Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 13 No 3 2017
14 Jurnal Review
AGROPASTURA DAN PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL UNTUK
KEBERLANJUTAN PERTANIAN DI ASAHAN
Amar Ma’ruf
Program Studi Agroteknologi, Universitas Asahan
ABSTRAK
Berdasarkan potensi sumberdaya, agropastura adalah sistem pertanaman yang tepat dilaksanakan di Asahan. Dengan sistem tersebut, semua sumberdaya saling terhubung kemanfaatannya sehingga produksi optimal, lingkungan lestari, serta meningkatkan keberlanjutan ekonomi dan sosial. Seperti dengan adanya sistem kebun plasma milik rakyat yang pengelolaannya dibantu perusahaan (sebagai kebun inti). Hamparan rumput yang luas juga banyak dimanfaatkan warga untuk pakan ternak. Keuntungannya, gulma di lahan menjadi berkurang, kotoran ternak juga mampu memperbaiki kesuburan tanah. Dalam hal ini, sistem agropastura terjadi. Pola seperti ini sayangnya tidak terjadi sistematis di lahan-lahan sawit. Biasanya perusahaan maupun plasma lebih memilih fokus pada 1 komoditas, yakni kelapa sawit atau karetnya, ketimbang bersamaan mengurusi ternak. Tiap daerah tentu memiliki kearifan lokal dengan kemanfaatan-kemanfaatan yang bisa jadi lebih baik ketimbang sistem pertanian modern. Meskipun Asahan sejak awal abad 20 telah lekat dengan perkebunan, yang merupakan sistem pertanian modern, tetap ada kearifan lokal yang sampai sekarang dijumpai. Bahkan ada yang telah mendunia. Salah satu yang terkenal di Asahan adalah Bondang. Bondang adalah istilah dalam bahasa Melayu untuk menyebut lahan. bondang berasal dari Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman. Aktivitas bondang baik pada saat buka maupun tutup secara umum dapat dilihat dalam beberapa tahapan proses, yakni: potong ayam; nasihat dari tokoh adat tentang arti penting bondang, zikir dan do’a, dialog dengan kekuatan gaib, tepung tawar bibit. Hanya saja, tentu menyesuaikan dalam berbagi sudut pandang. Termasuk sudut pandang agama yang tidak membolehkan untuk mempersembahkan sesaji dengan alasan apa pun, seperti memotong persembahan ayam dalam tradisi bondang.(Anonim, 1993)
Potensi Sumberdaya
Sistem pertanaman yang disajikan berdasarkan kondisi sumberdaya di Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Asahan berada di sepanjang pantai timur Sumatera Utara.
Tanaman perkebunan
Mayoritas ditumbuhi tanaman karet dan kelapa sawit. Sumberdaya tersebut memacu pertumbuhan perkebunan rakyat sebagai plasma dari perusahaan perkebunan (perkebunan inti) sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar perkebunan. Data terakhirmenunjukkan luas kelapa sawit milik perkebunan rakyat yang telah digunakan924.520 Ha. Terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Sementara untuk komoditas karet lahan perkebunan rakyat seluas 6.718 Ha. (Anonim, 2013). Lahan karet milik perkebunan rakyat tidak terlalu luas disebabkan semenjak 2 dekade terakhir, mayoritas telah mengalami pergantian tanaman dari karet menjadi kelapa sawit.
15 Tanaman Pangan
Di beberapa kecamatan juga menjadi sentra tanaman pangan antara lainpadi, jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Seperti diKecamatan Rawang Panca Arga, Meranti, dan skitarnya. Data terakhir, pada tahun 2013 menunjukkan luas panen dan produksi beberapa komoditas tanaman pangan di Asahan. Tanaman padi 18.718 Ha dengan produksi 103.881 ton gabah kering giling. Luas panen tanaman jagung 2.382 Ha dengan produksi 9.047 ton. Tanaman kedelai, luas penennya 11 Ha dengan produksi 9 ton. Kacang tanah luas panennya 130 Ha dengan produksi 146 ton. Tanaman kacang hijau memiliki luas panen 117 Ha dengan produksi 128 ton. Sedangkan untuk umbi-umbian, tanaman ubi kayu memliki luas panen 724 Ha dengan produksi 20.082 ton. Serta tanaman ubi jalar luas panennya 103 Ha dengan produksi 931 ton. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2014)
Peternakan dan Perikanan
Komoditas peternakan di Asahan relatif sama dengan daerah lainnya seperti sapi, kambing, dan unggas. Sementara komoditas perairan, Asahan cukup kaya. Sebab, Asahan berada di sepanjang pantai timur Sumatera Utara yang bersentuhan dengan Selat Malaka. Komoditas unik di Asahan adalah kerang berukuran lumayan besar, berbeda dengan jenis kerang putih seperti banyak dijumpai di daerah lainnya. Karena potensi tersebut, maka Kisaran selaku ibukota Kabupaten Asahan dijuluki sebagai Kota Kerang.
Jenis tanah yang dominan di Kabupaten Asahan adalah Aluvial, dibagi lagi dalam 4 kategori, yakni aluvial, lempunghumus, regusol, dan podsolik merah kuning. Terdapat 21 sungai yang kesemuanya mengalir ke pantai timur, dibagi dalam 3 daerah aliran sungan (DAS) yaitu DAS Asahan, DAS Silau, dan DAS Bunut. Kondisi wilayah relatif datar. Data curah hujan, sejak 1976 – 1991 rata-rata curah hujan bulanan 161,14 mm. Berdasarkan klasifikasi Iklim Smith Ferguson masuk kategori tipe iklim B (Basah). Sedangkan menurut klasifikasi Iklim Oldeman, Kabupaten Asahan termasuk tipe iklim E1 dengan bulan basah >200 mm yaitu pada bulan September, Oktober, dan Nopember dengan bulan kering <100 mm hanya dijumpai pada bulan Februari. Kebutuhan air di Asahan termasuk tercukupi sepanjang tahun, meskipun musim kemarau tetap ada hari hujan tiap bulan. Selain itu, juga didukung instalasi irigasi memadai. Terdapat 15 daerah irigasi (DI), terluas di Kecamatan Rawang Panca Arga (3.257 Ha sawah) dan Kecamatan Meranti (2.307 Ha sawah). (Anonim, 2011)
Sistem Pertanaman
Berdasarkan potensi sumberdaya yang telah dijabarkan, maka agropastura adalah sistem pertanaman yang tepat dilaksanakan di Asahan. Dengan sistem tersebut, semua sumberdaya saling terhubung kemanfaatannya sehingga produksi optimal, lingkungan lestari, serta meningkatkan keberlanjutan ekonomi dan sosial.
Fakultas Pertanian Universitas Asahan, ISSN 0216-7689 16
Agropastura
Tanaman Perkebunan Perikanan dan Peternakan Lingkungan dan SDM Memadai Tanaman Pangan Produksi Tinggi Lingkungan Lestari Keberlanjutan Ekonomi dan SosialGambar 1. Diagram Sistem Agropastura di Kabupaten Asahan
Agropastura merupakan kombinasi antara komponen pertanian dengan komponen peternakan. Berbeda dengan agrosilvopastura dan silvopastura, agropastura tidak termasuk dalam agroforestri. Material-material yang dibangun bisa saling terintegrasi bagi kepentingan budidaya tanaman tahunan, pangan, perikanan, serta peternakan. Misalnya, instalasi irigasi.
Instalasi irigasi dibangun dengan sistem yang baik. Dari saluran primer hingga tersier yang langsung berhubungan dengan lahan sawah.
di Kecamatan Rawang Panca Arga mengairi 3.257 Ha lahan sawah. Selain untuk sawah, masyarakat juga memanfaatkannya
ikan yang dipilih adalah ikan mas. Asalkan tidak tercemari limbah, saluran irigasi tepat untuk budidaya ikan mas. Ikan mas mengehendaki kondisi air yang memiliki kadar oksigen terlarut cukup tinggi sekitar 6-8 ppm. Air yang megalir mampu memberikan kadar oks
tersebut.
Gambar 3. Pemanfaatan
Budaya perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet agaknya sudah lekat bagi masyarakat Asahan. Di Asahan
tahun 1911 dirintis di Pantai Timur Sumatera, tepatnya di Pulo Raja Kabupaten Asahan. Hamparan perkebunan yang luas milik beberapa perusahaan swasta serta
Perkebunan Nusantara, banyak menyumbang kebutuhan ekonomi sebagian besar masyarakat Asahan. Seperti dengan adanya sistem kebun plasma milik rakyat yang pengelolaannya dibantu perusahaan (sebagai kebun inti). Hamparan rumput yang luas juga banyak dimanfaatkan warga untuk pakan ternak. Keuntungannya, gulma di lahan menjadi berkurang, kotoran ternak juga mampu memperbaiki kesuburan tanah. Dalam hal ini, sistem agropastura terjadi. Pola
sayangnya tidak terjadi sistematis di lahan
lebih memilih fokus pada 1 komoditas, yakni kelapa sawit atau karetnya, ketimbang bersamaan mengurusi ternak.
Kearifan Lokal dalam Sistem Pertanian
Tiap daerah tentu memiliki kearifan lokal dengan kemanfaatan jadi lebih baik ketimbang sistem pertanian modern.
lekat dengan perkebunan, yang merupakan sistem pertanian modern, tetap ada kearifan yang sampai sekarang dijumpai. Bahkan ada yang telah mendunia.
Asahan adalah Bondang.
Bondang adalah istilah dalam bahasa Melayu untuk menyebut lahan.
dari Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman.
tutup secara umum dapat dilihat dalam beberapa tahapan proses, y dari tokoh adat tentang arti penting
tepung tawar bibit. Kegiatan ini biasa
17
Instalasi irigasi dibangun dengan sistem yang baik. Dari saluran primer hingga tersier berhubungan dengan lahan sawah. Instalasi irigasi pada gambar 2
di Kecamatan Rawang Panca Arga mengairi 3.257 Ha lahan sawah. Selain untuk sawah, uga memanfaatkannya untuk aktivitas pertanian lainnya, yakni budidaya ikan
adalah ikan mas. Asalkan tidak tercemari limbah, saluran irigasi tepat untuk budidaya ikan mas. Ikan mas mengehendaki kondisi air yang memiliki kadar oksigen terlarut
8 ppm. Air yang megalir mampu memberikan kadar oks
. Pemanfaatan Saluran Irigasi Untuk Budidaya Ikan Air Tawar Kecamatan Kisaran Barat
Budaya perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet agaknya sudah lekat bagi masyarakat Asahan. Di Asahan-lah perkebunan kelapa sawit Indonesia pertama didirikan. Pada tahun 1911 dirintis di Pantai Timur Sumatera, tepatnya di Pulo Raja Kabupaten Asahan.
mparan perkebunan yang luas milik beberapa perusahaan swasta serta
, banyak menyumbang kebutuhan ekonomi sebagian besar masyarakat Asahan. Seperti dengan adanya sistem kebun plasma milik rakyat yang pengelolaannya dibantu haan (sebagai kebun inti). Hamparan rumput yang luas juga banyak dimanfaatkan warga untuk pakan ternak. Keuntungannya, gulma di lahan menjadi berkurang, kotoran ternak juga mampu memperbaiki kesuburan tanah. Dalam hal ini, sistem agropastura terjadi. Pola
sayangnya tidak terjadi sistematis di lahan-lahan sawit. Biasanya perusahaan maupun plasma lebih memilih fokus pada 1 komoditas, yakni kelapa sawit atau karetnya, ketimbang bersamaan
dalam Sistem Pertanian
p daerah tentu memiliki kearifan lokal dengan kemanfaatan-kemanfaatan yang bisa jadi lebih baik ketimbang sistem pertanian modern. Meskipun Asahan sejak
dengan perkebunan, yang merupakan sistem pertanian modern, tetap ada kearifan yang sampai sekarang dijumpai. Bahkan ada yang telah mendunia. Salah sa
ah istilah dalam bahasa Melayu untuk menyebut lahan.
dari Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman. Aktivitas bondang baik pada saat buka maupun tutup secara umum dapat dilihat dalam beberapa tahapan proses, yakni: potong ayam; nasi dari tokoh adat tentang arti penting bondang, zikir dan do’a, dialog dengan kekuatan gaib, tepung tawar bibit. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan menyembelih ayam yang dibawa oleh
Instalasi irigasi dibangun dengan sistem yang baik. Dari saluran primer hingga tersier Instalasi irigasi pada gambar 2 yang terletak di Kecamatan Rawang Panca Arga mengairi 3.257 Ha lahan sawah. Selain untuk sawah, untuk aktivitas pertanian lainnya, yakni budidaya ikan. Jenis adalah ikan mas. Asalkan tidak tercemari limbah, saluran irigasi tepat untuk budidaya ikan mas. Ikan mas mengehendaki kondisi air yang memiliki kadar oksigen terlarut 8 ppm. Air yang megalir mampu memberikan kadar oksigen terlarut
awar di DAS Bunut
Budaya perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet agaknya sudah lekat bagi lah perkebunan kelapa sawit Indonesia pertama didirikan. Pada tahun 1911 dirintis di Pantai Timur Sumatera, tepatnya di Pulo Raja Kabupaten Asahan. mparan perkebunan yang luas milik beberapa perusahaan swasta serta BUMN PT , banyak menyumbang kebutuhan ekonomi sebagian besar masyarakat Asahan. Seperti dengan adanya sistem kebun plasma milik rakyat yang pengelolaannya dibantu haan (sebagai kebun inti). Hamparan rumput yang luas juga banyak dimanfaatkan warga untuk pakan ternak. Keuntungannya, gulma di lahan menjadi berkurang, kotoran ternak juga mampu memperbaiki kesuburan tanah. Dalam hal ini, sistem agropastura terjadi. Pola seperti ini lahan sawit. Biasanya perusahaan maupun plasma lebih memilih fokus pada 1 komoditas, yakni kelapa sawit atau karetnya, ketimbang bersamaan
kemanfaatan yang bisa Meskipun Asahan sejak awal abad 20 telah dengan perkebunan, yang merupakan sistem pertanian modern, tetap ada kearifan lokal atu yang terkenal di ah istilah dalam bahasa Melayu untuk menyebut lahan. bondang berasal baik pada saat buka maupun akni: potong ayam; nasihat , zikir dan do’a, dialog dengan kekuatan gaib, ayam yang dibawa oleh
Fakultas Pertanian Universitas Asahan, ISSN 0216-7689
18
warga desa di tempat tertentu. Darah sembelihan, tulang belulang sisa makanan serta kotoran hewan sembelihan diletakkan di tempat yang telah ditetapkan sebagai persembahan. Selanjutnya warga desa berkumpul di tempat tersebut dan membaca takhtim, takhlil, dan do’a serta menepungtawari benih yang dibawa oleh masing-masing warga. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan serta terhindar dari gangguan hama dan sebagainya.(Suhartono, 2005)
Berbeda dengan petani-petani pada umumnya, petani di desa Silo Lama ini memiliki keunikan tersendiri di dalam melaksanakan kegiatan bertani. Mereka pada umumnya masih bersandar pada nilai-nilai dan tradisi yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat akan memulai aktivitas penanaman (disebut buka
bondang) serta pada saat akan melakukan panen (tutup bondang). Apa yang menarik dari
kegiatan ini adalah bahwa selain bersandarkan pada kearifan tradisional, konsep pertanian bondang ini ternyata cukup sinergis dengan upaya menciptakan keseimbangan lingkungan. Dalam rangka aktivitas pertanian Bondang ini petani tidak menggunakan sama sekali zat-zat kimia maupun obat-obatan yang dapat mengakibatkan berbagai dampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Kegiatan pengolahan lahan pertanian dari mulai tanam hingga panen sepenuhnya dilakukan secara tradisional, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Oleh sebab itu, sebagai salah satu bentuk kearifan tradisional masyarakat, tradisi bondang ini penting untuk diselamatkan. (Suhartono, 2005)
Beberapa LSM mulai mengampanyekan bondang. Termasuk yayasan SINTESA yang melakukan kegiatan pendampingan dan pengorganisasian sejak lama telah berupaya untuk menjadikan tradisi bondang sebagai wadah untuk melakukan kegiatan pemberdayaan dan kampanye bagi memasyarakatnya program Pertanian Organik (organic farming), tidak hanya di Desa Silo Lama tapijuga di daerah lainnya. Hanya saja, tentu menyesuaikan dalam berbagi sudut pandang. Termasuk sudut pandang agama yang tidak membolehkan untuk mempersembahkan sesaji dengan alasan apa pun, seperti memotong persembahan ayam dalam tradisi bondang.(Anonim, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Kearifan Lokal Bondang. Buletin SADAR No. II/Oktober 1993, Yayasan SINTESA, Kisaran.
Anonim. 2011. Gambaran Pertanian.Dinas Pertanian Kabupaten Asahan. On pertanianasahan.blogspot.com
Anonim. 2013. Potensi Karet di Indonesia. Indonesia Investment Coordinating Board on Regionalinvestment.bkpm.go.id
Anonim. 2013. Potensi Kelapa Sawit di Indonesia. Indonesia Investment Coordinating Board on Regionalinvestment.bkpm.go.id
Aritonang, Evawany dan Naria, Evi dan Rohana, Aiunun. 2015. Public Preferences of
Manggadong Rice as a Local Wisdom to Support Food Security in Sumatera Utara Province. Pakistan Journal of Nutrition 14 (5): 287-292, 2015
Hakim, Wildan. 2011. Sosialisasi Program Melalui Kearifan Lokal.
Ma'ruf, A. (2017). Diversitas Tanaman Obat-obatan Di Kabupaten Asahan.
Ma’ruf, A., Putra, E. T. S., & Waluyo, S. EFFECT OF PYRACLOSTROBIN CONCENTRATION ON QUALITY SHOOTS OF ASSAMICA TEA.
Ma’ruf, A. Sinaga, A. 2016. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Beberapa Tanaman C3 Di Indonesia. Bernas
19
Ma’ruf, A. Putra, E.T.S. Waluyo, S. 2016. Pengaruh Pyraclostrobin Terhadap Aktivitas Fisiologis, Produktivitas, Dan Kualitas Pucuk Teh Assamica (camellia Sinensis Var. Assamica (mast.) Kitamura) Pada Musim Kemarau. Universitas Gadjah Mada
Ma’ruf, A. Mardu, R. Andayani, N. 2014. Respon Bibit Mucuna bracteata Terhadap Intensitas Sinar Matahari. Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Ma’ruf, A. Zulia, C. Safruddin. 2017. Rice Estate Development As State Owned Enterprises (SOEs) To Self Supporting For Food. European Academic Research
Ma’ruf, A. 2016. Respon Beberapa Kultivar Tanaman Pangan Terhadap Salinitas. Bernas
Ma’ruf, A. Zulia, C. Safruddin. 2017. Legume Cover Crop di Perkebunan Kelapa Sawit. Forum Pertanian Asahan
Ma'ruf, A. (2017). AGROSILVOPASTURA SEBAGAI SISTEM PERTANIAN TERENCANA MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN. Bernas, 13(1), 81-90.
Sinaga, A. Ma’ruf, A. 2016. Tanggapan Hasil Pertumbuhan Tanaman Jagung Akibat Pemberian Pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Bernas
Suhartono, Edy. 2005. Tradisi Bondang Dan Tantangan Globalisasi:Studi Kasus di Desa Silo
Lama, Kecamatan Air Joman,Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara. Jurnal
Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Vol. 1 No.2
Wiyanto, G. Ma’ruf, A. Puspaningrum, E, S. Panen Rupiah dari Ladang Jahe. 2014. Bhafana Publishing