• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan dan Penanggulangan Perilaku Bullying di Beberapa Sekolah Dasar di Kota Salatiga T1 312012025 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan dan Penanggulangan Perilaku Bullying di Beberapa Sekolah Dasar di Kota Salatiga T1 312012025 BAB II"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS.

A. KERANGKA TEORI 1. FUNGSI HUKUM

Pada hakikatnya Indonesia merupakan bangsa yang memiliki berbagai suku budaya didalamnya. Dengan demikian maka Negara Indonesia mempunyai berbagai macam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh suatu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Pada dasarnya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan baik itu perorangan maupun kelompok akan memunculkan suatu peraturan atau keharusan yang harus ditaati oleh orang yang ada dilingkungannya. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok tersebut dalam suatu negara dapat dikatakan sebagai peraturan atau hukum.

Hukum merupakan suatu kaidah keharusan atau nilai yang berlaku disuatu negara yang berfungsi untuk mengatur perilaku manusia agar dapat membedakan antara perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Dengan adanya hukum maka manusia akan berperilaku sosial dengan orang lain karena didalam ketentuan hukum mengandung norma agar manusia dapat hidup berdampingan dengan damai. Atas dasar itulah maka Aristoteles mengemukakan bahwa: “particular law is that wich each community lays down and applies to its own member. Universal law is the law of nature” yang artinya

hukum merupakan hukum tertentu yang mana setiap komunitas meletakkan dan berlaku untuk anggota sendiri.hukum universal adalah hukum alam.1

1

(2)

Di Indonesia terdapat berbagai macam peraturan yang dibuat oleh pembuat perundang-undangan yang pada dasarnya peraturan tersebut mempunyai tujuan untuk menertibkan masyarakat yang ada didalamnya. Maka dari itu Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi keadilan. Berbagai aspek bidang yang berhubungan dengan Indonesia dan masyarakat diatur didalam ketentuan hukum. Terdapat unsur-unsur yang terdapat didalam hukum diantaranya:

1. Peraturan mengenai tingkah laku dari manusia di dalam pergaulan masyarakat.

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

3. Peraturan itu bersifat memaksa.

4. Sanksi yang tegas terhadap pelanggaran.2

Dengan demikian manusia dituntut untuk dapat taat dan tunduk oleh ketentuan hukum karena apabila seseorang tidak tunduk dan tidak mentaati ketentuan hukum maka bisa dikatakan orang tersebut telah melanggar ketentuan hukum dan dapat dikenakan sanksi. Pada dasarnya sanksi adalah akibat dari sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain (manusia atau organisasi sosial) atas sesuatu perbuatan.3

Setiap orang memiliki berbagai watak dan perilaku yang berebeda antara satu orang dengan orang yang lain. Perilaku setiap orang tergantung dari tingkat pendidikan dan latar belakang masing-masing orang. Dengan berbagai macam latar belakang manusia dalam kehidupan masyarakat sangat dimungkinkan akan terjadi permasalahan antar individu (konflik). Pengertian konflik menurut Robbins, Konflik adalah suatu

2

Zulkarnaen dan Beni Ahlmad Saebani, Hukum Konstitusi, Pustaka Setia, Bandung, 2012. 3

(3)

proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain.4 Dengan demikian peran hukum disini sebagai penjamin perlindungan warga masyarakatnya tanpa terkecuali dan tanpa diskriminasi.

Adanya peranan hukum di lingkungan masyarakat memberikan dampak yang sangat baik untuk membentuk perilaku masyarakat agar lebih mengutamakan perilaku sosialnya sebaik mungkin dengan orang lain. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia pasti tidak dapat hidup sendiri dengan kata lain manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam segala hal. Dalam hal ini mengenai dampak berlakunya hukum dalam lingkungan masyarakat telah dikemukakakan oleh Soerjono Soekanto mengenai 4 kaidah hukum yang bertujuan mengubah perikelakuan masyarakat

yaitu:

1. Melakukan imbalan secara psikologis bagi pemegang peranan yang patuh maupun pelanggar kaidah hukum

2. Merumuskan tugas-tugas penegak hukum untuk bertindak sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan serasi-tidakserasinya perikelakuan pemegang peranan dengan kaidah hukum

3. Mengubah perikelakuan pihak ketiga, yang dapat mempengaruhi perikelakuan pemegang peranan yang mengadakan interaksi

4. Mengusahakan perubahan persepsi, sikap, dan nilai-nilai pemegang peranan

Dengan demikian peran hukum di lingkungan masyarakat sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menciptakan kerukunan dan ketertiban dalam bermasyarakat. Karena pada dasarnya hukum ditemukan memiliki tujuan untuk menjunjung tinggi keadilan agar hak-hak yang dimiliki setiap orang akan terjamin. Maka dari itu penegakan hukum haruslah dilakukan demi tercapainya tujuan dan fungsi hukum. Penegakan hukum,

4

(4)

sebagaimana dirumuskan oleh Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.5

Didalam suatu hukum terdapat suatu nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat karena hukum melekat didalam lingkungan masyarakat. maka dari itu hukum akan menjadi alat untuk mewujudkan suatu keadilan dengan melakukan penegakan hukum. Proses penegakan hukum dalam pandangan Soerjono Soekanto dipengaruhi oleh lima faktor diantaranya:

1. Faktor hukum atau peraturan perundang-undangan.

2. Faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang berkaitan dengan masalah mentalitas.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam perilaku masyarakat.

5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.6

Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi suatu pengakan hukum maka hukum diharapkan dapat menjadi sistem peraturan yang tidak memandang siapapun baik itu dari segi status sosial maupun ras dan budaya. Adanya penegakan hukum memiliki tujuan agar suatu negara dapat memberikan ketegasan bagi warga negaranya untuk tunduk dan tertib terhadap ketentuan hukum yang berlaku di nergara tersebut. Dari sisi lain mengenai penegakan hukum terdapat lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengadili permasalahan hukum yang biasa disebut penegak hukum diantaranya hakim, jaksa dan polisi yang masing-masing memiliki kewenangan dan tugas yang berbeda.

5

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983, h. 24. 6

(5)

Pada dasarnya penegak hukum dalam melakukan proses penegakan hukum pasti memiliki dasar hukum yang kuat untuk meyakinkan bahwa seseorang telah melanggar ketentuan hukum. Selain itu dalam proses penegakan hukum lembaga penegak hukum diharapkan dapat menafsirkan ketentuan hukum secara profesional karena apabila terjadi suatu kesalahtafsiran yang dilakukan oleh penegak hukum dalam proses penegakan hukum maka akan sangat merugikan kedua belah pihak yang sedang menuntut hak-haknya.

Keberhasilan suatu proses penegakan hukum akan tecapai dengan adanya suatu sistem hukum sebagai komponen dalam struktur hukum seperti yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman yaitu:

1. merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu sistem.

2. komponen substansi hukum (legal substance) merupakan aturan-aturan dan norma-norma actual yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem

3. komponen budaya hukum (legal culture), merupakan gagasan-gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan pendapat tentang hukum.

4. komponen dampak hukum (legal impact). Dengan komponen dampak hukum ini yang dimaksudkan adalah dampak dari suatu keputusan hukum yang menjadi objek kajian peneliti.7

Dengan demikian proses penegakan hukum akan saling berkaitan antara sistem hukum dan penafsiran penegak hukum sendiri. Apabila salah satu unsur tersebut tidak berhubungan dengan baik maka akan menimbulkan masalah-masalah hukum baru yang nantinya semakin membesar karena tidak adanya keterkaitan unsur-unsur penegakan hukum yang baik.

7

(6)

2. OTONOMI DAERAH dan SISTEM PENDIDIKAN

2.1 Otonomi Daerah

Dari sisi lain di Indonesia bukan hanya memiliki penegakan hukum yang kuat dan adil namun Indonesia merupakan negara yang memiliki suatu sistem pemerintahan yang kuat yang sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. Indonesia dibagi atas beberapa wilayah yang mana setiap wilayah daerah tersebut dipimpin oleh satu penguasa yang berwenang atas wilayah yang dikuasainya. Pada era saat ini seorang penguasa bukan saja bertanggungjawab atas wilayah kekuasaannya, namun seorang penguasa diharapkan dapat melindungi memajukan dan mensejahterakan wilayah kekuasaannya dan segala yang berada didalamnya.

Pada dasarnya setiap penguasa akan memiliki peran dan wewenang dalam melakukan tugasnya yang biasa disebut dengan otonomi daerah sebagai mana berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 6 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa: “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

(7)

sendiri.8 Sehingga negara Indonesia memiliki tingkatan atau strata bagi penguasa wilayahnya yang dibagi menjadi dua tingkatan diantaranya adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal

1 angka 1 bahwa: “Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Dengan demikian segala urusan dan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat atau presiden yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya penguasa yang ada dibawah pemerintah pusat adalah pemerintah daerah yang mana berdasarkan Pasal 1 Angka 3 UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah bahwa: “Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom”. Sehingga kekuasaan yang dimiliki

pemerintah daerah dibawah kekuasaan pemerintah pusat.

Di dalam Pemerintah Daerah terdapat tugas dan wewenang yang dibagi sesuai wilayah yang dikuasainya sebagai contoh: Walikota/Bupati memiliki kekuasaan dalam lingkup kota/kabupaten, Gubernur memiliki kekuasaan dalam lingkup provinsi, dan yang memiliki kekuasaan tertinggi adalah Presiden yang memiliki kekuasaan atas suatu negara.

Pada dasarnya peran pemerintah dan pemerintah daerah sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara dalam berbagai aspek urusan pemerintahan di Indonesia.

8

(8)

sebagai contoh dalam urusan pendidikan juga perlu adanya campur tangan pemerintah dan pemerintah daerah demi terselenggaranya sistem pendidikan di Indonesia sebagaimana yang termuat dalam Pasal 10 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,

membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Sedangkan di dalam lingkup kota/kabupaten akan dipimpin oleh seorang walikota/bupati yang didalamnya terdapat instansi-instansi kedinasan terkait yang akan berperan penting dalam pelayanan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian berbagai aspek urusan pemerintahan yang ada di Indonesia telah memiliki bagian-bagian tersendiri sesuai bidang serta dan wewenang yang telah diberikan oleh negara. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang penulis angkat dalam tulisan ini yaitu dalam lingkup pendidikan maka sebagai instansi kedinasan yang memiliki tugas dan tanggung jawab adalah Dinas Pendidikan.

Pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia tidak lepas dari pengawasan pemerintah yang nantinya dengan adanya isntansi kedinasan dalam bidang pendidikan ini diharapkan dapat memberikan peran dan layanan yang baik bagi sistem pendidikan di Indonesia. Dalam hal yang berkaitan dengan materi yang diangkat penulis dalam tulisan ini yang berhubungan dengan pendidikan di kota Salatiga maka terdapat suatu peran dan tugas Dinas Pendidikan Kota Salatiga dalam menjalankan tugasnya seperti yang terkandung dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Walikota Salatiga Nomor 52 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah

(9)

melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dibidang pendidikan, pemuda dan olahraga

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”.

Dengan demikian Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki peran penting dalam terselenggaranya sistem pendidikan di kota Salatiga. Sehingga ruang lingkup Dinas Pendidikan kota Salatiga sangat luas dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan di kota Salatiga. Dari sisi lain, Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak hanya memiliki tugas pokok saja dalam menjalankan tugasnya mengenai sistem pendidikan di kota Salatiga melainkan Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki fungsi sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 3 Ayat 2 huruf c Peraturan Walikota Salatiga Nomor 52 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada

Dinas Daerah Kota Salatiga bahwa “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

menyelenggarakan fungsi: pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendidikan, pemuda dan olahraga yang meliputi prasekolah dan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan nonformal, dan pendidik dan tenaga kependidikan, pemuda dan olahraga”. Sehingga dengan adanya peran, tugas serta fungsi Dinas Pendidikan diharapkan akan dapat menjadi pelindung dan pengawas bagi peserta didik, pengajar serta semua pihak yang terlibat dalam sistem pendidikan di Indonesia.

(10)

2.1 Sistem Pendidikan

Indonesia merupakan negara yang sangat mengedepankan pelayanan pendidikan bagi setiap masyarakat sehingga setiap orang wajib mendapatkan pendidikan minimal 9 (Sembilan) tahun dengan maksud untuk memberikan bekal dan ilmu bagi setiap orang yang nantinya akan menjadi bekal bagi setiap orang saat hidup di lingkungan masyarakat demi kemajuan negara.

Pada dasarnya suatu negara akan maju dan berkembang apabila memiliki sistem pendidikan yang maju juga. Dengan kemajuan sistem pendidikan maka masyarakat akan memiliki potensi yang sangat baik yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan pembangunan negara.

Dengan demikian maka setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana yang termuat dalam Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

Dalam perkembangannya sistem pendidikan di Indonesia memiliki kemajuan dan perkembangan sistem dengan tujuan agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Namun demikian ada satu sisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam sistem pendidikan yaitu mengenai kenyamanan dan keamanan dalam proses pendidikan. Karena pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia memiliki tujuan untuk memberikan bekal ilmu yang bermanfaat dan menjunjung tinggi ilmu agama dan kebudayaan bagi setiap warga negara.

(11)

Karena dengan adanya sistem pendidikan yang baik maka pelayananan pendidikan akan membentuk pola pikir dan akhlak setiap warga negara dalam kaitannya ini adalah anak supaya anak dapat mengembangkan bakat dan minatnya dengan baik di lingkungan sekitar.

Setiap anak perlu mendapatkan bimbingan dan arahan oleh orang lain baik itu yang lebih tua karena anak belum dapat menafsirkan dan berfikir secara rasional terhadap suasana yang ada di sekitarnya bahkan di dalam lingkungan pendidikan tempat anak mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru. Dengan demikian maka dalam proses pendidikan di Indonesia perlu adanya peran dari penyedia layanan pendidikan serta pemerintah untuk dapat memberikan pengawasan dan perlindungan dalam berjalannya sistem pendidikan khususnya dalam usaha melindungi hak setiap anak.

3. PERLINDUNGAN ANAK

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.9

Perlindungan anak diharapkan dapat menjamin hak-hak setiap agar suatu negara dapat menjunjung tinggi hak asasi manusia yang mana telah tertuang dalam UUD 1945. Namun demikian bukan berarti negara harus memberikan perlindungan secara berlebihan

9

(12)

kepada setiap anak, Negara berperan penuh untuk menjamin hak setiap anak sebagai mana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya negara melalui lembaga penegak hukumnya harus dapat bertindak secara cepat dan professional dalam upaya melindungi hak asasi manusia dalam hal ini adalah hak setiap anak demi menjunjung tinggi keadilan kemanfaatan dan kepastian hukum.

Perlindungan anak berhubungan dengan beberpa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Luas lingkup perlindungan:

a. Perlindungan yang pokok meliputi antara lain: sandang, pangan, pemukiman, pendidikan, kesehatan, hukum.

b. Meliputi hal-hal yang jasmaniah dan rohaniah.

c. Mengenai pula penggolongan keperluan yang primer dan sekunder yang berakibat pada prioritas pemenuhnya.

2. Jaminan pelaksanaan perlindungan:

a. Sewajarnya untuk mencapai hasil yang maksimal perlu ada jaminan terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan ini, yang dapat diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan perlindungan.

b. Sebaiknya jaminan ini dituangkan dalam suatu peraturan tertulis baik dalam bentuk undang-undang atau peraturan daerah, yang perumusannya sederhana tetapi dapat dipertanggungjawabka serta disebarluaskan secara merata dalam masyarakat.

c. Pengaturan harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia tanpa mengabaikan cara-cara perlindungan yang dilakukan di negara lain, yang patut dipertimbangkan dan ditiru (Peniruan yang kritis).10

Dengan demikian dalam upaya perlindungan anak memiliki cakupan yang luas dan bermacam-macam dengan tujuan supaya hak-hak setiap anak akan terjamin sepenuhnya dalam segala aspek. Karena apabila dalam upaya perlindungan anak tidak terdapat keterkaitan antara ketentuan hukum dan penerapannya maka akan

10

(13)

mengakibatkan ketidaktercapainya suatu keadilan dan berpengaruh pada tidak terjaminnya hak-hak setiap anak.

Pelaksanaan perlindungan anak harus memenuhi syarat antara lain: merupakan pengembangan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan anak; harus mempunyai landasan filsafat, etika dan hukum; secara rasional; positif; dapat dipertanggungjawabkan; bermanfaat untuk yang bersangkutan; mengutamakan persepektif kepentingan yang diatur, bukan perpektif kepentingan yang mengatur; tidak bersifat aksidental dan komplimenter, tetapi harus dilakukan secar konsisten, mempunyai rencana operasional, memperhatikan unsur-unsur manajemen; melaksanakan respons keadilan yang restoratif (bersifat pemulihan); tidak merupakan wadan dan kesempatan orang mencari keuntungan pribadi/kelompok; anak diberi kesempatan untuk berpartisipasi sesuai situasi dan kondisinya; berdasarkan citra yang tepat mengenai anak manusia; berwawasan permasalahan (problem oriented) dan bukan berwawasan target; tidak merupakan faktor kriminogen; tidak merupakan faktor viktimogen.11

Pada dasarnya tujuan utama dalam perlindungan anak adalah untuk menjamin hak-hak anak dari berbagai hal yang menyangkut dirinya. Di dalam pembahasan yang diangkat penulis mengenai perlindungan anak dari perilaku kekerasan yang mana pelaku kekerasan ini bukan hanya orang dewasa namun dapat juga dilakukan oleh anak-anak. Dengan demikian perlu adanya tindakan dan peran penting pihak-pihak yang telah diberikan tugas dan wewenang untuk memberikan perlindungan dan penanganan bagi setiap anak dari kekerasan baik itu fisik maupun psikis.

Dengan adanya suatu perlindungan dan penanganan atas perilaku kekerasan baik berupa kekerasan fisik atau psikis maka setiap anak di Indonesia merasa hak-haknya terpenuhi dan mendapatkan suatu keadilan. Pada dasarnya setiap anak perlu mendapatkan perlindungan dalam proses belajar baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

11

(14)

sekitar, sehingga setiap anak wajib mendapatkan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi seebagaimana yang termuat dalam Pasal 9 ayat 1 dan 1a UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa:

“(1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. (1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain”.

Dengan adanya ketentuan mengenai bentuk perlindungan yang diharapkan akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi setiap anak dalam sistem pendidikan baik dalam hal ini di lingkungan sekolah maka perlu adanya keterkaitan antara ketentuan hukum dengan penerapannya oleh pihak yang memiliki kewenangan dalam bidangnya. Sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dengan menciptakan bibit-bibit penerus bangsa yaitu anak-anak yang nantinya akan berperan penting dalam pembangunan Indonesia dan kesejahteraan Indonesia.

4. HAK ANAK

(15)

kawin. Sedangkan mengenai pengertian anak sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Dari sisi lain kriteria anak juga diatur menurut Hukum Adat yang menentukan bahwa ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi ukuran yang dipakai adalah: dapat bekerja sendiri; cakap melakukan yang disyaratkan dalam kehidupan masyarakat; dapat mengurus kekayaan sendiri.12 Dengan demikian seorang anak masih perlu mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari kedua orang tuanya serta mendapatkan perlindungan hukum dengan tujuan supaya anak tidak terganggu mental dan fisiknya dengan seiring berkembangnya pola pikir seorang anak.

Pada dasarnya setiap orang selama belum mencapai batas umur yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan maka dapat dikatakan orang tersebut masih dalam kirteria seorang anak serta masih dalam tanggungjawab orang tua. Karena setiap anak perlu mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua ataupun orang yang dirasa lebih tua karena setiap anak memiliki pola pikir yang berbeda-beda. Selain itu yang tidak boleh dikesampingkan bahwa setiap anak perlu diberikan pengertian mengenai pola perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama yang dianut dengan tujuan agar anak dapat berperilaku dan memiliki akhlak yang baik dan terhindar dari perilaku yang dilarang oleh ketentuan hukum.

Bimbingan dan arahan dari orang tua akan membentuk jati diri dan akhlak setiap anak dalam hidup bermasyarakat. Karena pada dasarnya setiap anak dimungkinkan akan

12

(16)

meniru semua yang dirasa merupakan hal yang baru dia lihat. Selain itu karakter seorang anak akan menginginkan kepuasan dalam hal yang dia tiru. Dengan demikian perlu adanya pihak yang mengontrol pola perilaku anak tersebut.

Oleh karena itu dengan adanya suatu perilaku kekerasan yang menimpa setiap anak di Indonesia maka perlu adanya tindakan untuk meminimalisir adanya kekerasan terhadap anak yang berfungsi untuk menjamin hak-hak setiap anak di Indonesia. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki hak-hak yang harus dijamin oleh negara sebagaimana yang telah tercantum dalam konvensi hak anak yang disetujui oleh majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 pada pasal 16 ayat 1 dan 2 bahwa:

(1)“Tidak seorang anakpun akan mengalami gangguan tanpa

alasan dan secara tidak sah terhadap kehidupan pribadinya, keluarga, rumah atau surat menyurat ataupun serangan tidak sah

terhadap harga diri dan reputasinya”. Sedangkan pada pasal 2 bahwa: (2)”Anak mempunyai hak akan perlindungan hukum

terhadap gangguan atau serangan semacam itu”.13

Dengan demikian setiap anak dari berbagai macam latar belakang dan suku budaya akan tetap memiliki hak-hak tersebut karena hak-hak anak melekat sejak dalam kandungan seorang ibu tanpa pandang bulu dengan kata lain disamaratakan untuk mencapai keadilan bersama.

5. PERILAKU KEKERASAN

13

(17)

Pada dasarnya setiap manusia telah diberikan akal dan pikiran masing-masing oleh Tuhan dengan tujuan agar manusia dapat berfikir secara rasional. Sehingga manusia dapat berinteraksi dengan orang lain dengan melakukan hal-hal yang mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Maka dari itu dengan adanya interaksi yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus baik itu secara berkelompok maupun secara antar individu dapat dikatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.

Interaksi yang dilakukan manusia dalam hidup bermasyarakat akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru yang akan mempengaruhi pola pikir setiap manusia. Sehingga pola pikir setiap manusia akan berbeda satu sama lain sesuai tujuan dan maksud terntentu yang ingin dicapai. Interaksi yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari segala permasalahan yang menyebabkan adanya suatu benturan antar pihak. Dengan adanya benturan tersebut maka seseorang akan melakukan berbagai cara untuk dapat mencapai apa yang dia tuju dengan melakukan kontak langsung yang biasa disebut perilaku kekerasan.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 15a UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak mengenai

pengertian kekerasan bahwa: “Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum”.

(18)

kesengsaraan oleh orang lain yang menimpanya. Dengan demikian seseorang yang menjadi korban dari perilaku kekerasan dapat dikatakan telah dirugikan hak asasi manusianya karena pada dasarnya setiap manusia memiliki hak-hak sebagaimana yang telah diatur di dalam ketentuan Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) bahwa setiap orang memiliki:

“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan

pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi

manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.

Pada dasarnya perilaku kekerasan dapat terjadi kapanpun dan dimanapun yang mana dibagi menjadi dua jenis yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis atau kekerasan batin. Dalam perkembangan saat ini berbagai macam cara yang dilakukan oleh setiap orang dalam melakukan interaksi dengan orang lain, salah satunya adalah dalam melakukan kekerasan. Dahulu sering dapat dilihat bahwa setiap perilaku kekerasan hanya terlihat dari kasat mata dengan kontak fisik saja, namun pada saat ini perilaku kekerasan telah berkembang hingga mengarah pada kekerasan batin atau psikis yang sering disebut perilaku Bullying.

Bullying merupakan sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan

kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/kelompok.14 Dengan adanya perilaku Bullying maka setiap orang diharapkan memiliki kekuatan fisik dan kekuatan batin juga,

karena perilaku Bullying mengarah pada kontak batin seseorang. Dengan demikian seseorang akan memiliki kekuatan mental yang berbeda-beda dalam membela dirinya agar tidak terjadi suatu tekanan batin atau depresi.

14

(19)

Pada dasarnya perilaku Bullying memiliki 3 (tiga) jenis yaitu Bullying fisik, Bullying verbal Bullying mental/psikologi. Perilaku Bullying secara fisik memiliki

berbagai wujud yaitu : a. Menampar; b. Menimpuk; c. menginjak kaki; d. menjegal; e. meludah; f. memalak;

g. melempar dengan barang;

h. menghukum dengan berlari keliling lapangan; i. menghukum dengan cara push up;

j. menolak.

Sedangkan wujud dari perilaku Bullying secara verbal diantaranya :

a. memaki; b. menghina; c. menjuluki; d. meneriaki;

e. mempermalukan di depan umum; f. menuduh;

g. menyoraki; h. menebar gossip; i. memfitnah; j. menolak.

Perilaku Bullying yang terakhir adalah perilaku Bullying mental/psikologis yang memiliki wujud yaitu:

a. mendiamkan; b. mengucilkan; c. mempermalukan;

d. meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau e-mail; e. memandang yang merendahkan;

f. memeloroti; g. mencibir.15

15

(20)

Dengan berbagai macam perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan masyarakat maka perilaku Bullying ini merupakan suatu perilaku yang tidak pantas dilakukan dan dilarang oleh ketentuan hukum di Indonesia. pada dasarnya Indonesia merupakan negara hukum yang sangat berpegang teguh pada hak asasi manusia untuk mencapai keadilan. Maka dari itu setiap perilaku kekerasan yang terjadi di Indonesia baik itu secara fisik maupun batin merupakan perilaku yang bertentangan dengan ketentuan hukum di Indonesia.

Perilaku kekerasan dapat terjadi bagi siapapun tanpa pandang bulu karena manusia merupakan makhluk sosial yang mana akan memiliki hubungan timbal balik dengan orang lain. Maka dari itu perilaku kekerasan dapat terjadi pada siapapun baik itu dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak sekalipun.

B. HASIL PENELITIAN

1. Tugas dan Wewenang Dinas Pendidikan kota Salatiga

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di beberapa sekolah dasar di kota salatiga dan Dinas Pendidikan kota Salatiga mengenai penanganan dan penanggulangan perilaku Bullying yang terjadi dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah dasar.

(21)

Pada dasarnya Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki peran penting dalam kegiatan perlindungan dan pengawasan bagi perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dasar di Salatiga. Peran ini telah diberikan oleh negara terhadap Dinas Pendidikan kota Salatiga sebagaimana yang termuat dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga bahwa: “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”.

Dengan adanya ketentuan yang memberikan kewenangan terhadap Dinas Pendidikan kota Salatiga mengenai tugas dan tanggung jawab Dinas Pendidikan kota Salatiga maka Dinas Pendidikan kota Salatiga dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan terstruktur sesuai visi dan misinya.

Oleh karena itu di dalam struktur organisasi Dinas Pendidikan kota Salatiga terdapat beberapa bagian yang memiliki tugas dan wewenang masing-masing yang memiliki peran tersendiri yang berkaitan dengan sistem pendidikan di kota Salatiga.

Pembagian tugas di sini dimaksudkan agar Dinas Pendidikan kota Salatiga dapat bekerja secara professional dan efektif untuk memberikan perlindungan dan pengawasan terhadap seluruh sekolah yang ada di Salatiga sebaik mungkin.

(22)

di sekolah bukan saja antar siswa saja namun juga berhubungan dengan guru pendidik apakah guru pendidik dapat memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi siswanya atau malah membuat siswanya merasa tidak nyaman atau takut dengan cara pengajarannya.

Di dalam struktur organisasi Dinas Pendidikan kota Salatiga yang memiliki tugas dan wewenang mengenai semua aspek dalam sistem pendidikan sebagaimana yang termuat dalam Pasal 4 ayat 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga bahwa:

Susunan organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga terdiri atas: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, yang membawahi: 1. Subbagian Perencanaan; 2. Subbagian Keuangan; dan

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian c. Bidang Pendidikan Dasar, yang membawahi:

1. Seksi Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar; 2. Seksi Sekolah Menengah Pertama; dan

3. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar d. Bidang Pendidikan Menengah, yang membawahi:

1. Seksi Sekolah Menengah Atas;

2. Seksi Sekolah Menegah Kejuruan; dan

3. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah.

(23)

ini diharapkan dapat memberikan pelayanan terhadap seluruh siswa, guru pendidik maupun pengurus yang lain untuk dapat membentuk jati diri seorang anak menjadi lebih baik dan berakhlak mulia. Selain itu Dinas Pendidikan melalui bidang-bidangnya dalam lingkup sekolah dasar juga memberikan pengarahan kepada seluruh sekolah dasar yang ada di kota Salatiga dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan aman selama proses belajar mengajar.

Dengan adanya peran dan tanggungjawab Dinas Pendidikan serta pihak sekolah maka proses pendidikan di Indonesia akan mendapatkan suatu kenyamanan dan perlindungan demi kelancaran sistem pendidikan di Indonesia. Maka dari itu berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut :

2. Hasil wawancara di SDN Mangunsari 03 Salatiga.

Pada dasarnya Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki tugas dan tanggung jawab secara keseluruhan di seluruh sekolah di Salatiga maka dari itu di dalam kegiatan yang dilakukan Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak terlepas dari kerjasama dengan pihak sekolah masing-masing. Karena sekolah merupakan tempat dimana anak melangsungkan kegiatan belajar mengajar secara langsung. Di sekolah anak juga dapat mengembangkan mental dan fisiknya bersama teman dan guru pendidik di lingkungan sekolah.

(24)

tanggung jawab yang dilakukan sekolah terhadap maraknya perilaku Bullying di

lingkungan sekolah dasar diantaranya adalah “apabila terjadi perilaku Bullying maka Guru memberikan mediasi kepada orang tua kedua belah pihak serta anak tersebut untuk mencari solusi terbaik, namun orang tua tidak ikut campur secara penuh, karena ini merupakan masalah anak jadi yang paling utama untuk melakukan mediasi adalah anak supaya anak dapat menjalin kerukunan kembali didalam lingkungan sekolah maupun

diluar sekolah”.16

2.1. Kasus Posisi

Di dalam SD ini pernah terjadi suatu tindakan Bullying yang mana dilakukan antara kedua siswa. Pelaku melakukan tindakan Bullying dengan mengejek teman bermainnya saat berada di sekolah. Selanjutnya korban merasa dirinya tertekan batinnya sehingga korban menangis. Teman sekelasnya mengetahui korban menangis selanjutnya pelaku dilaporkan kepada guru dengan maksud supaya pelaku dapat diberi tindakan oleh guru pendidik yang ada di sekolah tersebut.17

2.2. Penanganan yang Dilakukan Pihak Sekolah

Pihak sekolah melakukan pemanggilan kepada kedua siswa tersebut untuk dimintai keterangan mencari tau penyebab kejadian perkara selanjutnya dilakukan mediasi antar kedua belah pihak yaitu pelaku dan korban. Tindakan ini dimaksudkan supaya kedua siswa ini dapat menjalin kerukunan kembali dalam berteman. Dan pada akhirnya kedua belah pihak dapat berdamai dan dapat menjalin kerukunan kembali di dalam sekolah.

16

Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015 17

(25)

Bentuk peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh sekolah memiliki tujuan agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan dengan kata lain secara mediasi karena pada dasarnya penyelesaian sengketa hukum dapat melalui jalur pengadilan maupun jalur mediasi. Namun demikian pihak sekolah dalam hal ini menjadi mediator yang bertindak secara netral untuk mencari solusi terbaik secara adil.

Dari sisi lain mengenai peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh pihak sekolah maka terdapat tindakan pertama saat terjadi perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Bentuk tindakan pertama yang dilakukan oleh pihak sekolah

diantaranya adalah “Guru memberikan nasehat kepada siswa agar perilaku Bullying tidak terjadi lagi serta meberikan nasehat untuk tidak saling mengejek dan saling mengucilkan antar sesama, serta dalam bersosialisasi dengan teman harus menjaga kerukunan bersama”.18

Bentuk tindakan ini dilakukan oleh sekolah memiliki tujuan supaya anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah dasar dapat mengerti bahwa menjaga kerukunan di antara teman-teman itu sangat penting dilakukan. Karena dengan adanya kerukunan maka perilaku Bullying akan terminimalisir dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan lancar.

Namun demikian dari sisi lain mengenai bentuk tindakan dan peran dari pihak sekolah, apabila perilaku Bullying memang terjadi di lingkungan sekolah dasar maka perlu adanya sesuatu yang membuat efek jera bagi seorang pelaku Bullying tersebut.

18

(26)

Maka dari itu dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada SDN Mangunsari 03 Salatiga mengenai bentuk sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah diantaranya adalah

dengan “Sanksi teguran dan Peringatan untuk tidak diulangi lagi. Bila diulangi maka nilai sikap pelaku tsb menjadi jelek pada bidang studi PKN”.19

Dengan diberikannya sanksi tersebut maka seorang pelaku Bullying akan merasakan efek jera atas perilakunya terhadap orang lain. Diharapkan orang tua juga dapat berperan penting dalam upaya mendidik anak-anaknya supaya tidak lagi terlibat dalam permasalahan perilaku Bullying.

2.3. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga

Dalam kasus yang terjadi di SD ini merupakan suatu perkara yang dapat diselesaikan oleh pihak sekolah sendiri. Pihak pelaku dan korban dapat berdamai serta tidak timbul masalah yang semakin besar. Sehingga pihak sekolah tidak melaporkan kasus tersebut kepada Dinas Pendidikan kota Salatiga karena permasalahan telah dapat diselesaikan dengan baik oleh pihak sekolah.

Dengan demikian Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak mengetahui bahwa pernah terjadi kasus Bullying di sekolah tersbut. Apabila sekolah melaporkan perkara tersebut kepada Dinas maka Dinas akan bertindak sebagai mediator antara kedua belah pihak untuk dapat melakukan penyelesaian perkara secara kekeluargaan dan tidak perlu dengan jalur pengadilan.20

3. Hasil wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga

19

Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015 20

(27)

Dengan adanya peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga dan SDN Mangunsari 03 Salatiga maka penulis juga melakukan wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga mengenai upaya penanggulagan perilaku Bullying di lingkungan sekolah.

Hasil wawancara yang penulis lakukan di SD tersebut mengenai peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap perilaku Bullying di

lingkungan sekolah dasar bahwa “Peran dan tanggung jawab sekolah menjadi pengawas

dan pelindung bagi siswa supaya tidak terjadi perilaku Bullying di lingkungan sekolah

dasar demi kelancaran proses belajar”.21

3.1 Kasus Posisi

Dalam SD tersebut pernah terjadi suatu perilaku Bullying yang mana dialami oleh seorang siswa yang disebabkan karena adanya perilaku siswa lain dengan menggertak temannya yaitu korban dengan maksud supaya korban bisa merasa takut saat ada bertemu dengan pelaku. Namun demikian korban hanya terdiam tidak berani untuk melapor dengan guru. Selanjutnya teman korban yang mengetahui melapor kepada guru untuk diberikan tindakan kepada pelaku tersebut.22

3.2. Penanganan yang Dilakukan Pihak Sekolah

Dari pemaparan hasil wawancara yang dilakukan penulis mengenai peran dan tanggung jawab dari sekolah terhadap perilaku Bullying maka terdapat tindakan pertama yang dilakukan oleh pihak sekolah saat terjadinya perilaku Bullying di lingkungan

21

Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015. 22

(28)

sekolah bahwa “dengan melakukan interogasi kronologi kejadian untuk mengetahui awal mula penyebab perilaku Bullying, melakukan perlindungan bagi korban dan pelaku agar

tercipta suasana yang kondusif”.23

Upaya ini dilakukan memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana permasalahan itu terjadi. Karena pada dasarnya dalam penyelesaian masalah perlu adanya kronologi kejadian yang jelas untuk mengungkap sebab dan siapa pihak-pihak yang terlibat dalam masalah tersebut. Dengan demikian maka suatu permasalahan perilaku Bullying akan dapat diselesaikan dengan baik oleh peran dari sekolah itu sendiri.

Selanjutnya mengenai akibat yang timbul saat terjadinya perilaku Bullying di lingkungan sekolah perlu adanya suatu tindakan yang akan menyebabkan efek jera pada pelaku Bullying. Maka dari itu menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis di SDN Salatiga 08 Salatiga bahwa bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku Bullying

diataranya “dengan memberikan peringatan kepada pelaku beserta meminta orang tua

pelaku untuk datang ke sekolah dengan maksud agar orang tua pelaku mengerti perilaku yang dilakukan anaknya itu merupakan perilaku yang dilarang dan melanggar peraturan,

memberikan sanksi nilai rapot tidak baik pada nilai kepribadian dalam proses belajar”.24

Dengan adanya pemberian sanksi tersebut diharapkan akan membuat efek jera kepada pelaku Bullying untuk tidak melakukannya lagi karena dari apa yang dilakukannya itu merupakan sebuah tindakan yang bertentangan dengan ketentuan hukum di Indonesia. Selain itu dari sisi orang tua juga diharapkan dapat menjaga dan

23

Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015. 24

(29)

mengarahkan anak-anaknya supaya tidak terlibat dalam tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ketentuan hukum di Indonesia.

3.2. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga.

Saat adanya kejadian yang terjadi di sekolah tersebut Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak mengetahui bahwa di sekolah tersebut telah terjadi perilaku Bullying. Karena pada dasarnya Dinas Pendidikan merupakan instansi kedinasan yang mana memiliki peran untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada guru dengan memberikan program-program baru dengan tujuan untuk mencegah adanya suatu perilaku Bullying yang bisa saja terjadi kapanpun.25

Dengan demikian selama pihak sekolah dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik secara kekeluargaan maka Dinas Pendidikan kota Salatiga telah sukses dengan program-program yang telah diberikan kepada setiap sekolah yang ada di Salatiga.

4. Hasil wawancara di SDN Blotongan 03 Salatiga

Dari beberapa data yang penulis paparkan mengenai peran dan tindakan Dinas Pendidikan kota Salatiga dan beberapa SD di Salatiga maka selanjutnya penulis melakukan wawancara di SDN Blotongan 03 Salatiga yang mana pada tahun 2008 telah terjadi perilaku kekerasan antar siswa di lingkungan sekolah dasar.

4.1. Kasus posisi

25

(30)

Bermula saat waktu istirahat di SD tersebut ada dua siswa yang bernama Iwan dan Heru yang melakukan kegiatan dengan saling kejar mengejar. Tiba waktu belajar dimulai seorang guru memberikan tugas pelajaran ilmu pengetahuan alam (atau disebut IPA) kepada siswa satu kelas tersebut. Namun demikian guru tersebut memberikan tugas karena guru tersebut mendapatkan tanggung jawab untuk melatih pramuka kepada siswa kelas lain.

Selama proses belajar mengajar berlangsung Iwan dan Heru saling kejar mengejar sangat dimungkinkan adanya unsur Bullying dengan saling ejek mengejek yang menyebabkan kedua siswa tersebut saling kejar. Selang beberapa waktu tiba-tiba Heru jatuh pingsan setelah melakukan kejar mengejar dengan Iwan. Kemudian siswa lain yang melihat segera melapor kepada Guru pengajar. Pihak sekolah melakukan tindakan pertama dengan membawa Heru menuju Unit Kesehatan Sekolah (atau disebut UKS) untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Kemudian Heru dibawa menuju Rumah Sakit oleh pihak sekolah karena Heru tidak sadarkan diri. Selama perjalanan nyawa Heru tidak dapat tertolong lagi. Suasana sekolah menjadi kacau setelah mendengar Heru telah meninggal. Maka dari itu pihak sekolah melalui kepala sekolah berusaha untuk meredam suasana sekolah supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diingan dan selalu dalam suasana kondusif. Kepala sekolah meminta Iwan untuk tetap tenang dan mendapatkan perlindungan oleh pihak sekolah melalui guru dan kepala sekolah.

(31)

luka lebam tersebut. Karena dari keterangan teman-teman heru sampai guru pengajar bahwa Heru memiliki penyakit yang belum sembuh yang tidak dipaparkan secara jelas. Dengan demikian belum adanya keterangan yang jelas mengenai penyebab Heru meninggal.

Selanjutnya para wartawan beserta pihak kepolisian setempat mendatangi SD tersbut untuk meminta keterangan kronologi kejadian. Pihak sekolah melarang wartawan untuk meminta keterangan karena begitu banyak pertanyaan yang nantinya akan menyebabkan Iwan menjadi depresi dan stress begitu hebat. Pihak sekolah melalui kepala sekolah hanya memperbolehkan pihak kepolisian untuk mencari keterangan kepada Iwan. Selama proses perkara, pihak sekolah melalui kepala sekolah mendampingi Iwan sampai kasus perkara benar-benar selesai.

Pihak sekolah melakukan pertemuan dengan keluarga kedua belah pihak beserta Iwan untuk melakukan penyelesaian masalah secara kekeluargaan. Karena dari hasil informasi yang sekolah peroleh berindikasi bahwa perkara ini bukan karena unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Iwan kepada Heru. Maka dari itu pihak sekolah juga memberikan keterangan kepada pihak kepolisian setempat, Dinas Pendidikan kota Salatiga, dan wartawan supaya tidak timbul berita-berita yang salah.

(32)

pihak sekolah dan keluarga Iwan juga memberikan santunan kepada keluarga Heru untuk biaya pemakaman dan memperingati 40 hari meninggalnya Heru.26

4.2. Peran yang Dilakukan Pihak Sekolah.

Dengan demikian bahwa mengenai peran dan tanggung jawab pihak sekolah terhadap perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah diantaranya dengan

“menjadi mediator antara pihak pelaku, pihak korban serta pihak terkait untuk dilakukan mediasi secara kekeluargaan. Kemudian, pihak sekolah melakukan pendampingan selama proses perkara. Pihak sekolah juga mengklarifikasi kronologi kejadian kepada Polisi, wartawan, Dinas Pendidikan Kota Salatiga serta warga sekitar untuk memberikan informasi yang akurat dan jelas agar selama proses perkara tercipta suasana yang aman

dan kondusif”.27

Bentuk peran yang dilakukan oleh pihak sekolah memiliki tujuan untuk dapat melindungi para pihak baik itu korban maupun pelaku supaya para pihak tidak merasakan depresi dan stres yang luar biasa.

Selanjutnya mengenai tindakan pertama yang dilakukan pihak sekolah saat terjadi perilaku Bullying di lingkungan sekolah di antaranya dengan “melakukan perlindungan dan tanggung jawab terhadap pelaku dan korban. Saat korban pingsan pihak sekolah langsung membawa ke rumah sakit namun dalam perjalanan menuju rumah sakit nyawa korban tidak dapat tertolong lagi”.28

26

Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015 27

Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015 28

(33)

Dengan adanya tindakan pertama yang dilakukan oleh pihak sekolah bertujuan untuk dapat melindungi kedua belah pihak agar tidak terjadi masalah-masalah baru yang semakin besar. Selain itu pihak sekolah sangat mengutamakan kesehatan psikis pelaku dan korban supaya kedua belah pihak tidak merasakan tekanan dari luar yang akan mempengaruhi kesehatan psikis anak tersebut.

Terjadinya perkara tersebut muncul tindakan dari sekolah tersebut untuk mmberikan sanksi terhadap pelaku Bullying selama dapat dibuktikan bahwa anak tersebut benar-benar melakukan perilaku kekerasan tersebut. Namun dalam perkara ini tidak dapat dibuktikan bahwa Iwan merupakan pelaku kekerasan yang menyebabkan Heru

meninggal. Dengan demikian pihak sekolah menyatakan bahwa “Anak tidak dapat dipidana karena kasus tersebut merupakan suatu ketidaksengajaan yang dilakukan oleh Iwan. Selanjutnya Iwan dimintai keterangan oleh kepolisian dengan didampingi Kepala Sekolah”.29

4.3. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga.

Dalam kasus yang terjadi di SD tersebut yang mengakibatkan korban meninggal maka Dinas Pendidikan Kota Salatiga juga ikut serta dalam memberikan pendampingan kepada pelaku bersama kepala sekolah supaya pelaku dapat merasa aman karena setelah terjadi kasus tersebut informasi ini langsung sampai ke kepolisian dan wartawan sehingga wartawan dan pihak kepolisian meminta keterangan kepada pelaku dalam hal kronologi perkara. Maka dari itu apabila tidak ada pendampingan dan perlindungan oleh Dinas dan kepala sekolah maka pelaku akan merasa takut dan tertekan batinnya.

29

(34)

Dinas Pendidikan juga melakukan interogasi terhadap sekolah tersebut supaya Dinas Pendidikan Kota Salatiga mengetahui kronologi kejadian yang sebenarnya karena sekolah merupakan tanggungjawab Dinas Pendidikan Kota Salatiga juga. Sehingga Dinas Pendidikan kota Salatiga juga dapat memberikan klarifikasi informasi yang akurat dan jelas kepada wartawan dan kepolisian karena Dinas Pendidikan kota Salatiga merupakan instansi kedinasan yang berwenang atas seluruh hal yang berkaitan dengan sistem pendidikan di kota Salatiga.30

5. Upaya yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Salatiga.

Sebagaimana yang penulis lakukan dengan mewawancari Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga dalam bidang kesiswaan bahwa dalam kaitannya mengenai maraknya perilaku Bullying di lingkungan sekolah yang dilakukan baik itu antar siswa maupun antara guru pendidik dan siswa maka terdapat peran dan tanggungjawab penting yang dilakukakan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga.

Peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga

dalam lingkungan sekolah yaitu “dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan terhadap guru Bimbingan Konserling (BK) guru bagian kesiswaan serta guru UKS pada setiap sekolah dasar agar guru BK dan guru UKS dapat melakukan tindakan pertama ketika terjadi perilaku Bullying disekolah dasar. Dinas memberikan program-program untuk mendukung kenyamanan serta ketertiban dalam melakukan kegiatan pendidikan di sekolah dasar kepada guru bagian kesiswaan serta pengawas internal”.31

30

Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015 31

(35)

Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan maka akan memberikan informasi penting bagi guru pendidik maupun semua pihak dalam sekolah bahwa anak perlu mendapatkan perlindungan dan perhatian yang ketat supaya anak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan nyaman dan aman.

Selain itu informasi yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga diharapkan dapat memberikan pandangan bagi seluruh pihak dalam sekolah bahwa perilaku kekerasan pada saat ini sangat berbahaya dan beresiko bagi perkembangan anak selama proses pendidikan berlangsung. Karena dengan adanya perilaku kekerasan pada saat ini khususnya perilaku Bullying akan menyebabkan seorang anak merasakan tekanan batin dan depresi yang begitu hebat.

Dengan adanya perilaku Bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga saat terjadi perilaku Bullying yang dilakukan oleh siswa ataupun guru pendidik yaitu dengan “melakukan investigasi kejadian perkara, membentuk tim khusus untuk memonitor apakah memang terjadi perilaku Bullying. Cek kebenaran pengawas dimintai keterangan atas kronologi perkara. Ada tindakan langsung dari internal yaitu sekolah untuk melakukan penyelesaian perkara secara kekeluargaan. Dinas Pendidikan kota Salatiga bekerja sama dengan POLRI dan TNI dengan meminta keterangan kepada guru bagian kesiswaan untuk diberikan pengertian dan pembinaan serta teguran bila memang terjadi perilaku Bullying di sekolah tersebut”.32

32

(36)

Tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi pelaku maupun korban supaya di dalam kasus yang terjadi tercipta suasana yang kondusif. Karena dengan adanya suasana yang kondusif maka seorang anak akan merasa aman dan terhindar dari rasa takut dan depresi.

Hal paling utama yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga adalah untuk memberikan perlindungan bagi sseluruh siswa baik itu yang terlibat dalam kasus kekerasan maupun tidak. Bagi siswa yang terlibat dalam kasus kekerasan dalam hal ini perilaku Bullying memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan kota Salatiga karena pola pikir seorang anak belum sepenuhnya dapat mengontrol tingkat emosi dalam batinnya. Maka dari itu peran Dinas Pendidikan kota Salatiga yang sangat penting untuk selalu mendampingi selama kasus berlangsung baik itu terhadap pelaku maupun korban.

Dengan adanya pendampingan selama kasus berlangsung oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga maka Dinas Pendidikan kota Salatiga juga bertindak untuk memberikan

sanksi “dengan memberikan teguran lisan, teguran tertulis, pemanggilan orang tua, pembinaan kepada pelaku dan orang tua pelaku untuk dilakukan mediasi antar kedua

belah pihak”.33

Karena pada dasarnya Dinas Pendidikan Kota Salatiga memiliki peran sebagai mediator dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan kasus secara kekeluargaan.

Sanksi ini diberikan dengan maksud agar para pihak baik itu korban maupun pelaku dapat mengerti bahwa perilaku Bullying ini merupakan perilaku kekerasan yang bertentangan dengan aturan hukum di Indonesia. Namun demikian sanksi ini diberikan

33

(37)

terutama pada pihak pelaku yang telah melakukan perilaku kekerasan yang menyebabkan seseorang menderita supaya pelaku mendapatkan efek jera dari apa yang telah dia lakukan.

C. ANALISIS

Dengan demikian di dalam sistem pendidikan di Indonesia terdapat pihak-pihak yang berperan penting untuk melakukan penanganan dan perlindungan bagi seluruh siswa yang dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil data di atas menyatakan bahwa peran dan tanggung jawab Dinas Pendidikan kota Salatiga adalah sebagai instansi yang memberikan pengawasan baik itu kepada siswa maupun guru pengajar.

Di samping itu bukan hanya Dinas Pendidikan Kota Salatiga saja yang memiliki peran dan tanggung jawab terhadap perilaku Bullying di lingkungan sekolah dasar melainkan masih ada pihak sekolah yang telah mendapatkan amanah dari Dinas Pendidikan untuk dapat mengontrol dan menangani setiap perilaku siswa serta guru dalam proses belajar mengajar dengan memberikan pengawasan yang ketat bagi semua hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar baik itu dalam pendidikan formal maupun informal.

(38)

Dengan demikian sertiap anak perlu mendapatkan hak-hak nya baik itu dalam proses pendidikan maupun yang lainnya. Karena setiap anak harus diberikan perlakuan yang sama dan secara adil tanpa diskriminasi.

Teori Keadilan Bermartabat

Indonesia merupakan negara yang berpegang teguh pada hak asasi manusia yang mana didalam sebuah teori yang dikemukakan oleh Teguh Prasetyo yang berlaku di Indonesia yaitu teori keadilan bermartabat yang menggambarkan tujuan hukum dalam sistem hukum berdasarkan Pancasila.

Teori ini mengedepankan adanya penekanan yang dilakukan terhadap asas kemanusiaan yang adil dan beradap, yang mendasari konsepsi memanusiakan manusia.34 Maka dari itu di Indonesia harus memberikan tindakan-tindakan nyata untuk dapat menjamin segala hak-hak yang dimiliki setiap manusia dalam hal ini adalah anak-anak karena seorang anak masih perlu adanya bimbingan dan arahan oleh orang lain supaya pola pikirnya akan berkembang dengan baik dan terhindar dari depresi.

Tindakan-tindakan nyata yang harus dilakukan oleh negara sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat sebagai mana yang tercantum dalam teori keadilan bermartabat mengenai tujuan hukum dalam sistem hukum berdasarkan pancasila.35

Dengan adanya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan kota Salatiga maka hak-hak yang dimiliki setiap anak akan terjamin dan terpenuhi dalam kaitannya mengenai upaya perlindungan dan penanganan dari perilaku

34

Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2015, hlm. 52. 35

(39)

Bullying di sekolah dasar. Sehingga anak akan merasa dirinya aman saat mengikuti

kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah dasar.

Upaya tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga telah sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh negara terhadap Dinas tersebut. Karena pada dasarnya negara Indonesia memberikan kewenangan kepada instansi-instansi kedinasan seperti hal nya yang dimiliki Dinas Pendidikan kota Salatiga ini harus berpegangteguh pada ketentuan hukum yang berlaku dan berdasarkan pancasila.

Dikaitkan dengan Tugas Pokok Dinas Pendidikan kota Salatiga serta sekolah

Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga merupakan upaya dan usaha yang harus dilaksanakan atas amanat yang telah diberikan oleh negara sebagaimana yang termuat dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota

Salatiga bahwa: “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan”.

(40)

Dengan adanya upaya tindakan dari Dinas Pendidikan kota Salatiga dan pihak sekolah maka sistem pendidikan di kota Salatiga akan berjalan dengan efektif dan kondusif. Karena pada dasarnya lingkungan sekolah merupakan tempat dimana anak akan membentuk akhlak dan pola perilaku anak itu sendiri. Maka dari itu perlu adanya bimbingan dan arahan oleh guru pendidik untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada setiap anak supaya anak mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Lingkungan sekolah juga berguna bagi setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minat nya untuk melatih psikis anak dalam berinteraksi dengan orang lain supaya anak terbiasa dengan hal-hal yang baru dia rasakan. Namun demikian segala kegiatan tersebut tidak terlepas dengan tanggung jawab dari pihak sekolah yang memiliki tugas untuk menciptakan suasana yang aman nyaman dan kondusif.

Namun demikian dari apa yang telah diamanahkan kepada Dinas Pendidikan kota Salatiga mengenai tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan kota Salatiga masih memiliki kelemahan diantaranya tidak adanya suatu hubungan kerjasama yang baik antara Dinas dan pihak sekolah. Tim pengawas internal yang terdapat dalam sekolah belum sepenuhnya menjalankan tugasnya untuk memberikan seluruh informas yang terdapat di dalam sekolah tersebut kepada Dinas Pendidikan kota Salatiga. Sehingga Dinas Pendidikan kota Salatiga seringkali tidak mendapatkan informasi dari sekolah yang menyebabkan Dinas Pendidikan tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya sepenuhnya.

Dikaitkan dengan UU Perlindungan Anak

(41)

setiap anak maka selama proses kegiatan belajar di sekolah, anak memiliki hak atas perlindungan dari berbagai pihak yang harus dia rasakan sebagaimana yang termuat dalam Pasal 9 Ayat (1a) UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa: “Setiap Anak

berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik,

dan/atau pihak lain”.

Dengan demikian telah jelas diatur mengenai hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan oleh berbagai pihak dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan kota Salatiga serta seluruh pihak yang ada di dalam sekolah di kota Salatiga yang pada dasarnya kedua pihak ini memiliki peran dan tanggung jawab secara khusus terhadap kesejahteraan anak dalam konteks sistem pendidikan di Salatiga.

Yang menjadi point utama dalam upaya penanganan serta penanggulangan perilaku Bullying di lingkungan sekolah dasar adalah dengan adanya tindakan langsung secara nyata oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga dan pihak sekolah untuk mencari inovasi-inovasi baru dengan tujuan mencegah adanya perilaku Bullying yang sewaktu-waktu akan terjadi.

(42)

diberikan amanat untuk menjalankan tugas dan wewenangnya oleh negara sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Dikaitkan dengan Hak Anak

Dengan demikian berkaitan dengan satu materi yang penulis angkat mengenai perlindungan anak dalam sistem pendidikan maka sangat dimungkinkan bahwa setiap anak memang seharusnya mendapatkan perlindungan dan pengawasan dari guru pendidik di sekolah maupun pihak-pihak yang lain yang memiliki kewenangan dalam upaya perlindungan anak dari perilaku Bullying.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis paparkan yang diambil dari Dinas Pendidikan kota Salatiga dan beberapa sekolah dasar yang ada di Salatiga menyatakan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kedua instansti tersebut memiliki satu tujuan untuk menjamin hak-hak yang dimiliki oleh setiap anak sebagaimana yang termuat dalam konvensi hak anak yang disetujui oleh majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 pada pasal 16 ayat 1 dan 2 bahwa:

(1)“Tidak seorang anakpun akan mengalami gangguan tanpa

alasan dan secara tidak sah terhadap kehidupan pribadinya, keluarga, rumah atau surat menyurat ataupun serangan tidak sah

terhadap harga diri dan reputasinya”. Sedangkan pada pasal 2 bahwa: (2)”Anak mempunyai hak akan perlindungan hukum

terhadap gangguan atau serangan semacam itu”.36

Apabila hak-hak setiap anak dapat dijamin oleh negara maka kesejahteraan anak di Indonesia akan tercapai. Karena tujuan adanya hukum di masyarakat adalah untuk

36

(43)

mencapai keadilan kepastian dan kemanfaatan hukum. Sehingga dengan adanya hukum maka setiap manusia akan terjamin hak asasinya.

Seperti halnya mengenai upaya perlindungan dan penanganan perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan pendidikan yaitu sekolah dasar yang dilakukan oleh negara melalui Dinas Pendidikan kota Salatiga dan sekolah di Salatiga menyatakan bahwa upaya ini merupakan tindakan tanggung jawab dari negara untuk berperan penting untuk melindungi warganya dalam hal ini adalah anak.

Dengan demikian peran Dinas Pendidikan kota Salatiga dalam upaya penanggulangan dan penanganan perilaku Bullying di sekolah dasar di Salatiga yaitu dengan memberikan pelatihan kepada guru pendidik untuk mencegah perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah dasar merupakan terobosan-terobosan untuk menanggulangi maraknya perilaku Bullying di sekolah dasar.

Selain itu mengenai tindakan utama dan sanksi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga merupakan usaha untuk menangani saat terjadinya Bullying di sekolah dasar. Dengan demikian maka Indonesia telah berperan penting dalam menegakkan keadilan di Indonesia yaitu dengan memberikan amanat kekuasaan kepada Dinas Pendidikan kota Salatiga untuk dapat melakukan tugasnya melindungi masyarakat khususnya anak dalam lingkungan pendidikan.

(44)

perilaku Bullying serta dapat merasakan suatu keadilan yang ada di Indonesia, dengan kata lain dapat terjamin hak-hak nya.

Referensi

Dokumen terkait

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu Sumber

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Pembangunan Gedung Terminal (OTSUS) Pengawasan Lanjutan Pembangunan Terminal Kecamatan Bintang JB: Barang/jasa JP: Jasa Konsultansi.

Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang.. Perpindahan panas dapat terjadi

Seni Teater, termasuk di dalamnya teater tradisional bukan hasil kerja individu, tetapi merupakan hasil kreativitas bersama (kolektif) dengan beberapa awak pendukung pentas.

Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai. landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di

PEMERINTAH DAERAH BENGKULU UTARA SEKRETARIAT DAERAH.. PEJABAT

26 Pembangunan Balai Pembibitan Pertanian (Screen

Penelitian ini mengkaji tentang jenis tanaman mangrove dan tanaman lainnya yang masuk sebagai kawasan penyangga atau green belt, luas green belt, persentase green belt