• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Social Competence Dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Social Competence Dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SOCIAL COMPETENCE DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Psikoligi Fakultas Psikologi

Diajukan oleh:

BELINDA OCIE PARAMASTUTI F 100130006

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN SOCIAL COMPETENCE DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

BELINDA OCIE PARAMASTUTI F100130006

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Susatyo Yuwono, S.Psi.,M.Si, Psi. NIK/NIDN. 838/0624067301

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN SOCIAL COMPETENCE DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Oleh:

BELINDA OCIE PARAMASTUTI F 100 130 006

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 17 Juni 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Dewan Penguji:

1. Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si, Psi. (...)

(Penguji Utama)

2. Mohammad Amir, M.S., Drs. (...)

(Penguji Pendamping I)

3. Zahrotul Uyun, Dra., M.Si. (...)

(Penguji Pendmping II)

Surakarta, 17 Juni 2017

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi

Dekan,

Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi. NIK/NIDN. 876/0615127401

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 12 Juni 2017

Yang Menyatakan,

Belinda Ocie Paramastuti F 100 130 006

(5)

1

HUBUNGAN SOCIAL COMPETENCE DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAKSI

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: untuk mengidentifikasi hubungan

social competence terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Populasi dalam

penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2014 dan 2015 sejumlah 850 mahasiswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

incidental sampling dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

ditetapkan sebanyak 90 mahasiswa. Pengumpulan data penelitian menggunakan alat ukur skala Social Competence dan skala Intensi Berwirausaha kemudian dilakukan perhitungan analisis data menggunakan teknik analisi Product Moment. Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan positif yang signifikan antara social

competence dengan intensi berwirausaha mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis

universitas muhammadiyah surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan 18,5% sumbangan efektif social competence terhadap intensi berwirausaha. Disisi lain masih terdapat 81,5% faktor lain yang dapat mempengaruhi intensi berwirusaha. Hasil kategorisasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat social competence

mahawasiswa tergolong sedang dan tingkat intensi berwirausha mahasiswa tergolong rendah.

Kata Kunci: Social Competence, Intensi Berwirausaha, Intensi, Kewirausahaan.

ABSTRACT

The purpose of this research: to examine the relationship of social competence among entrepreneurship intention. The population in this research is Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta from 2014 and 2015 amounted 850 students. The samples in the research using accidental sampling, the samples in this research are set as many 90 students. Data collection the research uses a measuring instrument Social Competence scale and Entrepreneurship Intetion scale, then it would be calculation of the data analysis using a technique analysis product moment spss 16.0 program. Based on this research there is a positive relationship between

(6)

2

social competence among entrepreneurship intensions student of Program Studi Menejemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. The results of this research showed 18,5% effective contribution of social competence toward entrepreneurship intention. While variations of entrepreneurship intention is explained by other factors outside the model is 81,5%. The categorization shows that the level of social competence of students is moderate and the level of students' intension is low.

Keywords: Social Competence, Entrepreneurship Intetion, Intention, Entrepreneurship

1. PENDAHULUAN

Berwirausaha merupakan salah satu cara seseorang untuk bekerja dan menitih karir untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang. Dengan berwirausaha dapat pula membukakan lapangan pekerjaan baru bagi orang-orang yang membutuhkan atau sedang mencari sebuah pekerjaan, selain itu dapat membantu tugas pemerintah dalam mengurangi pertumbuhan pengangguran di negeri ini. Kewirausahaan adalah menciptakan inovasi baru yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah di masyarakat dan memberikan kesejahteraan melalui lapangan pekerjaan baru serta mencetuskan sebuah ide dan merealisasikannya menjaidd kenyataan (dalam Ropke, 2004)

Yudha (2016), menyebutkan bahwa Indonesia masih membutuhkan jutaan wirausahawan baru. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia masih kekurangan wirausaha. Dari total penduduk sebanyak 250 juta jiwa, jumlah wirausaha tercatat hanya 1,56 persen. Menurut Bahlil, jumlah minmal wirausaha yang ideal pada suatu negara adalah 2 persen dari total penduduk. "Untuk menuju ideal, berarti kita butuh 1,7 juta pengusaha baru," ujarnya. Bahlil menjelaskan, jumlah wirausaha di Indonesia masih kalah dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Semisal, Vietnam yang memiliki 3,4 persen wirausaha dari total penduduk. "Kalau kita menggunakan standar bank dunia yang minimal empat persen, artinya kita membutuhkan 5,8 juta generasi baru untuk jadi pelaku usaha. Siapa yang harus mengisi ini?" kata Bahlil. Bahlil menyebut, masih minimnya

(7)

3

jumlah wirausaha disebabkan oleh bagaimana pola pikir sarjana lulusan perguruan tinggi saat ini. Berdasarkan survei BPP Hipmi, 83 persen responden mahasiswa cenderung ingin menjadi karyawan. Sementara, yang berminat menjadi wirausaha hanya empat persen.

Kendati Indonesia dinyatakan masih banyak membutuhkan wirausahawan baru, Badan Pusat Stastistik (BPS) pada tahun 2016 lalu telah mencatat data pendaftaran sementara usaha Sensus Ekonomi (SE) sebanyak 26,7 juta wirausahawan yang asrtinya naik sekitar 17,6 persen atau sekitar 4 juta dibandingkan SE pada tahun 2006 yaitu 22,7 juta wirausahawan. Di pulau Jawa sendiri jumlah usaha naik sebanyak 1,7 juta dari 14,5 juta pada tahun 2006 dan naik menajdi 16,2 juta wirausaha (dalam Fauzi, 2016).

Ciputra (dalam Mopangga, 2014) mengemukakan bahwa wirausaha merupakan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, karena dengan hanya berbekal ijazah tanpa kecakapan

entrepreneurship, siapkanlah diri untuk antri pekerjaan karena saat ini pasokan

tenaga kerja lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan peluang kerja yang tersedia. Saat ini, ketika Amerika Serikat sudah memiliki 11,5 hingga 12 persen, Singapura 7 persen serta Cina dan Jepang 10 persen, maka wirausaha Indonesia baru mencapai 0,24 persen dari total 238 juta jiwa, dan itu berarti masih dibutuhkan sekitar 4 juta wirausaha baru. Padahal bangsa ini menghasilkan sekitar 700 ribu orang sarjana baru setiap tahunnya, dan memiliki kemampuan untuk melipat gandakan pertumbuhan ekonomi, pendapatan total maupun perkapita, menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan bilamana mampu meningkatkan jumlah wirausaha sukses dengan pemanfaatan teknologi yang tumbuh pesat dewasa ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat pengangguran terbuka Indonesia hingga Februari 2015 mencapai 7,45 juta orang. Adapun di kota Solo angka pengangguran terbuka selama 2014 mencapai 17.496 orang atau 6,08% dari jumlah angkatan kerja. Jumlah pengangguran tersebut turun bila dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 20.100 orang atau 7,18% (dalam

(8)

4

Setyahadi, 2016). Apabila dilihat dari kasus pengangguran di Jakarta maupun di Solo memang saat ini yang paling dibutuhkan oleh negara kita adalah peluang dan lapangan kerja baru yang dapat menampung masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Karena sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya jumlah lulusan universitas dengan gelar sarjana yang membutuhkan pekerjaan. Akibatnya banyak dari mereka yang bingung dan takut memikirkan nasib mereka setelah lulus dari perguruan tinggi.

Fenomena banyaknya pengangguran dan sedikitnya lapangan pekerjaan terkadang dapat memunculkan ide oleh orang-orang tertentu untuk membangun sebuah usaha atau berwirausaha tanpa harus bergantung dengan lapangan pekerjaan yang sudah tersedia dan berusaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Menurut Coulter (dalam Nurhidayah, 2014) “kewirausahaan sering dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang berorientasi pada pemerolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif”.

Badan Pusat Statistik (dalam Mopangga, 2014), menyatakan jumlah wirausaha di Indonesia melonjak dari 0,24 persen tahun 2009 menjadi 1,65 persen di akhir 2013. Namun jumlah ini harus terus ditingkatkan menuju jumlah ideal, yakni 2 persen dari total penduduk. Sebab wirausaha yang akan menjadi penggerak pembangunan ekonomi tanah air. Faktanya, minat mahasiswa untuk berwirausaha masih rendah. Di tahun 2011 tercatat 10.000 lebih mahasiswa mengikuti program sarjana wirausaha namun hanya 5.000-an yang merealisasikannya. Dari 4,8 juta mahasiswa hanya 7,4 persen yang meminati wirausaha. Dia mengamati, bahwasanya banyak bermunculan pelaku usaha dari lingkungan kampus. Bahkan beberapa pengusaha di Jawa Barat dan di tingkat nasional adalah orang-orang yang meneruskan usaha mereka yang telah mereka bangun sejak menjadi seorang mahasiswa. "Hal yang penting adalah pelaku usaha harus bisa mengikuti ritme dan siklus bisnis yang itu tidak dipelajari di kampus, seperti saat usaha menanjak atau turun, situasi itu ada pada setiap tahunnya," imbuhnya (dalam Ant , 2015).

(9)

5

Fakultas ekonomi dan bisnis merupakan media dan wadah bagi mereka yang ingin mempelajari bagaimana cara membangun dan menjalankan sebuah usaha, salah satunya adalah dengan diberikannya mata kuliah kewirausahaan. Dimana mereka didorong untuk memunculkan keinginan berwirausaha, sebagai contoh adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta juga tidak luput dari usaha mereka untuk membantu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam diri mahasiswa. Salah satu mata kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yaitu Kewirausahaan memiliki agenda tetap untuk melakukan praktek kewirausahaan yang disebut dengan Expo Kewirausahaan, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memberikan tempat dan wadah bagi mahasiswa untuk belajar membuat perencanaan bisnis sesuai passion mereka dan melihat apakah bisnis yang telah direncakan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan bisnis yang telah disusun. Dengan adanya expo tersebut diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk membentuk karakter entrepreneur sehingga mendorong mahasiswa untuk meningkatkan intensi berwirausaha mereka.

Selain pembentukan karakter diharapkan juga dapat membentuk kemampuan bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi ini sangat dibutuhkan dalam lajur perencanaan bisnis yang akan dibuat yaitu dalam aspek pemasaran bisnis ,dimana terdapat 4 aspek yang perlu diperhatikan sebelum menjalani expo maupun usaha sungguhan yaitu SDM (operasional), produksi, pemasaran, dan keuangan. Oleh karena itu tidak dipungkiri bahwa pencetak jiwa kewirausahaan seseorang salah satnya adalah pembelajaran materi kewirausahaan yang diselenggarakan oleh jurusan ekonomi dan bisnis disetiap universitas indonesia.

Berdasarkn gambar grafik prosentase alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, dapat diuraikan bahwa dari 2200 alumnus terdapat 10% (220 orang) alumnus yang menjadi wirausahawan. Prosentase tersebut masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan alumnus yang bekerja disektor swasta bahkan dibandingkan dengan yang bekerja disektor BUMN tidak terlalu jauh berbeda, dengan prosentase secara berurutan 40% (880 orang) disektor swasta dan 25% (550 orang) disektor BUMN. Sehingga

(10)

6

menunjukkan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa FEB masih tergolong rendah, walaupun mereka telah diberikan wadah untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yaitu expo kewirausahaan. Sangat disayangkan memang apabila mahasiswa yang telah dididik dan diharapkan dapat menjadi wirausahawan tetap memilih untuk bekerja kantoran.

Suparyanto (2013) berpendapat bahwa banyaknya kasus mahasiswa yang meninggalkan usaha mereka saat lulus dari perguruan tinggi dikarenakan kurang tingginya intensi mereka dalam berwirausaha dan ketakutan mereka akan masa depan usaha mereka sendiri. Selain itu ketidak percayaan diri atas kemampuan mereka untuk mengembangkan usaha mereka dan bayang-bayang akan kegagalan di masa mendatang menjadikan intensi mereka dalam berwirausaha semakin rendah. Terdapat beberapa cara untuk mendukung pertumbuhan jiwa wirausaha pada masyarakat, salah satunya dengan kewirausahaan dijadikan sebagai pelajaran atau mata kuliah wajib. Menurutnya jiwa kewirausahaan dapat dibentuk dan dikembangkan melalui proses pendidikan dan pengalaman langsung oleh individu tersebut, oleh karena itu tidak ada salahnya untuk menyusun pendidikan kewirausahaan pada kurikulum pendidikan di masyarakat. Selain itu kesuksesan dari misi pendidikan tersebut juga ditunjang oleh ketersediaan guru dan dosen yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam bidan kewirausahaan.

Untuk memulai langkah menjadi seorang wirausahawan, individu tersebut harus berani mengambil resiko dan memiliki keyakinan dengan usaha yang akan diambil. Karena dalam dunia bisnis, intensi berwirausaha dan keyakinan akan kemampuan diri adalah kunci untuk menjadikan usaha tersebut sukses atau akan menurun. Ketika seseorang terjun kedalam dunia wirausaha maupun berorganisasi komitmen selaku pemilik dan karyawan sangatlah penting bagi kemajuan usaha itu sendiri, tanpa komitmen yang pasti mereka tidak akan mampu mempertahankan apa yang dimiliki pada saat tertimpa masalah.

Dikutip Indarti dan Rostiani (dalam Handaru dkk, 2014), “dengan memperhatikan intensi yang dimiliki seseorang dapat menjadikannya sebagai dasar untuk memahami apakah seseorang tersebut dapat menjadi seorang

(11)

7

wirausaha atau tidak”. Menurut Bandura (dalam Vemmy, 2012) intensi adalah sebuah usaha yang dilakukan sungguh-sungguh agar dapat menghasilkan sesuatu di masa yang akan datang. Dalam usaha untuk memulai berwirausaha atau berorganisasi diperlukan keuletan dan tanggung jawab, seperti yang dikemukakan oleh Michael (dalam Hutasuhut, 2016) bahwa pembagian tugas dan tanggung jawab dalam organisasi haruslah jelas karena pembagian tersebut berhubungan dengan role requirements. Role requirements itu sendiri merupakan wewenang seseorang untuk mempertanggung jawabkan dalam pelaksanaan peran mereka.

Pantang menyerah dan usaha yang gigih merupakan prinsip utama wirausaha dalam perjalanan usahanya. Dalam dunia wirausaha tidak dapat dipisahkan dengan hubungan sosial, diperlukan banyak interaksi sosial untuk membantu seseorang mencapai keberhasilannya. Oleh karena itu dibutuhkannya

social competence yang baik untuk menjalankan wirausaha tersebut. Dam (2007)

mendefinisikan social competence sebagai kemampuan individu untuk bekerja sama dan melakukan komunikasi yang baik dengan individu untuk bekerja sama dan melakukan komunikasi yang baik dengan orang lain yang memiliki berbagai macam latar belakang.

Chasbiansari (2007) dalam penelitiannya membuktikan adanya hubungan yang komples antara kompetensi sosial dengan kewirausahaan. Kemudian hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zahreni, dkk (2012), menyebutkan bahwa

adversity quotient (AQ) mempengaruhi secara signifikan terhadap intensi

berwirausaha. Seseorang yang memiliki tingkat AQ tinggi, cenderung mudah menangkap kesempatan usaha karena mereka lebih berani untuk mengambil resiko, kreatif dan inisiatif. Selain itu, Meutia (2013) melakukan penelitian lain yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi sosial berwirausaha makan akan berdampak pada kinerja dan jaringan bisnis yang lebih tinggi pula.

Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat rumusan masalah: apakah ada hubungan social competence intensi berwirausaha. Mengacu pada pertanyaan penelitian tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan social competence dengan intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas

(12)

8

Ekonomi Dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan

social competence terhadap intensi berwirausha dan menganalisis sumbangan

efektif social competence terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan tentang hubungan social competence terhadap intensi berwirausaha serta dapat menambah keputusan dalam dunia pendidikan pada umumnya, khususnya bagi fakultas psikologi. Kemudian untuk manfaat praktis adalah penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun mengenai hubungan antara social competence terhadap intensi berwirausaha dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan penelitian serta menjadi referensi terhadap penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

2. METODE

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara social

competence dengan intensi berwirausaha mahasiswa Program Studi Menejemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Semakin tinggi social competence maka akan semakin tinggi intensi berwirausaha, begitu juga sebaliknya semakin rendah social competence maka akan semakin rendah intensi berwirausaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini maka alat pengumpul data atau alat ukur yang digunakan berupa skala.

Pada penelitian ini menggunakan metode penentuan sampel Slovin sehingga dari jumlah populasi 850 mahasiswa ditentukan 90 mahasiswa yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Teknik dalam pengambilan sampel yaitu dengan Incidental Sampling yaitu teknik menentukan sample secara kebetulan yang ditemui peneliti (Sugiyono, 2012). Pengambilan sample dilakukan dengan berdasarkan pada ciri-ciri tertentu yang saling berkaitan dengan memberikan skala

(13)

9

Skala intensi berwirausaha yang digunakan meliputi faktor yang mempengaruhi intensi yang dikemukakan oleh Meredhit (2000) yaitu percaya diri, berorientasi dengan tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan. Serta skala Social Competence, skala

Social Competence yang digunakan meliputi aspek-aspek yang dijabarkan oleh

Gullota (dalam Badriyah dan Noermijati, 2015) antara lain harga diri positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, keterampilan memecahkan masalah interpersonal, kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan privacy, dan keterampilan sosial dengan teman sebaya. Penelitian ini menggunakan validitas isi dengan analisis rasional melalui professional judgment kemudian dianalisis menggunakan formula Aiken’s.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Formula Aiken’s, diperoleh 28 aitem pada Skala social competence dan 37 aitem pada Skala intensi berwirausha yang dinyatakan layak untuk dipergunakan dalam penelitian. Kemudian pada uji reliabilitas menggunakan teknik alpha cronbach. Hasil uji reliabilitas pada variabel social competence menunjukkan nilai koefisisen reliabilitas sebesar alpha

(α) = 0,947 dan pada variabel intensi berwirausaha sebesar alpha (α) = 0,926.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan teknik korelasi spearman yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (social competence) dengan variabel tergantung (intensi berwirausaha). Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,220 dengan sig = 0,019; p < 0,05, menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara social competence dengan intensi berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Semakin tinggi social competence maka akan semakin tinggi intensi berwirausaha, begitu juga sebaliknya semakin rendah social

competence maka akan semakin rendah intensi berwirausaha. Hal tersebut sesuai

dengan Kuncara (dalam Sofia, 2017) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor intensi berwirausaha adalah faktor lingkungan, selain itu Indarti (dalam Handayani, 2006) menjelaskan bahwa fsktor lingkungan dapat dilihat dari cara seseorang untuk mendapatakan modal, kompetensi sosial dan informasi. Sehingga

(14)

10

dapat dilihat bahwa salah satu faktro yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya intensi bereirausaha adalah social competence.

Berdasarkan kategorisasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa variabel

social competence mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 68,30 dan rerata

hipotetik (RH) sebesar 70 yang berarti variabel social competence termasuk dalam kategori sedang. Diketahui pula 22,22% (20 subjek) masuk dalam kategori rendah, 3,33% (3 subjek) termasuk ke dalam kategori sangat rendah, 26,67% (24 subjek) masuk dalam kategori tinggi dan tidak terdapat subjek yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa social competence

mahasiswa Program Studi Menejemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta sebaguan besar masuk dalam kategori sedang.. Variabel intensi berwiraushaa mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 79,49 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 92,5 yang berarti variabel intensi berwirausaha termasuk dalam kategori rendah sebesar 26,67% (24 subjek), pada kategori sangat rendah terdapat prosentase sebesar 22,22% (20 subjek), sedangkan 46,67% (42 subjek) masuk dalam kategori sedang dan 4,44% (4 subjek) masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa intensi berwriausha mahasisiwa masuk dalam kategori rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa social competence yang dimiliki mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen masuk dalam kategori sedang dan intensi berwirausaha masuk dalam kategoti rendah. Kategori sedang dalam social competence dapat dilihat dari kemampuan diri seseorang untuk menghargai kerja kerasnya sendiri, dapat memecahkan masalah interpersonal, mampu bersosialisasi dengan lingkungan, cukup mudah bergaul dan beradaptasi dengan teman sebaya. Namun disisi lain seseorang dengan social

competence sedang dapat menimbulkan intensi berwirausaha yang rendah,

dengan intensi brewirausaha yang rendah seseorang akan kurang memiliki rasa percaya diri, tidak berani mengambil resiko, kurang memiliki sifat kepemimpinan serta tidak adanya keorisinilan dalam diri seseorang tersebut.

(15)

11

Pada dasarnya intensi berwirausaha membutuhkan seseorang untuk memiliki social competence yang baik, karena dalam berwirausaha lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penting un tuk dapat menciptakan usaha yang baik. Seorang wirausahawan harus dapat membangun hubungan sosial yang baik karena dengan hubungan sosial yang baik dapat membantu mereka untuk membangun relasi usaha mereka sendiri. Hal tersebut sesuai dengan Davidson (2003) yang menyebutkan bahwa sebagai wirausahaawan baru harus memiliki modal sosial yang baik untuk memajukan bisnis yang akan dibangun, oleh karena

itu social competence sangat diperlukan.

Weters (dalam Handayani, 2016) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki social competence yang baik akan mampu menggunakan kemampuan diri dan lingkungan sosial secara maksiamal untuk mendapatakan hubungan interpersonal yang baik pula. Dengan demikian apabila social competence yang dimiliki tidak baikm dalam penelitian ini adalah masuk dalam kategori sedang, maka seseorang tidak dapat memanfaatkan kemampuan diri dengan lingkungan sosial secara maksimal. Tanpa kepekaan terhadap lingkungan sosial seseorang tidak dapat memanfaatkan peluang usaha yang mungkin tebentang di lingkungan sekitar mereka.

Sumbangan efektif social competence terhadap intensi berwirausaha sebesar 18,5% ditunjukkan oleh koefiensi determinasi (r²) atau nilai R square sebesar 0,185. Masih terdapat 81,5% faktor lain yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Hasil tersebut menunjukkan bahwa social competence beserta aspek-aspek yang terdapat didalamnya memberikan dukungan terhadap intensi berwirausaha, walaupun tidak hanya social competence yang dapat mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa.

Terdapat korelasi yang positif dan signifikan anatara social competence

dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa Program Studi Menejemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa

social competence berperan penting dalam menumbuhkan intensi berwirausha.

(16)

12

satu faktor pendorong intensi berwirausaha adalah faktor eksternal yaitu lingkungan. Lebih lanjut menurut pennelitian Handayani (2016) yang mengacu pada teori Indarti menyebutkan faktor lingkungan yang mempengrauhi intensi berwirausha dapat dilihat dari bagaimana mendapatkan modal, kompetensi sosial, dan informasi yang dimiliki. Karena social competence yang positif merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan memanfaatkan lingkungan sosial untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga bila seseorang memiliki social

competence yang negatif, seseorang tersebut akan kurang mampu untuk

memanfaatkan lingkungan sosial yang pada akhirnya tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara social

competence dengan intensi berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Semakin tinggi social competence

maka akan semakin tinggi intensi berwirausaha, begitu juga sebaliknya semakin rendah social competence maka akan semakin rendah intensi berwirausaha. Hal ini ditunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,220 dengan sig sebesar 0,019; p < 0,05. Sumbangan efektif socail competence dengan intensi berwirausaha sebesar 18,5% ditunjukkan oleh koefiensi determinasi (r²) atau nilai R square sebesar 0,185. Masih terdapat 81,5% faktor lain yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Subyek dalam penelitian memiliki social competence tergolong sedang. Subyek dalam penelitian memiliki intensi berwirausaha tergolong rendah.

Adanya hubungan positif antara social competence dengan intensi berwirausaha diharapkan para mahasiswa dapat meningkatkan karakteristik diri mereka seperti bagaimana cara berfikir dan perilaku mereka sesuai dengan situasional tertentu. Kemudian mahasiswa harus bisa lebih menghargai dan mengikuti norma budaya di lingkungan mereka. Dengan meningkatkan dan memperbaiki faktor-faktor social competence pada diri sendiri diharapkan dapat memunculkan intensi berwirausha yang lebih tinggi.

(17)

13

Fakultas perlu memperhatikan bagaimana cara meningkatkan social

competence mahasiswa. Seperti memberikan agenda tertentu yang mengajak

mahasiswa untuk lebih terjun ke masyarakat, sehingga mahasiswa dapat lebih belajar berkomunikasi sosial secara langsung. Melihat bagaimana cara berfikir dan sikap mereka dapat mempengaruhi penerimaan lingkungan sosial terhadap diri mereka sendidi. Diharapkan dengan mengetahui cara berkomunikasi sosial yang baik dapat meningkatkan social competence mahasiswa, sehingga seiring dengan meningkatnya social competence dapat mendorong intensi berwirausaha mahasiswa.

Diharapkan bagi peneliti yang akan datang dengan tema yang sama sebaiknya mengembangkan lagi dan menambah variabel yang mempengaruhi intensi berwirausaha dan memperluas wilayah penelitian tidak hanya pada satu universitas melainkan semua universitas yang ada di wilayah Solo agar dimungkinkan hasilnya akan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ant. 2015. Banyak Sarjana Tinggalkan Wirausaha. Okezone Kampus. Diunduh darihttp: // news. okezone. com/ read/ 2015/ 02/ 23/ 65/ 1109129/banyak-sarjana-tinggalkan-wirausaha/

Badriyah, N and Noermijati. 2015. Social Competence, Human Capital and Entrepreneurial Success (A Study on the Owner of Fish Trading Business). Asia-Pacific Management and Business Application, 3,3 (2015): 182-195. ISSN: 2252-8997

Chasbiansari. D. 2007. Kompetensi Sosial Dan Kewirausahaan (Studi Korelasi Pada Anggota Perkumpulan Wirausahawan Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang). Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Semarang. Fakultas Psikologi. Universitas Diponegoro

Dam, G. T., and Volman, M. 2007. Edocating for Adulthood or for Citizenship: Social Competence as am Education Goal. European Journal of Education, 42 (2), 281-298

Fauzi, Y. 2016. Jumlah Wirausahawan RI Bertambah 4 Juta Orang dalam 10

tahun. CNN Indonesia. Diunduh dari

(18)

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160819114219-78-14

152414/jumlah-wirausahawan-ri-bertambah-4-juta-orang-dalam-10-tahun/

Handaru, A, W., Widya, P., Adzhani, A., & Chitra, N. 2014. Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Magister Management (Kajian Empiris Pada Sebuah Universitas Negeri Di Jakarta). Jurnal Universitas Paramadina Vol. 11 No. 2 Agustus 2014.

Handayani, F. 2016. Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Kompetensi Sosial Dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen Di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi (Tidak

Dipublikasikan). Surakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas

Maret

Hutasuhut, S,P dan Reskino. 2016. Pengaruh Budaya Organisasi, Pelaksanaan Tanggung Jawab, Otonomi Kerja, dan Ambiguitas Peran Terhadap Kinerja Auditor.Akuntabilitas Vol.9 No.1

Meutia. 2013. Entrepreneurial Social Competence and Entrepreneurial Orientation to Build SME’s Business Network and Business Performance.

International Journal of Social Science and Humanity, Vol 3. No. 4

Maulana, R. 2014. Hubungan Kompetensi Sosial Dengan Kinerja Guru Sd Islam Bunga Bangsa Samarinda Ditinjau Dari Tipe Kepribadian. eJournal Psikologi, 2014, 2 (2): 137-149. ISSN 0000-0000

Meredith, G.G., Nelson, R.E. dan Neck, P.A. 2000. Seri Manajemen no. 97:

Kewirausahaan, Teori dan Praktek. Jakarta: PT Pustaka Binaman

Pressindo.

Mopangga, H. 2014. Faktor Determinan Minat Wirausaha Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo.Trikonomika Volume 13, No. 1, Juni 2014, Hal. 78–90. ISSN 1411-514X (print) / ISSN 2355-7737 (online).

Nurhidayah. 2014. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Angkatan 2010-2012 Fe Uny. Skripsi (Tidak Dipublikasikan).

Yogyakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta

Ropke, I. 2004. Analysis The Early History Of Modern Ecological Economics.Science Direct. Ecological Economics 50 (2004) 293-314

Setyahadi,T. W .2016. Gugah Generasi Muda Berwirausaha Melalui AMT

(19)

15

Sumardi. 2006. Tantangan Baru Dunia Pendidikan. Diunduh dari http://www.kompas.com/kompascetak/0603/18/humaniora/2519398.htm/ Suparyanto, R, W. 2012. Kewirausahaan: Konsep dan Realita Pada Usaha

Kecil.Bandung: Penerbit Alfabeta

Vilathuvahna, A dan Taufik, R. 2015. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura. Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 1.

Yudha, S,K dan Eko S. 2016. RI Butuh Jutaan Wirausahawan Baru. Diunduh dari http:/ /www. republika.co.id/ berita/koran/ ekonomi-koran/ 16/05/24/o7oh8614-ri-butuh-jutaan-wirausaha-baru/

Zahreni, S. Dkk. 2012. Pengaruh Adversity Quotient terhadap Intensi Berwirausaha. Jurnal Ekonom. Vol 15. No 4

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari waktu ke waktu, terjadi perubahan fungsi dari komputer serta sistem informasi yang terdapat di dalamnya yang saat ini tidak dapat lagi dipisahkan dari

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) dealer sepeda motor di Yogyakarta memiliki tingkat konsentrasi yang cukup tinggi dan

BKKBN, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Jakarta: BKKBN, 1995) h.. Karama membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dengan menenun. Menenun bagi masyarakat desa

Salah satu faktor yang mempengaruhi peran yang diterapkan oleh camat adalah faktor kemampuan, dimana dalam menjalankan kepemimpinan di Kecamatan Wua-Wua, Camat harus didukung

The parameter are: owning mixfarming (sum of buffalo’s), age that farmers bufallo’s and experiences of the farmers to influence of Income’s Farmers who arise buffalo in Subdistrict

Dalam hal ini informan yang terjaring peneliti yaitu: kepala sekolah dan guru-guru yang berada di MTs Madinatussalam berjumlah 3 (tiga) orang guru. Hasil penelitian

selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan ijin, bimbingan, dan pengarahan yang berharga selama Praktek

diharapkan kondisi anjing dan lingkungan di Yogyakarta akan lebih baik dan sehat. bagi setiap mahkluk hidup yang bermukim