• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 Tangki Berpengaduk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1 Tangki Berpengaduk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem pengadukan yang banyak ditemui di industri proses kimia adalah tangki berpengaduk, yang umumnya digunakan untuk mengaduk fluida cair. Sistem ini terdiri dari tangki penampung fluida, pengaduk (impeller) yang terpasang pada batang pengaduk dan perangkat penggerak (motor). Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pola aliran dan karakteristik daya pengaduk yang terjadi dalam tangki berpengaduk. Percobaan dilakukan terhadap beberapa variabel meliputi jenis fluida (fluida air dan fluida air + CMC 2%), tangki dengan sekat dan tanpa sekat, dan dua jenis impeler (turbin dan propeller). Dari percobaan dihasilkan pola aliran yang sama pada impeller

sama dengan jenis fluida yang berbeda, tangki tanpa sekat dapat membentuk vorteks dengan kecepatan yang ditingkatkan, sedangkan tangki bersekat tidak dapat membentuk vorteks sehingga pola aliran tetap, dan impeller dengan jenis turbin memiliki bilangan daya yang besar dibandingkan propeller. Pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis propeller dan turbin berbeda, dimana propeller membentuk pola aksial, sedangkan turbin membentuk pola radial dan tangensial. Besarnya daya bergantung pada bentuk impeller, kecepatan putar dan sifat fisis fluida.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

Percobaan tangki pengaduk dimaksudkan untuk mempelajari sistem tangki berpengaduk mekanik yang menjalankan bahan berfasa cair, dengan tujuan sebagai berikut :

a) Dapat menjelaskan pola-pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk.

b) Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa sekat pada pola aliran yang ditimbulkan.

c) Dapat menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi pencampuran.

d) Mengetahui karakteristik daya pengaduk. 1.2. Teori

1.2.1. Definisi

Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi (Mc.Cabe, 1985). Fungsi utama operasi pengadukan adalah sebagai sarana pencampuran, yang bertujuan untuk menyeragamkan suatu campuran bahan. Fungsi lainnya adalah untuk menyelenggarakan reaksi, mempercepat perpindahan panas, mempercepat perpindahan massa, serta menyebarkan atau mendispersikan gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-gelembung kecil. Salah satu sistem pengadukkan yang banyak ditemui di industri proses kimia adalah tangki berpengaduk, yang umumnya digunakan untuk mengaduk fluida cair. Sistem ini terdiri dari suatu tangki penampung fluida, pengaduk (impeller) yang terpasang pada batang pengaduk dan perangkat penggerak (motor) yang mengubah pasokan energi luar menjadi gerakan batang pengaduk.

(3)

Tujuan dilakukannya pengadukan antara lain (Geankoplis, 1993): 1. Mencampur dua fluida yang mudah larut

2. Melarutkan padatan dalam cairan

3. Mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan gulungan induksi di dalam dinding bejana

4. Mendispersikan gas ke dalam cairan

5. Menyelenggarakan suatu reaksi dan mempercepat terjadinya perpindahan massa.

Pengadukan berbeda dengan pencampuran. Tidak semua operasi pengadukkan melibatkan pencampuran. Akan tetapi, proses pencampuran biasanya melibatkan pengadukan. Pencampuran (mixing) merupakan suatu peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, di mana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya (Mc.Cabe, 1985). Sebelum adanya pencampuran, bahan-bahan yang akan dicampur terpisah dalam satu fasa atau lebih. Misalnya, Carboxy Methyl Celluloce (CMC) yang dicampurkan ke dalam air (berfasa cair) di dalam suatu bejana. Pada proses pencampuran, pengadukkan dilakukan untuk menyeragamkan suatu campuran dengan cepat dan meningkatkan transfer momentum antar partikel pada fluida yang diaduk. Dengan pengadukan maka akan mempercepat tercapainya campuran homogen pada proses pencampuran.

1.2.2. Alat-alat Pengadukan

Proses pengadukan dilengkapi oleh : 1. Tangki

Tangki berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Tangki berfungsi sebagai alat untuk menampung fluida yang diaduk. Pada umumnya, tangki yang digunakan untuk mengaduk bahan berfasa cair berbentuk silinder dan dapat tertutup ataupun terbuka (Geankoplis, 1993). Ketinggian zat cair biasanya hampir sama dengan diameter tangki.

(4)

2. Impeller

Impeller merupakan suatu alat yang digunakan untuk menimbulkan gerakan pada fluida yang diaduk. Berdasarkan bentuknya, impeller dapat dibedakan menjadi (Geankoplis, 1993).

a) Propeller

Propeller merupakan bentuk impeller yang digunakan untuk larutan berviskositas rendah dengan kecepatan pengadukan 400 hingga 1750 rpm (revolution per minute). Impeller jenis ini membangkitkan pola aliran aksial, yaitu sejajar dengan sumbu impeller. Gambar untuk jenis propeller dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.

(a) (b)

(a) (b) (c)

Gambar 1.1 Pengaduk Jenis Baling – baling (a) Daun Dipertajam (b) Baling – Baling Kapal (c) Daun Turbin (Anonim, 1989)

b) Paddle

Berbagai jenis paddle sering digunakan dengan kecepatan antara 20 hingga 200 rpm. Impeller paling sering digunakan adalah jenis paddle berdaun dua ( two-blade) dan berdaun empat (four-blade). Jenis impeller ini membangkitkan pola aliran radial, yaitu tegak lurus terhadap sumbu impeller. Anchor atau gate-paddle juga sering digunakan untuk larutan yang berviskositas tinggi.

c) Turbin

Digunakan pada kecepatan pengadukan yang cukup tinggi dan untuk larutan yang rentang viskositasnya cukup luas. Turbin terbagi atas berbagai macam bentuk, diantaranya flat blade, disk flat blade, pitched blade,pitched vane,, curved blade, arrowhead, titled blade, pitch curved blade dan shrouded. Pola sirkulasi

(5)

yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi batang pengaduk). Gambar untuk jenis turbin dapat dilihat pada gambar 1.2 dibawah ini.

Gambar 1.2. Pengaduk Jenis Turbin pada berbagai variasi (Anonim, 1989)

d) Helical-ribbon

Impeller jenis ini digunakan untuk larutan dengan viskositas tinggi dan kecepatan rendah pada rezim laminar dan membangkitkan pola aliran tangensial, yaitu mengelilingi sumbu tangki. Gambar untuk jenis Helical-ribbon dapat dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini.

Gambar 1.3. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical Ribbon, (d) Semi-Spiral (Anonim, 1989)

3. Motor

Motor berfungsi sebagai pengubah energi listrik menjadi gerakan pada batang pengaduk. Besarnya energi listrik yang diperlukan untuk menggerakkan impeller

disebut daya.

(6)

Berdasarkan fungsinya, motor dibedakan atas:

a) Motor un-variable, yaitu jenis motor yang dayanya tidak dapat diubah-ubah. Misalnya motor pada pompa air.

b) Motor variable, yaitu jenis motor yang dayanya dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya motor pada mixer.

1.2.3. Pola Alir Pengadukan

Bentuk pola alir pada pengadukan dipengaruhi oleh (Geankoplis, 1993): a) Tipe pengaduk (impeller)

b) Geometri tangki c) Adanya sekat

Adapun bentuk pola alir pada pengadukan suatu larutan dalam tangki terbagi atas (Mc.Cabe, 1985):

a) Pola aliran radial, yaitu pola alir yang tegak lurus terhadap sumbu impeller. b) Pola aliran aksial, yaitu pola alir yang sejajar dengan sumbu impeller. c) Pola aliran tangensial, yaitu pola alir yang mengelilingi sumbu impeller.

Jika kecepatan putar pengaduk tinggi dan sumbu impeller berada di pusat tangki pada tangki tidak bersekat maka akan menyebabkan terjadinya vorteks. Fenomena vorteks ini sangat tidak diinginkan dalam suatu proses pengadukan karena dapat mengakibatkan pencampuran menjadi tidak sempurna. Selain itu, vorteks juga dapat menyebabkan campuran tumpah dari tangki. Gambar 1.4 memperlihatkan bentuk pola alir dan terjadinya vorteks pada suatu operasi pengadukan.

(7)

(a)

Gambar 1.4 Pola alir pengadukan. (a) Aksial atau radial pada tangki tidak bersekat. (b) Posisi off center untuk menghindari terjadinya vorteks. (c) Axial pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat (Walas, 1988)

1.2.4. Bilangan Tidak Berdimensi

Ada sepuluh bilangan tidak berdimensi pada pengadukan dalam hubungannya dengan perpindahan panas dan perpindahan massa, yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Bilangan tidak berdimensi pada pengadukan

Nama Lambang Definisi Keterangan

Blend Nb Nθ Berhubungan dengan

keseragaman campuran

Froude NFr N2D / g Berhubungan dengan NRe dan

Npo untuk sistem tidak bersekat,

juga penting dalam penambahan powder pada larutan dalam tangki pengaduk

Nusselt NNu hT / k Perpindahan panas pada unit

pengadukan

(8)

NRe >10000

Prandtl NPt Cpµ / k Sifat fluida untuk hubungan

perpindahan panas

Pumping Np Q / (ND3) Berhubungan dengan kapasitas pemompaan impeller

Reynold NRe D2Nρ / µ Rezim laminar jika NRe < 10,

rezim turbulen jika NRe > 10000

Schmidt NSc µ / (ρD) Sifat fluida untuk hubungan

perpindahan massa

Sherwood NSh KLT / DL Perpindahan massa antara

padatan dan pelarut pada unit pengadukan

Weber New N2D3ρ / σ Hubungan tegangan permukaan pada sistem dua fasa

(Sumber: Brodkey and Hershey, 1998) Dua dari sepuluh bilangan tidak berdimensi yang disebutkan pada Tabel 1.1, yaitu bilangan Reynold dan bilangan Daya, dibutuhkan dalam percobaan ini untuk menggambarkan kurva karakterisrik.

1. Bilangan Reynold

Dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (1) (Geankoplis,1993) :

  2 Re ND N  ...(1) Dimana: ρ = densitas fluida (gr/cm3 ) µ = viskositas fluida (gr/cm.det) N = putaran impeller (putaran/ det) D = diameter impeller (cm)

(9)

2. Bilangan Daya

Digunakan untuk menentukan besarnya daya yang dibutuhkan untuk memutar impeller pada kecepatan tertentu (Mc.Cabe, 1985). Bilangan daya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2) (Geankoplis, 1993):

5 3 D N P NPo   ...(2) Dimana:

P = daya yang dibutuhkan (watt) N = putaran impeller (putaran/ det) D = diameter impeller (cm)

ρ = densitas fluida (gr/cm3

) 1.2.5. Kurva Karakteristik

Kurva karakteristik merupakan hubungan antara bilangan daya terhadap bilangan Reynold. Pada kurva karakteristik dapat ditentukan besarnya daya yang diperlukan pada bilangan Reynold tertentu. Hal ini sangat membantu, sebab sulit untuk menentukan jumlah daya yang diperlukan impeller pada pengadukan skala industri. Contoh bentuk kurva karakteristik untuk tangki bersekat berpengaduk jenis six-blade turbin dapat dilihat pada gambar 1.5 (Geankoplis, 1993).

Dari gambar 1.5 tampak digunakan pengaduk jenis turbin dengan perbandingan W (lebar) dengan D (diameter) yang berbeda, yaitu 1/5 dan 1/8. Selain itu, bentuk blade pada masing-masing turbin juga berbeda. Hal itu mempengaruhi bilangan daya yang diperlukan untuk pengadukan.

(10)

Gambar 1.5 Kurva karakteristik untuk tangki bersekat dengan pengaduk jenis six blade turbine (Geankoplis, 1993)

1.2.6. Scale-Up

Scale up merupakan penerapan desain unit pengadukan berdasarkan hasil proses pada skala kecil ke skala yang lebih besar dengan perbandingan tertentu (Brodkey and Hershey, 1998). Metode yang digunakan pada proses scale-up, meliputi geometric similarity, yaitu dimensi dari pada unit pengadukan. Kinematic similarity, yaitu perbandingan suhu dan kecepatan pengadukan, serta dynamic similarity, yaitu perbandingan viskositas, inersia, dan gaya gravitasi (Geankoplis, 1993).

Prosedur scale-up (Geankoplis, 1993):

a) Menentukan faktor rasio scale-up R. Diasumsikan ukuran bejana pada skala kecil berbentuk silinder dengan DT1 = H1, maka volume V1 dapat dihitung

menggunakan persamaan (3), V1 =

 

             4 4 3 2 1 2 1 T T H D D   ... (3) Dengan perbandingan volume seperti persamaan (4)

3 1 3 2 3 1 3 2 1 2 4 4 T T T T D D D D V V     ... (4)

(11)

1 2 3 1 1 2 T T D D V V R         ...(5)

b) Menggunakan nilai R untuk semua dimensi unit pengadukan pada skala kecil, untuk menentukan dimensi unit pengadukan pada skala besar atau dapat ditulis seperti persamaan (6)

1

2 a

a RD

D  ... (6) c) Menentukan kecepatan pengadukan pada skala besar (N2) dari penggandaan

kecepatan pengadukan pada skala kecil (N1), yaitu dengan menggunakan

persamaan (7) n t T n D D N R N N               2 1 1 1 2 1 ... (7) d) Mengetahui nilai (N2) yang dapat digunakan untuk menentukan bilangan daya

unit pengadukan pada skala besar. Keterangan :

R = Faktor ratio scale-up

DT1 = Diameter tangki pada skala kecil

DT2 = Diameter tangki pada skala besar

H1 = Tinggi fluida pada tangki dengan skala kecil

V1 = Volume tangki pada skala kecil

V2 = Volume tangki pada skala besar

Da = Diameter impeller

N1 = Kecepatan pengadukan pada skala kecil

N2 = Kecepatan pengadukan pada skala besar

n = Konstanta, yang mana n = 1 untuk liquid motion, n = 3/4 untuk suspensi padat, dan n = 2/3 untuk laju alir transfer massa.

Untuk menentukan bilangan Reynold dan bilangan daya diperlukan data densitas dan viskositas dari fluida yang diaduk. Densitas merupakan sifat fisis dari fluida yang menyatakan banyaknya massa per satuan volum dan viskositas adalah sifat fisis yang menyatakan ketahanan fluida terhadap gerakan alirannya.

(12)

Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prinsip kerja piknometer dalam menentukan densitas suatu fluida adalah dengan menghitung massa fluida per volum piknometer.

Persamaan untuk menghitung densitas dapat ditulis seperti persamaan (8)

v m   ...(8) Dimana: ρ = densitas fluida (gr/cm3 ) m = massa fluida (gr) v = volume fluida/piknometer (cm3)

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer. Jenis viskometer yang dapat digunakan antara lain:

1. Viskometer kapiler

Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang diperlukan oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk menempuh ketinggian tertentu.

2. Viskometer bola jatuh

Pada viskometer jenis ini, suatu benda berbentuk bola dijatuhkan di dalam tabung yang berisi fluida yang akan diukur viskositasnya. Prinsip kerjanya ialah menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk mengalir menempuh jarak tertentu di dalam tabung yang berisi fluida. Gambar untuk viskositas bola jatuh dapat dilihat pada gambar 1.6.

(13)

Gambar 1.6 Viskometer Bola Jatuh (Anonim, 1989)

Persamaan dalam menentukan viskositas suatu fluida dapat ditulis seperti persamaan (9) ) ( 9 2 2 f b g v r   ...(9) Dimana:

μ = Viskositas fluida (gr/cm.det) r = Jari-jari bola (cm)

v = Kecepatan bola (cm/s) g = Percepatan gravitasi (cm/s2) ρb = Densitas bola (gr/cm3)

ρf = Densitas fluida (gr/cm3)

h = Jarak tempuh kelereng (cm)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989, Buku Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik I, Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Brodkey, R.S. and H.C. Hersey, 1998, Transport Phenomena- A Unifield Approach, McGraw-Hill Book Co. Inc., Singapore

Mc.Cabe, W.L., J.C Smith and P. Harriot, 1985, Unit Operation of Chemical Engineering, 5th edition, McGraw-Hill Book Co. Inc., New York

Geankoplis, C.J., 1993, Transport Process and Unit Operation, 3rd edition, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey

Wallas, Stanley., 1988, Chemical Process Equipment, Selection and Desain., Butterworth-Heinneman, USA

Gambar

Gambar 1.3. Pengaduk Jenis (a), (b) &amp; (c) Hellical Ribbon, (d) Semi-Spiral (Anonim, 1989)
Gambar 1.4 Pola alir pengadukan. (a) Aksial atau radial pada tangki tidak bersekat. (b)  Posisi off                         center untuk menghindari terjadinya vorteks
Gambar 1.6 Viskometer Bola Jatuh (Anonim, 1989)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa respons konsentrasi garam dan suhu fluida hasil simulasi model matematika dan hasil percobaan laboratorium menunjukkan perilaku

tangki truk bahan bakar minyak yang tidak menggunakan penyangga pada baffel, ballfront dan sekat (Gambar 1), model dengan sirip penyangga pada ballfront dimana model tangki

Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan nilai penyetelan pengendali proses orde satu dari sistem tangki pemanas berpengaduk yang terbaik menggunakan metode

Jenis-jenis bilah yang digunakan pada bioreaktor akan menghasilkan pola aliran yang berbeda-beda, dimana bergantung dari sifat-sifat fluida, geometri tangki, jenis

Untuk penyimpanan fluida pada tekanan atmosferik, biasanya digunakan tangki silinder dengan dasar yang datar dan tutup yang berbentuk kerucut.. Bentuk

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa respons konsentrasi garam dan suhu fluida hasil simulasi model matematika dan hasil percobaan laboratorium menunjukkan perilaku

Percobaan dilakukan dengan satu percobaan pendahuluan untuk mengetahui volume pada PTHB dan dua percobaan utama dalam kondisi yang berbeda yaitu, tunak dan

Jenis-jenis bilah yang digunakan pada bioreaktor akan menghasilkan pola aliran yang berbeda-beda, dimana bergantung dari sifat-sifat fluida, geometri tangki, jenis