STANDAR PROFESI EPIDEMIOLOG KESEHATAN
I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN
Masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku yang sehat, mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Upaya pemerintah perlu didukung dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat dengan berbagai strategi dan program kerjanya. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan yang professional. Agar visi, misi, strategi dan program pembangunan kesehatan dapat dilakukan secara optimal, maka diperlukan upaya-upaya dalam bidang kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard dan parameter yang berlaku. Untuk mewujudkan upaya-upaya yang bermutu tersebut, maka diperlukan berbagai profesi dalam bidang kesehatan antara lain Profesi Epidemiolog Kesehatan.
Profesi adalah pekerjaan yang didasarkan pada pendidikan dan atau keahlian tertentu sehingga yang bersangkutan dapat membiayai hidup dari pekerjaan tersebut. Keberadaan suatu profesi ditentukan oleh adanya batang tubuh ilmu, untuk dan dari mana diperlukan standar kompetensi, dan selanjutnya standar pendidikan, yang para lulusannya berwenang melaksanakan suatu kegiatan pelayanan yang standar dengan menggunakan kode etik. Sumber daya manusia yang menyandang profesi tersebut dapat tergabung dalam organisasi profesi yang berada baik pada tingkat nasional ataupun internasional. Disamping itu satu organisasi profesi dapat berdekatan atau serumpun dengan organisasi lain.
Sesuai dengan keberadaan profesi tersebut di atas, Perhimpunan Ahli Epidmeiologi Indonesia (PAEI) merupakan satu organisasi dari para Epidemiolog Kesehatan yang memang dapat diakui keberadaannya karena epidemiologi mempunyai batang tubuh ilmu, dari mana dapat dikembangkan standar kompetensi epidemiologi, selanjutnya standar pendidikan epidemiologi, sehingga para epidemiolog kesehatan mempunyai kewenangan untuk melakukan pelayanan epidemiologi sesuai dengan standar pelayanan kesehatan tertentu. Disamping itu, epidmeiologi mempunyai kode etik dan mempunyai jaringan internasional seperti
International Epidemiology Association (IEA), International Clinical Epidemiology (INCLEN) dan Field Epidemiology Training Program (FETP). Profesi yang serumpun dengan Epidemiolog Kesehatan adalah sanitarian, entomology, ahli gizi kesehatan masyarakat, dan lain lain yang rumpunnya adalah ilmu kesehatan masyarakat. Para ahli kesehatan masyarakat tergabung dalam satu organisasi yang disebut Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
IAKMI telah membentuk Majelis Kolegium Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pada tanggal 9-10 Mei 2008, Kolegium Ilmu Kesehatan Masyarakat itu mengadakan pertemuan di Jakarta, dimana dibentuk 8 (delapan) kolegium antara lain Kolegium Epidemiologi.
Epidemiologi mempunyai batang tubuh ilmu dan sekaligus
merupakan metodologi, untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan dalam rangka memperkuat dan memperluas batang tubuh ilmu tersebut. Epidemiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarai kejadian dan distribusi masalah, yang berkaitan dengan kesehatan beserta
determinant, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dan distribusi tersebut. Ilmu yang mempelajari kejadian dan
distribusi tersebut disebut epidemiologi deskriptif,
sedangkan ilmu yang mempelajari determinant itu disebut
Tujuan epidmeiologi adalah untuk:
1. Mendiagnosis masalah kesehatan
2. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit
3. Memberikan informasi dalam rangka meningkatkan
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian) pelayanan dan atau kesehatan
Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan dua strategi yaitu surveilans epidemiologi dan penelitian epidemiologi.
Surveilans epidemiologi meliputi kegiatan-kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematis atau rutin untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian) serta pelayanan/program kesehatan. Penelitian epidemiologi mempunyai kegiatan yang sama dengan surveilans epidemiologi tetapi kegiatan-kegiatan tersebut tidak dilakukan secara terus-menerus. Penelitian epidemiologi mempunyai tujuan tertentu, yang untuk mencapainya diperlukan disain penelitian yang dibuat oleh peneliti yang bersangkutan.
Epidemiolog Kesehatan adalah suatu profesi yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi yang mempunyai keahlian khusus epidmeiologi yang langsung dapat diterapkan dalam pelayanan kesehatan komprehensif yaitu pelayanan kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.
Dalam rangka mencapai tujuan dan melaksanakan strategi epidmeiologi tersebut di atas, maka perlu ditetapkan Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan yaitu suatu standar bagi profesi epidemiologi kesehatan dalam menjalankan profesinya untuk berperan serta aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan dan pelayanan kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam kegiatan epidemiologi internasional.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan menjadi acuan bagi para Epidemiolog Kesehatan dalam berperan serta aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam kegiatan epidemiologi internasional.
2. Tujuan Khusus
a. Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan merupakan
pedoman bagi Perguruan Tinggi untuk menghasilkan
Epidemiolog Kesehatan yang melaksanakan
pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan di bidang epidemiologi sesuai dengan peran, fungsi dan kompetensinya
b. Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan menjadi acuan
bagi Kolegium Epidemiologi untuk melakukan Ujian Kompetensi kepada Calon Epidemiolog Kesehatan dan merupakan salah satu acuan untuk peningkatan karir bagi Epidemiolog Kesehatan
C. Kewenangan Kolegium Epidemiologi
Masing-masing kolegium dalam Majelis Kolegium Kesehatan Masyarakat Indonesia antara lain Kolegium Epidemiologi berwenang untuk:
1. Mengembangkan dan menetapkan Kurikulum dan Program
Pendidikan.
2. Merencanakan dan melaksanakan ujian seleksi kepada
mereka yang ingin mendapatkan sertifikasi epidemiolog kesehatan
3. Melakukan akreditasi terhadap institusi yang
menyelenggarakan pendidikan profesi epidemiolog
4. Membentuk organisasi profesi, untuk kewenangan ini, sejak tahun 1989 telah berdiri Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI)
5. Memantapkan sebutan profesi: untuk kewenangan ini,
profesinya disebut Epidemiolog Kesehatan
6. Memilih dan menetapkan institusi yang menyelenggarakan
pendidikan profesi
7. Menetapkan lembaga sertifikasi profesi yang perlu bekerja
sama dengan BPSDM Depkes, Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP) dan Departemen Tenaga Kerja
8. Menetapkan sertifikat dosen epidemiologi
D. Program Pendidikan Terkait Epidemiologi
Program pendidian yang sudah ada di Indonesia dimana diberikan mata ajaran epidemiologi adalah:
1. Program Pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
yang bersifat generalias, yang memberikan mata ajaran epidemiologi yang ada pada banyak FKM dan STIKES
2. Program Pendidikan SKM dengan Peminatan Epidemiologi
yang ada pada beberapa FKM dan STIKES
3. Program Studi Sarjana Epidemiologi yang ada pada
sebagian FKM
4. Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan yang sedang
direncanakan berdirinya oleh Kolegium Epidemiologi
5. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM)
dengan Peminatan Epidemiologi Terapan untuk
Manajemen Pelayanan/Program
6. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM)
dengan Peminatan Field Epidemiology
7. Program Studi S-3 Kesehatan Masyarakat dengan
Peminatan Epidemiologi
8. Program Studi S-3 Epidemiologi dengan Peminatan
Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan dapat menerima calon mahasiswa dari Program Studi SKM yang bersifat Generalis, Program Studi SKM Peminatan Epidemiologi dan Program Studi Sarjana Epidemiologi.
Mereka yang lulus dari Program Profesi Epidemiolog Kesehatan dapat langsung meneruskan pendidikan untuk mendapatkan kualifikasi Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Terapan untuk Manajemen Pelayanan/Program dengan lama pendidikan setahun lagi. Untuk menghasilkan profesi Epidemiolog Kesehatan diperlukan pendidikan di perguruan tinggi, dimana dilakukan proses belajar-mengajar yang salah satu input terpentingnya adalah kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. II. KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.
Ada 2 pendekatan dalam menyusun kurikulum: yang pertama, Pendekatan Kurikulum berdasarkan Isi yang merupakan Kurikulum Nasional 1994 untuk Perguruan Tinggi; dan yang kedua adalah Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Komepetensi (KBK) yang muncul pada tahun 2000 sebagai tuntutan terhadap perguruan tinggi, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,
industri, profesi dan pengembangan ilmu (scientific mission)
untuk generasi masa depan.
Kurikulum yang diperlukan dalam Standar Profesi adalah
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam KBK
diintegrasikan kebudayaan dan empat pilar pendidikan UNESCO. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disusun berdasarkan tuntutan kompetensi lulusan yang dibutuhkan pofesi dalam situasi dan kondisi tertentu.
Dalam KBK diasumsikan bahwa kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai, jika kualitas intelektual dibangun dengan dukungan materi tertentu. Pendidikan merupakan eksperimen” yaitu pengalaman belajar dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
1. Menyatakan kompetensi secara jelas dari proses pembelajaran
bidang studinya
2. Proses pembelajaran member bekal kepada tercapainya
kompetensi dan berfokus pada mahasiswa
3. Lebih mengutamakan kesatuan penguasaan ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif secara utuh dan terpadu
4. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada
kemampuan untuk mendemonstrasikan kognitif,
psikomotorik dan afektif (evaluasi proses dan hasil) secara terpadu
KBK disusun berdasarkan Analisis Kebutuhan yang terdiri atas kebutuhan mahasiswa / calon mahasiswa, kebutuhan masyarakat profesi dan kebutuhan bidang ilmu. Sejalan dengan kebutuhan ini telah diusahakan pemadanan berbagai kepentingan, pada pengelompokan mata kuliah seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Usaha Pemadanan Berbagai Kepentingan Pada Pengelompokan Mata Kuliah
Persyaratan
Kerja Empat Pilar Pendidikan UNESCO Kurikulum Inti dan Institusional PT Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan: Analisis dan sintesis Menguasai
Learning To Know Mata Kuliah
Keilmuan dan
Ketrampilan (MKK) Mata Kuliah
IT/computing
Managing
ambiguity
Oral and written
communication
2-nd language
Learning To Do Keahlian Berkarya
(MKB)
Sikap:
Kepemimpinan
Teamwork
Can work cross
culturally
Learning To Be Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) Pengenalan Sifat Pekerjaan terkait: Terlatih dalam etika kerja Memahami makna globalisasi Fleksibel terhadap pilihan pekerjaan Learning To Live
Together Mata Berkehidupam Kualiah
Bermasyarakat (MBB)
Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) Pada Tabel 1 terlihat pemadanan persyaratan kerja dengan
Empat Pilar Pendidikan UNESCO dan dengan Kurikulum Inti
dan Institusional Perguruan Tinggi. Empat Pilar Pendidikan
UNESCO ialah Learning To Know, Learning To Do, Learning To
be dan Learning To Live Together. Kurikulm Inti dan Institusional di Perguruan Tinggi terdiri atas 5 (lima) Kelompok Mata Kualiah yaitu: Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku berkarya (MPB), Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Maisng-masing Kelompok Mata Kuliah ini, sampai sedemikian jauh, dapat dipadankan dengan Mata Kuliah Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Isi.
Untuk menyusun Kurikulum Perguruan Tinggi yang dikaitkan dengan elemen kompetensi dapat dilihat pada Tabel 2. Kurikulum Inti Berbasis pada Kompetensi Utama, sedangkan Kurikulum Institusional Berbasis pada Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya. Masing-masing kelompok Mata Kuliah berpadanan dengan elemen kompetensi.
Tabel 2. Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No.045/U/2002
Elemen Kompetensi
Kurikulum
Inti Kurikulum Institusional Kompetensi
Utama Kompetensi Pendukung Kompetensi Lainnya
Landasan Kepribadian Penguasaan Ilmu dan Ketrampilan Kemampuan Berkarya Sikap dan Perilaku dalam Berkarya Pemahaman kaidah Berke-hidupan Bermasyaraka t 40% - 80% 20% - 40% 0 % - 30%
Demikianlah MPK sepadan dengan Elemen Kompetensi Landasan Kepribadian, MKK sepadan dengan elemen kompetensi Penguasaan Ilmu dan Ketrampilan, MKB sepadan dengan elemen kompetensi Kemampuan Berkarya, MPB sepadan dengan elemen kompetensi Sikap dan Perilaku dalam Berkarya, dan MBB sepadan dengan elemen kompetensi Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat.
Kurikulum Inti berbasis pada Kompetensi Utama, sedangkan Kurikulum Institusional Berbasis pada Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya. Masing-masing Kelompok Mata Kuliah berpadanan dengan elemen kompetensi. Demikianlah MPK sepadan dengan Elemen Kompetensi Landasan Kepribadian, MKK sepadan dengan elemen kompetensi Penguasaam Ilmu dan Ketrampilan, MKB sepadan dengan elemen kompetensi Kemampuan Berkarya, MPB sepadan dengan elemen kompetensi Sikap dan Perilaku dalam Berkarya dan MBB sepadan dengan
elemen kompetensi Pemahaman Kaidah Berkehidupan
Bermasyarakat.
Kompetensi Utama merupakan sarana untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Kompetensi lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi penyelenggaraan program studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu kualitas hidup dan ditetapkan berdasarkan keadaan dan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi.
Proses Penyusunan KBK seharusnya dengan Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) dari perguruan tinggi,
khususnya program studi dan analisis hasil tracer study untuk
mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal terhadap
lulusan program studi tersebut. III. STANDAR PROFESI
Standar Profesi adalah batasan (pengetahuan, keterampilan dan afektif) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu, untuk dapat melakukan kegiatan dalam masyarakat secara mandiri, yang ditetapkan oleh organisasi profesi (UU No.29 Tahun 2004 pasal 50).
Standar profesi meliputi standar pelayanan, standar kompetensi, standar pendidikan/pelatihan dan Kode Etik. Standar pelayanan
meliputi Standar Operating Procedure (SOP) termasuk
pembinaan dan pemantauannya. Sedangkan standar pendidikan meliputi kurikulum termasuk pembinaan dan pemantauannya. A. Standar Pelayanan
Kebutuhan pasar atau market signal terhadap para lulusan
diasumsikan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan. Sehubungan dengan Standar Pelayanan Epidemiologi telah dihasilkan TUGAS POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN TENAGA JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOGI oleh Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI, dimana tertulis bahwa tenaga terampil dan tenaga ahli dari jabatan fungsional Epidemiolog Kesehatan dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan
2. Melakukan surveilans epidemiologi
3. Melakukan penyelidikan KLB atau wabah
4. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini
5. Melakukann pencegahan dan pemberantasan penyakit
6. Melakukan pemberdayaan masyarakat
Dalam satu pertemuan yang dilakukan oleh PAEI, atas dasar keilmuan epidemiologi, tugas pokok dan rincian kegiatan tenaga jabatan fungsional epidemiologi tersebut di atas, maka telah ditetapkan Profil Lulusan dari program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan yaitu mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan pemecahan masalah
2. Merencanakan, melaksanakan dan menilai sistem
3. Merencanakan dan melaksanakan kewaspadaan dini dan melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah
4. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai
program kesehatan termasuk program pemberantasan dan pencegahan penyakit
5. Merencanakan dan melaksanakan manajemen mutu/audit
6. Merencanakan, melaksanakan dan menilai pendidikan dan
pelatihan termasuk pemberdayaan masyarakat
7. Berperilaku sebagai Komunikator dan Advokator
8. Menguasai teknologi Informasi
Distribusi dari peran tersebut di atas menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional terlihat dalam table 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa Kompetensi Utama adalah 62,5% dan Kompetensi Pendukung adalah 37,55. Di provinsi atau regional tertentu mungkin diperlukan kompetensi lain, sehingga dapat merubah komposisi 62,5% dan 37,5% itu menjadi komposisi lain.
Dalam pendidikan profesi yang merupakan satu pengalaman,
para lulusannya langsung dapat memanfaatkan
kompetensinya untuk bekerja sesuai dengan profesinya. Dengan demikian lulusan dalam program pendidikan profesi Epidemiologi Kesehatan perlu memperoleh seluruh (5) Elemen Kompetensi yang bila diterjemahkan kedalam Kelompok Mata Kuliah menjadi: 1) MKK (Mata Kualiah Keilmuan dan Ketrampilan), 2) MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), 3) MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya), 4) MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) dan 5) MPK (Mata Kuliah Perkembangan Kepribadian). Seperti tersebut di atas, bahwa Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan (PS P EpKes) menerima calon mahasiswa dari program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi (PS SKM Pep) dan Program Studi Sarjana Epidemiologi (PS Sep) yang masing-masing disebut Program Studi Asal.
Tabel 3. Distribusi Peran Epidemiologi Kesehatan Menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum
Institusional
No
. Peran
Kurikulu
m Inti Institusional Kurikulum Kompeten si Utama Kompetensi Pendukun g Kompeten si Lain 1. Melakukan Identifikasi dan Pemecahan Masalah + - 2. Merencanaka n, melaksanaka n dan menilai sistem surveilans + - 3. Merencanaka n dan melaksanaka n Kewaspadaan Dini dan Penyelidikan KLB + _ 4. Merencanaka n, melaksanaka n, memantau dan menilai program kesehatan + - 5. Merencanaka n dan melaksanaka n manajemen + -
(audit) 6. Merencanaka n, melaksanaka n dan menilai pendidikan dan pelatihan termasuk pemberdayaa n masyarakat - + 7. Berperilaku sebagai Komunikator dan Advokator - + 8. Menguasai Teknologi Informasi - +
Tabel 4. Distribusi Peran Epidemiolog Kesehatan Menurut Program Studi dan Kelompok Mata Kuliah
No. Peran PS Program Studi Asal SKM G PS SKM P Ep PS S Ep EpKes PS P 1. Melakukan identifikasi dan pemecahan masalah MKK MKK MKB MKK MKB MPB MPB MBB 2. Merencanakan, melaksanakan dan menilai sistem surveilans - MKB MKB MPB MPB MBB 3. Merencanakan dan melaksanakan
kewaspadaan dini dan penyelidikan KLB
- MKB MKB
MPB MPB MBB
4. Merencanakan dan
manajemen (Audit) 5. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai program kesehatan - MKB MKB MPB MPB MBB 6. Merencanakan, melaksanakan dan menilai pendidikan dan pelatihan termasuk pemberdayaan masyarakat - MKB MKB MKB 7. Berperilaku sebagai Komunikator dan Advokator - MKB MKB MPB MPB MBB 8. Menguasai teknologi informasi - MKK MKB MKK MKB
Selama melaksanakan Pendidikan Profesi Epidemiolog Kesehatan, masing-masing Kelompok Mata Kuliah itu tidak seluruhnya diberikan karena sebagian Kelompok Mata Kuliah sudah diberikan pada Program Studi asal. Distribusi Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Program Studi dan kelompok Mata Kuliah dapat ditunjukkan pada Tabel 4.
B. Standar Kompetensi
Pada Tabel 3 telah dijelaskan Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional. Pada Tabel 4 dijelaskan Epidemiolog Kesehatan menurut Peran, Fungsi dan Kompetensi yang harus dimiliki oleh Epidemiolog Kesehatan. Masing-masing peran dari Lulusan Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan dijabarkan menjadi Fungsi, lalu Fungsi dijabarkan menjadi Kompetensi sebagai berikut: 1. Peran untuk mengidentifikasi dan Memecahkan
Dalam peran ini Epidemiolog Kesehatan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi 1 yaitu mengidentifikasi masalah kesehatan
khususnya penyakit. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melakukan analisis situasi masalah
2) Mampu mennentukan prioritas situasi masalah
b. Fungsi 2, yaitu memecahkan masalah kesehatan.
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menentukan penyebab masalah kesehatan
2) Mampu menentukan prioritas penyebab masalah
kesehatan
3) Mampu memberikan saran atau rekomendasi untuk
memecahkan masalah kesehatan
2. Peran sebagai Perencana, Pelaksana dan Penilai Sistem Surveilans Epidemiologi
Dalam lampiran ini Epidemiolog Kesehatan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi 1, yaitu mengidentifikasi gambaran epidemiologi
masalah kesehatan khususnya penyakit. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu mengidentifikasi adanya faktor musiman,
siklik, secular trend dan adanya KLB
2) Mampu mengidentifikasi kapan dan dimana frekuensi
masalah/penyakit tertinggi
3) Mampu mengidentifikasi kelompok orang dengan
b. Fungsi 2, yaitu mengidentifikasi kelompok penduduk berisiko tinggi terhadap kejadian penyakit atau kematian. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menggunakan metode deskriptif untuk
mengidentifikasi frekuensi faktor risiko tinggi dari suatu penyakit atau kematian
2) Mampu menggunakan metode analitik untuk
mengidentifikasi hubungan faktor dengan kejadian penyakit
3) Mampu menilai kualitas dan akurasi data dalam studi
yang menggunakan metode deskriptif dalam mengidentifikasi hubungan faktor dan penyakit
c. Fungsi 3, yaitu mengetahui cakupan pelayanan/program
kesehatan. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menentukan cakupan pelayanan pengobatan
Puskesmas atau Rumah Sakit menurut beberapa karakteristik pengunjung
2) Mampu menentukan cakupann beberapa program
kesehatan melalui Puskesmas dan atau Dinas Kesehatan
d. Fungsi 4, yaitu memantau kecenderungan penyakit
dalam rangka perencanaan penanggulangan penyakit itu dalam jangka panjang. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melakukan analisis data untuk menentukan
kecenderungan penyakit
2) Mampu menggunakan informasi tentang
kecenderungan penyakit dan informasi lain untuk
perencanaan penanggulangan penyakit yang
e. Fungsi 5, yaitu menilai sistem surveilans dari suatu program pemberantasan penyakit. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menggunakan beberapa indicator atau unsure
untuk menilai sistem surveilans
2) Mampu menilai kualitas dan akurasi data dari
surveilans yang bersangkutan
3) Mampu merekomendasikan perbaikan sistem
surveilans yang bersangkutan
3. Peran sebagai Perencana dan Pelaksana Kewaspadaan Dini dan Penyeldikan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah
a. Fungsi 1, yaitu merencanakan dan melaksanakan
kewaspadaan dini. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melakukan analisis data sekunder dalam
rangka kewaspadaan dini terhadap kemungkinan kejadian KLB
2) Mampu melakukan analisis data sekudender dalam
rangka mengetahui keadaan yang memungkinkan terjadinya keracunan bahan berbahaya luar biasa (KLB) atau wabah
3) Mampu menganalisis data lingkungan dalam rangka
mengetahui pencemaran lingkungan
4) Mampu menganalisis data mikroba dan kontaminasi
lainnya dalam rangka mengetahui penurunan hygiene sanitasi yang dapat menimbulkan KLB
b. Fungsi 2, yaitu mempersiapkan penyelidikan lapangan.
1) Mampu memantapkan informasi untuk penyelidikan KLB
2) Mampu membuat rencana kerja penyelidikan KLB
3) Mampu berkomunikasi dengan Pejabat dan
masyarakat setempat dalam rangka penyelidikan KLB
c. Fungsi 3, yaitu memastikan diagnosis penyakit dan
penetapan KLB
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melaksanakan diagnosis penyakit atau
merujuk untuk diagnosis penyakit
2) Mampu menentukan adanya KLB
d. Fungsi 4, yaitu mendeskripsikan KLB. Kompetensi yang
harus dimiliki:
1) Mampu mendeskripsikan kasus menurut waktu
sehingga diketahui jenis kurve epidemic
2) Mampu mendeskripsikan kasus menurut tempat
sehingga diketahui dimana KLB atau dari mana sumber KLB
3) Mampu mendeskripsikan kasus berdasarkan orang
sehingga diketahui pada kelompok orang yang mana terjadi KLB
e. Fungsi 5, yaitu merumuskan penanggulangan sementara
KLB. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menentukan sumber dan cara penularan
penyakit dalam waktu sementara
2) Mampu menentukan penyebab penyakit sementara
3) Mampu merumuskan penanggulangan sementara
f. Fungsi 6, yaitu mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu merumuskan dan menguji hipotesis sumber
penularan
2) Mampu merumuskan dan menguji hipotesis keadaan
penyebab KLB
g. Fungsi 7, yaitu melakukan pengkajian sistem yang
relevan dengan keajian KLB. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu mengkaji sistem surveilans dari penyakit yang
bersangkutan yang ada kaitannya dengan kejadian KLB
2) Mampu menilai program yang ada kaitannya dengan
kejadian KLB
h. Fungsi 8, yaitu menyusun rekomendasi untuk
penanggulangan KLB.
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu memberikan rekomendasi dalam rangka
menghilangkan sumber penularan
2) Mampu memberikan rekomendasi dalam rangka
memutus rantai penularan
3) Mampu memberikan rekomendasi dalam rangka
4. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai program kesehatan termasuk program penanggulangan penyakit.
a. Fungsi 1, yaitu melakukan pemantauan dan penilaian
terhadap kegiatan dan dampak program-program kesehatan. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menggunakan pendekatan sistem untuk
menentukan hubungan masalah-masalah yang
terdapat dalam input, process, output, efek dan
outcome
2) Mampu memantau kelemahan dalam manajemen
kegiatan dan sumber daya
3) Mampu menilai dampak program terhadap status
kesehatan
b. Fungsi 2, yaitu melakukan pemeriksaan kelompok risiko
tinggi. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melakukan pemeriksaan penyakit khusus
2) Mampu memberikan pelayanan konsultasi
3) Mampu menilai pemeriksaan
c. Fungsi 3, yaitu melakukan persiapan pelaksanaan
kegiatan.
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menyusun kerangka acuan
2) Mampu menyiapkan rancangan tahunan dan bulanan
3) Mampu menyusun petunjuk teknis/petunjuk
pelaksanaan
4) Mampu menyusun standar
5. Peranan dalam audit manajemen
a. Fungsi 1, yaitu melakukan audit manajemen pelayanan.
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melakukan audit manajemen preventif
2) Mampu melakukan audit manajemen kuratif
3) Mampu melakukan audit manajemen rehabilitatif
4) Mampu melakukan audit manajemen promotif
b. Fungsi 2, yaitu melakukan audit manajemen kasus.
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu melakukan audit diagnosis
2) Mampu melakukan audit pengobatan
3) Mampu melakukan audit pencegahan penularan
4) Mampu melakukan audit menghindari kecacatan dan
kematian
6. Peran sebagai pengajar, pelatih dan pemberdayaan masyarakat
a. Fungsi 1, yaitu mengiventarisasi pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat tentang surveilans. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menyusun instrument pengumpulan data
tentang pengetahuan, sikap dan perilaku tentang surveilans
2) Mampu mengumpulkan data tentang
pengetahuan,sikap dan perilaku tentang surveilans
b. Fungsi2, yaitu menentukan pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat tentang surveilans yang perlu diintervensi. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu memahamai pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat yang mungkin berguna supaya
berparisipasi dalam surveilans
2) Mampu menentukan alternatif bentuk intervensi
supaya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dapat diarahkan supaya berpartisipasi dalam surveilans
c. Fungsi 3, yaitu merencanakan bentuk intervensi
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang dapat diarahkan supaya berpartisipasi dalam surveilans. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu memilih bentuk intervensi yang tepat
2) Mampu merancang bentuk intervensi yang adekuat
d. Fungsi 4, yaitu melaksanakan intervensi terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang tidak atau kurang sesuai dengan kaidah surveilans. Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu memahami tatalaksana intervensi sikap dan
perilaku
2) Mampu menggali sumber daya dalam masyarakat
3) Mampu mengembangkan jejaring kemitraan untuk
pemecahan masalah-masalah pelaksanaan surveilans
4) Mampu menggerakkan sumber daya
5) Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah
e. Fungsi 5, yaitu mengevaluasi hasil intervensi.
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mampu menentukan criteria keberhasilan intervensi
7. Peranan sebagai Advokator dan Komunikator
a. Fungsi 1, yaitu mempersiapkan materi yang merupakan
data menjadi informasi dan informasi menjadi bukti yang dapat diterima oleh pengambil keputusan di tingkat Kabpaten (Bupati, DPRD dan Lintas Sektor). Kompetensi yang harus dimiliki adalah mampu
membuat presentasi argumentasi yang credible,
relevant, urgent dan prioritas tinggi
b. Fungsi 2, yaitu melakukan komunikasi kepada
kelompok-kelompok yang terkait dengan pengambil keputusan di tingkat Kabupaten/Kota. Kompetensi yang
harus dimiliki adalah mampu melakukan lobbying
sehingga pengambil keputusan tertarik kepada
presentasi tersebut di atas.
C. Standar Pendidikan Profesi
Pada Tabel 4 terlihat Distribusi Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Program Studi dan Kelompok Mata Kuliah. Program Studi dikategorikan menjadi Program Studi Asal dan Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan (PS P EpKes) yang akan didirikan. Program Studi Asal dikategorikan menjadi Program Studi SKM Generalias (PS SKM G), Program Studi SKM Peminatan Epidemiologi (PS SKM PEp) dan Program Studi Sarjana Epidemiologi (PS SEp). Kelompok Mata Kuliah dikategorikan menjadi MPK (Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan
Keterampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) dan MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bersama).
Program Studi yang merupakan Sistem Pendidikan akan menghasilkan Lulusan berkualitas baik tergantung pada Proses Belajar-Mengajar yang mutunya ditentukan oleh:
1. Input Mahasiswa
2. Software Input
3. Hardware Input, dan
4. External Input
1. Input Mahasiswa
Diperkirakan bahwa PS Pep akan menerima mahasiswa dari lulusan 3 Program Studi (PS) yaitu:
a. Program Studi SKM yang bersifat generalis (PS SKM G)
Mahasiswa dari program studi ini sudah mendapatkan mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKK. Dalam PS Pep, mahasiswa dari PS SKM G ini harus mendapat beberapa mata kuliah epidemiologi yang ada dalam MKK, termasuk Teknologi Informasi. Beberapa mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKB yang dapat diberikan di ruang kuliah dan laboratorium yang memakan waktu selama 1 semester yaitu di semester 1. Kemudian para mahasiswa mendapat beberapa mata kuliah baik yang sepadan dengan kompetensi utama ataupun kompetensi pendukung yang termasuk dalam MKB dan MBB yang dilaksanakan di lapangan yang mungkin di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten atau di wilayah Puskesmas Kecamatan selama 1 semester di Semester II. Untuk kegiatan pada Semester II, para mahasiswa bergabung dengan mahasiswa yang berasal dari PS SKM Pep atau P SEp.
b. Program Studi SKM Peminatan Epidemiologi (PS SKM
Pep)
Mahasiswa dari program studi ini ,masuk ke PS Pep dalam Semester II. Jumlah mahasiswa yang diterima minimal 8 orang dan maksimal 15 orang. Dalam bulan
pertama, para mahasiswa secara berkelompok merencanakan dan melakukan identifikasi masalah di suatu wilayah Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota, menentukan prioritas masalah, lalu merumuskam program intervensi untuk memecahkan masalah. Kemudian masing-masing mahasiswa melaksanakan satu program intervensi, untuk mana ia melakukan perannya sebagi ahli surveilans, pemantau dan penilai program, penyelidik KLB/Wabah, penilai manajemen mutu, pelatih untuk memberdayakan masyarakat, dan sebagai komunikator dan advokator. Semua peranan ini dilaksanakan melalui mata kuliah yang termasuk dalam MPB dan MBB. Dalam bulan kedua masing-masing mahasiswa merencanakan dan melaksanakan seluruh perannya itu untuk program intervensi yang menjadi tanggung-jawabnya. Pada bulan ketiga masing-masing mahasiswa dalam satu seminar melaporkan hasil dari
pelaksanaan perannya, dimana ia memberikan
rekomendasi untuk perbaikan program. Pada bulan keempat dan kelima masing-masing mahasiswa mencoba memperbaiki pelaksanaan program yang bersangkutan sesuai dengan saran dan rekomendasinya. Pada bulan keenam dalam satu seminar, masing-masing
mahasiswa melaporkan program yang telah
dilakukannya dan memberikan saran atau rekomendasi terakhir.
c. Program Studi Epidemiologi (PS Ep)
Mahasiswa dari PS Ep ini mungkin lebih banyak mendapat mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKK dan MKB daripada mahaiswa dari PS SKM Pep. Tetapi sulit dapat dimengerti apakah mahasiswa dari PS Ep ini telah melaksanakan Proses Belajar Mengajar seperti butir b. Namun masalah ini akan diselesaikan dengan pendekatan saling pengertian untuk kepentingan bersama.
2. Software Input
Yang termasuk software input adalah Kurikulum, dosen, perpustakaan, teknologi informasi dan lain-lain. Kurikulum telah dibicarakan seperti tersebut di atas. Dosen seharusnya terdiri atas mereka yang menguasai MKK dan MKB yang berasal dari perguruan tinggi dan mereka yang menguasai MPB dan MBB baik yang berasal dari perguruan tinggi ataupun praktisi dari Departemen Kesehatan dan instansi lainnya. Perpustakaan betul-betul harus dilengkapi sesempurna mungkin karena dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mahasiswa harus sangat aktif dan karena keterbatasan waktu, para mahasiswa jangan dibiarkan mencari kepustakaan keluar dari kampus atau daerah Binaan. Demikian pula teknologi informasi perlu pula dilengkapi.
3. Hardware Input
Yang termasuk hardware input adalah gedung kelas, laboratorium, kantor dan lain-lain yang dipunyai perguruan tinggi atau instansi tertentu dimana dilakukan proses belajar-mengajar untuk mata kuliah termasuk MKK dan MKB. Disamping itu diperlukan daerah Binaan setingkat wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana para mahasiswa dan dosen dapat melakukan proses belajar-mengajar untuk mata kuliah yang termasuk MPB dan MBB.
4. External Input
Bantuan untuk sistem pendidikan di perguruan tinggi yang menghasilkan profesi Epidemiolog Kesehatan dapat berasal dari dalam negeri seperti: Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional dan lainnya. Juga dapat berasal dari luar negeri seperti WHO, Perguruan Tinggi dan Donor Agency. Bantuan dapat berupa software ataupun hardware.
5. Prose belajar Mengajar
Kebaikan mutu dari proses belajar-mengajar tergantung pada adanya dan mutu dari input-input tersebut di atas. Baik dosen ataupun mahasiswa serta mereka yang bertanggung jawab dalam manajemen pendidikan perlu mengikuti aturan-aturan pendidikan yang telah ditetapkan dan selalu memikirkan dan merencanakan serta melaksanakan segala sesuatu untuk kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan profesi Epidemiolog Kesehatan. Dalam setiap kegiatan mahasiswa untuk proses belajar-mengajar, dosen perlu terlibat mengajar di kelas,
membimbing di laboratorium dan mendampingi
mahasiswa dalam proses kerja lapangan.
Pihak manajemen pendidikan harus dapat berinisiatif, merencanakan dan melaksanakan kerja sama dengan pemerintah dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sedemikian rupa sehingga saling menguntungkan kedua belah pihak. Manajemen pendidikan di satu pihak mendapat pengalaman proses belajar-mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dosen sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. Di pihak lain
Pemerintah Daerah termasuk Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mendapat pengalaman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan komprehensif di wilayahnya. Interaksi antar mahasiswa, antara mahasiswa dan dosen dengan pimpinan serta staf dan pegawai dari pemerintah dan dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dibina sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan.
Walaupun dalam kerja lapangan masing-masing mahasiswa merencanakan dan melaksanakan seluruh peran untuk satu program kesehatan secara intensif, melalui pelajaran di kelas, praktek di laboratorium, seminar di kelas dan di dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka para mahasiswa akan mendapat pengalaman untuk semua program kesehatan yang dikerjakan oleh angkatan atau kelasnya, sehingga mereka mendapat pengalaman yang bermanfaat
untuk melaksanakan tugasnya sebagai epidemiolog yang dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah untuk program apa saja.
6. Output Lulusan
Output lulusan tergantung pada input dan proses belajar-mengajar. Indicator mutu dari lulusan adalah:
1) Nilai dari mata kuliah yang termasuk dalam MKK dan
MPK
2) Hasil karya dari pelaksanaan peran dalam kerja
lapangan yang termasuk dalam MPB dan MBB yang diwujudkan dalam bentuk makalah yang berisi laporan ilmiah yang bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bersangkutan, institusi
pendidikan, PAEI dan lainnya dalam rangka
pembangunan kesehatan
D. KODE ETIK PROFESI EPIDEMIOLOG KESEHATAN Bahwa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang bertujuan mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diperlukan peran serta dan pengabdian diri dari segenap warga Negara Indonesia.
Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan pembangunan di berbagai bidang dalam rangka mencapai kehidupan yang sehat dalam arti terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu ada penyatuan, pembinaan dan pengembangan profesi serta pengamalan ilmu pengetahuan epidemiologi yang dilandasi oleh semangat dan moralitas yang bertanggung jawab dan berkeadilan.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan keinginan luhur, berdasar ilmu, keterampilan dan sikap yang
dimiliki untuk mencapai tujuan profesi tersebut di atas, maka Organisasi Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyusun dan menetapkan Kode Etik Profesi Epidemiolog Kesehatan sebagai landasan semangat, moralitas dan tanggung jawab yang berkeadilan dan merupakan
kewajiban baik bagi individu, teman seprofesi,
klien/masyarakat, maupun kewajiban yang sifatnya umum sebagai insane profesi dalam melaksanakan peran pengabdiannya sebagai berikut:
1. Kewajiban Umum
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menjunjung
tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi
epidemiologi kesehatan dengan sebaik-baiknya
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi
c. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi
epidemiologi, seorang Epidemiolog Kesehatan tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghindarkan
diri dari perbuatan yang memuji diri sendiri
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan senantiasa berhati-hati
dalam menerapkan setiap penemuan atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang menimbulkan keresahan masyarakat profesi atau ilmuwan
f. Seorang Epidemiolog Kesehatan memberi saran atau
rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif
g. Seorang Epidemiolog kesehatan dalam menjalankan
profesinya harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia
h. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus bersifat jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau yang
melakukan penipuan atau kebohongan dalam
menangani masalah klien atau masyarakat
i. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghormati
hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat
j. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang
Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kelimuan epidemiologi secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya
k. Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam bekerja sama
dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati 2. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan Terhadap
Klien/Masyarakat
a. Seorang Epidemiolog kesehatan bersikap tulus, ikhlas
dan mempergunakan segala ilmua dan kompetensinya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu penelitian atau penyelidikan dalam rangka penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerja sama dan merujuk pekerjaan tersebut kepada Epidemiolog Kesehatan lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab
c. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melakukan
penyelesaian masalah secara tuntas dan keseluruhan dengan menggunakan ilmu dan metode epidemiologi serta ilmu lainnya yang relevan
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib memberikan
informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan berhak mendapatkan
perlindungan atas praktek pemberian pelayanan
3. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Teman Seprofesi
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan memperlakukan teman
seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan tidak boleh saling
mengambil alih pekerjaan dan teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang ada 4. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Diri
Sendiri
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan
dan mempraktekkan hidup bersih dan sehat, beriman menurut kepercayaan dan agamanya supaya dapat bekerja dengan baik
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang berkaitan dan atau penggunaan ilmu, metodologi dankompetensi epidemiologi
IV. PENUTUP
Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam melaksanakan hak dan kewajibannya senantiasa dilandasi oleh kode etik dan selalu menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengabdiannya berpedoman pada Standar Kompetensi dan senantiasa terus dilengkapi dengan perangkat-perangkat keprofesian yang lain.
Kantor Pusat
Jalan Percetakan Negara No. 29 Johar Baru Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Indonesia 10560
Telp./Fax. : +6221 4247608
Email : [email protected] Website : www.paei.or.id