• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT. Oleh: Junaidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT. Oleh: Junaidi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT

Oleh: Junaidi

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera, Ulak Karang Padang

Abstract

The study conducted at the centr of Bungus Padang auction market ad four regional markets; namely Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, and Payakumbuh, by using time series in the period of 1996 to 2000 (rupiah/kg). Method used in this study are Johansen (1990) and Vectoe Error Correction Model (VECM) Granger (1986), Engle and Granger (1987). The result in this study revealed that there were long-term cointegration relationships between the price of Bungus Padang auction market and those at four regional markets (agent, sub-agent and retailer). It mean that change price at one market caused change at price of other markets. Error Correction Model (ECM) showed that in the short run price relationship; the price of agent and sub-agent lead the price of Bungus Padang auction market. Implementation of auction system does not like as it is expected by fisherment

Key World: Auction System, Kointegration, Vector Error Corection Model, Tuna Price

PENDAHULUAN

Sejak dikeluarkan peraturan pemerintah N0. 15 dan 46 Tahun 1993 bahwa semua kapal yang berbobot 5 GT ke atas harus mendaratkan ikan hasil tangkapannya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan dijual dengan sistem lelang. Sistem lelang merupakan dambaan masyarakat nelayan untuk mendapatkan harga yang wajar. Pada waktu musim ikan nelayan tidak mampu untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu agen merupakan perpanjangan tangan nelayan untuk memasarkan hasil tangkapan mereka. Peranan agen tidak dapat dipungkiri keberadaanya sebagai perpanjangan tangan dari sub-agen di masing-masing pasar wilayah yang memiliki jaringan pengecer di setiap pasar yang ada hingga pasar tersebut berfungsi sebagai mana mestinya (Wang, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi harga ikan tuna antara lelang Padang, agen, sub-agen, dan pengecer di Sumatera Barat. Model yang digunakan adalah Kointegrasi Johansen (1990), dan

Koreksi kesalahan Granger (1986) dan Engle dan Granger (1987).

Berbagai tanggapan tentang kebijakan ini muncul dari berbagai peneliti seperti Adi (1995), Sukmadinata (1995), Junaidi (1991), dan Marzuki (1992) yang mengemukakan bahwa tempat pelelangan ikan hanya sebagai tempat untuk memungut retribusi kepada nelayan yang jumlahnya 5% dari hasil tangkapan. Terlepas dari itu semua realiti menunjukkan bahwa telah berlaku kolusi diantara para agen yang disebabkan jumlah agen yang terbatas, dan sub-agen di setiap pasar wilayah yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga (marketing margin yang tinggi) keatas konsumen sebagai pengguna akhir dari komoditi perikanan hal ini telah dikaji oleh Hermanto (1997), Fatimah dan Kusairi (1992), Fatimah dan Gibbons (1986), Fatimah et al., (1990). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan membuktikan apakah dalam jangka panjang wujud integrasi harga antara agen, sub-agen, dan pengecer dengan menggunakan Model Kointegrasi. Selanjutnya dalan

(2)

jangka pendek apakah masing-masing agen, sub-agen, dan pengecer memimpin harga pasar lelang Padang atau sebaliknya dengan menggunakan Vektor Model Koreksi Kesalahan (VECM).

METODOLOGI Uji Akar Unit

Pada umumnya konsep penting dalam teori ekonometrik adalah asumsi stasionaritas (stationarity). Asumsi ini mempunyai konsekwensi yang penting dalam menterjemahkan data dan model ekonomi. Uji akar unit pada prinsipnya bahwa untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model autoregresi yang diamati mempunyai nilai satu atau tidak. Oleh kerana itu banyak pakar ekonomi mengembangkan uji akar unit dalam hal ini uji akar unit yang digunakan adalah uji

Augmented Dickey Fuller dan Phillips-Perron (Granger, 1986, Engle dan Granger, 1987)

Sebelum uji kointegrasi dilakukan terlebih dahulu kita lakukan uji stasionaritas terhadap data runtun waktu harga disetiap pasar wilayah dengan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP) dimana perubahan harga Y pada waktu t dipengaruhi oleh perubahan harga sebelumnya dan perubahan harga gabungan sebelumnya dari I = 1 hingga k ditambah dengan faktor pengganggu εt (persamaan 1). Perubahan harga X pada waktu t dipengaruhi oleh harga sebelumnya ditambah dengan faktor pengganggu µt (persamaan 2) seperti

persamaan berikut:

= − − + ∆ + + = ∆ k i t i t i t t Y Y Y 1 1 0 δ β ε α ……… (1) t t o t X X =α +α +µ ∆ 1 −1 ………(2)

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan jangka panjang adalah model kointegrasi Johansen dan Juselius (1990) model yang digunakan dalam kajian ini adalah kointegrasi No tren (no trend) dimana harga dipasar Y (Lelang Padang)

ditambah dengan penggabungan harga pasar wilayah (agen, sub-agen, dan pengecer) dengan harga sebelumnya j = 2 hingga ke n dan µt adalah faktor pengganggu seperti persamaan berikut:

= + + = M j t tj j t Y Y 2 0 1 β β µ ………(3)

Model Perbaikan Kesalahan (ECM) Granger (1986) serta Engle dan Granger (1987) digunakan untuk melihat hubungan

jangka pendek dan pasar wilayah manakah yang memimpin harga ditunjukkan dalam persamaan berikut:

= − − = − + ∆ + Θ ∆ + = ∆ m j t j t j i t n i i t t t Z X X X 1 1 1 1 1 1 δ ε γ ……….….(4)

Dimana perubahan harga di pasar lelang Padang X pada waktu t sama dengan Zt-1

adalah koreksi kesalahan sebelumnya dari persamaan kointegrasi pasar wilayah

(3)

agen, sub-agen, dan pengecer, γ1, ∂1I, θ1j adalah koefisien, εt faktor pengganggu. Data yang digunakan adalah data harian yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan di Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh Sumatera Barat dari tahun 1996-2000 dengan jumlah data sebanyak 1825 (Rupiah/Kg).

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Akar Unit

Uji akar unit harga harian ikan tuna di pasar lelang Padang, terhadap harga pada tahap agen, sub-agen, dan pengecer ke atas empat pasar wilayah (Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh) tahun 1996–2000, dengan menggunakan uji Augmented Dicky-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP).

Tabel 1. Keputusan Uji Ketidakstasioneran Harga Pasar Lelang Padang dengan Harga pada tahap Agen, Sub-agen dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah Menggunakan Uji Augmented Dickey-Fuller dan Phillips-Perron

Tingkat Log (Yt)

ADF PP

No Tren (lag) Tren (lag) No Tren (lag) Tren (lag) LPD-PRP -1.0372 (2) -6.0546 (2) -1.4887 (2) -8.5566 (2) Agen -0.4960 (2) -5.1808 (2) -0.8413 (2) -7.1412 (2) Sub-agen -0.1315 (2) -4.8061 (2) -04213 (2) -6.7034 (2) Pengecer -0.2197 (2) -6.0747 (2) -0.4495 (2) -8.4258 (2) LPD-PP -1.1746 (2) -5.9961 (2) -1.5803 (2) -8.4954 (2) Agen -0.4332 (2) -5.1892 (2) -0.9101 (2) -8.7702 (2) Sub-agen -0.0805 (2) -5.1233 (2) -0.5992 (2) -10.7487 (2) Pengecer 0.2773 (2) -4.2418 (2) 0.0740 (2) -5.3931 (2) LPD-BT -1.1810 (2) -5.9976 (2) -1.5879 (2) -8.4972 (2) Agen -0.3233 (2) -5.0349 (2) -0.6302 (2) -6.7573 (2) Sub-agen 0.3053 (2) -4.0602 (2) 0.0684 (2) -5.1908 (2) Pengecer 0.2790 (2) -4.7971 (2) 0.0511 (2) -6.3907 (2) LPD-PYK -1.1815 (2) -5.9969 (2) -1.6030 (2) -8.5053 (2) Agen -0.3466 (2) -4.9000 (2) -0.6668 (2) -6.6253 (2) Sub-agen 0.2213 (2) -3.7920 (2) -0.1317 (2) -4.9373 (2) Pengecer 0.2555 (2) -3.9246 (2) -0.0146 (2) -5.1533 (2) Nota: No Tren; tren

Nota 1 : Nilai Kritikal Mackinnon No Tren –2.5669 (1%), -1.9395 (5%), 1.6157 (10%).

Nota 2 : Nilai Kritikal Mackinnon Tren dan perbedaan pertama –3.9654 (1%), -3.4148 (5%), -3.1292 (10%). Nota 3 : LPD = Lelang Padang; PRP = Pasar Raya Padang; PP = Padang Panjang; BT = Bukittinggi; PYK =

Payakumbuh

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat akar unit (runtun waktu tidak stasioner) pada tingkat No tren, maka hipotesis nul tidak dapat ditolak pada selang kepercayaan 1%. Keputusan uji ADF dan PP menyarankan bahwa runtun waktu harga lelang Padang terhadap runtun harga keempat pasar wilayah Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh adalah satu proses yang tidak stasioner, dengan satu akar unit. Pada tingkat tren hipotesis nul dapat

ditolak pada selang kepercayaan 5%. Keputusan uji ADF dan PP menunjukkan bahwa harga pasar lelang Padang ke atas empat pasar wilayah adalah stasioner dengan arti terdapat integrasi I (0).

Uji selanjutnya ke atas kointegrasi dapat dilakukan. Ini berarti bahwa kointegrasi harga Lelang Padang dengan harga pada tahap, agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah dapat dilanjutkan. Untuk dapat melakukan uji kointegrasi

(4)

harus diyakini bahwa terlebih dahulu kedua variabel terkait dalam pendekatan

ini mempunyai derjat integrasi yang sama.

Tabel 2: Uji Kointegrasi Johansen Pasar Lelang Padang dengan Harga pada tahap Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

Variabel Koefisien Standard Error T-Statistik

Konstanta Log (Agen) Log (Sub-agen) Log (Pengencer) 0.4917 2.0418 -0.4876 -0.7330 0.0046 0.0109 0.0219 0.0125 1.0023 0.0882 0.1298 0.0932 R2 = 0.9988 ADF (Rc) = -6.0747 CRDW = 1.6045 PP (Ag) = -7.1412 ADF (Ag) = -5.1808 PP (Br) = - 6.7034 ADF (Br) = - 4.8061 PP (Rc) = -8.4258 Konstanta Log (Agen) Log (Sub-agen) Log (Pengencer) 0.5123 -69409 18.7416 -10.7982 0.0037 0.0092 0.0135 0.0068 9.9030 2.8983 6.4446 3.5455 R2 = 0.9970 ADF (Rc) = -4.2418 CRDW = 1.4240 PP (Ag) = -8.7702 ADF (Ag) = -5.1892 PP (Br) = - 10.7487 ADF (Br) = - 5.1233 PP (Rc) = -5.3931 Konstanta Log (Agen) Log (Sub-agen) Log (Pengencer) -0.0184 2.9299 -3.2182 1.2895 0.0043 0.422 0.0969 0.0551 14.6380 0.0772 0.1767 0.1000 R2 = 0.9983 ADF (Rc) =-4.7971 CRDW = 1.6166 PP (Ag) = -6.7573 ADF (Ag) = -5.0349 PP (Br) = - 5.1908 ADF (Br) = - 4.0602 PP (Rc) = -6.3907 Konstanta Log (Agen) Log (Sub-agen) Log (Pengencer) 0.0912 1.36.35 0.5832 -0.9462 0.0018 0.0231 0.0593 0.0363 12.9579 0.6631 1.7375 1.0743 R2 = 0.9996 ADF (Rc) = -3.9246 CRDW = 0.6277 PP (Ag) = -6.6253 ADF (Ag) = -4.9000 PP (Br) = - 4.9373 ADF (Br) = - 3.7920 PP (Rc) = -5.1533 Nota : Ag = Agen; Br = Sub-agen; Rc = Agen

Oleh karena itu hasil uji ADF dan PP telah diperolehi derajat integrasi yang sama yaitu integrasi nol, stasioner pada arah aliran yaitu I(0), uji kointegrasi dapat dilakukan. Kointegrasi harga Lelang Padang dengan harga pada tahap agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil asumsi kointegrasi Johansen pada model lelang Padang dengan empat pasar wilayah (Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh) nilai ADF dan PP lebih besar dari pada nilai Tabel pada selang kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dianggarkan tersebut berkointegrasi. Hasil uji hubungan jangka panjang (Tabel 2) dengan model kointegrasi Johansen

terlihat bahwa antara pasar lelang Padang dengan Pasar Raya Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh koefisien agen menunjukkan tanda yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan harga di tingkat agen 1%, maka harga ditingkat lelang Padang akan naik masing-masing besar 2%, 2.9%, dan 1.4%. Kecuali dipasar wilayah Padang Panjang kenaikan harga agen 1%, maka harga ditingkat lelang Padang akan turun sebesar 6.9%.

Hasil uji hubungan jangka panjang model kointegrasi Johansen Lelang Padang dengan Pasar Raya Padang dan Bukittinggi menunjukkan bahwa harga ditingkat sub-agen bertanda negatif. Ini berarti bila terjadi kenaikan harga ditingkat sub-agen sebesar 1% akan menurunkan harga ditingkat lelang Padang sebesar

(5)

0.5% dan 3.2%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fatimah dan Kusairi (1992) yang mengemukakan bahwa wujud asimetri antara aliran kenaikan harga oleh agen dan sub-agen berbanding dengan penurunan harga. Dalam kata lain bila terjadi peningkatan harga, sub-agen akan meningkatkan harga kepada pelanggan (pengecer) dengan jumlah yang lebih besar berbanding dengan apabila harga turun. Dengan kata lain agen dan sub-agen didapati enggan menurunkan harga dengan kadar yang sama apabila harga meningkat. Kecuali di pasar wilayah Padang Panjang dan Payakumbuh dalam jangka panjang koefisien sub-agen menunjukkan tanda yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan harga 1% di tingkat sub-agen, maka harga ditingkat lelang padang akan naik masing-masing besar 18.7% dan 0.6%. Faktor ini berlaku bila terjadi penurunan hasil tangkapan atau tidak pada musim ikan, maka harga di tingkat lelang meningkat, maka harga yang dibayarkan oleh sub-agen kepada sub-agen juga mengalami peningkatan.

Hubungan jangka panjang antara harga di tingkat lelang Padang dengan harga di tingkat pengecer di tiga pasaran wilayah antara lain Pasar Raya Padang, Padang Panjang, dan Payakumbuh menunjukkan koefisien yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan harga di tingkat pengecer 1%, maka harga ditingkat lelang Padang akan turun masing-masing sebesar 0.7%, 10.8%, dan 1%. Dari hasil ini tampaklah bahwa apa yang dikemukakan oleh Fatimah dan Kusairi terbukti. Bila berlaku kenaikan harga ditingkat pengecer akan berlaku sebaliknya yaitu sub-agen tidak membayar sesuai dengan harga yang berlaku di pasar. Kecuali dipasar wilayah Bukittinggi kenaikan harga pengecer 1%, maka akan meningkatkan harga di tingkat lelang Padang sebesar 1.3%.

Hasil ini menunjukkan bahwa kuasa agen dan sub-agen sangat menentukan harga lelang. Hasil yang sama juga ditemukan Fatimah (1987, 1990, dan 2002), Hermanto (1997), Novita (1991), Fatimah dan Kusairi (1992) yang mendapati bahwa wujud kuasa agen dan sub-agen dalam menentukan harga diperingkat lelang dan pengecer di pasar wilayah.

Nilai koefisien determinasi diantara pasar lelang Padang dengan empat pasar wilayah Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh adalah tinggi masing-masing sebesar 0.9988, 0.9970, 0.9983, dan 0.9996 menunjukkan bahwa variabel bebas dalam model ini mampu menjelaskan variabel bersandar sebesar 99.88%, 99.70%, 99.83%, dan 99.96%. Selanjutnya 0.12%, 0.30%, 0.17%, dan 0.04% dijelaskan oleh variabel bebas yang dianggap tidak berubah (ceteris paribus).

Uji selanjutnya dilakukan ke atas Model Koreksi kesalahan (VECM) Pasar lelang Padang dengan empat pasar wilayah (Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh), untuk menentukan hubungan jangka pendek dan menentukan harga peringkat manakah yang memimpin harga agen, sub-agen, dan pengecer ke atas harga pasar lelang Padang-Pasar Raya Padang Teori Representasi Granger menyatakan bahwa Model Koreksi Kesalahan (ECM) hanya akan falid apabila variabel-variabel yang lulus dari pada uji kointegrasi atau residual daripada kointegrasi dalah stasioner. Analisis data yang telah dilakukan didapati hasil bahwa variabel-variabel yang digunakan berintegrasi pada derjat nol atau integrasi I(0) dan berkointegrasi. Hasil uji model koreksi kesalahan antara pasar Lelang Padang dengan harga agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh ditunjukkan dalam Tabel

(6)

Tabel 3. Uji Model Koreksi Kesalahan (ECM) Pasar Lelang Padang dengan Harga Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

Variabel Koefisien Standard Error T-Statistik

Konstanta ∆ log (LPD)t-1 ∆ log (LPD)t-3 ∆ log (Agen)t-2 (ECT2)t-1 0.0015 -0.7125 -0.1077 -0.2977 -1.0388 0.0035 0.3324 0.0472 0.1535 0.4925 0.4243 -2.1433 -2.2811 -1.9391 -2.1093 R2 = 0.0170 DW = 2.0170 F = 33.8796 Konstanta ∆ log (LPD)t-1 ∆ log (LPD)t-2 ∆ log (Agen)t-1 ∆ log (Agen)t-2 ∆ log (Sub-Agen)t-1 ∆ log (Sub-Agen)t-2 (ECT2)t-1 0.0007 0.9634 0.4896 -1.8836 -0.7691 1.0413 0.3379 -1.3773 0.0035 0.4857 0.1703 0.6837 0.3060 0.2770 0.1463 0.5073 0.2030 1.9834 2.8746 -2.7551 -2.5133 3.7595 2.3086 -2.7151 R2 = 0.1822 DW = 2.0169 F = 37.6126 Konstanta ∆ log (Agen)t-1 ∆ log (Agen)t-2 ∆ log (Pengencer)t-2 (ECT2)t-1 -0.0006 1.0430 0.7140 0.9727 -1.2117 0.0035 0.4818 0.3641 0.3961 0.5013 -0.1778 2.1650 1.9612 5.4559 -2.4171 R2 = 0.1813 DW = 2.0296 F = 37.3868 Konstanta ∆ log (LPD)t-3 ∆ log (Agen)t-4 (ECT2)t-1 0.0008 -0.0972 -0.1716 -0.7716 0.0035 0.0254 0.0365 0.3849 0.2323 -3.8290 -4.7079 -2.0048 R2 = 0.0170 DW = 2.0170 F = 33.8796

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji hubungan jangka pendek antara pasar lelang Padang dengan empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh nilai t koefisien regresi variabel Term Koreksi Kesalahan (ECT2), (ECT1), (ECT3), dan (ECT1) lebih besar dari t-Tabel pada selang kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa spesifikasi model dapat diterima dan menyokong hasil asumsi regresi kointegrasi.

Dalam jangka pendek harga lelang Padang-Pasar Raya Padang, Padang Panjang, dan Payakumbuh hari ini dipengaruhi oleh harga lelang Padang satu, dua dan tiga hari yang lalu.

Dalam jangka pendek harga agen berpengaruh nyata terhadap harga lelang Padang-Pasar Raya Padang, Padang

Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai t lebih besar daripada t Tabel pada selang kepercayaan 5%. Ini berarti bahwa koefisien jangka pendek harga agen mampu menjelaskan variabel lelang Padang-Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Hasil ini juga menunjukkan bahwa harga agen pasar wilayah Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh sebagai memimpin harga lelang Padang. Selanjutnya harga sub-agen dan pengecer berpengaruh secara bererti ke atas harga lelang Padang-Pasar Padang Panjang dimana nilai t lebih besar daripada t-Tabel pada selang kepercayaan 5%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa harga sub-agen dan pengecer dapat memimpin harga lelang Padang–pasar wilayah Padang Panjang. Untuk pasar wilayah Bukittinggi harga ditingkat pengecer juga memimpin

(7)

harga lelang Padang dalam jangka pendek.

Uji Model Pembaikan Ralat (ECM) pasar lelang Padang dengan harga agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh menunjukkan bahwa Term Koreksi Kesalahan (ECT2), (ECT1), (ECT3), dan (ECT1) menunjukkan arah yang negatif dengan masing-masing nilai adalah – 1.0388, -1.3773, -1.2117, dan –0.7716. Hasil ini menunjukkan bahwa apabila berlaku kejutan harga ke atas pasar lelang Padang untuk kembali kepada kesimbangan semula Term Koreksi Kesalahan masing-masing pasar wilayah Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi dan Payakumbuh mampu melakukan sebesar 103.88%, 137.73%, 121.17%, dan 77.16%. Hasil Term Koreksi Kesalahan (ECT1) pasar lelang Padang-Payakumbuh menunjukkan nialai yang lebih rendah berbanding daripada ketiga pasar wilayah lainnya. Ini berarti bahwa masih ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti kekuatan agen, sub-agen di pasar wilayah, permintaan dan penawaran, serta para pedagang yang terlibat di pasar.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini dapatlah disimpulkan bahwa dalam jangka panjang integrasi

harga antara pasaran lelang Padang dengan keempat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh ke atas harga di tingkat agen, sub-agen, dan pengecer berkointegrasi. Dalam jangka pendek hasil penelitian menunjukkan bahwa harga di tingkat agen dan sub-agen memimpin harga di tingkat lelang Padang. Jadi tampaklah disini bahwa implementasi sistem lelang belum berperan sebagaimana mestinya yang diharapkan oleh para nelayan.

Saran

Untuk meningkatkan kinerja sistem lelang ini sesuai dengan yang diharapkan oleh para nelayan tentulah meningkatkan daya saing antar para pedagang dalam hal ini agen di pasar lelang dan sub-agen di masing-masing pasar wilayah yang ada. Oleh karena jumlah agen dan sub-agen yang terbatas ini tentulah berlaku kolusi diantara para pedagang ini sehingga mereka tidak membayar sesuai dengan harga yang berlaku dipasaran. Untuk itu perenan pemerintah untuk menggulirkan kredit modal kerja untuk para pedagang khususnya yang bergerak dibidang perikanan ini baik berupakan kredit bergulir maupun UKM yang ada. Jika persaingan antar pedagang telah meningkat sudah barang tentu siapa yang membayar tinggi dia akan mendapat kiriman ikan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA Adi, I.S.S (1995). Fungsi Tempat

Pelelangan Ikan Dalam Tataniaga Ikan di Daerah Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. p.116.

Engle, R.F and Granger, C.W.J (1987)

Co-integration and Error Correction:

Representation, Estimation and

Testing, Econometrica 55,251 – 276.

Fatimah M.A: and Gibbons, G.T (1986)

Wholesaling and Retailing of Fish in

Malaysia, Paper Presented at The

Fish Marketing Workshop Organized by The Asian Fisheries Social Science Research Network and Universiti Putra Malaysia. Johor Baharu 14 – 18 October.

Fatimah M.A: et al., (1990). Evaluation of

Fish Auction System. Faculty of

Economics and Management. University of Putra Malaysia, Serdang Selangor.

(8)

Fatimah M.A dan Kusairi M.N: (1992) Perilaku Harga Runcit Ikan Terhadap Harga Borong Ikan : Simetri atau Tidak. Staff Paper 4/92. Departement of Natural Resources Economics, FESP, UPM.

Fatimah M.A: (1987) Causality Among

Selected Oils and Fats Prices, in Oil

Palm and Palm Oil Conference, Kuala Lumpur.

Fatimah M.A: (2002) Analisis Pemasaran Pertanian di Malaysia: Keperluan Agenda Pembaharuan. Syarahan Inaugural Universiti Putra Malaysia 26 Januari 2002.

Fatimah M.A: (1990) The Integration of

Palm Oil Market In Peninsular

Malaysia. Indian Journal of

Agricultural Economic 45 (1) : 21 – 30.

Granger, C.W.J (1986) Development in

the Study of Co-integration

Economic Variables, Oxford Bulletin

of Economics and Statistic, 48, 213 – 228.

Hermanto (1997) Dampak Usaha Perikanan Laut Terhadap Perekonomian Wilayah Bungus Kodya Padang. Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang. 120 halaman.

Junaidi (1991) Masalah Pembangunan dan Startegi pemasaran ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan di Kotamadya Padang.

Johansen, S and Juselius, K (1990)

Maximum Likelihood Estimation and Inference on Cointegration, With Application to Demand for Money.

Oxford Bulletin of Economic and Statistics. Vol. 52. pp 169 – 200. Kusairi Mohd Noh (2000) Asimetri Harga

Ikan: Pasaran Kuala Lumpur. The Malaysian Journal of Agricultural Economics. 13 p 1 – 13.

Marzuki (1992) Sikap Nelayan Terhadap Pelelangan Ikan. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 118 halaman.

Novita, I. (1991). Marketing System of

Marine Fish and Effect to Regional

Development in Padang

Manucipality in West Sumatra

Province.119 pages.

Ravallion, M. (1986). Testing Market

Integration American Journal of

Agriculture Economic 68 (1) 102 – 109.

Sukmadinata, T (1995) Kajian Kelembagaan Transaksi Dalam Pemasaran Hasil Usaha Penangkapan Ikan di Jawa timur. Tesis Program Pasca Sarjana. IPB Bogor. 192 halaman.

Wang, N (1999) Transaction Costs and

The Structure of the Markets: A Case Study. American Journal Of

Economics and Sociology, Vol. 58. No.4.

Gambar

Tabel 1. Keputusan Uji Ketidakstasioneran Harga Pasar Lelang Padang dengan Harga  pada  tahap  Agen,  Sub-agen  dan  Pengecer  di  Empat  Pasar  Wilayah  Menggunakan Uji Augmented Dickey-Fuller dan Phillips-Perron
Tabel  2:  Uji  Kointegrasi  Johansen  Pasar  Lelang  Padang  dengan  Harga  pada  tahap  Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah
Tabel  3.  Uji  Model  Koreksi  Kesalahan  (ECM)  Pasar  Lelang  Padang  dengan  Harga  Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Kegiatan harian (RKH) yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan yang diberikan adalah menyampaikan pembelajaran melalui

Proyeksi keinginan untuk mengikuti Pendidikan S2 di Program Pascasarjana UGM (Apabila dirasa perlu dapat ditambah pada kertas lain) :.. Alasan mengikuti Pendidikan S2 di

Pengaruh Penambahan Serbuk Kaca Pada Batako Sebagai Bahan Pembuat Dinding, Tugas Akhir Program Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.. Medan: Universitas

Secara general, mashlahat ini seperti manfaat menurut lafal dan maknanya.Manfaat diartikan dengan lezat, baik dalam memperolehnya maupun dalam menjaga,

Jadi, yang dimaksud dengan Bluetooth secara umum adalah sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM

Students ’ Vocabulary Mastery Using Cartoon Film ” the purpose of the research. was to know the use of cartoon films can improve the students ’

Memasuki tahun 2018, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan untuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan bentuk

Begitu pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia sehingga memungkinkan penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya tidak diatur dengan baik sehingga PDAM