Menimbang
:Mengingat
SALINAN
tsRESIDEN
R EPUBL IK IND ONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa
untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 84Undang-Undang Nomor
30
Tahun
2O14
tentang
AdministrasiPemerintahan,
perlu
menetapkan Peraturan Pemerintahtentang
Tata Cara
Pengenaan
Sanksi
Administratif
Kepada Pej abat Pemerintahan;
1.
Pasal
5
ayat (1)
Undang-Undang
Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2Ol4
tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara
RepublikIndonesia
Tahun
2Ol4
Nomor
244,
TambahanLembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor
5587) sebagaimanatelah diubah
beberapa
ka1i, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua
atas
Undang-UndangNomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia
Tahun
2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran
Negara
Republik
IndonesiaNomor 5679);
Undang-Undang
Nomor
30
Tahun 2014
tentangAdministrasi
Pemerintahan
(Lembaran
NegaraRepublik
Indonesia
Tahun
2OL4 Nomor
292,Ta.mtrahan Lembaran
Negara
Republik
IndonesiaNomor 560 1);
2.
a
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-2-MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH
TENTANG
TATA
CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN.BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah
ini
yang dimaksud dengan:1
.
Administrasi
Pemerintahan adalahtata
laksana dalampengambilan keputusan
dan/atau tindakan
oleh badandan f atau pejabat pemerintahan.
2. Fungsi
Pemerintahan
adalah fungsi
dalammelaksanakan
Administrasi
Pemerintahan
yangmeliputi
fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan,pemberdayaan, dan pelindungan.
3.
Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahanadalah unsur
yang
melaksanak€rnFungsi
Pemerintahan,
baik
di lingkungan pemerintahmaupun
penyelenggara negaralainnya.
4.
Pelanggaran
Administratif
adalah
pelanggaranterhadap ketentuan
penyelenggaraan
administrasipemerintahan
sebagaimana
yang diatur
dalamUndang-Undang
Nomor
30
Tahun
2Ol4
tentangAdministrasi Pemerintahan.
5.
Sanksi Administratif adalah sanksi
yang
dikenakanbagi pejabat
pemerintahan
yang
melakukanpelanggaran administratif.
6.
Atasan
Pejabat adalahatasan
pejabatlalgsung
yangmempunyai
kedudukan dalam
organisasiatau
stratapemerintahan yang lebih tinggi.
7.
8.
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA a
Pejabat
yang
Berwenang Mengenakan
SanksiAdministratif
adalah
Pejabat
Pemerintahan
yangdiberikan
kewenangan
untuk
mengenakan
SanksiAdministratif.
Wewenang
adalah
hak
yang
dimiliki
oleh
Badandan/atau
Pejabat
Pemerintahanatau
penyelenggaranegara lainnya
untuk
mengambil keputusandan/atau
tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
9.
Kewenangan Pemerintahan
yang selanjutnyadisebut Kewenangan
adalah
kekuasaan
Badandan/atau
Pejabat Pemerintahanatau
penyeienggaranegara
lainnya
untuk
bertindak dalam ranah hukum
publik.
10.
Keputusan Administrasi
Pemerintahan
yang
juga
disebut Keputusan Tata Usaha Negara atau Keputusan
Administrasi Negara
yang
selanjutnya
disebut Keputusan adalah ketetapantertulis
yang dikeluarkanoleh
Badan
dan/atau
Pejabat Pemerintahan
dalampenyelenggaraan pemerintahan.
1 1. Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya
disebut
Tindakan
adalah
perbuatan
PejabatPemerintahan
atau
penyelenggara
negara
lainnyauntuk
melakukan
dan/atau
tidak
melakukanperbuatan
konkret dalam rangka
penyelenggaraanpemerintahan.
12.
Konflik
Kepentingan
adalah kondisi
PejabatPemerintahan
yang memiliki
kepentingan
pribadiuntuk
menguntungkandiri
sendiridan/atau
oranglain
dalam
penggunaan Wewenang
sehingga
dapatrnempengaruhi
netralitas
dan
kualitas
Keputusandan/atau Tindakal
yang dilakukannya.dibuat
dan/atau
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-4-13.
Warga
Masyarakat
adalah
seseorang
atau
badanhukum
perdata
yang
terkait
dengan
Keputusan dan/ atau Tindakan.14.
Asas-asas
Umum
Pemerintahan
yang
Baik
yangselanjutnya
disingkat
AUPB
adalah
prinsip
yangdigunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan
dan/atau
Tindakandalam
penyelenggaraanpemerintahan.
15. Berita Acara Permintaan Keterangan
yang
selanjutnya disebut BAPK adalah laporanhasil
aparat pengawasan intern pemerintah.Pasal 2
(1)
Ruang
lingkup
pengaturan
tata
cara
pengenaan SanksiAdministratif
bagi Pejabat Pemerintahan yangdiatur
dalam Peraturan Pemerintahini
meliputi:a.
Pejabat
Pemerintahan yangFungsi
Pemerintahan
dalameksekutif;
b.
Pejabat
Pemerintahan yangFungsi
Pemerintahan
dalam y.udikatif;c.
Pejabat
Pemerintahan yangFungsi
Pemerintahan
dalam legislatif; dand. Pejabat Pemerintahan lainnya
yangmenyelenggarakan
Fungsi
Pemerintahan
yalg
disebutkan
Undang-Undang
Dasar
NegaraRepublik
Indonesia
Tahun 1945
dan/atau
Undang-Undang. menyelenggarakan
lingkup
lembaga menyelenggarakanlingkup
lembaga menyelenggarakanlingkup
lembaga (2) Pengaturan(1)
(2t
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-5-(21
Pengaturantata
cara pengenaan SanksiAdministratif
kepada Pej abat Pemerintahan meliputi:a.
kewajiban Pej abat Pemerintahan;b.
Sanksi Administratif; danc.
tata cara pengenaan Sanksi Administratif. BAB IIKEWAJIBAN PEJABAT PEMERINTAHAN
Pasal 3
Pejabat
Pemerintahan
berkewajiban
untuk
menyelenggarakan
Administrasi
Pemerintahan sesuaidengal
ketentuan peraturan
perundang-undangan,kebij akan pemerintahan, dan AUPB.
Pej abat Pemerintahan memiliki kewajiban:
a.
membuat
Keputusandan/atau
Tindakan
sesuai dengan kewenangannya;b.
mematuhi AUPB
dan
sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;c.
mematuhi
persyaratandan
prosedur pembuatan Keputusan dan/ atau Tindakan;d.
mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam menggunakan Diskresi;e.
memberikanBantuan
Kedinasankepada
Badandan/atau
Pejabat
Pemerintahanyang
memintabantuan
untuk
melaksanakan
penyelenggaraanpemerintahan tertentu;
f.
memberikan kesempatan
kepada
WargaMasyarakat
untuk
didengar pendapatnya sebelummembuat Keputusan dan/atau
Tindatan
sesuaidengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan;PRESIDEN
R EPUELIK INDONESIA
-6-memberitahukan kepada Warga Masyarakat yang
berkaitan dengan Keputusan
dan/atau
Tindakanyang
menimbulkan
kerugian
paling
lama
10 (sepuluh)hari
kerja terhitung
sejak
Keputusandan/atau
Tindakan
ditetapkan
dan/atau
dilakukan;
men5rusun
standar
operasional
prosedur pembuatan Keputusandan/atau
Tindakan;memeriksa
dan
meneliti dokumen
Administrasi Pemerintahan,serta membuka akses
dokumenAdministrasi
Pemerintahan
kepada
WargaMasyarakat, kecuali ditentukan
lain
olehundang-undang;
menerbitkan
Keputusan ieriradap
permohonan Warga Masyarakat, sesuai denganhal-hal
yangdiputuskan dalam keberatan/banding;
melaksanakan Keputusan
dan/atau
Tindakanyang sah dan
Keputusanyang telah
dinyatakantidak sah
atau
dibatalkan
oleh
Pengadilan,pejabat yang bersangkutan,
atau
Atasan Pejabat;dan
mematuhi
putusan
Pengadilan
yang
telah berkekuatanhukum
tetap.BAB III SANKSI ADMINISTRATIF h.
j
k. t. Bagian KesatuTingkat dan Jenis Sanksi
Administratif
Pasal 4
Sanksi
Administratif terdiri
atas:a.
Sanksi Administratif ringan;b.
c.
PRESIDEN
R EPUALIK INDONESIA
-7
-Sanksi
Administratif
sedang; dan Sanksi Administratif berat.Pasal 5
Sanksi
Administratif ringan
sebagaimana dimaksud dalamPasal 4
huruf
a dikenakan bagi Pejabat Pemerintahanjika
tidak:
a.
menggunakan Wewenang
berdasarkan
peraturanf.
perundang-undangan dan AUPB ;
mencalttrmkan
atau
menunjukkan
ketentuanperaturan
perundang-undanganyang menjadi
dasar Kewenangan dan dasar dalam menetapkandan/atau
melakukan Keputusan dan/ atau Tindakan;
menguraikan maksud,
tujuan,
substansi,
dampakadministrasi
dan
keuangan
dalam
menggrnakan Diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggararldan
menimbulkan
akibat hukum
yang
berpotensi membebanikeuangal
negara;menyampaikan
permohonan
persetujuan
secaratertulis
kepada Atasan Pejabat dalam
menggunakanDiskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran
serta menimbulkan
akibat hukum yang
berpotensi membebani keuangan negara;menguraikan
maksud,
tujuan,
substansi,
dandampak administrasi
yang
berpotensi
mengubah pembebanan keuangan negaradalam
menggunakanDiskresi yang menimbulkan
keresahan masyarakat, keadaan darurat, mendesakdan/atau
terjadi bencanaalam;
menyampaikan
pemberitahuan
secara
lisan
atautertulis
kepada Atasan Pejabatdalam
menggunakanDiskresi
yalg
menimbulkan
keresahan masyarakat,keadaan darurat, mendesak
dan/atau
terjadi bencanaalam;
g.menyampaikan...
b. c. d. e.c.
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-8-menyampaikan
pemberitahuan
sebagaimanadimaksud dalam
huruf
f
paling
lama
5
(lima) hari
kerja sebelum penggunaan Diskresi;
menguraikan
maksud,
tujuan,
substansi,
dandampak
yang
ditimbulkan
dalam
menggunakanDiskresi
yang terjadi
dalam
keadaan
darurat, mendesakdan/atau
terjadi bencana
alam;menyampaikan laporan secara
tertulis
kepada AtasanPejabat setelah penggunaan
Diskresi
sebagaimana dimaksud padahuruf
h;menyampaikan
laporan
sebagaimanadimaksud
padahuruf
i
paling lama5
(lima)hari
kerjaterhitung
sejakpenggunaan Diskresi;
memberikan
Bantuan
Kedinasan
yang
diperlukandalam keadaan darurat;
memberikan
persetujuan
atau
penolakan
terhadapIzin,
Dispensasi,atau
Konsesiyang diajukan
oleh pemohonpaling
lama
10
(sepuluh)hari
kerja
sejakditerimanya permohonan,
kecuali ditentukan
lain
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;menetapkan
dan/atau
melakukan
Keputusandan/atau
Tindakan
yangtidak
berpotensimemiliki
KonflikKepentingan;memberitahukan
kepada atasannya
dalam
hal terdapat Konflik
Kepentingan;memberitahukan
kepada pihak-pihak
yangbersangkutan paling
lama
10
(sepuluh)
hari
kerjasebelum
menetapkan
dan/atau
melakukanKeputusan
dan/atau
Tindakan dalamhal
Keputusanmenimbulkan
pembebananbagi
Warga Masyarakat,kecuali
diatur
lain
dalam
ketentuan
peraturanperundang-undangan; h.
j
l. k. m. n. o. p. meny,usun l.PRESIDEN
R EPUAL
IK
INDONESIA-9-p.
menJrusun
dan
melaksanakar pedoman
umumstandar
operasional prosedur pembuatan Keputusansesuai dengan kewenangan;
q.
memberitahukan
kepada pemohon
bahwar.
permohonan diterima dalam
waktu
paling
lama
5(lima)
hari
kerja
sejak
permohonan
Keputusandan/atau
Tindakan
diajukan
dan
telah
memenuhi persyaratan;memberitahukan
kepada pemohon
bahwa permohonan ditolak dalamwaktu
paling lama 5 (lima)hari
kerja
sejak
permohonanKeputusan dan/atau
Tindakan diajukan dan tidak memenuhi persyaratan; membuka akses dokumen Administrasi Pemerintahan kepada setiap Warga Masyarakat
untuk
mendapatkaninformasi,
kecuali ditentukan
lain
oleh
undang-undang;
menyampaikan Keputusan kepada
pihak-pihak
yangdisebutkan dalam Keputusan;
mengumumkan
pembatalan
Keputusan
yangmenyangkut kepentingan
umum
melalui
mediaM SSA;
menyelesaikan Upaya
Administratif yang
berpotensi membebani keuangan negara;menetapkan
Keputusan
sesuai
permohonan keberatan dalam hal keberatan diterima;menetapkan Keputusan keberatan
sesuai
dengan permohonanpaling lama
5
(lima)hari
kerja
setelah berakhirnya tenggang waktu;menetapkan
Keputusan
sesuai dengan permohonan banding dalam hal banding dikabulkan; ataumenetapkan
Keputusan
banding sesuai
dengan permohonanpaling lama
5
(lima)hari
kerja
setelah berakhirnya tenggang waktu.u. S. t. v. w. v. Z. Pasal 6
-tseQ
{*
PRESIDEN REPUALIK INDONESIA _10_ Pasal 6Sanksi
Administratif ringan
sebagaimana dimaksud dalamPasal
4
huruf
a
dikenakan bagi Atasan
Pejabat apabilatidak:
a.
menetapkanpersetujuan,
petunjuk
perbaikan,
atau penolakan terhadap permohonan persetujuan secaratertulis
sebagaimana dimaksud pada Pasai 5huruf
ddalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
setelah
berkas permohonan diterima;b.
memberikan alasan penolakan secaratertulis
apabilamelakukan
penolakan
terhadap
permohonanpersetujuan
secaratertulis
sebagaimana dimaksud dzrlam Pasal 5huruf
d;c.
memeriksa,
meneliti,
dan
menetapkan
Keputusan terhadap laporan atau keterangan Warga Masyarakatpaling
lama
5
(lima)
hari
kerja
terhitung
sej akditerimalya
laporan atau keterangan adanya dugaanKonflik
Kepentingan Pejabat Pemerintahan
dalammenetapkan
dan/atau
melakukan
Keputusandan/atau
Tindakan;d.
menetapkan
dan/atau
melakukan
Keputusandan/atau
Tindakan
dalam
hal
menilai
terdapatKonflik
Kepentingan Pejabat Pemerintahan
dalammenetapkan
dan/atau
melakukan
Keputusandan/atau
Tindakan; ataue.
melaporkan keputusan sebagaimanadimaksud
padahuruf
c
dan
huruf
d
kepada atasanAtasan
pejabatdan
menyampaikan
keputusan tersebut
kepadapejabat
yang
menetapkan Keputusanpaling lama
5(lima) hari kerja.
PRESIDEN
R EPUALIK INDONESIA
-
11-Pasal 7
Sanksi
Administratif
sedang sebagaimana dimaksud dalamPasal
4
huruf
b
dikenakan
bagi
Pejabat
Pemerintahan apabila tidak:a.
memperoleh persetujuandari Atasan
Pejabat sesuaidengan ketentuan
peraturan
perundang-undangandalam
penggunaan
Diskresi
yang
berpotensimengubah alokasi anggaran;
b.
memberitahukan kepada
Atasan
Pejabat
sebelumpenggunaan Diskresi dan melaporkan kepada Atasan
Pejabat setelah
penggunaan
Diskresi
dalam
ha_lpenggunaan
Diskresi
menimbulkan
keresahanmasyarakat, keadaan
darurat,
mendesakdan/atau
terj adi bencana alam;
c.
menetapkan
dan/atau
melakukan
Keputusandan/atau
Tindakan dalam
waktu
paling
lama
1O(sepuluh)
hari kerja
setelah permohonan
diterimasecara lengkap
oleh
Badan
dan/atau
PejabatPemerintahan
jika
ketentuan peraturan
perundang-undangantidak
menentukan batas waktu kewajiban;d.
menetapkan
keputusan
untuk
melaksanakanputusan
pengadilanpaling larna
5
(lima)hari
kerja sejak putusan pengadilan ditetapkan;e.
mengemtralikan
uang
ke
kas
negara
dalam
halKeputusan
yang
mengakibatkan pembayaran
dariuang negara dinyatakan tidak sah; atau
f.
melaksanakanKeputusan
dan/atau
Tindakan
yangsah
dan
Keputusan yangtelah dinyatakan
tidak
sahatau
dibatalkan oleh
Pengadilanatau
pejabat
yang bersangkutan atau atasan yang bersangkutan.PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESIA
_12_
Pasal 8
Sanksi
Administratif berat
sebagaimanadimaksud
dalamPasal
4
huruf
c
dikenakan
bagi
Pejabat
Pemerintahanapabila:
ir.
menyalahgunalan Wewenang yang meliputi:1.
melampaui Wewenang;2.
mencampuradukkan Wewenang; dan/ atau3.
bertindak sewenzrng-wenang.b.
menetapkan
dan/atau
melakukan
Keputusandan/atau
Tindakan yang berpotensimemiliki
Konflik Kepentingan.c.
melanggarketentuan
sebagaimanadimaksud
dalamPasal
5,
Pasal6,
atau
Pasal7
yang
menimbulkankerugian
pada
keuangan
negara,
perekonomian nasional,dan/atau
merusak lingkungan hidup.Pasal 9
Sanksi
Administratif ringan
sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 4huruf
a, berupa:a.
teguran lisan;b.
tegurantertulis;
atauc.
penundaan
kenaikan
pangkat,
golongan,dan/atau
hak-hak jabatan.Sanksi Administratif
sedang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4
huruf
b, berupa:a.
pembayaran uang paksadan/atau
ganti rugi;b.
pemberhentian sementara dengan
memperoleh hak-hak jabatan; atauc.
pemberhential
sementara
tanpa
memperoleh hak-hak jabatan.(1)
(2)
PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESIA _13_
(3)
Sanksi Administratif
berat
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4
huruf
c, berupa:a.
pemberhentian
tetap
dengan memperoleh
hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya;
b.
pemberhentiantetap tanpa
memperolehhak-hak
keuangan dan fasilitas lainnya;
c.
pemberhentiantetap
dengan memperoleh
hak-hak
keuangan
dan
fasilitas
lainnya
sertadipublikasikan di media massa; atau
d.
pemberhentiantetap tanpa
memperoleh hak-hakkeuangan
dan fasilitas lainnya
sertadipublikasikan di media massa.
(4)
Sanksi
lainnya
sesuai denganketentuan
peraturanperundang-undangan.
Pasal 10
Sanksi
Administratif ringan,
SanksiAdministratif
sedang,atau
Sanksi Administratif
berat
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal9
ayat (1),
ayat (2),dan ayat
(3)dijatuhkan
dengan
mempertimbangkan
unsur
proporsional
dan keadilan.Pasal 11
Sanksi Administratif
ringan
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal
9
ayal
(1)
dapat
dijatuhkan
secara langsungoleh
Pejabat yang Berwenang mengenakan Sanksi Administratif.Sanksi Administratif sedang atau Sanksi
Administratif
berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal9
ayat (2)dan ayat
(3) hanya dapatdijatuhkan
setelah melalui proses pemeriksaan internal.(1)
(2)
(1) (2\ PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
_14_
Bagian KeduaPej abat yang Berwenang Mengenakan
Sanksi
Administratif
Pasal 12
Atasan
Pejabatmerupakan
Pejabatyang
BerwenangMengenakan
Sanksi Administratif kepada
pejabatPemerintahan
yang diduga melakukan
pelanggaranAdministratif.
Dalam
hal
PelanggaranAdministratif dilakukan
olehpejabat daerah
maka
Pejabat
yang
berwenangmengenakan
Sanksi
Administratif
yaitu
kepaladaerah.
Dalam
hal
PelanggaranAdministratif dilakukan
olehpejabat
di
lingkungan
kementerian/lembaga
makaPejabat
yang
berwenang
mengenakar
SanksiAdministratif
yaitu
menteri/ pimpinan lembaga.Dalam
hal
PelanggaranAdministratif dilakukan
olehhupati/u,alikota
maka
Pejabat
yang
berwenangmengenakan Sanksi Administratif
yaitu
gubernur. Dalamhal
PelanggaranAdministratif dilakukan
oleh gubernur maka Pejabat yang berwenang mengenakanSanksi Administrasi
yaitu
mentai yangurusan pemerintahan dalam negeri.
Dalam
hal
PelanggaranAdministratif dilakukan
olehmenteri/pimpinan lembaga
maka
pejabat
yangberwenang menge
nakan
Sanksi Administratif yaitu
Presiden.
Pasal 13
(1)
Pejabat
yang
Berwenang Mengenakan
SanksiAdministratif
sebagaimana dimaksud dalampasal
12mengenakan
Sanksi Administratif kepada
pejabatPemerintahan
yang Admiiristratif.melakukan
Pelanggaran (3) (4) (s) (6) (2) DalamPRESIDEN
R EPUALIK INDONESIA
-15-Dalam
hal
Pejabat
yang
Berwenang
MengenakanSanksi
Administratif
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)
tidak
mengenakan
Sanksi
Administratif
kepada
Pejabat
Pemerintahan
yang
melakukanPelanggaran
Administratif,
Pejabatyang
Berwenangtersebut dikenakan
Sanksi
Administratif
oleh atasannya.Sanksi
Administratif
sebagaimanadimaksud
pada ayat (21 sama denganjenis
SanksiAdministratif
yang seharusnya dikenakan kepada Pejabat Pemerintahanyang melakukan Pelanggaran Administratif.
Atasan
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(2),juga
mengenakan
Sanksi
Administratif terhadap
pejabatPemerintahan
yang Administratif.melakukan
PelanggaranBAB IV
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Laporan Dugaan Pelanggaran
Pasal 14
Dugaan Pelanggaran
Administratif
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (1) berasal dari laporan:
a.
pengaduan; ataub.
tindaklanjut
hasil pengawasan.(2t
f3t
(4)
(1) (2t (3) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
-t6-Pasal 15Laporan pengaduan
sebagaimanadimaksud
dalamPasal
14
huruf
a
dapat
dilakukan
oleh
WargaMasyarakat.
Laporan pengaduan sebagaimana
dimaksud ayat (f)
disampaikan kepada Atasan Pejabat.Laporan pengaduan
sebagaimanadimaksud
padaayat (1),
diajukan
secaratertulis
yang memuat palingsedikit:
a.
nama dan alamat pihak yang mengadukan;b.
nama,jabatan, dan alamat
lengkappihak
yang diadukan;c.
perbuatan
yang
diduga
melanggar
ketentuan penyeienggaraan administrasi pemerintahan; dand.
keterangan
yang
memuat
fakta, data,
atau petunjuk terj adinya pelanggaran.Laporan pengaduan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)
disampaikan secara
manual
atau
secaraelektronik.
Atasan
Pejabat
menjamin
kerahasiaan
identitaspelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf
a, kecualiuntuk
kepentingan penegakanhukum.
Pasal 16
Laporan
tindak lanjut
hasil pengawasan sebagaimanadimaksud dalam Pasal
14
huruf
b
dilakukan
olehaparat pengawasan intern pemerintah.
Laporan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)disampaikal
kepada Atasan Pejabat. (4)(s)
(1)
(2t
(2t (s) PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-t7-Pasal 17(1) Pengaduan
yang
disampaikan
olehmasyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15wajib
ditindaklanjuti
oleh
Atasan
Pejabat
dalamwaktu 5
(lima)hari
kerjaterhitung
sejak diterimanyalaporan pengaduan.
Dalam
melakukan
pemeriksaan
atas
pengaduanmasyarakat
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1),Atasan
Pejabatwajib
berkoordinasi dengan
aparatpengawasan intern pemerintah.
Apabila
dalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
AtasanPejabat
tidak
menindaklanjuti pengaduan masyarakattanpa
alasan yarrg
sah,
Pejabat
Yang
BerwenangMengenakan Sanksi
Administratif
wajib menjatuhkanSanksi
Administratif kepada Atasan
Pejabat sesuai dengan tingkat kesalahannya.Pasal 18
Dalam hal pengaduan masyarakat
tidak dilanjuti
olehAtasan
Pejabattanpa
alasanyang sah
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
17
ayat (3),
Pejabat
Yang Berwenang MengenakanSanksi
Administratif
wajibmenyerahkan pengaduan masyarakat tersebut kepada
aparat
pengawasan
intern
pemerintah
untuk
dilakukan pemeriksaan.
Dalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
terhitung
sejakditerimanya
penyerahan
pengaduan,
aparatpengawasan
intern
pemerintah
wajib
melakukanpemeriksaan atas pengaduan tersebut.
(1)
(2t
(1)
PRESIDEN
R EPUBL
IK
INDONESIA-18-(3)
Apabila dalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
aparat pengawasan.intern
pemerintahtidak menindaklanjuti
pengaduan masyarakat
tanpa
alasan
yang
sah,Pej
abat
Yang
Berwenang Mengenakan
SanksiAdministratif
wajib menjatuhkan SanksiAdministratif
kepada aparat pengawasanintern
pemerintah sesuai dengan tingkat kesalahannya.Pasal 19
Apabila
dari
hasil
pemeriksaan
atas
pengaduanmasyarakat sebagaimala
dimaksud
dalam
Pasat 17ayat
(1)
dan
Pasal
18
ayat
(2)
ditemukan unsur
pidana, Atasan Pejabat dan aparat pengawasanintern
pemerintah dalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
wajibmenyerahkan pengaduan masyarakat tersebut kepada aparat penegak hukum yang berwenang.
Apabila dalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
AtasanPej
abat
dan
aparat
pengawasanintern
pemerintahtidak
menyerahkan pengaduan masyarakat
yangditemukan
unsur
pidana
kepada
aparat
penegakhukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PejabatYang
BerwenangMengenakal Sanksi Administratif
wajib
menjatuhkan
Sanksi Administratif
kepadaAtasan
Pejabat
dan
aparat
pengawasan intern
pemerintah sesuai dengan tingkat kesalahannya.Pasal 20
Masyarakat
dapat
menyampaikandugaan
PelanggaranAdministratif
oleh
Pejabat Pemerintahan kepada hukum.pengaduan
atasyang
dilakukan
aparat
penegak (2)Dalam...
(2t (1)(2t (3) (4) (s) PRESIDEN R EPUBL IK INDONESIA _19_
Dalam
jangka waktu paling lama
5
(lima)hari
kerjasejak
pengaduandari
masyarakat diterima,
aparatpenegak
hukum
melakukan
pemeriksaan
ataspengaduan
yang
disampaikan
oleh
masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat
(l),
seteiah terlebihdahulu
berkoordinasi dengan
aparat
pengawasan intern pemerintah.Dalam
hal hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksucl pada ayat (2) ditemukanbukti
adanya penyimpanganyang bersifat
administratif,
proses pemeriksaan lebihlanjut
diserahkan kepadaaparat
pengawasanintern
pemerintah.Apabila dalam
waktu
5
(lima)
hari
kerja
aparatpenegak
hukum tidak
menyerahkan
prosespemeriksaan
lebih
lanjut
kepada aparat pengawasanintern
pemerintah sebagaimanadimaksud
pada ayat(3) tanpa
a-lasanyang sah, aparat
penegakhukum
diberikan
sanksi sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangal.Dalam
hal hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) ditemukan
bukti
adanya penyimpangan yang bersifat pidana, proses pemeriksaanlebih lanjut
ditindaklanjuti
oleh
aparat
penegakhukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Bagian Kedua Pemanggilan
Pasal 2 1
(1)
Pejabat
Pemerintahan
yang
diduga
melakukanPelanggaran
Administratif
berdasarkan
laporanpengaduan
atau tindak
lanjut
hasil
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16, dipanggil secaratertulis
untuk
diperiksa oleh AtasanPejabat yang menetapkan Keputusan.
(3) PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-20-(2j
Pemanggiiiu-t
secara Bagian KetigaTata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif
Secara Langsung
Pasal 22
Pejabat
Pemerintahan
yang diduga
melakukanPelanggaran
Administratif ringan
pemeriksaandilakukan oleh Atasan Pejabat.
tertulis
bagi Pejabat Pemerintahanyang diduga melakukan
pelanggaranAdministratif, dilakukan paling lambat
7
(tujuh) hari
kerja sebelum tanggal pemeriksaan.
Apabila
Pejabat
Pemerintahan
yang
didugamelakukan
PelanggaranAdministratif pada
tanggalyang
seharusnya yang bersangkutandiperiksa tidak
hadir,
maka dilakukan
pemanggilan
kedua
palinglambat
7
(tujuh) hari kerja
sejak tanggal seharusnyayang
bersangkutan
diperiksa
pada
pemanggilanpertama.
Dalam menentukan tanggal pemeriksaan dalam surat
pemanggilan pertama
dan
pemanggilankedua
harusmemperhatikan
waktu yang
diperlukan
untuk
menyampaikan dan diterimanya surat panggilan.
Apabila pada tanggal
pemeriksaanyang ditentukan
dalam surat
pemanggilan
kedua
pejabatPemerintahan
yang bersangkutan
tidak
hadir
juga,maka Atasan
Pejabatyang
berwenang menjatuhkanSanksi Administratif
berdasarkan
alat
bukti
dan keterangan yang ada tanpadilakukan
pemeriksaan.(41
(s)
(1)
(2t
PRESIDEN
R EPUALIK INDONES'A
-21
-Pemeriksaan
yang dilakukan
oleh
Atasan
pejabatsebagaimana
dimaksud
pada ayat (1)
untuk
mengetahui:
a.
Keputusan
dan/atau
Tindakan
itu
benar-benar ada dan ditandatanganidan/atau dilakukan
oleh Pejabat Pemerintahan;b.
Keputusan
telah
memenuhi
syarat
sahnya Keputusan;c.
faktor yang
mendorong
atau
menyebabkanterbitnya dan/atau
dilakukannya
Keputusan dan/ atau Tindakan; dand.
dampak
atau
akibat
dari
Keputusan dan/atau
Tindakan.Pemeriksaal harus dilakukan
denganteliti,
objektif,dan
didukung dengan
data
sehinggapejabat
yangBerwenang Mengenakan
Sanksi Administratif
dapatmengenakan
sanksi
dengan
pertimbangan
yangseksama
tentang sanksi
yang
dikenakan
kepadaPej abat Pemerintahan.
Pemeriksaan
yang
diiakukan
oleh
Atasan
pejabatsebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan
secara tertutup. Pasal 23
Atasan
Pejabat sebagaimanadimaksud dalam pasal
22ayat
(1)dapat
membentuktim
ad
hocuntuk
membantumelakukan
verifikasi terhadap dugaan
pelanggaran Administratif.(3)
(4t
PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESIA
-22-Bagian Keempat
Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif
Melalui Proses Pemeriksaan InternalPasal 24
Pemeriksaan
internal
dilakukal
oleh aparat
pcngawaszrn intern pemerintah.pasal 25
Pejabat
Pemerintahan
yang diduga
melakukanPelanggaran
Administratif
sedang pemeriksaandilakukan
oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
Pasal 26
Dalam
hal
Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukanPelanggaran
Administratif adalah
bupati dan/atau
wakilbupati atau
walikota
dan/atau wakil
walikota,pemeriksaan
dilakukan oleh aparat
pengawasanintern
pemerintah provinsi/daerah selaku perangkat
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.Pasal 27
Dalam
hal
Pejabat Pemerintahan yang diduga melakukan Pelanggaran Administratif adalah gubernurdan/atau
wakil gubernur, pemeriksaandilakukan
oleh aparat pengawasanintern
kementeriarr
yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.
Pasal 28
(1)
Dalam ha1
Pejabat
Pemerintahan
yang
didugamelakukan Pelanggaran
Administratif
adalah menteri,pemeriksaan
dilakukan
oleh
aparat
pengawasan intern pemerintah yangditunjuk
oleh Presiden.#*o]
E-)
-r:lg;
PRESIDEN
i:t ai,:ruaL
li(
tNDoNESIA-23-(2)
Dalam
hal
Pejabat
Pemerintahan
yang
didugamelakukan
Pelanggaran
Administratif
adalahpimpinan lembaga, maka pemeriksaan
dilakukan
olehaparat pengawasan intern pemerintah lembaga. pasal 29
Aparat
pengawasan
intern
pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 bertugas:a.
b.
melakukan
klarifikasi
dan validasi terhadap laporan;mengumpulkan
fakta, data,
dan/atau
keteranganIain; dan
memberikan pertimbangan kepada
Atasal
pejabatraengenai
hasil
pemeriksaan
termasuk
pengenaansanksinya.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
29,
aparat
pengawasan
intern
pemerintahberwenang:
a.
memanggil dan memintaketeralgan
dari pelapor: danb.
memanggil
dan
memeriksa Pejabat
pemerintahanyang
dilaporkan
dan/atau
diduga
melakukanPeianggaran Administratif. pasal 3 1
Apabila diperlukan, aparat pengawasan
intern
pemerintahatau
Pejabat
yang
Berwenang Mengenakan
SanksiAdministratif
dapat meminta keterangan dari pihak 1ain.Pasal 32
(1) Sebelum melakukan
pemeriksaan,
aparatpengawasan
intern
pemerintah mempelajari
tebihdahulu
dengan seksamalaporan, bahan,
atau
datamengenai
PelanggaranAdministratif
yang
didugadilakukan
oleh
Pejabat
pemerintahan
yangbersangkutan.
(2t (3) (4t (s) (6) PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-24-Pemeriksaan
harus dilakukan
denganteliti,
objektif,dan didukung dengan data.
Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada
ayat
(2)dilakukan
secaratertutup.
Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dimuat dalam BAPK dengan lampiran data sebagai pertimbangan pengenaan
jenis
Sanksi Administratif
yang akan dijatuhkan
kepada Pejabat Pemerintahan dimaksud.BAPK
sebagaimana
dimaksud
pada ayat
(41ditandatangani
oleh
Pejabat
yang
memeriksa
danPej abat Pemerintahan yang diperiksa.
Dalam
hal
Pejabat Pemerintahan yang diperiksatidak
bersedia
menandatangani
BAPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) BAPK tersebut tetap dijadikan sebagai dasaruntuk
pengenaan Sanksi Administratif.Pasal 33
Hasil
pemeriksaan
dari
aparat
pengawasan intern
pemerintah
sebagaimanadimaksud dalam pasal
32
ayat(4) dapat berupa:
a.
tidak
terdapat kesalahan;b.
terdapat kesalahan adrninistratif; atauc.
terdapat kesalahanadministratif yang
menimbulkankerugian keuangan negara.
Pasal 34
(1)
Dalam
hal
terjadi
kesalahan
administratif
yangmenimbulkan
kerugian keuangan
negara sebagaimanadimaksud dalam
pasal
33
huruf
cbukan
karena adanya
unsur
penyalahgunaanWewenang, Badan melakukan pengembalian uang ke kas negara/ daerah.
(21
(3)
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-25-Dalam
hal
terjadi
kesalahan
administratif
yangmenimbulkan
kerugian keuangan
Negarasebagaimana
dimaksud
dalam pasal
33
huruf
ckarena
adanya
unsur
penyalahgunaan Wewenang, Pejabat Pemerintahait rnelakukan pengernbalian uangke kas negara ldaerah.
Ketentuan
lebih lanjut
mengenai
tata
carapengembalian
uang
ke
kas
negara
dan
tanggungjawab
Badandan/atau
Pejabat pemerintahan akibatkerugian yang
ditimbulkan dari
Keputusandan/atau
Tindakan
yang
dibatalkan
diatur
dalam
peraturanpemerintah tersendiri.
Pasal 35
Dalam
hal
Badan
dan/atau
pejabat
pemerintahankeberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenangmengenakan
Sanksi
Administratif,
Badan
dan/ atauPejabat
Pemerintah
dapat
mengajukan
permohonankepada pengadilan
tata usaha
negarauntuk
menilai
adaatau
tidak
ada
unsur
penyalahgunaan Wewenang dalamKeputusan
dan/atau
Tindakan.Pasal 36
Dalam
hal
terjadi kerugian keuangan negarabukan
untuk
melindungi kepentingan
umum, dilakukan
denganiktikad
tidak baik,
danuntuk
memperkayadiri
sendiriatau
oranglain atau
badan,
serta
ditemukan
bukti
adanyapenyimpangan
yang
bersifat pidana,
selain
dilakukan
pengembalian
uang
ke kas
negara/daerah,
aparatpengawasan
intern
pemerintah melaporkan
danmenyerahkal
proseslebih
lanjut
kepadaaparat
penegak hukum.PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESIA
-26-Pasal 37
Pemeriksaan
oleh aparat
pengawasanintern
pemerintah dilakukan paling lama 45 (empatpuluh
lima)hari
kerja.Pasal 38
Dalam melakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksuddalam Pasal
37,
apatat
pengawasanintern
pemerintahdapat membentuk
tim
yangterdiri
dariunsur
kepegawaiandal
unsur lain
sesuai kebutuhan.Bagian Kelima
Pengenaan Sanksi
Administratif
Pasal 39
Hasil
pemeriksaan
aparat
pengawasan
intern
pemerintah
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 33menjadi
pertimbanganbagi
Pejabatyang
Berwenang dalam mengenakan Sanksi Administratif.Keputusan pengenaan
Sanksi Administratif
harusdisebutkan
jenis
pelanggaran
dan
sanksi
yangdikenakan
kepada
Pejabat
Pemerintahan
yangmelakukan Pelanggaran Administratif. Pasal 4O
(1)
Pejabat
Pemerintahan
yang
berdasarkan
hasilpemeriksaan
terbukti
melakukan
beberapa jenis
PelanggaranAdministratif dikenai satu
jenis
SanksiAdministratif
yang terberat setelahmempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.
(1)
(21
(2) (3) tJ.i (4) PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-27
-Pejabat
Pemerintahanyang
pernah
dikenai
SanksiAdministratif
kemudian
terbukti
melakukanPelanggaran Administratif yang sifatnya sama dikenai
Sanksi Administratif
yang
lebih
berat
dari
SanksiAdministratif terakhir yang pernah dikenai.
Pejabat Pemerintahan
tidak
dapat
dikenai
SanksiAdministratif
dua
ka_li
atau lebih
untuk
satu Pelanggaran Administratif.Bagian Keenam
Penyampaian Keputusan Sanksi
Administratif
Pasal 41(
1)
Setiap pengenaan
Sanksi Administratif
ditetapkandengan
keputusan
pejabat
yang
BerwenangMengenakan Sanksi Administratif.
(21
Keputusan
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
( 1)disampaikan secara
tertutup
oleh
pejabat
yangBerwenang Mengenakan Sanksi
Administratif
kepadaPejabat
Pemerintahan
yangdikenakan
SanksiAdministratif.
Penyampaian
keputusan
Sanksi
Administratif
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(21
dilakukan
paling lambat
5
(lima)
hari
kerja
sejak
keputusanditetapkan.
Dalam
hal
Pejabat Pemerintahan yangdikenai
SanksiAdministratif
tidak hadir saat
penyampaiankeputusan Sanksi Administratif, keputusan dikirim
kepada Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.PRESIDEN R EPUBL IK INDONESIA
-28-BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 42Ketentuan mengenai
pengenaansanksi
pemberhentian sementaradan
pemberhentiantidak
tetap
kepala daerahdan wakil
kepala daerah dilaksanakan sesuai
denganketentuan
peraturan
perundang-undangan
mengenai pemerintahan daerah.BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Pada
saat peraturan
pemerintahini
berlaku,
semua PelanggaranAdministratif
yang
dilakukan
sebelumberlakunya Peraturan
Pemerintah
ini
diprosesberdasarkan
ketentuan
yang berlaku pada
saat Pelanggaran Administratif dilakukan.Apabila
terjadi
PelanggaranAdministratif
sebelumberlakunya
Peraturan Pemerintah
ini
dan
belumdilakukan
pemeriksaan
maka berlaku
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.Pasal 44
Sanksi
Administratif
yang telah dijatuhkan
sebelumberlakunya
Peraturan Pemerintahini
dan
sedangdijalani
oleh Pejabat Pemerintahan dinyatakan tetap berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP pasai 45
Peraturan Pemerintah
ini
mulai
berlaku diundangkan.pada
tanggal Agar . . .(1)
PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESIA
-29-Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkanpengundangan
Peraturan Pemerintah
ini
denganpenempatannya
dalam
Lembaran
Negara
RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Oktober 2016 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. JOKO WIDODO
Diundangkan di
Jakarta
pada tanggal 31 Oktober 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 230
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Deputi Bidang Politik, Hukum,
an,
Deputi Bidang Hukumg-undangan, Asisten
dan
I.
PRESIDEN
R EPUBL IK INDONESI,A
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN
UMUM
Penggunaan
kekuasaan negara terhadap Warga
Masyarakatbukanlah tanpa
persyaratan.
Warga
Masyarakat
tidak
dapatdiperlakukan secara
sewenang-wenang sebagaiobjek.
Keputusandan/atau
Tindakan terhadap Warga Masyarakat harus sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangandan
asas-asasumum
pemerintahan yangbaik.
Pengawasan terhadapKeputusal dan/atau
Tindakan merupakan
pengujian terhadapperlakuan
kepada Warga Masyarakat yangterlibat telah diperlakukan
sesuai denganhukum
dan memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan hukum.Dalam
kaitannya
untuk
perlindunganhukum
bagi masyarakatdari
tindakan
maladr:linistrasi
yang
clilakukan
oleh
pejabatPemerintahan,
sanksi administratif dapat dijatuhkan dalam
hal Pejabat Pemerintahan melanggar ketentuan sebagaimana disebutkandalam Pasal
80
Undang-UndangNomor
30
Tahun
2O14
tentangAdministrasi
Pemerintahan. Karenaitu,
tata
cara pengenaan SanksiAdministratif
terhadap Pejabat
Pemerintahanperlu
diatur
dalam Peraturan Pemerintah.Pengenaan Sanksi Administratif tersebut dilakukan oleh:
a.
Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan;b.
kepala
daerah
apabila
Keputusan
ditetapkan
oleh
pejabatdaerah;
c.
menteri/pimpinan
lembagaapabila Keputusan ditetapkan
olehpejabat di lingkungannya; dan
d.
Presiden
apabila
Keputusan
ditetapkan
oleh
paramenteri/pimpinan
lembaga.II.
PRESIDEN
REPUALIK INDONESIA
-2-Peraturan
Pemerintahini
merupakan
pelaksanaan ketentuanPasal
84
Undang-undang
Nomor
30
Tahun
2Ol4
tentangAdministrasi
Pemerintahan yang menentukan ketentuanlebih lanjut
mengenai
tata
cara
pengenaansanksi administratif
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal80,
Pasal81, pasal
82, d,an pasalg3 diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pengenaan
sanksi
administratif
haruslah
dilihat
bukan
sebagai
"upaya
jera"
terhadap pejabat
pemerintahan
yangmelaksanakan
pelanggaranadministrasi
atas
ketentuan
Undang-Undang Nomor
30 Tahun
2074 tentangAdministrasi
pemerintahan.Pengenaan
sanksi
administratif tersebut
merupakan
upayameningkatkan kepemerintahan
yang
baik
(good governance) dansebagai
upaya
untuk
mencegah
praktik korupsi, kolusi,
dannepotisme
sehinggamampu menciptakan birokrasi
yang
semakin baik, transparan, dan efisien.PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1)
Huruf
a Cukup jelas.Huruf
bLingkuplembaga
yudikatif meliputi
Sekretariatdan Kepaniteraan
Mahkamah Agung,
Sekretariat Jencleraldan
Kepanileraal MahkamahKonstitusi,
Sekretariat Jenderal Komisiyudisial.
Huruf
cPR[9ID5N
R EPUBLIK INDONESIA
-.)-Huruf
cLingkup
lembaga
legislatif
meliputi
SekretariatJenderal
Majelis
permusyawaratan
Rakyat,Sekretarit Jenderal Dewan perwakilan
Rakyat, Sekretariat Jenderal Dewan perwakilan Daerah danSekretariat DpRD.
Huruf
dLingkup
Pejabat
pemerintahan
lainnya
yangmenyelenggarakan
Fungsi
pemerintahan
yangdisebutkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun
1945
dan/atau
Undang-Undangmeliputi
Sekretariat Jenderaldan
Sekretariat padaLembaga Non
Struktural.
Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup -jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup je1as. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-4-Pasal 9 Ayat (1)Huruf
a Cukup jelas.Huruf
b Cukup jelas.Huruf
cPangkat
dan
golongan disesuaikan
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor5
Tahun
2014tentang
Aparatur Sipil Negara.Pengenaan
sanksi
administratif
ringan
berupa "penundaan kenaikan pangkat, golongan,dan/atau
hak-hak jabatan,, bagi pejabat pemerintahan diluar
aparatur
sipil
negara
diatur
sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Ayat (2)
Huruf
aYang
dimaksud dengan
"uang
paksa"
adalahsejumlah
uang yang
dititipkan
sebagaijaminan
agar
Keputusandan/atau Tindakan
dilaksanakan sehinggaapabila Keputusan
dan/atau
Tindakantelah
diiaksanakan
uang paksa
tersebutdikembalikan kepada
Pejabatpemerintahan
yang bersangkutan.Huruf
bYang dimaksud dengan "pemberhentian sementara,,
adalah
pemberhentian
dalam
tenggang
waktutertentu dengan
dibebaskan
atau
tidak
menjalankan
tugas dan
wewenang
jabatan
Administrasi Pemerintahan.
PRESIDEN
R EPUAL
IK
INDONESIA-5-Batas maksimal
pemberhentian sementara palinglama
1
tahun dan
setelah
itu
dapat
diangkatkembali pada jabatan
untuk
sisa masa jabatannya.Hak-hak jabatan yang dapat diperoleh selama masa pemberhentian sementara
yaitu
gaji (sesuai dengantingkat
pendidikan
formal
yang
digunakanterakhir).
Huruf
cCukup jelas. Ayat (s)
Huruf
aHak
keuangan
berupa
gaji
disesuaikan
dengan tingkat pendidikan formal terakhir yang digunakan.Hak
keuangan
dan
fasilitas
lainnya
diperolehsampai dengan diangkatnya pejabat definitif.
Huruf
b Cukup jelas.Huruf
c Cukup jelas.Huruf
d Cukup jelas. Ayat (4)Yang
dimaksud
dengan"Sanksi lainnya" adalah
sanksiyang
diatur
dalam ketentuan
Undang-Undang Nomor 5Tahun
2O14
tentang
Aparatur
Sipil
Negara
besertaperaturan
pelaksanaannya
dan
ketentuan
peraturan perundang-undangan sektor lain.PRESIDEN R EPUBLIK INDONES'A
-6-Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (21Yang
dimaksud dengan "pejabat
daerah"
adalahPejabat
Pemerintahan
yang
melaksalakan
fungsipemerintahan
yang meliputi fungsi
pengaturan,pelayanan,
pembangunan, pemberdayaan,
danpelindungan di lingkungan pemerintahan daerah.
Pejabat
daerah
yang
dimaksud
dalam
peraturanpemerintah
ini tidak
termasuk anggota dewan perwakilan rakyat daerah.Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Da-lam
hal
mengenakan
sanksi administratif
kepadabupati/walikota, kedudukan gubernur
adalah
sebagai wakil pemerintah pusat.PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-7
-Ayat (5)
Menteri yang
menyelenggarakanurusan
pemerintahandalam negeri
mengenakansanksi administratif
kepadagubernur baik
sebagaiwakil
pemerintahpusat
maupun sebagai kepala daerah provinsi.Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)
Laporan
pengaduan WargaMasyarakat kepada
AtasanPejabat
disampaikan langsung kepada Atasan
pejabatatau melalui
layanan pengaduandari instansi atau
unit
yartg menangani pengaduan.
Ayat (3)
Huruf
aPelapor melampirkan identitas
diri
secarajelas
danlengkap.
Huruf
bYang
dimaksud "alamat lengkap
pihak
yangdiadukan" adalah alamat
kantor/instansi.
Huruf
cPRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-Huruf
cPelapor menyampaikan
informasi
dan
data
yangjelas dan
lengkap
mengenaibentuk,
waktu,
dan tempat pelanggaran administratif dilakukan.Huruf
d Cukup je1as. Ayat (a) Cukup jelas. Ayat (s) Cukup jelas. Pasal 16 Ayat(l)
Pasal 17 Ayat (1) Cukup je1as. Ayat (21Laporan
tindak
lanjut
hasil
pengawasandapat
berasaldari hasil
pengawasanintern
pemerintah yangdilakukan
oleh
aparat
pengawasanintern
pemerintah
dan
hasilpengawasan
eksternal
pemerintahyang dilakukan
olehBadan Pemeriksa Keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Cukup jelas.
PRESIDEN R EPUBL
IK
INDONESIA Ayat (3) Pasal 18 Pasai 19 Ayat (1) Pasal 2O Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)-9-Sanksi Administratif
yang
dimaksud
mengacu
padaketentuan
tingkat
dan
jenis
Sanksi
Administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal5,
Pasal6,
pasal 7,dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.
Sanksi
Administratif
yang
dimaksud
mengacu
padaketentuan
tingkat
dan
jenis
Sanksi
Administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal5,
Pasal6,
pasal 7,dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah
ini.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Sanksi Administratif
yang
dimaksud
mengacu
padaketentuan
tingkat
dan jenis
Sanksi
Administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal5,
pasal6,
pasal 7, dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.Cukup jelas.
PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-10-Pasal 2 1 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23Yang
dimaksud
dengan"tim
ad
ho|'
adalahtim
yang
bersifatsementara
dan
bertugas membantu
Atasan pejabat untuk
melakukan verihkasi terhadap dugaan pelanggaran
Administratif
yang
terdiri dari unsur
pengawasan,unsur
kepegawaian, danunsur lain
yang
menanganiatau memiliki keterkaitan
dengan ruanglingkup
Pelanggaran Administratif yang dilakukan.Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1)
Yang dimaksud aparat
pengawasanintern
pemerintahadalah
lembaga
yang
diberikan
tugas dan
fungsi melakukan pengawasan intern pemerintah.PRESIDEN R EPUALIK INDONESIA
-
11-Ayat (21 Cukup je1as. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 3O Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pa sa,l 32 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)Yang dimaksud "secara
tertutup"
adalah hanyadiketahui
dan
dihadiri
oleh
Pejabat Pemerintahanyang
diperiksa dan aparat pengawasan intern pemerintah.Ayat (a)
Jika
hasil
kesimpulan pemeriksaan menyatakan bahwaPelanggarar
Administratif yang diduga
dilakukan
oleh PejabatPemerintahal tidak terbukti
makadimuat
dalamLaporan Hasil
Pemeriksaandan
dilakukan
rehabilitasinama baik Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.
PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-12-Ayat (s) Cukup je1as. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup je1as. Pasal 4 1PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA
-13-Pasal 4 1 Cukup jelas. Pasal 42Yang dimaksud dengan ,,ketentuan mengenai pengenaan sanksi,,
meliputi
ketentuan
mengenaipejabat
yang
berwenang yangmenjatuhkan sanksi
dan
tata
cara
penjatuhan sanksi
yangdiatur
dalam
ketentuan peraturan
perundang_undanganmengenai pemerintahan daerah.
Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas.