• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

(Studi Perbandingan Jaringan Komunikasi Sosial terhadap Difusi Adopsi Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Kelompok Tani Pulo

Makmur dan Kelompok Tani Pulo Mulyo, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar)

Oleh:

DINI ANGGITA HERDIANTI D0212034

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

(Studi Perbandingan Jaringan Komunikasi Sosial terhadap Difusi Adopsi Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Kelompok Tani Pulo

Makmur dan Kelompok Tani Pulo Mulyo, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar)

Dini Anggita Herdianti Sutopo JK

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Indonesia is agrarian country, but luckily the realization import of food commodity increased in 2015 including rice. In 2017 the government plan that Integrated Crop Management (PTT) program becomes an innovation which will be done as an effort to improve the production of rice and the efficiency of input production by considering the use of natural resources wisely. Pulosari village which is located at Pulosari village, Kebakkramat sub-district, Karanganyar district is one of the village which is applied PTT program.

This research is aimed to investigate the pattern of communication network, characteristics, and structure of communication network towards adoption innovation PTT program of Tani Pulo Makmur farmer group and Pulo Mulyo farmer group at Pulosari village, Kebakkramat sub-district, Karanganyar district. In addition, this research is purposed to know the individual role in communication network and the process of adoption innovation of PTT program.

This research uses quantitative method by using communication network as the research methodology. In collecting the data, the researcher uses interviews, questionnaires, observation, and literature review. Meanwhile, sosiometri analysis by using software Ucinet-NetDraw 6.61 is used to analyze the data.

The result of this research is creating the structure of communication network for all lines to Pulo Makmur farmer group and the structure of wheels communication network to Pulo Mulyo farmer group. Both of this farmer groups have a tight communication network which is low. Thus, the information is centered to some members of group.

The individual role is identified in communication network such as star figure, the leaders, bridge, communicator, neglectee, and cosmopolite. Besides, the individual role which comes in the process of adoption innovation at PTT program are innovator, early adopter, early majority, and late majority. The steps of communication is started from innovator to the early adopter then continued to the early majority and the last late majority.

(3)

Pendahuluan

Salah satu julukan yang melekat pada negara Indonesia adalah negara agraris, dimana lahan pertanian terhampar luas sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Didukung dengan sumberdaya alam yang luar biasa dan pergantian musim yang stabil, sewajarnya mampu mewujudkan Indonesia menjadi negara yang makmur dan tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya. Namun sayangnya, realisasi impor komoditas pangan termasuk beras pada tahun 2015 meningkat dari tahun sebelumnya. Tercatat, realisasi impor beras pada tahun 2015 melesat jadi 800.000 ton dari tahun sebelumnya yang hanya 420.000 ton (Aditya, 2016).

Sesungguhnya, pemerintahan Joko Widodo menargetkan swasembada pangan khususnya beras bisa dicapai pada tahun 2017, dalam arti Indonesia tidak mengimpor beras dari luar negeri sehingga produktivitas padi diharuskan meningkat pada tahun 2017 (Kurniawan, 2015).

Namun dalam merealisasikan hal tersebut ditemui berbagai kendala, salah satu masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian adalah luas lahan yang semakin menyusut dikarenakan konversi lahan pertanian yang semakin tak terkendali. Luas lahan pertanian menyusut sedikitnya 0,25 hektare per tahun (Febrianto, 2016). Lahan pertanian kini lebih sering digunakan untuk pembangunan real estate, pabrik, atau infrastruktur untuk aktivitas industri lainnya daripada ditanami tanaman pangan. Hal ini berimbas pada semakin sempitnya lahan yang dimiliki oleh para petani sehingga menyebabkan menurunnya produktivitas pangan di Indonesia. Selain lahan yang semakin menyempit, sebagian besar lahan pertanian di Indonesia juga mengalami penurunan kualitas, bahkan banyak yang termasuk kategori kritis.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Badan Litbang Pertanian Indonesia dengan berlandaskan peraturan menteri pertanian No. 3 Tahun 2015 tentang Pedoman Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, Kedelai, berupaya menghasilkan inovasi yang mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani tanpa harus merusak kualitas lahan dan lingkungan yang digunakan. Dengan juga memperhatikan tuntutan revolusi hijau lestari yang lebih mengedepankan

(4)

peningkatan pendapatan petani dan pelestarian sumber daya alam, akhirnya lahir sebuah inovasi yang disebut dengan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Zaini, 2015: 1). PTT ini sesungguhnya bukan merupakan sebuah inovasi yang baru, karena pada tahun 2008 juga sudah mulai diterapkan. Namun, di tahun 2015, komponen yang terdapat pada program PTT diperbaharui terutama terkait dengan diwajibkannya penerapan sistem tanam jajar legowo dan juga spesifikasi lokasi tanam.

Sebuah inovasi tidak akan ada artinya jika tidak diimbangi dengan penyebaran atau pendistribusian informasi. Dalam hal penyebaran inovasi, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Melalui komunikasi yang efektif, informasi tentang inovasi bisa diterima dan dipahami dengan baik oleh masyarakat sehingga pemanfaatan teknologi baru dapat optimal.

Keputusan mengadopsi suatu inovasi terjadi melalui proses yang tidak hanya terletak pada aspek individual saja. Peran jaringan sosial, dalam penelitian ini adalah kelompok tani, juga menentukan perilaku adopsi inovasi. Proses komunikasi yang terjadi antara individu-individu yang tergabung dalam kelompok tani membentuk arus perukaran informasi yang terpola kemudian membentuk suatu jaringan komunikasi.

Pentingnya mengetahui jaringan komunikasi yang terbentuk dengan memahami peranan khusus seseorang dalam jaringan komunikasi dan struktur jaringan yang ada, dimana dari hal tersebut akan diketahui proses penyampaian informasi, karena informasi dalam sebuah perubahan sangatlah penting. Melalui penggambaran struktur jaringan komunikasi, kita dapat menentukan aktor utama berikut perannya dalam sebuah sistem sosial. Peran aktor akan sangat berpengaruh dalam perluasan ide dan pengenalan kelompok terhadap sebuah kebaruan atau inovasi.

Tingkat kemampuan yang dimiliki oleh setiap kelompok tani dalam pertukaran informasi dan pengadopsian inovasi berbeda, sehingga jaringan

(5)

komunikasi dan peran masing-masing individu setiap kelompok tani juga bebeda. Kelompok tani Pulo Makmur dan Pulo Mulyo merupakan kelompok tani Desa Pulosari yang menerapkan program PTT dan kedua kelompok tani tersebut mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda, sehingga perlu dilakukan analisis jaringan komunikasi pada kedua kelompok tani tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola jaringan komunikasi, karakteristik dan struktur jaringan komunikasi mengenai adopsi inovasi program PTT pada kelompok tani Pulo Makmur dan Kelompok Tani Pulo Mulyo di Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peran individu di dalam jaringan komunikasi dan di dalam proses adopsi inovasi program PTT.

Telaah Pustaka Komunikasi

Di dalam kehidupan, manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan juga membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Komunikasi merupakan sarana yang digunakan manusia untuk berinteraksi, baik dengan cara yang sederhana maupun menggunakan media. Interaksi antara manusia lama-kelamaan akan membentuk sebuah budaya di dalam masyarakat.

Hafied Cangara mengutip pernyataan Prof. Wilbur Scrhamm yang menyebutkan bahwa komunikasi dengan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Cangara, 2008: 2). Maka dari uraian tersebut, jelas terlihat bahwa komunikasi dan kehidupan manusia merupakan sebuah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

(6)

Jika di dalam sebuah komunikasi terdapat sebuah persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa antara komunikator dan komunikan maka komunikasi yang terjadi akan menjadi efektif (Effendy, 1993: 65).

Komunikasi adalah sebuah proses dimana peserta menciptakan dan membagi informasi dengan yang lain dengan tujuan untuk mencapai pemahaman bersama. Proses siklis ini meliputi pemberian makna atas informasi yang dipertukarkan antara dua oran atau lebih supaya bergerak ke arah konvergen (terpusat). Komunikasi konvergensi merupakan dasar dari jaringan komunikasi.

Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Eriyanto mendefinisikan jaringan komunikasi sebagai suatu metode yang berusaha menggambarkan dan menjelaskan jaringan sosial dan strukutr jaringan (Eriyanto, 2014: 5).

Sedangkan Rogers dan Kincaid mendefinisikan jaringan komunikasi sebagai suatu hubungan yang relatif stabil antara dua indvidu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers: 1981:81).

Menurut De Vito, struktur jaringan komunikasi terdiri dari lima kelompok yaitu:

1) Struktur Lingkaran

Struktur lingkaran tidak mempunyai pemimpin, semua anggota posisinya sama. Semua anggota mempunyai kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok.

2) Struktur Roda

Struktur roda mempunyai pemimpin yang jelas,yaitu posisinya dipusat dan dia adalah satu-satunya orang yang bias mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Jika ada anggota yang ingin berhubungan dengan anggota lain harus melalui pemimpin ini.

3) Struktur Y

Struktur Y relative kurang tersentralisasi dibanding karakteristik individu dan perilaku komunikasi dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya.

4) Struktur rantai

Sama dengan struktur lingkaran kecuali orang yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.

(7)

5) Struktur Semua Saluran

Struktur semua saluran atau pola bintang hamper sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya (De Vito, 2003: 29).

Rogers dan Kincaid mendefinisikan analisis jaringan komunikasi merupakan sebuah metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sebuah sistem, yang mana keterhubungan data tentang komunikasi yang terjadi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisinya (Rogers, 1981: 82).

Melalui analisis jaringan dapat diketahui masing-masing peran individu di dalam jaringan komunikasi tersebut dan peran seseorang dalam jaringan komunikasi juga akan bervariasi. Peran-peran tersebut dapat diidentifikasi dalam berbagai nama sesuai kedudukannya, yaitu:

1) Communication Star (tokoh bintang komunikasi), orang yang terlibat aktif dalam kegiatan komunikasi yang luas di beberapa departemen atau unit dalam organisasi atau kelompok.

2) Bridges (jembatan), seorang anggota kelonpok kecil klik yang secara teratur juga berhubungan dengan seorang anggota dari kelompok kecil lain.

3) Liaison (penghubung), orang yang tidak termasuk dalam kelompok kecil manapun teteapi mempunyai hubungan dengan beberapa kelompok kecil. Atau orang yang menghubungkan dua atau klik dalam suatu jaringan komunikasi.

4) Isolate (orang terpencil),0rang yang secara umum tidak termasuk dalam salah satu kelompok kecil dan hanya mempunyai hubungan antar pribadi yang sangat terbatas oleh orang lain.

5) Neglectee, orang yang memilih tetapi tidakdipilih.

6) Opinion Leader, orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka.

7) Kosmopolit, individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu di luar organisasi.

(8)

Komunikasi Pertanian

Komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun secara berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambing-lambang tertentu yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Sedangkan penyuluhan pertanian diartikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (non-formal) untuk para petani dan keluarganya (ibutani, pemuda tani) dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya memperbaiki/ meningkatkan usaha taninya dan selanjutnya pendapatan dan kesejahteraannya sendiri serta masyarakatnya (Mardikanto, 1982: 7).

Proses komunikasi pertanian mempunyai tiga komponen, yaitu komunikator, komunikan, dan pesan. Dalam komunikasi pertanian, komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan pesan kepada komunikanagar pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari (Mardikanto, 1982: 12). Komunikan merupakan orang yang menerima pesan, biasanya dalam komunikasi pertanian yang biasa disebut komunikan adalah petani. Sedangkan pesan dalam komunikasi pertanian adalah semua informasi yang berkaitan dengan pertanian. Pesan disini bisa berupa informasi tentang bagaimana meningkatkan produksi pertanian, bagaimana adopsi teknologi baru harus dilakukan, bagaimana meningkatkan pendapatan rumah tangga tani, dan sebagainya (Mardikanto, 1982: 21).

Difusi Adopsi Inovasi

Menurut Rogers (1971) dan Shoemaker dalam Nurudin, difusi adalah proses dimana penemuan disebarkan kepada masyarakat yang menjadi anggota sistem sosial (Nurudin, 2007: 188). Difusi mengacu pada penyebaran informasi baru, inovasi, atau proses baru ke seluruh masyarakat (Nurudin, 2007: 189).

Difusi adalah suatu proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi dalam satu jangka waktu tertentu di antara anggota suatu sistem sosial. Terdapat empat unsur difusi (penyebaran) ide-ide baru menurut Rogers yaitu inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial.

(9)

Rogers mendefinisikan inovasi (innovation) sebagai “gagasan, praktik, atau objek yang dipandang baru oleh individu atau unit adopsi yang lain” (Rogers, 1983: 11). Suatu inovasi akan cepat atau lambat diadopsi oleh suatu sistem sosial tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh inovasi tersebut.

Proses keputusan inovasi adalah seluruh proses dimana seseorang atau sekelompok orang melewati dari yang pertama pengetahuan akan sebuah inovasi untuk membentuk sikap terhadap inovasi, memutuskan untuk mengadopsi atau menolak, melaksanakan ide baru, mengkonfirmasi keputusannya. Sedangkan adopsi mengacu pada reaksi positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya. Terdapat lima pengelompokan adopter menurut Rogers, yaitu:

1) Inovator adalah mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi. Inovator ini belum tentu pencetus gagasan baru, tetapi merekalah yang memperkenalkan secara cukup luas.

2) Adopter awal (kadang-kadang dinamai pembawa pengaruh yang sering diperankan oleh pemimpin opini) melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya.

3) Mayoritas awal mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi itu.

4) Mayoritas akhir mengadopsi inovasi agak belakangan. Orang-orang yang masuk dalam kelompok ini mengikuti pembawa pengaruh (mayoritas awal). 5) Kelompok tertinggal (laggards) adalah kelompok akhir yang mengadopsi

inovasi.

Proses tahapan pengambilan keputusan atas suatu inovasi dari Rogers terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

1) Knowledge (pengetahuan), terjadi ketika individu menyadari atas inovasi dan mendapatkan pemahaman mengenai fungsi, manfaat, dan prasyaratnya. 2) Persuasion (persuasi), terjadi ketika individu mulai menentukan sikap untuk

menerima, setuju, suka atau tidak atas inovasi tersebut.

3) Decision (keputusan), terjadi ketika individu mengambil keputusan/ pilihan akan menerima inovasi atau tidak.

4) Implementation (implementasi), terjadi ketika individu mulai menerapkan/ menggunakan inovasi atau tidak.

(10)

5) Confirmation (konfirmasi), terjadi ketika individu mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah dibuatnya mengenai informasi tersebut (Rogers, 1983:20).

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara detail struktur dan aktor-aktor dalam jaringan. Lokasi penelitian ini adalah Desa Pulosari, Kec. Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Populasi dari penelitian ini adalah semua anggoa kelompok tani pulo makmur dan pulo mulyo. Sementara yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota kelompok tani pulo makmur dan pulo mulyo yang menerapkan program pengelolaan tanaman terpadu yang totalnya 40 petani. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis sosiometri dengan menggunakan software Ucinet-NetDraw 6.61.

Hasil Penelitian

Struktur Jaringan Komunikasi

Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk pada kelompok tani pulo makmur adalah struktur semua saluran dimana semua anggota adalah sama dan semuanya memilik kekuatan yang sama dalam memengaruhi anggota lainnya. Sedangkan struktur jaringan komunikasi yang terbentuk dalam kelompok tani pulo mulyo condong membentuk saluran roda, dimana dalam jaringan ada pemimpin yang posisinya dipusat dan dia berperan menyampaikan dan menerima pesan atau informasi dari semua anggota. Hanya ada satu klik besar yang terbentuk pada kedua kelompok tani, bedanya kelompok tani pulo makmur relative terpusat pada dua individu, sedangkan kelompok tani pulo mulyo relative terpusat pada 4 individu yang dua diantaranya merupakan individu luar sistem.

Dilihat dari hasil analisis jaringan komunikasi dengan level sistem, juga terlihat perbedaan struktur jaringan komunikasi yang terbentuk antara kelompok tani pulo makmur dan kelompok tani pulo mulyo. Kelompok tani pulo mulyo mempunyai kepadatan jaringan yang lebih rendah dari kelompok tani pulo

(11)

makmur. Hal tersebut menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh para anggota kelompok tani pulo makmur lebih intens dibandingkan kelompok tani pulo mulyo.

Relasi anggota jaringan komunikasi kelompok tani pulo mulyo condong hanya berlangsung searah, berbeda dengan relasi anggota jaringan komunikasi kelompok tani pulo makmur, walau cenderung searah namun ada beberapa relasi yang berlangsung dua arah. Dan juga terjadi sentralisasi atau pemusatan pada beberapa individu dalam kelompok tani pulo makmur, sementara pada kelompok tani pulo mulyo nilai sentralisasinya berada di tengah antara sentralisasi dan desentralisasi.

Perbedaan terakhir terletak pada diameter yang dimiliki oleh keduanya. Diameter merupakan jarak terjauh di antara dua actor dalam jaringan atau bisa juga dipahami sebagai berapa langkah yang diperlukan untuk melakukan interaksi antara anggota jaringan. Kelompok tani pulo mulyo memerlukan satu langkah lebih jauh dari kelompok tani pulo makmur, dimana kelompok tani pulo makmur mempunyai diameter 5 sedangkan kelompok tani pulo mulyo mempunyai diameter 6.

Gambar Sosiogram Kelompok Tani Pulo Makmur

(12)

Dari gambar sosiogram diatas dapat diidentifikasi peranan khusus individu dalam jaringan komunikasi. Peranan khusus individu dalam jaringan komunikasi di dalam kelompok tani pulo makmur tidak ditemukan liaison dan isolate. Peran star dipegang oleh individu #17. Individu yang berperan sebagai opinion leader adalah individu 1, #6, dan #17. Sementara individu yang berperan sebagai bridges (jembatan) adalah individu #3, #9, #15. Peran neglectee, individu yang memilih tapi tidak dipilih diduduki oleh individu #2, #8, #9, #11, #12, #13, #15, #18 dan peran kosmopolit diduduki oleh individu #6, #8, #9, #10, #18. Dalam jaringan ini individu yang tergolong kosmopolit berhubungan dengan individu luar sistem yang disimbolkan dengan huruf A, B, C, dan D.

Gambar Sosiogram Kelompok Tani Pulo Mulyo

Sumber: diolah dengan software Ucinet-NetDraw 6.61.

Peranan khusus individu dalam jaaringan komunikasi kelompok tani pulo mulyo yang teridentifikasi dari gambar di atas adalah peran star dipegang oleh individu #1. Peran opinion leader juga dipegang oleh individu #1 dan #6. Sementara individu yang berperan sebagai bridge (jembatan) adalah individu #6. Peran liaison (penghubung) dipegang oleh individu #8 dan #19. Peran neglectee, individu yang memilih namun tidak dipilih dipegang oleh individu #4, #5, #8,

(13)

#10, #11, #12, #13, #14, #16, #19, #20. Individu yang berperan sebagai kosmopolit adalah individu #2, #3, #4, #5, #6, #7, #8, #9, #10, #11, #12, #13, #14, #15, #16, #17, #18, #19, #20. Sementara dalam jaringan komunikasi kelompok tani pulo mulyo tidak ditemukan individu yang berperan sebagai isolate atau pemencil.

Peranan individu dalam proses adopsi program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) diidentifikasi melalui jaringan komunikasi yang terbentuk. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa innovator bukan selalu mereka yang mencetuskan sesuatu yang dianggap inovasi tersebut, namun bisa saja mereka yang memperkenalkan inovasi secara meluas. Early adopter atau pelopor awal mempunyai ciri berperan sebagai pemuka pendapat, orang yang mempunyai kedudukan dan dihormati dalam masyarakat. Tahapan arus komunikasi informasi yang terjadi adalah dari innovator kepada early adopter, lalu diteruskan kepada early majority kemudian late majority. Di dalam jaringan komunikasi kelompok tani Pulo Makmur yang menjadi innovator adalah individu A yang merupakan seorang penyuluh dari BPP Kebakkramat. Early adopter adalah individu #1, #6, #17. Early majority adalah individu #3, #4, #5, #7, #10, #14, #16, #19, #20. Late majority adalah indivdu #2, #8, #9, #11, #12, #13, #15, #18. Sementara innovator pada kelompok tani Pulo Mulyo adalah individu A yang merupakan seorang penyuluh dari BPP Kebakkramat Early adopter adalah actor #1, #6. Early majority adalah individu #2, #3, #7, #9, #15, #17, #18. Late majority adalah individu #4, #5, #8, #10, #11, #12, #13, #14, #16, #19, #20. Pada kedua kelompok tidak ditemukan individu yang berperan sebagai laggards.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa jaringan Komunikasi yang terbentuk pada kelompok tani Pulo Makmur dan Pulo Mulyo hanya membentuk sebuah klik besar yang berpusat pada beberapa individu saja. Kepadatan jaringan komunikasi pada kedua kelompok relatif sangat rendah sehingga mengakibatkan adanya pemusatan

(14)

informasi pada beberapa anggota kelompok saja. Relasi yang terjalin di antara anggota kelompok tani pada masing-masing kelompok cenderung satu arah sehingga hanya ada beberapa individu yang menjadi pusat informasi.

Saran

1. Tokoh sentral yang teridentifikasi dalam jaringan komunikasi dapat dijadikan katalis dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian berkelanjutan, dengan catatan pemerintah memberikan pembinaan dan pendampingan yang lebih efektif.

2. Pemerintah hendaknya tidak hanya aktif saat pengenalan atau awal pelaksanaan program saja, namun juga pasca atau setelah pelaksanaan program hendaknya melakukan pemantauan.

3. Anggota kelompok tani hendaknya berperan aktif dalam semua kegiatan kelompok guna menghidupkan dan memajukan kelompok tani itu sendiri, tidak hanya aktif ketika ada penyuluhan maupun bantuan dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Arys. Bappenas: Target Swasembada Pangan Tetap 2017. <http://industri.bisnis.com/read/20160304/99/525230/bappenas-target-swasembada-pangan-tetap-2017>, diakses 19 April 2016, pukul 21.00 WIB.

Cangara, Hafied. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori&Filsafat Komunikasi, cet ke-1. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. (2014). Analisis Jaringan Komunikasi: Strategi Baru dalam Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Prenamedia Group. Kurniawan, Hakim. Upaya Khusus (Upsus) Swasembada Pangan 2015-2017.

<http://biogen.litbang.pertanian.go.id/index.php/2015/02/upaya-khusus-upsus-swasembada-pangan-2015-2017/>, diakses 19 Maret 2016, pukul 09.10 WIB.

Mardikanto, Totok dan Sri Sutarni. (1982). Pengantar Penyuluhan Pertanian Dalam Teori dan Praktek. Surakarta: Haspara.

Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

(15)

Rogers, Everett. (1995). Diffusion of Innovations, third edition. New York: The Free Press of Macmillan Publishing Co.

Rogers, E.M. & D. Lawrence Kincaid. (1981). Communication Network Toward A New Paradigm For Research. London: The Free Press.

Salim, Agus. Pengantar Sosiologi Mikr. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Vito, De. (2003). Human Communication The Basic Course, edisi ke-9. Hunter College of City: University of New York.

Zaini, Zulkifli, dkk. (2015). Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Gambar

Gambar Sosiogram Kelompok Tani Pulo Makmur
Gambar Sosiogram Kelompok Tani Pulo Mulyo

Referensi

Dokumen terkait