komputer, mesin ketik, dan perlengkapan;

8. Kegiatan lain yang berkaitan dengan komputer. Sedangkan struktur industri multimedia dapat digambar-kan sebagai berikut:

(21)

Gambar I.1. Struktur industri konten multimedia

B. Pengelompokan Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia

Kode industri dari industri kreatif kelompok Layanan Komputer dan Peranti lunak termasuk ke dalam kategori Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi dan kategori Real Estate, usaha persewaan, dan Jasa Perusahaan (mengacu kepada KBLI 2005). Secara rinci kode industri dari kelompok Layanan Komputer dan Peranti lunak adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kode Industri Kelompok Layanan Komputer dan Peranti lunak

Kode Industri (3 digit)

Deskripsi

Kode Industri Kategori Industri Keterangan

643 Jasa telekomunikasi Transportasi, pergudangan, dan komunikasi 64323 dan 64329 721

Jasa konsultasi perangkat keras (hardware consulting)

Real estat, usaha persewaan, dan jasa

(22)

Kode Industri (3 digit)

Deskripsi

Kode Industri Kategori Industri Keterangan

722 Jasa konsultasi peranti lunak Real estat, usaha persewaan, dan jasa

perusahaan 72200 723 Pengolahan data Real estat, usaha persewaan, dan jasa

perusahaan 72300 724 Jasa kegiatan database Real estat, usaha persewaan, dan jasa

perusahaan 72400 725 Perawatan dan reparasi mesin-mesin kantor, akuntansi, dan komputer

Real estat, usaha persewaan, dan jasa

perusahaan 72500 729 Kegiatan lain yang berkaitan

dengan komputer

Real estat, usaha persewaan, dan jasa

perusahaan 72900

Sedangkan untuk industri konten multimedia, secara garis besar dapat kita rangkum bahwa terdapat 2 (dua) format digital dan sumber konten, yaitu:

Digitized Contents: Konten yang ada sebelum era digital yang kemudian diformat ulang ke dalam bentuk digital, dan

Born-Digital Contents: Konten yang dari awal penciptaannya langsung dalam format digital.

(23)

BAB II

SASARAN

Arah dan sasaran yang ingin dicapai industri Peranti lunak adalah:

1. Menyediakan peranti lunak mobile dengan Embedded

Content dalam bentuk Service sebagai jasa telekomunikasi baru, terutama menyambut era Broadband Wireless Access (BWA).

2. Memenuhi peluang pasar domestik yang besar setelah AS, China dan India untuk produk - produk telematika. Karena saat ini faktual yang ada bahwa belanja produk domestik telekomunikasi baru dimanfaatkan hanya sebesar < 5%

3. Memanfaatkan pasar bebas AFTA, APEC dan WTO secara optimal sebagai kendaraan untuk memasuki pasar internasional.

Arah dan sasaran yang ingin dicapai industri Konten Multimedia adalah:

Tahun 2010 – 2011

a. Fasilitasi Pendirian Pusat Desain Multimedia

b. Fasilitasi ”Market Access” untuk pengembang konten

lokal di pasar regional dan internasional

c. Penerapan Standar Nasional untuk kemampuan perusahaan konten multimedia

Tahun 2012 – 2014

Penyelenggaraan lomba dan kompetisi nasional dan internasional untuk pengembang konten multimedia.

(24)

a. Fasilitasi peluang ekspor produk konten multimedia baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

b. Terbangunnya jaringan informasi. c. Terciptanya iklim usaha yang kondusif.

d. Pameran dan sosialisasi produk konten multimedia Indonesia ke pasar ASEAN khususnya dan Asia pada umumnya.

e. Pameran dan sosialisasi produk konten multi media ke pasar Asia, Eropa dan Amerika.

f. Terwujudnya industri konten mulitmedia yang tangguh, mandiri dan menjadi penggerak pembangunan, berdaya saing tinggi serta mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian nasional.

(25)

BAB III

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Strategi dan Kebijakan 1. Strategi

a. Industri Perangkat Lunak

Dalam siklus pengembangan industri peranti lunak nasional, akan menempuh strategi (a) Memberikan dukungan penuh pada industri peranti lunak lokal, dimana saat ini secara umum masih berklala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM); (b) Membangun kemampuan industri peranti lunak dengan memberikan dorongan untuk menetapkan fokus pada produk tertentu dengan memperhatikan perkembangan produk global, sebagai acuan untuk menetapkan fokus; (c) Mendaya-gunakan kemampuan ini untuk menciptakan dan memenuhi pasar lokal.

Dari ketiga strategi besar ini, diharapkan industri piranti lunak nasional dapat bersaing di pasar global. Berikut ini disampaikan model strategi pengembangan tersebut yang terdiri atas dua lingkaran, lingkaran dalam dan lingkaran luar. Inisiasi dimulai dari lingkaran dalam dengan membangun

kemampuan technopreneuring, berbasis pada

teknologi, menciptakan produk inovatif baru. Langkah

yang perlu diambil penyatuan kekuatan Triple-Helix

(Akademisi, Usahawan, dan Pemerintah). Kehadiran

Technopark akan mempercepat konvergensi dari

ketiga helix tersebut. Berbagai modus pembiayaan

(26)

penelitian guna menciptakan produk awal (Prototip). Dalam hal ini pemerintah akan memainkan peran sebagai lokomotif penggerak, melalui kebijakan yang diturunkan, guna membukakan pasar lokal dan memberikan insentif finansial terbatas, baik dalam bentuk hibah ataupun bantuan natura. Termasuk fasilitasi kepada instrumen pembiayaan. Diharapkan industri di penghujung lingkaran dalam telah mampu untuk mulai masuk ke pasar global.

Mencapai skala ekonomis untuk membangun

produk global sendiri

Aliansi dengan Industri TIK global untuk pengembangan produk global

Mencari Pendanaan Pengembangan Bisnis, (Venture Capital, Bank, Pemerintah, Pengusaha)

Membangun Start-up Baru, krn memiliki lebih banyak

Kemampuan TIK2

Pembiayaan

STRATEGI INDUSTRI PERANTI LUNAK

1.MENDUKUNG INDUSTRI LOKAL 2.MEMBANGUN KEMAMPUAN ATAS

PRODUK-PRODUK GLOBAL TERTENTU 3.MENDAYAGUNAKAN KEMAMPUAN INI

UNTUK PASAR LOKAL DAN GLOBAL

Mulai di sini

Memilih & fokus terhadap peranti lunak

andalan

Memilih tempat utk Technopreneuring (Keahlian & Wirausaha) Membawa lebih

banyak pekerjaan pengembangan

untuk industri SW lokal produk berdasarkan keterampilanMemperluas kemampuan

atas Peranti lunak Kerangka Pikir Pengembangan Industri Peranti lunak

Meningkatkan Keterampilan sbg Industri

Lokal ke Pasar Global

Menjalin Kerjasama dgn Perguruan Tinggi untuk Riset dan Mendapatkan

SDM Handal

Mencapai skala ekonomis untuk membangun

produk global sendiri

Aliansi dengan Industri TIK global untuk pengembangan produk global

Mencari Pendanaan Pengembangan Bisnis, (Venture Capital, Bank, Pemerintah, Pengusaha)

Membangun Start-up Baru, krn memiliki lebih banyak

Kemampuan TIK2

Pembiayaan

STRATEGI INDUSTRI PERANTI LUNAK

1.MENDUKUNG INDUSTRI LOKAL 2.MEMBANGUN KEMAMPUAN ATAS

PRODUK-PRODUK GLOBAL TERTENTU 3.MENDAYAGUNAKAN KEMAMPUAN INI

UNTUK PASAR LOKAL DAN GLOBAL

Mulai di sini

Memilih & fokus terhadap peranti lunak

andalan

Memilih tempat utk Technopreneuring (Keahlian & Wirausaha) Membawa lebih

banyak pekerjaan pengembangan

untuk industri SW lokal produk berdasarkan keterampilanMemperluas kemampuan

atas Peranti lunak Kerangka Pikir Pengembangan Industri Peranti lunak

Meningkatkan Keterampilan sbg Industri

Lokal ke Pasar Global

Menjalin Kerjasama dgn Perguruan Tinggi untuk Riset dan Mendapatkan

SDM Handal

Gambar III.1. Kerangka Pikir Pengembangan Industri Peranti Lunak

Lompatan besar terjadi pada industri peranti lunak yang telah mampu masuk ke lingkaran luar, sebagai pemain global, yang dimulai dengan menciptakan kemampuan dan cara berfikir serta cara bertindak sebagai layaknya pemain global yang telah matang. Sebagai strategi awal adalah membawa pekerjaan untuk industri peranti lunak lokal. Penerapan bakuan, seperti ISO-9001 dan/

(27)

atau CMMI, merupakan ukuran global untuk dapat menerima pekerjaan dari pasar global. Setelah terbukti mampu untuk mendapatkan pasar global, beberapa langkah untuk menciptakkan start-up dimungkinkan. Di penghujung lingkaran luar, industri peranti lunak telah memiliki produk sendiri untuk pasar global.

b. Industri Konten Multimedia

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan strategi yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

1. Pasar

Mendorong penggunaan konten lokal terutama kepada seluruh lembaga pemerintah dengan merujuk kepada KepMen tentang TKDN

2. Infrastruktur

• Memfasilitasi pembangunan baru studio multimedia

• Memperluas dan mempermudah akses internet & broadband

3. Sumber Daya Manusia

• Pembangunan Pusdiklat Multimedia • Fasilitasi Sertifikasi Keahlian

A. Teknologi

• Pembangunan PUSLITBANG Multimedia • Mendorong para peneliti mendaftarkan

(28)

B. Pendanaan

• Pengembangan skema pembiayaan modal yang lebih “bersahabat” dengan model UKM dan start-up company

• Menjajaki kerjasama dengan pemodal ventura dari luar negeri untuk pendanaan modal awal (start-up capital)

C. Hukum

• Peningkatan Law Enforcement

anti-pem-bajakan

2. Kebijakan

a. Industri Perangkat Lunak

Kebijakan nasional untuk Industri Peranti Lunak akan meliputi:

1. Melahirkan kebijakan baru sebagai landasan untuk pengembangan usaha dan produksi, mencakup (a) kebijakan ekonomi, industri, dan telematika nasional, yang mencakup aspek Hukum, Peraturan Nasional, Peraturan Daerah, Kepemilikan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI); (b) Kebijakan implementasi, yang mencakup aspek proteksi terhadap industri peranti lunak nasional; Aspek sinergi internal

antar Triple-Helix.

2. Mengarahkan belanja pemerintah dalam bidang TIK sebagai motor pengerak pasar bagi industri nasional. Hal ini merupakan salah satu bentuk Insentif yang diberikan pemerintah. Pemberian dilakukan dengan prasyarat kemapuan dengan cara mengukur kemampuan dan / atau mem-berikan ukuran industri peranti lunak yang layak menerima insentif tersebut.

(29)

Kebijakan bagi internal industri peranti lunak adalah: 1. Pembakuan dan sertifikasi – untuk jaminan

mutu produk / jasa yang dihasilkan, mencakup: (a) Profesionalisme sebagai jaminan pengerjaan dilakukan oleh yang ahli dan pengalaman, serta memenuhi standar profesional tertentu; (b) Industri dapat memberikan jaminan atas produk/ jasa yang diberikan, sesuai dengan baku mutu / spesifikasi; (c) Hadirnya lembaga / manajemen penjamin proses pengerjaan oleh industri dilakukan secara bertanggung-jawab dengan mekanisme / prosedur baku, sehingga mudah untuk memantau pemenuhan baku mutu produk / jasa.

2. Pemberian akses informasi yang mencakup (a) Sarana dan prasarana telekomunikasi; (b) Informasi pasar dan sentra produksi; serta (c) Informasi perkembangan industri telematika. 3. Pemberian kemudahan infrastruktur berusaha

yang mencakup (a) Prasarana dan sarana produksi; (b) Prasarana dan sarana usaha / business; (c) Prasarana dan sarana peningkatan kemampuan, Riset, Pendidikan dan pelatihan

b. Industri Konten Multimedia

Konten digital bersifat intangible, dalam arti tidak

memerlukan dimensi fisik; tidak pernah lapuk, keasliannya dapat tetap lestari tanpa tergantung frekuensi pemakaian serta dapat digandakan secara sempurna tanpa batas jumlah dengan biaya sangat minimal. Sebagai konsekuensinya, konten digital memerlukan pendekatan yang sangat berbeda dari segi penciptaan, organisasi, distribusi, dan pelestariannya.

(30)

Dalam memahami konten digital dan menyusun kebijakan yang sesuai, pemerintah Selandia Baru merangkum lima elemen pokok yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kebijakan dan strategi di bidang konten digital ini.

Penciptaan dan perlindungan konten:

Born-digital content adalah informasi dalam fomat baru yang membutuhkan keterampilan baru untuk menciptakan dan menggunakannya, menyediakan peluang yang unik untuk inovasi dan kreativitas serta memerlukan suatu sarana baru untuk melindunginya dari pencurian dan penyalahgunaan.

Akses dan pencarian konten:

Konten dalam format digital, apakah born-digital,

digitized atau hanya sekedar didata secara digital, bersaing dengan bermiliar-miliar konten lainnya dalam merebut perhatian pengguna potensial. Untuk itu, tersedianya mekanisme akses dan pencarian konten

yang handal sangat penting (misal: design standards,

metadata, search engine optimization, dll).

Berbagi dan memakai konten:

Dua dari karakterisitk konten digital adalah kemampuannya untuk diproduksi ulang dan didistribusikan tanpa biaya dan dengan resiko minimal, serta dapat digunakan berulang tanpa menjadi usang. Kemampuan bagi pengguna untuk dapat mencari konten yang relevan yang siap untuk digunakan, digunakan ulang, berbagi, penggunaan lain, serta penambahan dimensi baru adalah fitur-fitur pokok yang harus terseda dalam era digital.

(31)

Mengelola dan melestarikan konten:

Konten digital membuka kemungkinan untuk disimpan dalam pengelompokan dan volume yang jauh lebih besar dari kemungkinan yang terbatas jika kita menggunakan sarana fisik. Namun, sebagaimana sarana-sarana fisik yang akan menjadi usang, konten digital juga memiliki resiko hilang atau rusak dengan mudah. Oleh karena itu, mengelola dan melestarikan konten dibutuhkan untuk penggunaan berkelanjutan.

Pemahaman dan kepedulian terhadap konten digital:

Konten digital mengubah cara pandang kita terhadap informasi, pengetahuan, dan nilai material. Dalam transisi ke era digital ini, kita perlu memahami dan peduli akan lingkungan, peluang, dan tantangan konten digital agar dapat membuat pilihan, keputusan, dan investasi yang bijaksana.

Jadi meskipun pasar yang menciptakan dan me-ngembangkan konten digital, pemerintahlah yang mempunyai peran dalam mengembangkan

enabling factors sehingga kelima elemen ter-sebut dapat tertata dengan baik, misalnya pemerintah perlu mengambil insiatif untuk mendukung keanekaragaman budaya, mendorong wirausahawan konten lokal , dan bertindak sebagai fasilitator dengan meningkatkan kapabilitas dan menghilangkan segala hambatan regulasi yang tidak perlu dan hambatan-hambatan lainnya sebagai akibat regulasi lintas sektoral. Kebijakan yang juga memegang peranan penting antara lain eliminasi hambatan untuk bersaing sehat di bidang jasa jaringan, kebijakan yang mempromosikan investasi

(32)

di infrastruktur broadband, serta pengembangan konten dan kapabilitas di area pedesaan dan daerah terpencil.

Kebijakan yang tepat dan ‘pro-digital content’ dapat

dikembangkan dengan selalu mengacu kepada hal-hal sebagai berikut:

• Mendorong terciptanya lingkungan bisnis yang memacu peningkatan penciptaan serta diseminasi konten-konten digital buatan lokal • Menarik investor swasta asing maupun lokal

untuk terjun ke bisnis konten multimedia

• Mendorong terciptanya model-model bisnis yang inovatif dan berhasil mengembangkan pasar konten multimedia

• Meningkatkan daya saing industri konten multimedia lokal

• Meningkatkan ketrampilan dan kualitas para pekerja di industri konten multimedia

• Mempromosikan kemampuan dan karya

industri konten multimedia lokal dalam setiap kesempatan baik di dalam maupun di luar negeri.

(33)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 130/M-IND/PER/10/2009

Lampran Peraturan Menter Perndustran RI

Nomor :

0/M-IND/PER/0/00

0

Mempromoskan kemampuan dan karya ndustr konten multmeda

lokal dalam setap kesempatan bak d dalam maupun d luar neger.

(34)
(35)

BAB IV

PROGRAM / RENCANA AKSI

Tahap pengembangan ini merupakan kegiatan pengembangan jangka menengah yang berkesinambungan, di mana seluruh outputnya memiliki karakter yang menghasilkan aplikasi-aplikasi peranti lunak yang merupakan keluaran industri kreatif, berbasis kebutuhan pasar, melalui sejumlah rencana aksi.

A. Industri Perangkat Lunak 1. Rencana Aksi 2010

 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak

bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA,

 Fasilitasi inisiatif pembangunan RICE, IBC,

Teknopark

 Mendirikan instansi pengelola dan Penilai KIPI

 Melakukan penyesuaian perhitungan TKDN

untuk Industri Peranti Lunak.

 Menetapkan standar kompetensi SDM TIK untuk

Industri peranti lunak

 Mendirikan Pusat Pengembangan peranti lunak

komputer untuk Teknologi kreatif digital pada aplikasi Iklan, Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & Media

 Mengusulkan perubahan Perubahan atas

Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,

(36)

untuk pengadaan jasa pengembangan peranti lunak, berdasarkan Kompetensi SDM TIK, KIPI dan TKDN.

2. Rencana Aksi 2011

 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak

bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA,

 Fasilitasi inisiatif pembangunan RICE, IBC,

Teknopark

 Fasilitasi tumbuhnya industri peranti lunak

yang mampu mendukung akselerasi industri perangkat keras embeded systems

 Fasilitasi Pengembangan peranti lunak komputer

untuk Teknologi kreatif digital pada aplikasi Iklan, Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & Media

 Mendirikan Badan Pengembangan Wirausaha

Baru dan Pemasaran Ekspor produk dan jasa Peranti Lunak.

3. Rencana Aksi 2012

 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak

bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo a.l. INAICTA, APICTA,

 Fasilitasi inisiatif pembangunan Teknopark yang

merupakan kelanjutan dari RICE dan IBC.

 Fasilitasi tumbuhnya industri peranti lunak

yang mampu mendukung akselerasi industri perangkat keras embeded systems

(37)

 Fasilitasi Pusat Desain produk kreatif digital a.l. Film, Video, Photografi, Spatial, Game, Fashion, Seni pertunjukan, Desain, arsitektur, Musik, & Media

 Fasilitasi ”Market Access” pengembang peranti

lunak lokal di pasar regional dan Internasional.

 Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK,

KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri Piranti Lunak

4. Rencana Aksi 2013

 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak

bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo.

 Fasilitasi pengembangan Teknopark Peranti

Lunak.

 Fasilitasi ”Market Access” pengembang peranti

lunak lokal di pasar reginal dan Internasional.

 Penyusun sistem “Countertrade” Peranti Lunak

dan merumuskan kebijakannya.

 Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK,

KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri Piranti Lunak

5. Rencana Aksi 2014

 Fasilitasi Kompetisi Karya Cipta Peranti Lunak

bekerja sama dengan komunitas TIK, KNRT, Depkominfo.

 Fasilitasi pengembangan Teknopark Peranti

Lunak.

 Fasilitasi ”Market Access” pengembang software

(38)

 Fasilitasi “Countertrade” Peranti Lunak

 Difusi dan Sosialisasi Kompetensi SDM TIK,

KIPI dan TKDN sebagai pilar kekuatan Industri Piranti Lunak

B. Industri Konten Multimedia

1. Melakukan promosi dan introduksi mengenai potensi dan peluang game dan animasi pada masyarakat luas

Kegiatan ini sangat penting mengingat persepsi negatif yang masih banyak beredar di kalangan masyarakat terhadap kedua bidang ini, khususnya

pada bidang game teknologi mengingat bagaimana

game dan animasi dapat menarik perhatian

anak-anak sehingga membuat mereka melupakan

tanggung jawab dalam belajar, padahal game

dan animasi juga memiliki potensi sebagai media edukasi jika dikembangkan secara tepat dan terencana. Adapun langkah-langkah promosi dan edukasi masyarakat ini perlu dilakukan misalnya melalui pameran-pameran yang diselenggarakan dalam ruang publik sehingga tidak menciptakan jarak dan kesan eksklusif.

2. Melakukan pengembangan game dan animasi berbasis mobile content untuk teknologi telepon seluler

Penggunaan telepon seluler di Indonesia sendiri terlihat cukup tinggi sehingga menjadikan target pasar yang sangat menarik karena pemanfaatan

teknologi game untuk ponsel tampaknya bisa

dijadikan alternatif karena belum menjadi area yang banyak disentuh.

(39)

3. Melakukan penyelenggaraan kompetisi tahunan untuk mendorong peningkatan kualitas karya anak bangsa

Kegiatan ini bisa diusahakan dengan adanya forum interaksi dan tatap muka antara para pembuat

game dan animasi lokal yang berbakat (khususnya

yang memiliki keterbatasan modal) dengan para pemberi modal/investor.

4. Membangun pusat data dan pengembangan produk game teknologi dan animasi

Dengan adanya pusat data dan pengembangan dari hasil-hasil produk game teknologi dan animasi menjadi penting karena bisa berperan sebagai

centre of excellence sekaligus research centre di Indonesia.

Para pembuat game dan animasi yang potensial

akan terdata dengan baik dan memudahkan kontak dengan pihak investor, serta yang paling penting

adalah Indonesia memiliki database yang lengkap

mengenai hasil karya anak bangsa dalam bidang

game dan animasi ini.

5. Membangun pusat pelatihan animasi dalam negeri

Kondisi praktisi animasi/industri Indonesia yang sangat sporadis dan belum terstandar akan menimbulkan masalah pada waktu harus bersama-sama mengerjakan suatu proyek besar, baik untuk

pasar lokal maupun kebutuhan outsorcing. Output

yang dihasilkan bisa menjadi tidak sama satu sama lain karena prinsip-prinsip dasar animasi yang

(40)

digunakan tidak sama, cara membaca prosedur dan teknis dokumen belum tentu sama dan ini akan menghasilkan keluaran yang tidak akurat dan konsisten sehingga memungkinkan untuk ditolak oleh pemberi pekerjaan. Untuk membangun suatu persepsi yang sama, dibutuhkan satu pusat pelatihan dengan satu standar tertentu baik

software, hardware, dan materi pelatihan sehingga dapat dihasilkan suatu kesamaan persepsi tentang animasi dan prosedur produksi animasi.

6. Melakukan pembuatan studio animasi

Dengan tersebarnya praktisi animasi di seluruh Indonesia, baik yang bekerja di studio swasta

maupun yang sifatnya part-timer. Studio animasi

yang dikelola pihak swasta belum dapat mencukupi kebutuhan produksi animasi untuk pasar lokal dan belum dapat menampung kebutuhan kerja para animator. Pada kenyataannya, para animator banyak yang hijrah mencari pekerjaan di jakarta, padahal sifat pekerjaan ini dapat dilakukan dengan metode pantau dan supervisi dari tempat lain. Untuk menumbuhkan industri animasi menurut data dari AINAKI, diperlukan sekurangnyanya 50 (lima puluh) studio yang tersebar sehingga jika berproduksi akan dapat menghasilkan 50 (lima puluh) film animasi dalam 1 bulan.

(41)

La m pi ra n Pe ra tu ra n M en te ri Pe rin du st ria n R I N om or : 1 3 3 0 0/ M -IN D /P ER /1 0/ 20 09 18

(42)

Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kontent Multimedia La m pi ra n Pe ra tu ra n M en te ri Pe rin du st ria n RI No m or : 1 3 3 0 0/ M -IN D/ PE R/ 10 /2 00 9 19 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 1 1 Pe ny us un an Pe ra tu ra n Pe nd ay ag un aa n pr od uk ga m e da n an im as id al am ne ge ri D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , D ep ku m ha m ,P er gu ru an tin gg i, Pe la ku us ah a 2 Pe la ks an aa n Fo ru m ta hu na n ko nt en m ob ile D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , Pe m da , Pe la ku us ah a 3 So sia lis as iH AK Ik ar ya kr ea tif ga m e da n ko nt en D ep pe rin , Pe m da , D ep ko m in fo , D ep ku m ha m ,K N RT ,P el ak u us ah a 4 St ud i ke la ya ka n Pu sa t D es ai n Ko nt en M ul tim ed ia D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , Pe m da , Pe la ku us ah a 2 1 Fa si lit as ik om pet is it ah un an ga m e da n an im as i D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , Pe m da , Ko m un ita s TIK 2 Fa si lit as ip am er an da la m neg er id an lu ar ne ge ri D ep pe rin , D ep da g, Pe m da , D ep ko m in fo, Pe rg ur ua n tin gg i, ko m un ita sT IK 3 Pe m bu at an fil m se ria l an im asi ka ra kt er In do ne si a D ep pe rin , D ep ko m in fo , ko m un ita s kr ea tif 3 Te kn ol og id an st an da rd is as i 1 Pe ny us un an tim Pe nd ay ag un aa n pr od uk ga m es da n an im as il ok al D ep pe rin , D ep ko m in fo , Pe rg ur ua n tin gg i,P el ak u us ah a 2 M en yu su n ko m pe te ns iS D M TI K un tu k in du st ri ga m e da n ko nt en m ul tim ed ia D ep pe rin , KN RT , D ep na ke r, pe la ku us ah a, De pk om in fo ,P er gu ru an tin gg i 4 Pe ng ua ta n st ru kt ur us ah a 1 In ve nt ar is as ip ot en si in du st ri ga m e da n ko nt en m ul tim ed ia da la m neg er i D ep pe rin , Pe m da , D ep ko m in fo , As os ia si, Pe la ku us ah a 2 Pe ne ta pa n kr ite ria m od el bi sn is ga m e da n ko nt en D ep pe rin , D ep ko m in fo , D ep di kn as , pe rg ur ua n tin gg i, as os ia si 5 Su m be rd ay a m an us ia 1 M em ba ng un pu sa t pe la tih an an im as i da la m ne ge ri D ep pe rin , Pe m da , Pe rg ur ua n tin gg i, as os ia si ,p el ak u us ah a 2 M en et ap ka n st an da r ko m pet en si SD M TIK un tu k in du st ri ga m e da n ko nt en m ul tim ed ia D ep pe rin , KN RT , BN SP , D ep na ke r, pe la ku us ah a, De pk om in fo ,P er gu ru an tin ggi 6 Pe ng em ba ng an sa ra na da n pr as ar an a 1 M em ba ng un pu sa t da ta da n pe nge m ba ng an pr od uk ga m e da n an im as i D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , pe rg ur ua n tin gg i, pe la ku us ah a, pe m da 2 Pe m bu at an st ud io an im as i D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , pe rg ur ua n tin gg i, ko m un ita s kr ea tif, pe m da 3 Fa si lit as iP us at D es ai n Ko nt en M ul tim ed ia D ep pe rin , D ep ko m in fo , KN RT , pe rg ur ua n tin gg i, ko m un ita s kr ea tif, pe m da M en ci pt ak an ik lim us ah a ya ng ko nd us if M el ak uk an ke gi at an pr om os i da n pe m as ar an da la m da n lu ar ne ge ri D ae ra h Ta hun Pe m an gk u Ke pe nt in ga n Ta be l2 M at rik s Pr og ra m da n Re nc an a Ak si Pe ng em ba ng an In du st ri Ko nt en M ul time di a N o. Pr og ra m Re nc an a A ks i Pu sa t

(43)

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FASHION

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan

industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

(44)

b. Bahwa industri fashion merupakan bagian dari kelompok industri pe-nunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri fashion;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Fashion;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia

(45)

Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 24

(46)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang

Pembentukan Kabinet Indonesia

Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

(47)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

FASHION.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Fashion Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri fashion untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Fashion adalah industri yang terdiri dari:

a. Industri Bordir/Sulaman (KBLI

17293);

b. Industri Pakaian Jadi Rajutan (KBLI 17302);

c. Industri Pakaian Jadi dari Tekstil dan Perlengkapannya (KBLI 18101); d. Industri Pakaian Jadi (Konveksi)

dan Perlengkapannya dari Kulit (KBLI 18102);

e. Industri Bulu Tiruan (KBLI 18201); f. Industri Pakaian Jadi/Barang Jadi

dari Kulit Berbulu dan atau Aksesoris (KBLI 18202);

(48)

g. Industri Pencelupan Bulu (18203); h. Industri Barang dari Kulit dan Kulit

Buatan untuk Keperluan Pribadi (KBLI 19121);

i. Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Teknik/ Industri (KBLI 19122);

j. Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari-hari (KBLI 19201).

3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, PePe-merintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang

melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik

untuk suksesnya pelaksanaan

program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri

(49)

institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Fashion ataupun sektor lain yang terkait;

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang

dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Fashion dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(50)

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd

FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;

2. Wakil Presiden RI;

3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;

(51)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 131/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUAN

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

FASHION

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd

FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

(52)
(53)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Fashion

Fashion sendiri didefinisikan sebagai kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesories mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini

produk fashion serta distribusi produk fashion (Dep.

Perdagangan/Indonesia Design Power). Pelaku inti dari

industri fashion meliputi pemasok bahan baku, produsen

eksportir maupun importir yang didukung oleh: (a) Unit Pelayanan Teknis, (b) Balai Besar Tekstil maupun Balai Besar Batik, (c) Akademisi/Perguruan Tinggi di bidang desain dan Teknologi Tekstil, (d) Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Pusat maupun Daerah, (d) Para desainer dan Perancang busana/perancang tekstil, (e) Asosiasi, (f) Lembaga Keuangan dan Perbankan serta instansi terkait lainnya.

B. Pengelompokan Industri Fashion

Bila diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), seluruhnya ada 19 KBLI dimana 10 KBLI termasuk dalam sektor industri. Dari sepuluh yang masuk di sektor industri, untuk

industri fashion lebih terfokus pada 3 (tiga) jenis industri

yaitu: industri pakaian, industri alas kaki, dan industri

aksesoris (tas, dompet, dll). Mata rantai industri fashion

memiliki cakupan yang sangat luas, khususnya produk

fashion berbasis tekstil yang didukung oleh pemasok bahan baku maupun bahan penolong yang banyak

(54)

terdapat di Indonesia. Bahan baku yang digunakan untuk

produksi fashion dapat berupa kain tenun lembaran baik

yang warna polos maupun bermotif, yang bersumber dari industri pertenunan dan perajutan. Di Indonesia terdaftar 1.044 perusahaan pertenunan/perajutan yang mempekerjakan hampir 345.000 orang dan kebanyakan berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

(55)

BAB II

SASARAN

Untuk pengembangan jangka menengah (2010-2014), sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

 Melanjutkan pemahaman mengenai trend dan desain

produk fashion.

 Meningkatnya produk fashion yang menerapkan

standardisasi dan pelindungan HKI.

 Memperkuat brand dan komersialisasi produk fashion

Indonesia.

 Meningkatkan kemampuan dasainer fashion lokal

mendunia ke pusat-pusat desain kelas internasional (mengikuti fashion week)

 Menguatnya peran akademisi dalam memperkuat

struktur pendidikan berbasis fashion melalui studio.

 Menyebar luasnya pelatihan desain busana fashion di

sentra-sentra potensial basis produksi fashion.

(56)
(57)

BAB III

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Strategi

Strategi pembinaan dan pengembangan industri fashion

dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain:

Penguatan kelembagaan

Perbaikan kinerja pada setiap rantai nilai industri

fashion yaitu pemasok bahan baku, produsen, dan konsumen. Tiap rantai nilai memiliki saling ketergantungan yang tinggi dengan rantai nilai lainnya sehingga pengembangan pemasaran produk juga sangat tergantung pada kelancaran hubungan atau kinerja masing-masing rantai nilai tersebut.

Penetapan rencana induk pengembangan ekspor produk fashion

Mewujudkan kesamaan fokus pengembangan ekspor pada komoditi atau jenis produk yang disepakati secara nasional. Rencana induk

pe-ngembangan ekspor produk fashion bagi produk

ekspor dengan menerapkan strategi pemasaran

yang tepat yang terdiri dari segmenting (segmen

pasar yang dipilih), targetting (pasar sasaran untuk

setiap produk), dan positioning (memposisikan

produk apakah sebagai market leader atau market

follower), dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif yang dimiliki dan keuntungan kompetitif yang akan diperoleh.

(58)

Memfasilitasi program kerjasama pengem-bangan antarlembaga pemerintah atau non-pemerintah melalui pembentukan asosiasi

Fasilitas tersebut terutama di bidang pengembangan produk, perbaikan mutu produk, pengusahaan banding hak paten sesuai dengan tuntutan konsumen, pemasaran, perijinan, dan lain-lain dimana asosiasi diharapkan dapat menjadi media

untuk mempertemukan seluruh stakeholder untuk

bersinergi.

Menciptakan atau merevitalisasi berbagai macam regulasi pemerintah yang mendukung ekspor

Di antaranya adalah kebijakan yang terkait dengan bidang pemasaran antara lain tata cara atau prosedur perizinan ekspor/impor, kebijakan fiskal, pajak dan pungutan serta kebijakan pendukung pemasaran lainnya.

Pengumpulan informasi dan perkiraan (forecasting) tren

Pemerintah akan mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai tren lokal dan tren internasional. Pemerintah akan mendapatkan informasi tentang tren internasional ini dari agensi tren luar negeri. Perkawinan antara tren lokal dan tren internasional ini akan melahirkan produk lokal yang memiliki jiwa modern. Bila hal ini dilakukan secara berkelanjutan, antisipasi tren setiap musim akan dapat dilakukan.

Dengan demikian hal ini akan melahirkan statement

(59)

Interpretasi tren

Tren internasional ini akan memerlukan interpretasi, interpretasi tren ini akan dilakukan oleh beberapa ahli tren yang memiliki kemampuan untuk me-nerjemahkan tren. Dalam interpretasi tren, tren internasional akan dipadukan dengan tren lokal. Kemudian interpretasi tren tersebut akan dituangkan dalam sebuah buku. Buku tersebut akan dijadikan pedoman/acuan dalam setiap pelatihan di daerah-daerah basis potensi industri fashion.

Pelatihan pengembangan SDM kreatif

Pelatihan pengembangan SDM kreatif dapat dilakukan melalui pusat maupun daerah dengan

berbagai metode diantaranya in house training,

setelah diadakan perpaduan antara tren produk lokal dan tren modern, pemerintah berkewajiban untuk menyebarluaskan informasi tren tersebut ke daerah-daerah. Pelatihan tren ini dibuat berdasarkan tren yang berubah setiap musim.

Peragaan busana (Fashion show)

Setelah diadakan pelatihan ke daerah-daerah, pemerintah mengadakan pameran/peragaan busana

agar hasil/produk fashion dapat di expose diketahui

oleh khalayak luas. Hal ini akan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan tren internasional yang menandakan adanya kemajuan di bidang industri fashion.

(60)

B. Kebijakan

Dalam kebijakan pengembangan industri fashion mengacu kepada kebijakan industri nasional yang berinduk kepada arahan pembangunan ekonomi

nasional. Pembangunan industri fashion diarahkan

agar mampu tumbuh secara efisien, produktif, berdaya saing kuat, mandiri dan modern untuk mengantisipasi peluang dan tantangan di masa depan. Sehubungan hal tersebut diatas, pengembangan industri fashion ditujukan untuk:

1) Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis kepada potensi sumber daya nasional, bertumpu kepada mekanisme pasar yang berkeadilan dan persaingan yang sehat.

2) Meningkatkan kontribusi industri fashion pada

sektor industri dan ekonomi nasional, memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih merata.

3) Mewujudkan struktur industri fashion yang kuat dan

tangguh dengan persebaran yang lebih merata. 4) Meningkatkan ragam, volume, dan nilai ekspor

produk-produk industri fashion sehingga

kontribusi-nya terhadap nilai ekspor nasional makin besar. 5) Mewujudkan struktur ekonomi nasional yang

lebih merata, meningkatkan kontribusi, dan peran

industri fashion dalam sektor Industri dan ekonomi

nasional serta dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

6) Mewujudkan pelestarian dan pengembangan produk-produk seni budaya yang berbasis kekhasan budaya etnik lokal dan nasional.

(61)

BAB IV

PROGRAM / RENCANA AKSI

Rencana aksi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran jangka menengah di atas adalah sebagai berikut:

 Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam

pe-nyampaian informasi material,desain dan tren

 Membantu pendaftaran dan perlindungan HKI

 Pemberian insentif bagi penyelenggara event-event

 Mengadakan survey kualitas bahan baku dan kualitas

produk

 Mendorong pemilihan produk desain dan perusahaan

desain terbaik

 Memfasilitasi lomba-lomba/ kompetisi secara periodik

untuk memilih produk terbaik

 Melanjutkan informasi tentang trend global.

 Mengumpulkan desainer untuk interpretasi trend global

dengan desain etnik.

 Mengadakan pelatihan/training tentang trend.

 Mensosialisasikan cara dan peraturan pemasaran

internasional produk busana fashion.

 Trend dan Teknis Produksi Fashion

 Mendorong industry dan desainer untuk turut dalam

pameran-pameran produk fashion domestic dan internasional

 Mengiklankan iklan layanan masyarakat “cintailah

(62)

Tabel 1. Program Dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Fashion La m p ra n P er atu ra n M en te r P er n du st ra n RI No m or : / M -IND/P ER/ 0/ 00 7 N o. Pr og ra m Ren ca na Aks i Pu sa t Da er ah Ta hu n Pe m an gku K ep en tin ga n 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 1 M en gu m pu lk an in fo rm as i tren d (re gu le r) 1 Me nc ar i i nf or m as i tr en d fas hi on inter nas io na l da n tr end feno m ena lo ka l D eppe rin, D epda g, K U KM 2 Me m aduk an tr end inter nas io na l de ng an i ns pi ras i etni k lo ka l D eppe rin, D epda g, K U KM, As os ias i D es ai ner , Per gur ua n Ti ng gi 3 Me m bua t t rend s ta te m ent da la m bentu k buk u. D eppe rin, D epda g, K U KM 2 M en in gka tk an A w ar ne ss pro du k fa sh io n be rb as is Bra nd (re gu le r) 1 Me ni ng ka tk an pr od uk fas hi on ya ng m ene rap ka n lo go da n m er ek (br an di ng ) D eppe rin, D epda g, D ina s, Bal ai , H KI ,D epbudp ar 2 Me m buk a ja rin gan inf or m as i p as ar pr oduk fas hi on D eppe rin, D epda g (B PE N ), D ina s, D epbu dpa r 3 M en ci pt ak an ik lim u sa ha ya ng ko nd us if (r egu le r) 1 Ban tua n ko ns ul ta si da n ke m uda ha n pr os es utk m em per ol eh H KI . D eppe rin, P er gu rua n Ti ng gi ,H KI 4 Pe ngem ba nga n / de ve lo pm en t (re gu le r) 1 Pe lat iha n/ P em bi na an s um be r d ay a m an us ia UK M - P ro dus en, Pel at iha n/ Pem bi na an kete ra m pi lan tekn is p ro duk si , P el at iha n/ Pe m bi naa n m an aj em en us ah a da n pr oduk si . D eppe rin, P er gu rua n Ti ng gi , B al ai 2 Me ni ng ka tk an pe ran d es ai ne r da la m m eng em ba ng ka n pr oduk fas hi on ya ng m em ili ki ke ku at an pa du ins pi ras i l oka l , ber da sar kan tr end int er na tio na l D eppe rin, P er gu rua n Ti ng gi , B al ai , K el om po k D es ai ne r 3 Pel at iha n / ke m am pua n da sar Pem as ar an . D eppe rin, P er gu rua n Ti ng gi , B al ai 5 Pe ngem ba nga n te kn ol ogi pro se s, b ah an b ak u (re gu le r) 1 Peng em ba ha n ba ha n ba ku da sa r / m at er ial D eppe rin, P er gu rua n Ti ng gi , A so si as i D es ai ne r, Bal ai , Me nR is tek 2 Pem an faa ta n m at er ial ba ru da n m at er ial a lter na tif D eppe rin, P er gu ru an Ti ng gi , A so si as i D es ai ne r, Bal ai , Me nR is tek

(63)

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 132/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAJINAN DAN BARANG SENI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan

industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

Gambar

Tabel 1. Kode Industri Kelompok Layanan Komputer dan  Peranti lunak
Gambar III.2 Digital Content  Gambar III.2 Digital Content
Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Piranti Lunak
Tabel 1. Matriks Program dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Kontent Multimedia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan proses Lelang Sederhana Pengadaan Makanan dan Minuman Siswa/Atlit PPLP Sumatera Barat Tahun 2013 pada Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat

Bab ini memuat informasi mengenai entitas akuntansi pelaporan keuangan daerah, informasi mengenai basis akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan laporan,

(4) Tarif atas jasa sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi biaya penggunaan sarana dan fasilitas Rumah Sakit Daerah, akomodasi, serta bahan dan alat kesehatan

Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan fungsi suhu sehingga dengan mendinginkan larutan yang akan dikristalkan akan dicapai kondisi supersaturasi dimana konsentrasi

Akhirulkalam, tiada harapan yang terucap selain rasa bahagia dengan berharap adanya suatu manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini dan sebagai manusia biasa, Saya

Tabel 2.1 Definisi Operasional Pengembangan Karir Individu ……… 24 Tabel 2.2 Definisi Operasional Pengembangan Karir Organisasi …...……… 26 Tabel 3.1 Komposisi populasi

Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh

4 Analisis yang digunakan IF-TOPSIS Integrasi AHP-TOPSIS AHP AHP, TOPSIS, Integrasi AHP-TOPSIS 5 Hasil penelitian IF-TOPSIS diaplikasikan untuk memilih mesin