• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh : Nanang Suhendri DEPARTEMENT ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun Oleh : Nanang Suhendri DEPARTEMENT ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

FILM LASKAR PELANGI DAN MOTIVASI BELAJAR

(Studi Korelasional Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi

Belajar Siswa di SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 Kota

Medan)

Disusun Oleh :

Nanang Suhendri 070922057

DEPARTEMENT ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKS

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh film Laskar Pelangi terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dharma Pancasila di kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan.. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh hubungan antarafilm Laskar Pelangi dan motivasi belajar siswa terutam di SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan. Berkaitan dengan hal itu, maka peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan yaitu : Teori uses and gratifications. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metodologi penelitian korelasional. Metode korelasional yaitu metode yang meneliti sejauh mana variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 2004 : 2).

Objek penelitian yaitu siswa-siswi SMP Dharma Pancasila Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang responden dengan mengambil lokasi di SMP tersebut. Adapun cara yang digunakan penulis dalam menentukan sampel adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% (Rahmat, 1991:82). Kemudian digunakan teknik penarikan sampel yaitu proporsional stratified sampling dan purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu penelitian kepustakaan (library research) berupa buku-buku yang dianggap relevan dan penelitian lapangan (field research) berupa kuesioner serta wawancara.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa menggunakan rumus Korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman (korelasi tata jenjang) yang disebut dalam bahasa Inggris rank difference correlation atau rank order correlation, digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Dalam teknik ini setiap data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar (diranking). Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 kota medan.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmannirrahim

Syukur alhamdulillah ke hadirat allah SWT, karena dengan izin dan ridho-Nya maka penyusunan skripsi yang berjudul “Film Laskar Pelang dan Motivasi Belajar” yaitu studi koresinal pengaruh film Laskar Pelangi terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan, ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerfima bantuan moral dan meterian dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, Selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. Suwardi Lubis Msi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan, waktu serta kesabaran dalam membimbing penulis hingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkanku selama ini serta seluruh keluargaku yang telah mendukung.

(4)

7. Untuk staf jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : Kak Icut, Kak Ros, serta Maya, yang ikut memperlancar pengerjaan skripsi.

8. Buat teman-temanku stambuk 2007 Ilmu Komunikasi Ekstension : Rinal, Murdiana Sari, Rizki Putra & Barus, Juliana, Zulia, B’ De2k, Mery Deswita, Mbak Komeng dan teman-teman yang tidak penulis ucapkan satu persatu.

9. Untuk teman-teman satu kos’an Erick: Madhan, Tian, Boby, Maidar dan Suri makasih untuk kalian semua.

Tiada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, setiap manusia hidup dengan ketebatasannya masing-masing demikian pula skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Amin.

Medan, Juni 2009 Penulis,

Nanang Suhendri NIM. 070922057

(5)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar... viii

Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Pembatasan Masalah ... 6

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Kerangka Teori ... 7

1.5.1. Teori Uses and Gratifications ... 7

1.6. Kerangka Konsep ... 18

1.7. Model Teoritis ... 18

1.8. Operasional Variabel ... 19

1.9. Definisi Operasional ... 20

1.10. Hipotesa ... 22

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Komunikasi ... 17

2.2. Komunikasi Massa ... 21

2.3. Media Massa ... 22

2.4. Film Sebagai Media Massa ... 23

2.5. Motivasi Belajar ... 24

2.6. Teori uses and gratifications ………... 26

2.7. Sekilas Mengenai Film Laskar Pelangi ... 33

2.7.1. Film Laskar Pelangi ... 31

2.7.2. 25 Fakta Tentang Film Laskar Pelangi ... 35

2.8. Dibalik Layar Film Laskar Pelangi ... 38

2.8.1. The Script ... 39

2.8.2. The Actors ... 41

(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

3.1.1. Sejarah Yayasan Pendidikan Dharma Pancasila ... 51

3.1.2.Visi dan Misi Sekolah SMP Dharma Pancasila ... 51

3.2. Metodologi Penelitian... . 54

3.2.1 Metode Penelitian ... 54

3.2.2 Lokasi Penelitian ... 54

3.3 Populasi dan Sampel ... 54

3.3.1. Populasi Penelitian ... 54

3.3.2. Sampel ... 55

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 57

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.6 Teknik Analisa Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 61

4.1.1. Tahap Awal ... 61

4.1.2. Pengumpulan Data ... 61

4.2. Teknik Pengolahan Data ... 62

4.3. Penyajian Tabel Tunggal ... 63

4.3.1. Karakteristik Responden ... 63

4.3.2. Pengaruh Film Laskar Pelangi ... 64

4.3.3. Motivasi Belajar ……… 71

4.4. Penyajian Tabel Silang ... 83

4.5. Uji Hipotesis ... 84

4.6. Pembahasan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 88

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.8 Tabel Operasional Variabel 19

Tabel 3.1.1 Tabel Pengurus Yayasan Dharma Pancasila 53

Tabel 3.3.1 Tabel Populasi 55

Tabel 3.3.2 Tabel Sampel 56

Tabel 4.1 Tabel Jenis Kelamin 63

Tabel 4.2 Tabel Usia Responden 63

Tabel 4.3 Tabel Tingkat Pendidikan/Kelas 64

Tabel 4.4 Tabel Penilaian Terhadap Isi Cerita Film Laskar Pelangi 64

Tabel 4.5 Tabel Tertarik Menonton Film Laskar Pelangi Karena Tokoh-Tokohnya 65 Tabel 4.6 Tabel Tertarik Menonton Film Laskar Pelangi Karena Jalan Ceritanya 65 Tabel 4.7 Tabel Tertarik Menonton Film Laskar Pelangi Karena Penyajian Gambarnya 66

Tabel 4.8 Tabel Adegan Pertama Kali Masuk Sekolah 66

Tabel 4.9 Tabel Adegan Karnaval 67

Tabel 4.10 Tabel Adegan Cerdas Cermat 67

Tabel 4.11 Tabel Adegan Saat Lintang Putus Sekolah 67

Tabel 4.12 Tabel Perasaan Ketika Menonton Film Laskar Pelangi 68

Tabel 4.13 Tabel Penilaian Soundtrack: Nidji (Laskar Pelangi) 68

Tabel 4.14 Tabel Penilaian Soundtrack: Sherina (Ku Bahagia) 69

Tabel 4.15 Tabel Penilaian Soundtrack: Gita Gutawa (Tak Perlu Keliling Dunia) 69

Tabel 4.16 Tabel Tokoh yang di Sukai Dalam Film Laskar Pelangi 70

Tabel 4.17 Tabel Penilaian Terhadap Film Laskar Pelangi 70

(8)

Tabel 4.19 Tabel Pemahaman Isi Cerita Film Laskar Pelangi 73

Tabel 4.20 Tabel Persahabatan Dalam Film Laskar Pelangi 74

Tabel 4.21 Tabel Kegigihan Lintang Bersepeda 80 Km ke Sekolah 74

Tabel 4.22 Tabel Semangat Belajar Para Laskar Pelangi 75

Tabel 4.23 Tabel Perjuangan Bu Muslimah dan Pak Harfan Dalam Mengajar 75

Tabel 4.24 Tabel Alasan Menonton Film Laskar Pelangi 76

Tabel 4.25 Tabel Perjuangan Pak Harfan Dalam Mempertahankan SD Muhammadiyah 76

Tabel 4.26 Tabel Perjuangan Bu Muslimah Dalam Bidang Pendidikan 77

Tabel 4.27 Tabel Perjuangan Para Anggota Laskar Pelangi Dalam Meraih Cita-Cita 77

Tabel 4.28 Tabel Perjuangan Lintang Untuk Dapat Bersekolah 78

Tabel 4.29 Tabel Respon Setelah Menonton Film Laskar Pelangi 78

Tabel 4.30 Tabel Menemukan Sosok Bu Muslimah 79

Tabel 4.31 Tabel Sikap Bu Muslimah Dalam Mengajar 79

Tabel 4.32 Tabel Mendapatkan Pengetahuan Baru 80

Tabel 4.33 Tabel Film Laskar Pelangi Mengandung Pesan Moral Yang Baik 80

Tabel 4.34 Tabel Termotivasi Setelah Menonton Film Laskar Pelangi 81

Tabel 4.35 Tabel Pelajaran Yang Disukai di Sekolah 82

Tabel 4.36 Tabel Penilaian Terhadap Dunia Pendidikan Saat ini 82

Tabel 4.37 Tabel Pengaruh Isi Cerita Film Laskar Pelangi dengan Mendapatkan

Pengetahuan Baru 83

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Teoritis ... 12

Gambar 2 Model Uses and gratifications……… 34

Gambar 3 Teori Uses and Gratifications dalam Operasional……….. 36

Dambar 4 Model Laswell ………. 37

Gambar 5 Gambar Dibalik Layar Film Laskar Pelangi ... 38

(10)

LAMPIRAN

1. Biodata 2. Kuesioner

3. Tabel Fotran Cobol 4. Data Mentah 5. Surat Penelitian

6. Surat Keterangan Penelitian

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Film Indonesia yang kini mulai diminati banyak masyarakat dari anak abg, remaja sampai dewasa pun tak kalah bersaing dengan film asing, kalau dulu dunia perfilman Indonesia sangat mengkhawatirkan karena tidak adanya produk terbaru dari para anak bangsa atau sineas justru berlainan halnya pada 6 tahun terakhir ini, karena film Indonesia mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat. Berbagai film pada 6 tahun terakhir ini sangat beragam, dimulai dari percintaan, perasahabatan, horor sampai film yang menceritakan tentang dunia pendidikan kita.

Dimulai pada tahun 2002 film Indonesia yang sempat menarik perhatian khususnya remaja “Ada Apa Dengan Cinta” selanjutnya diikuti bebagai judul film yang bertema cinta seperti Effel I’m In Love (2004), Heart (2006), Cinta Pertama (2007) tidak hanya bertema cinta yang menarik perhatian penonton tema dalam dunia pendidikan di Indonesia juga ikut meramaikan bioskop yaitu film Laskar Pelangi yang mulai tayang tanggal 25 September 2008.

Film Laskar Pelangi adalah salah satu film yang memiliki banyak penggemar. Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah SD dan SMP di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah : Ikal, Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara, Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah, Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam, A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman, Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz, Kucai;

(12)

Mukharam Kucai Khairani, Borek aka Samson, Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari, Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan.

Mereka bersekolah dan belajar pada belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Laskar Pelangi merupakan kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam menjadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada hari pendaftaran murid baru, Kepala Sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumalah murid baru sembilan. Kepala Sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu menadaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. “Mohon agar anak saya bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada di Bangka, “mohon sang ibu. Semua gembira,. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas. Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul “Laskar Pelangi” oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kanjing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang

(13)

berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama. Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu ternyata mampu menginspirasi banyak orang. Seorang ibu di Bandung, misalnya mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebut diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku ini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. “Setiap malam saya mendengar suara tangis dari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia jadi semangat untuk ikut rehabilitas. Kini Niko berhasil berhenti sebagai pecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi,” ungkap Windarti Kosasih sang ibu. Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febbi, salah satu pembaca, langsung terinspirasi untuk menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat. “Saya kagum karena anak-anak yang diceritakan di buku itu penuh semanagat walau fasilitas di sekolah jauh dari memadai,” ujar Febbi yang juga datang ke Kick Andy untuk bersaksi.

Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang sering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya.

Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalsan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar

(14)

biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian dimana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata kita bahkan merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.

Film Indonesia yang katanya paling ditunggu-tunggu tahun ini sudah kelar proses syutingnya bulan juli lalu. Kabarnya film “Laskar Pelangi” akan siap edar bulan September 2008 . Proses syuting dilakukan langsung di lokasi sebenarnya di pulau Belitong. Tokoh-tokoh utama anak-anak mengambil anak-anak asli Belitong. Ikal anak-anak akan diperankan aleh Zulfany 12 tahun. Didukung oleh aktor dan aktris kawakan seperti : Ikranegara (Pak Harfan, kepsek Muhammadiyah), Cut Mini (Bu Mus), Rieke DP (ibu ikal), Mathias Muchus (ayah ikal), Lukman Sardi (Ikal dewasa), dan Tora Sudiro (Pak Mahmud, tokoh baru).

Berangkat dari urutan dan sejarahnya dari sisi cerita yang mengambil tentang dunia pendidikan yang memprihatinkan di masyarakat di pedalaman Belitong membuat film ini berbeda dengan film-film lainnya. Film ini mendapat sambutan hangat dari para penonton, hal ini dapat terlihat dari jumlah penontonnya yang sangat banyak di bioskop dan berbagai macam penontonnya bukannya hanya dari anak-anak, remaja orang dewasa sampai para pejabat tinggi Pemerintahan ikut menonton film Laskar Pelangi, seperti Bapak Presiden kita Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), juga wakilnya Bapak Jusuf Kalla (JK), serta pejabat pemerintahan lainnya ikut menonton Film Laskar Pelangi tersebut.

(15)

Dikarenakan segmen pasar film ini ditujukan untuk semua kalangan, maka penulis memilih siswa-siswa SMP Dharma Pancasila sebagai objek penelitian dikarenakan siswa-siswa SMP Dharma Pancasila sudah menonton film Laskar Pelangi di bioskop dan di Sekolah yang diputar oleh guru di dalam kelas pada saat belajar, selain itu siswa SMP adalah remaja yang heterogen yang dapat memberikan opini yang beragam mengenai film yang diteliti, sehingga peneliti bisa mendapatkan relaitas sesungguhnya dari penelitian ini.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk meneliti Sejauhmanakah Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar.

(16)

1.2PERUMUSAN MASALAH

Adapun perumusan masalah dalam penelitian adalah : “Sejauhmanakah Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Dharma Pancasila di Jl. Dr. Mansyur No.71, Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

1. Masalah yang diteliti adalah Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar. 2. Objek penelitian adalah para siswa SMP Dharma Pancasila dari kelas VIII dan kelas IX

yang sudah menonton Film Laskar Pelangi.

3. Penelitian dilakukan di SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2009.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan siswa SMP Dharma Pancasila terhadap Film Laskar Pelangi .

2. untuk mengetahui tanggapan siswa SMP Dharma Pancasila mengenai isi cerita Film Laskar Pelangi dengan realitas yang ada.

3. Untuk mengetahui motivasi siswa SMP Dharma Pancasila setelah menonton Film Laskar Pelangi.

(17)

4. Untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi setelah menonton Film Laskar Pelangi.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap motivasi siswa.

3. Secara pribadi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah peneliti khususnya dalam bidang pendidikan.

1.5 KERANGKA TEORI

Teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi dan menemukan alat-alat analisis data (Bungin, 2005:25). Teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian tersebut adalah, Model Uses and Gratifications.

Model Uses and Gratifications ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikan massa dalam melayani khalayak. Uses and Gratification merupakan pengembangan dari model jarum Hipodermik. Model ini tertarik pada apa yang dilakukan pada media pada diri khalayak, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media, sebab khalayak dianggap aktif menggunakan meddia untuk memenuhi kebutuhannya. Studinya memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasaan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Dalam proses komunikasi

(18)

massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasaan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

Herbert Blumer dab Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori uses and gratifications (kegunaan dan kepuasaan) ini diperkenalakan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communication: Current Perspectives on gratification Research. Teori uses and gratification milik Blumer dan Katz ini mengatkan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang palingh baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya teori ini mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Teori uses and gratification berusaha untuk menunjukkan perbedaan seorang/sekelompok orang dalam memanfaatkan media. Perbedaan itu muncul berdasarkan penilaiian daya guna, fungsi dan kepuasan apa yang diberikan media terhadap tanggapan khalayak. Pada akhirnya juga faktor pembedaan dalam penerimaan ini menentukan seberapa jauh suatu pesan media massa disosialisasikan pada masing-masing orang. Penelitian ini tentang pengaruh film Laskar Pelangi terhadap motivasi belajar siswa, dimana dapat disimpulkan baahwa film berguna bagi setiap orang dalam mengarahkan motivasinya yang khusus dan sesuai dengan karateristik psikologissnya. Atau kitapun dapat mempunyai satu alasan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena setiap orang pada dasarnya berbeda sehingga tentu mengatakan film mempunyai kegunaan dan memuaskan penontonnya sesuai motivasi khalayaknya, contohnya film Laskar Pelangi yang dapat memberikan motivasi belajar bagi siswa. Berdasarkan hal diatas diperoleh suatu gambaran mengenai kepuasaan orang menonton film;

(19)

2. Kebiasaan, penonton mengakui bahwa menonton karen atelah menjadi kebisaan yang rutin yang akibatnya dapat menggantisipasi masa depan yang lebih baik.

3. Mengisi waktu, film yang ditonton asyik sebagai pengisi waktu.

4. Kewajiban sosial, film yang ditonton dapat dijadikan sebagai sarana interaksi sosial antara sesorang dengan sesamanya.

5. Santai, film yang ditonton dapat membantu orang untuk dapat menghilangkan ketegangan.

6. Menghilangkan kejenuhan, dengan menonton film seseorang dapat menghilangkan kejenuhan.

7. Membantu memecahkan masalah, film sangat membantu memecahkan pelbagai

masalah dalam kehidupan penontonnya. Tema film dapat memberikan petunjuk bagaimana seharusnya kita memahami dan membantu orang lain sehingga kita dapat merefleksi kenyataan hidup orang lain.

Teori uses and fratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya manusia itu mempunyai otonnomi, wewenang untuk memperlakukan media. Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengaubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana media akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media itu akan berdamapak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan. Dalam memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan medai oleh orang itu (uses) dan keputusan yang diperoleh (gratifications). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, perbedaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial.

Menurut para pencetusnya, Elihu Katz, Jay G. Blumer dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan

(20)

harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. Model ini memang mengandung kritik, tetapi yang jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan atas kebutuhan seseorang, salah satu teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan pesan media. Pendekatan uses and gratifications mempersoalkan apa yang dilakukan para media, yakni menggunakan media untuk pemuasaan kebutuhannya. Umumnya khalayak lebih tertarik bukan kepada apa yang khalayak lakukan pada media, tetapi apa yang dilakukan media pada khalayak. Efek atau pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern, orang memperoleh banyak informasi tentnag dunia dari media massa. Pada saat yang sama, khalayak sukar mengecek keberadaan yang disajikan media.

Pendukung teori berikutnya motivasi belajar, teori yang digunakan adalah Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial), ditampilkan oleh Albert Badura ini mengkaji proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses pembelajaran sosial. Teori pembelajaran sosial menyatakan belajar terjadi dengan cara menunjukkan tabggapan (responde) dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan (reinforcement) dimana tanggapan akan diulangi (dipelajari) jika oraganisme mendapat ganjaran (reward). Tanggapan ini tidak akan diulangi jika organisme menadapat hukuman (punishment) atau bila tanggapan tidak memimpinnya ketujuan yang dikehendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh stimulus yang dtimbulkan oleh kondisi-kondisi peneguhan. Titik permulaan dari

(21)

proses belajar adalah peristiwa yang bisa diamati baik langsung maupun tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa tersebut mungkin terjadi pada kegiatan orang sehari-hari, dapat pula disajikan secara langsung oleh televisi, buku, film dan media massa lainnya. Peristiwa itu bisa merupakan penunjukkan nyata suatau perilaku (seperti perilaku agresif pada novel) atau ilustrasi (abstract modelling atau model yang diabstraksikan). Perilaku nyata dipelajari dari observasi perilaku tersebut, sedangkan sikap, nilai, pertimbangan moral, dan persepsi terhadap kenyataan sosial dipelajari melalui abstrack modelling.

Perhatian kepada suatu peristiwa ditentukan oleh karateristik peristiwa itu sendiri (atau rangsangan yang dimodelkan) kara

Social learning theory terdiri dari: attentional prosess (proses atensi atau perhatian) , berikutnya adalah retention process (proses retensi), dilanjutkan oleh motor reproduction process (proses reproduksi motor), dan yang terakhir motivasional process (proses motivisional). Pada langkah pertama

(22)

1.6 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukan sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah untuk merumuskan kerangka konsep sebagai hasil dari suatu pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1995:35).

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas

Yaitu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Film Laskar Pelangi”.

2. Variabel Terikat

Adalah akibat atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Motivasi Belajar”.

1.7 MODEL TEORITIS

Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi satu model teoritis yang mengacu pada teori uses and gratifications :

Variabel Bebas (X) :

( Pengaruh Film Laskar Pelangi )

Variabel Terikat (Y) :

( Motivasi Belajar

)

(23)

1.8 OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan kerangka konsep dan kerangka teori yang telah disajikan diatas, maka dibuat operasionalisasi variabel yang berfungsi untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu :

Veriabel Teoritis Variabel Operasional

Veriabel Bebas ( X )

Pengaruh Film Laskar

Pelangi

1. Tema 2. Alur 3. Isi Pesan 4. Akting 5. Aktor/ Aktris

6. Bahasa yang digunakan 7. Tingkah laku

8. Gaya berpakaian 9. Soundtrack 10.Promosi

Variabel Terikat (Y)

Motivasi Belajar

1. Orientasi Kognitif - Informasi- education - Pembelajaran

- Peneguhan

2. Kebutuhan akan hiburan 3. Kebutuhan akan kontak

sosial

4. Aktualisasi diri

5. Kebutuhan akan model

Karateristik Responden

1. Usia

2. Jenis kelamin

(24)

1.9 DEFINISI OPERASIONAL

Menurut Singarimbun (1995:46), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini varibael-variabel dapat definisikan sebagai berikut :

a. Variabel Bebas ( Pengaruh Film Laskar Pelangi ), terdiri dari : 1. Tema adalah bahasa pokok dari film tersebut.

2. Alur cerita adalah rangkaian peristiwa dalam suatu kejadian yang dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita kearah klimaks dan sampai selesainya cerita (Salim, 1995:48).

3. Isi pesan adalah kandungan cerita yang terdapat dalam film tersebut, apakah kandungan cerita tersebut dapat dimengerti atau tidak.

4. Akting adalah peran drama, sandiwara, film atau gambaran perwatakan yang dinyatakan dalam suara, gerak dan mimik (Salim, 1995 :34).

5. Aktor/ Aktris adalah para pelaku atau pemeran, pemain film, sandiwara, baik pria maupun wanita (Salim, 1995 :34).

6. Bahasa yang digunakan adalah rangakain kalimat yang diucapkan oleh para pemain. 7. Tingkah laku adalah tingkah laku yang ditampilkan aktor/ aktris dalam beradegan,

apakah tingkah laku para pemain sopan, kasar dan sebagainya.

8. Gaya berpakaian adalah gaya berpakaian yang digunakan dalam setiap adegan, apakah pakaian yang digunakan sopan, terbuka dan sebagainya.

(25)

10.Promosi adalah suatu usaha yang dilakukan perusahan dengan menggunakan media massa dengan tujuan untuk mempengaruhi/ membujuk khalayak agar membeli produk/ jasa yang dijual.

b. Variabel Terikat (Motivasi Belajar) :

1. Orientasi Kognitif adalah kebutuhan akan informasi dan pemahaman akan suatu kondisi/ keadaan

- Informasi-edukasi yaitu informasi yang didapat dari menonton Film Laskar Pelangi dapat menambah pengetahuan siswa.

- Pembelajaran yaitu hikmah apa yang didapat siswa dari cerita Film Laskar Pelangi. - Peneguhan yaitu siswa mengkonsumsi Film Laskar Pelangi untuk mencari tahu

mengapa seseorang melakukan sesuatu dan meneguhkan informasi yang ada.

2. Kebutuhan akan hiburan yaitu pola konsumsi media akan dilakukan kembali apabila dianggap memberikan ganjaran hiburan seperti yang dialami di waktu lalu.

3. Kebutuhan akan kontak sosial yaitu individu mengonsumsi medai massa untuk

melakukan kontak sosial dengan orang lain. Tidak jarang isi dari media massa menjadi bahan percakapan dalam membina interaksi sosial.

4. Aktualisasi diri adalah individu menggunakan media massa sebagai media imajinasi melalui identifikasi dengan tokoh untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan ataupun rasa sayang dari orang lain yang tidak didapatnya dalam kehidupan nyata.

5. Kebutuhan akan model yaitu individu menggunakan media massa sebagai sarana untuk mencari model, melalui tokoh-tokoh yang ada pada media massa.

(26)

1.10 HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenerannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang kebenarannya akan di uji berdasarkan data yang dikumpulkan. (Soehartono, 2004:26-27).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Film Laskar Pelangi dan Motivasi Belajar Siswa di SMP Dharma Pancasila Jl. Dr. Mansyur No.71, Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara Film Laskar Pelangi dan Motivasi Belajar Siswa di SMP Dharma Pancasila Jl. Dr. Mansyur No.71, Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan.

(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 KOMUNIKASI

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cheery dalam stuart, 1983).

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D Laswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalaui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.

Lain halnya dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi yang lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seorang berlindung pada suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa:

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan atarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu’. (Book, 1980).

(28)

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa:

‘Komunikasi adalah proses dimana suatu ide diahlikan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawarence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa :

‘Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

Definisi-definisi yang dikemukan diatas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh memengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

Oleh karena itu, jika kita berda dalam suatu situasi berkomunikasi, kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.

Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Laswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain (1) manusia dapat mengontrol lingkungannya, (2) beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta (3) melakukan

(29)

transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. Selain itu, ada beberapa pihak menilai bahwa dengan komunikasi yang baik, hubungan antarmanusia dapat dipelihara kelangsungannya.

Fungsi komunikasi juga bisa ditelusuri dari tipe komunikasi itu sendiri. Komunikasi dibagi atas empat macam tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi atarpribadi (interpersonal communication), komunikasi publik, dan komunikasi massa.

Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.

Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi, juga kita dapat membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara kita, apakah dengan tetangga, teman kantor atau dengan orang lain.

Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), memengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur.

Komunikasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Akan tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar (audovisual), menyebabkan fungsi media massa telah mengalami banyak perubahan.

Sean MacBride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan,

(30)

tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide. Oleh karena itu, komunikasi massa dapat berfungsi sebagai berikut.

1. Informasi; yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau internasional.

2. Sosialisasi; yakni mennyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

3. Motivasi; yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media masaa.

4. Bahan diskusi; menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

5. Pendidikan; yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik, dan mengesankan.

6. Memajukan kebudayaan; media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran progaram siaran radio dan televisi, ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan lainnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan atarnegara.

7. Hiburan; media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetika yang dtuangkan dalam bentuk lagu, lirik, dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.

8. Integrasi; banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjebatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa.

2.2 KOMUNIKASI MASSA

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik). Komunikasi massa berasal dari dari perkembangan kata media off mass communication (media komunikasi massa).

Berubahnya tuntunan zaman yang kini lebih mengarah ke dunia teknologi Informasi komunikasi membuka sebuah gaya hidup atau cara kerja yang baru. Pola kehidupan masyarakat yang semangkin modern tidak lepas dari semakin canggihnya penerapan teknologi dalam komunikasi massa. Informasi bagi masyarakat maju merupakan salah satu kebutuhan pokok

(31)

dalam kehidupan sehari-hari. Informasi aktual, pendidikan, hiburan, bisnis dan kebudayaan dewasa ini dapat dengan mudah dierima masyarakat dengan memanfaatkan komunikasi massa.

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik (Mulyana, 2002:75).

Ciri-ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya, yakni sifat komunikator dan sifat efek. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Alexis S ton (Nurudin, 2003;63) adalah :

- To Inform (memberi informasi) - To Educate (mendidik)

- To Persuade (mempersuasi) - To Entertaint ( untuk menghibur )

2.3 MEDIA MASSA

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Media massa ialah media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khlayak yang sedang memperkuatkan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin

canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekara n media massa, tetapi di lain pihak secara timbal balik ini menimbulkan dampak yang teramat

kuat terhadap masyarakat.

Media massa merupakan sarana penunjang berlangsungnya proses komunikasi massa. Oleh karena itu kebutuhan adanya media massa sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

(32)

bermasyarakat dikarenkan proses terjadinya komunikasi massa membutuhkan bantuan saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber komunikasi (komunikator) untuk menyampaikan informasinya kepada khalayak (komunikan).

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, umumnya adalah surat kabar, radio, televisi dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi atau dalam istilah lain : penerangan, pendidikan dan hiburan.

Keuntungan komunikasi dengan mengunakan media ialah, bahwa media massa menimbulkan keserempakan (sinultaneity) artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak, ratusan, ribu, jutaan bahkan ratusan juta pada saat yang sama secara bersama-sama.

Diantara ahli komunikasi yang teorinya tentang fungsi media banyak dikutip, Hanold D. laswell dalam Mc. Quail (1989;3) barangkali menepati tempat utama. Menurut Laswell ada 3 (tiga) fungsi media massa, yakni :

1. Pengawasan lingkungan.

2. Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan, dan 3. Transsisi warisan sosial dari suaru generasi ke generasi berikutnya.

2.4 FILM SEBAGAI MEDIA MASSA

Film sebagai salah satu media dalam komunikasi massa, berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail, 1989:13). Film sebagai sarana hiburan dapat dinikmati sebagai pengisi waktu senggang secara hemat bagi seluruh keluarga. Disamping sebagai sarana hiburan, film sebagai

(33)

salah satu media dalam komunikasi massa mempengaruhi penontonnya sewaktu duduk didalam bioskop atau ketika berada di depan televisi saja, tetapi pengaruh film tersebut terus berlangsung sampai waktu yang lama.

Tetapi film tidak selalu menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap penonton film. Selain perubahan tingkah laku, film juga dapat menimbulkan perubahan emosi, sikap atau nilai dalam diri penonton sebagai khalayak media film, serta adanya transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Dengan hadirnya film, dapat menambah pengetahuan anak dan memperoleh tambahan informasi yang mungkin jarang atau tidak biasa didapat dari pergaulan mereka sehari-hari, seperti film Laskar Pelangi dapat memotivasi belajar siswa. Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif dan edukatif, bahkan persuasif. Hal inipun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and chracter building (Effendy, 1981:212). Faktor-faktor yang dapat menunjang karaterisrik film adalah layar lebar/luas, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.

Film justru mampu mencapai kekhasan tertentu yakni sebagai sarana pameran bagi media lain dan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film, aktor atau aktris film serta lagu. Dalam menghayati suatu film kerap kali penonton menyamakan seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan film itu. Penonton asyik sekali mengikuti peristiwa-peristiwa dalam film itu sehingga ia merasa bersangkutan dengan film itu. Film harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia yang dapat membuat publik terpesona, dapat membuat publik dongkol, terkesan, iba, gembira, tegang dan lain-lain.

(34)

2.5 MOTIVASI BELAJAR

Istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yakni Movere, yang berarti ” Menggerakkan”. (To Move). Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempuyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Ardiyanto dan Erdinaya, 2004:87). Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:

1. Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual. 2. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual

3. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya

4. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.

5. Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi

kemampuan nyata.

Stimulus motivasi belajar

Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

1. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

2. Motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

(35)

Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya;

2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut;

3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;

4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;

5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;

6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;

7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan

mempunyai kepercayaan diri

2. 6 TEORI USES AND GRATIFICATONS

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past

(Swanson, 1979 dalam Effendy, 1998), suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratifications, pengguna dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa komsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalyak sebenarnya kepala batu (stubborn) (Blummer, 1979:265). Karena pengguna media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

(36)

Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya (Katz, Blumler dan Gurevitch, 1974:20). Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) pola terpaan media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibatnya yang tidak dikehendaki. Model uses and gratifications, dilukiskan seperti gambar dibawah ini (Rakhmat, 2004:66) :

Gambar 1.1 : “Model Uses and Gratifications”.

Ateseden Motif Pengguna Efek

Media

- variabel indi- - personal - hubungan - kepuasan vidual - diversi - macam isi - pengetahuan - variabel ling- - personal - hubungan - kepuasan kungan identity dengan isi

Dengan menggunakan model ini, peneliti berusaha menemukan variabel-variabel yang diukur. Atesenden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografi seperti usia, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan atau kelas, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat di operasionalkan dengan berbagai cara : unifungsional (hasrat untuk hiburan, kontak sosial dan aktualisasi diri), bifungsional (informasi – education, fantasistescapist, atau gratifikasi segera tertangguhkan), empat fungsional (diversi hubungan personal, identitias personal, dan surveillance ; atau surveillance, korelasi, hiburan, transmisi budaya, dan multifungsional (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974; Greenberg, 1974).

Daftar motif memang tak terbatas. Tetapi operasionalisasi Blumler (1980;2009) agak praktis untuk dijadikan petunjuk penelitian. Blumler menyebutkan tiga orientasi : orientasi kognitif (kebutuhan bukan informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), serta identitas personal (yakni,

(37)

“menggunakan isi media untuk memperkuat/ menonjolkan suatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri”).

Pengguna media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rosengern). Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan.

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men. Women, Messages and Media (1982 dalam Nurudin, 2003) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori ini.

Janji imbalan

= Probabilitas Seleksi Upaya yang diperlukan

Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan itu sangat bergantung tersedia tidaknya media dan kemudahan mendapatkannya. Bila kita membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertetntu. Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Grafikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaran dari rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial.

Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan di bawah ini :

(38)

Gambar 1.2. Teori uses and gratifications dalam operasional :

Teori use and gratification dimulai dari lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak, lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian, kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (effendy, 2003;294) :

1. Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan mengawasi lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2.Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

Lingkungan Sosial : 1.Ciri-ciri demografis 2. Afiliansi kelompok 3. Ciri- ciri kepribadian Kebutuhan Khlayak : 1. Kognitif 2. Afektif 3. Integratif personal 4. Integratif sosial 5. Pelepasan ketegangan/me larikan diri dari kenyataan Sumber pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media : 1. Keluarga, teman-teman 2. Komunikasi interpersonal 3. Hobi 4. Tidur Penggunaan media massa : 1. Jenis- jenis media surat kabar, majalah, radio, tv dan film 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks sosial dan terpaan media Pemuasan media (fungsi) : 1. Pengamatan lingkungan 2. Diversi/ hiburan 3. Identitas personal 4. Hubungan sosial

(39)

3.Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4.Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

5.Kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan.

Untuk mempertegas penerapan model ini maka didukung oleh teori-teori yanti : Formula Laswell dan Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial). Formula laswell, model komunikasi Laswell merupakan ungkapan verbal berikut ini:

- Who

- Says What

- In Which Cahnnel

- To Whom

- With What Effect?

Unsur sumber (who) mengundang pertanyyan mengenai pengendalain pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analisis kahlayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian mengenai pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, model Laswell ini banyak diterapkan dalam komunikasi massa.

Gambar 1.3 Model Laswell (Wiryanto, 2005:17)

Sumber : Wener J. Saverin and James W. Tankard Jr. Communicatoin Theoris, Origins, Methods and uses in the Mass Media. Newyork:Longman, 1192, hlm.38

Kritik yang muncul terhadap Model Laswell ini adalah terlalu menekankan pada pengaruh khalayak, yang terkadang mengabaikan faktor umpan balik (feed back). Umpan balik dari

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect

(40)

khalayak sangat penting bagi komunikator untuk mengetahui apakah pesan memperoleh tanggapan positif, netral atau negatif.

Social Learning Theory (Theory Belajar Sosial) ditampilkan oleh Albert Badura ini mengkaji proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses pembelajaran sosial. Teori pembelajaran sosial menyatakan belajar terjadi dengan cara menunjukkan tabggapan (responde) dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan (reinforcement) dimana tanggapan akan diulangi (dipelajari) jika oraganisme mendapat ganjaran (reward). Tanggapan ini tidak akan diulangi jika organisme menadapat hukuman (punishment) atau bila tanggapan tidak memimpinnya ketujuan yang dikehendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh stimulus yang dtimbulkan oleh kondisi-kondisi peneguhan. Titik permulaan dari proses belajar adalah peristiwa yang bisa diamati baik langsung maupun tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa tersebut mungkin terjadi pada kegiatan orang sehari-hari, dapat pula disajikan secara langsung oleh televisi, buku, film dan media massa lainnya. Peristiwa itu bisa merupakan penunjukkan nyata suatau perilaku (seperti perilaku agresif pada novel) atau ilustrasi (abstract modelling atau model yang diabstraksikan). Perilaku nyata dipelajari dari observasi perilaku tersebut, sedangkan sikap, nilai, pertimbangan moral, dan persepsi terhadap kenyataan sosial dipelajari melalui abstrack modelling.

Adapun tahapan yang dilalui dalam proses belajar itu terdiri dari :

1.Tahapan perhatian yaitu permulaan proses belajar yaitu munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa itu terjadi selama orang beraktifitas dalam kehidupannya sehari-hari, atau bisa juga secara langsung melaului media massa.Pengamatan terhadap suatu peristiwa terdapat secara kebetulan atau tidak disengaja.

(41)

Tahap pertama dalam belajar sosial yaitu perhatian, dimana kita baru dapat mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya.

2. Tahap Pengingatan, perhatian saja tidak cukup. Khalayak harus mampu menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan menggunakan kembali apabila mereka akan bertindak sesuai teladan yang diperhatikan. Untuk itu peristiwa yang menarik perhatian dimasukkan kedalm benak dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan (memory).

3.Tahap Reproduksi Motoris, seseorang akan berfikir dahulu sebelum bertindak, maksudnya mengumpulkan kembali respon-respon yang telah dipelajari sehingga dapat memulai suatu tindakan atau perilaku. Dengan kata lain dalam tahap ini kita menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang telah kita amati.

4. Tahap Motivisonal, menunjukkan bahwa perilaku akan terwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat berbentuk ganjaran disebabkan perilaku yang sama, serta ganjaran internal, misalnya rasa puas diri (Badura, 1977:209-201 dalam, Effendy 1993).

Fenomena yang terjadi pada penonton (siswa-siswi) saat ini pada film Laskar Pelangi secara keseluruhan dapat ditinjau dari teori belajar sosial. Dimulai ketika melihat film tersebut, memperhatikan, kemudian menginterpeksikan diri dengan tokoh didalamnya. Hal tersebut berwujud kedalam suatu tindakan baik positif maupun negatif. Kepositifan atau kenegatifan tindakan tersebut tergantung kepada lingkungan dan orang-orang disekitarnya yang mempengaruhi pada proses reproduksi motoris danb proses motivasional. Dukungan yang baik niscaya memberikan hal yang positif dan begitu pula sebaliknya.

(42)

2.7 SEKILAS MENGENAI FILM LASKAR PELANGI 2.7.1 Film Laskar Pelangi

Jika ada film Indonesia yang paling ditunggu tahun ini, itu pasti Laskar Pelangi garapan sutradara Riri Riza. Dengan publikasi gencar seputar pembuatan film itu sejak awal tahun, orang dibuat penasaran, seperti apa film hasil adaptasi novel laris itu.Para penggemar novel karya Andrea Hirata itu penasaran bagaimana Riri Riza menerjemahkan kesan dan imajinasi yang mereka dapat dari buku tersebut ke dalam bahasa visual. Bagi yang belum membaca novel berjudul sama, film ini diharapkan mampu menampilkan spirit novel yang disebut- sebut sangat inspiratif itu. Maka, dibukalah film produksi Miles Films ini dengan adegan Ikal dewasa (diperankan Lukman Sardi) menumpang bus, kembali ke kampung halamannya di Desa Gantong, Pulau Belitung. Sambil menerawang ke luar jendela bus, suara lamunan Ikal membimbing penonton memahami latar belakang sejarah sosial pulau yang pernah kaya karena timah itu.

Seusai adegan pembuka itu, lamunan Ikal pun kembali pada saat ia pertama kali masuk SD. Film pun menampilkan gambar kilas balik Belitung era 1974, saat PN Timah masih aktif beroperasi, para karyawan berseragam biru lalu lalang dengan sepeda, dan orangtua mengantar anak-anak mereka ke sekolah. Di bagian awal, film ini terlihat memusatkan perhatian pada sosok Ikal, yang pada novel sebenarnya personifikasi Andrea Hirata sendiri. Ikal kecil (diperankan aktor lokal Zulfanny) adalah anak pegawai rendahan PN Timah yang tak mampu sekolah di SD Timah, jadi mendaftar ke SD Muhammadiyah. Lalu bermunculan tokoh lain. Ada Lintang (Ferdian), anak nelayan miskin yang harus berjalan jauh dari kawasan pesisir ke sekolah terdekat di Gantong. Lalu ada Bu Muslimah (Cut Mini), perempuan muda yang teguh bercita-cita sebagai

(43)

guru. Kemudian ada Pak Harfan (Ikranagara), Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Gantong, yang setia mempertahankan sekolah yang hampir ambruk.

Hari itu adalah hari penentuan sekolah tersebut. Jika tak terkumpul 10 siswa baru, sekolah berdinding kayu reyot itu harus ditutup. Untunglah pada saat-saat terakhir muncul Harun (Jeffry Yanuar), anak tunagrahita yang menjadi siswa kesepuluh, penyelamat sekolah itu. Dari sisi teknis, film ini digarap dengan rapi. Sinematografer Yadi Sugandhi menampilkan gambar-gambar indah dan terkonsep dengan baik. Dari sisi gagasan, film ini menggarap berbagai permasalahan nyata di masyarakat dengan cara yang ringan dan cukup bisa dinikmati. Sampai di sini, narasi Ikal dewasa masih menyertai untuk menjelaskan betapa istimewanya 10 anak tersebut. Sempat muncul dugaan, film ini akan berkonsentrasi pada kisah-kisah keajaiban masa kecil anak-anak tersebut. Ternyata tidak. Tokoh-tokoh baru terus bermunculan ketika setting waktu meloncat ke 1979, saat anak- anak itu duduk di kelas lima. Dari 10 anak itu, muncul Borek (Febriansyah), yang terobsesi dengan badan besar ala Samson, dan Mahar (Verrys Yamarno), anak SD yang sudah kenal jazz, bertingkah seniman. Ada pula Pak Zulkarnaen (Slamet Rahardjo), orang kaya lulusan sekolah Muhammadiyah di Jawa yang bersimpati pada keteguhan hati Pak Harfan mempertahankan SD-nya. Lalu ada Pak Bakrie (Teuku Rifnu Wikana), yang bimbang menentukan pilihan apakah tetap mengajar di SD Muhammadiyah atau pindah ke tempat lain yang gajinya lebih baik. Terakhir, ada Pak Mahmud (Tora Sudiro), guru SD Timah yang naksir dan bersimpati kepada Bu Muslimah. Itu baru dari segi tokoh. Dari sisi cerita, selain ada kisah kegigihan Harfan dan Muslimah mempertahankan sekolah mereka dan mengajar anak-anak itu, juga ada cerita Ikal yang jatuh cinta kepada A Ling, anak pemilik toko kelontong. Lalu kisah Lintang yang tak bisa meneruskan sekolah karena ayahnya hilang di laut

(44)

dan harus mengurus adik-adiknya. Dan, terakhir, ada Flo (Marcella El Jolla Kondo), anak orang kaya yang ngotot pindah dari SD Timah ke SD Muhammadiyah.

Laskar Pelangi, Jakarta - Indonesia Movie Award (IMA) 2009 kembali digelar. Kali ini yang menjadi jawaranya adalah film 'Laskar Pelangi'. Laskar pelangi dinobatkan sebagai film terbaik. Zulfani pemeran Ikal kecil dalam film 'Laskar Pelangi' dinobatkan sebagai Pendatang baru terfavorit. Sedangkan Pemeran Utama Pria dan Wanita terbaik adalah Cut Mini yang memerankan Bu Mus, serta Ikranegara yang memerankan Pak Harfan, sang kepala sekolah yang bijak. Tak hanya itu, Nidji sang pengisi soundtrack pun dinobatkan sebagai soundtrack film terbaik 2009 dengan lagu 'Laskar Pelangi'nya.Rasanya tak berlebihan jika film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata itu dianggap sebagai film terbaik. Film yang menggambarkan tentang anak-anak yang serba kekurangan namun berani bermimpi telah memberikan banyak inspirasi bagi rakyat Indonesia. Kisah Laskar Pelangi sendiri memang tidak biasa, berkisar pada kisah kehidupan dan persahabatan 10 orang anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah di Pulau Belitong. Di bawah bimbingan ibu guru, Bu Muslimah, dan kepala sekolah, Pak Harfan, anak-anak ini menjalani kehidupannya yang getir, namun tetap dengan penuh keceriaan.

Andrea Hirata dengan sangat inspiratif berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca. Pada satu bagian kita bisa dibuat terharu sampai menitikkan air mata, sementara pada bagian lain kita dibuat tersenyum. Deskripsi karakter, tempat, dan peristiwa juga mampu membuat imajinasi melayang. Seakan kita benar-benar ikut bertualang bersama anak-anak Laskar Pelangi ini. Sementara dalam pembuatan filmnya, orang-orang yang terlibat menunjukkan keragaman. Mulai dari nama-nama yang sudah sangat berpengalaman seperti Mira Lesmana, Riri Riza, Salman Aristo, Cut Mini, Ikranagara, Slamet Rahardjo, Tora Sudiro, Lukman Sardi, dan lainnya; sampai

(45)

ke para aktor cilik yang merupakan anak-anak asli Belitong dan baru pertama kalinya main film serta langsung jadi tokoh sentral.

Secara keseluruhan, Laskar Pelangi ini memang sangat cocok dengan kebutuhan bangsa kita yang sangat beragam dan sedang memerlukan persatuan nasionalis-religius seperti ini. Tak heran jika banyak orang yang merasa sangat emosional, baik ketika membaca bukunya ataupun menonton filmnya.

2.7.2 25 Fakta Tentang Laskar Pelangi

Berikut adalah beberapa fakta tentang film Laskar Pelangi yang selama ini mungkin belum pernah anda ketahui:

1. Nama panggilan dari Andrea Hirata pada saat kecil adalah "andis" ,"Ikal" adalah nama panggilan andrea di novel.

2. Royalti Film Laskar Pelangi yang didapat dari Andrea adalah sekitar Rp 350 juta. 3. Andrea hirata dalam suatu kesempatan menyatakan, dirinya bukan sastrawan, benar-benar tidak berpengalaman, tidak berpendidikan sastra, tidak bergaul dengan orang-orang sastra, tidak bercita-cita menjadi sastrawan. Lebih parah lagi, tidak banyak membaca sastra.

4. Film Laskar Pelangi sepanjang 2 jam 5 menit yang memakan ongkos Rp 8 miliar. 5. Nama Laskar Pelangi adalah sebuah nama pemberian sang guru, Bu Muslimah

6. Sekarang Bu muslimah yang asli mengajar di Sekolah Dasar Negeri 6 Gantong, dan sedang menunggu pensiun.

7. Selama 10 hari pemutaran film itu sudah meraih penjualan 1,1 juta penonton.

8. 3.800 calon pemain dieliminasi menjadi 1.350 anak hingga akhirnya menjadi 12 pemain yang semuanya asli dari belitung, 11 Anak normal dan 1 anak penderita Down syndrome

9. Film Laskar Pelangi dibuat hanya dengan 36 hari Syuting.

10. Andrea ingin setiap 2 Mei Film Laskar Pelangi Diputar secara Gratis, dan dia pernah berkata "Filmnya lebih bagus dari novelnya.."

11. Penulis skenario FILM Laskar pelangi yaitu Salman Aristo juga penulis skenario Film Ayat-Ayat Cinta.

(46)

12. Riri Riza sebelumnya akan menggunakan Yogi Nugraha pemeran kucai untuk dijadikan pemeran mahar, hingga datang Verrys Yamarno yang datang dengan gaya baju Mahar. Jalan sambil cium ketiak, lalu teriak: bau cuka! bau cuka! Lalu dia menyanyi.

13. Verrys Yamarno. Pemeran Mahar yang jago kesenian ini ingin menjadi ustad. Cita-citanya adalah masuk ke Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, atau Universitas Al Azhar di Mesir. "Saya ingin membuat orang jahat menjadi baik," ujar Verrys.

14. Ferdian, Pemeran Lintang mempunyai cita-cita melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia atau Universitas Gadjah Mada.

15. Zulpani Fasa, 12 tahun, pemeran Ikal alias Andrea Hirata di masa kecil mempunyai cita-cita Menjadi tentara. "Bisa membela negara", katanya.

16. Mahar asli jadi PNS, guru kesenian di SMA Negeri 2 Tanjung Pandan, diam-diam sempat mengantarkan anaknya ikut casting tapi tidak lolos. Mira Lesmana nggak tau kalau Mahar ada di antara orang tua yang mengantarkan anaknya ikut casting, baru setelah Mahar pulang ada yang bilang ke Mira.

17. Aslinya Flo ini adek kelas Andrea . yang sekelas itu kakak laki-laki Flo (kakaknya juga pindah dr SD PN), tapi sang kakak ini tidak diceritakan oleh Andrea. Flo ini asli anak pejabat PN yang tidak mau sekolah di skolah PN

18. Syahdan salah satu anggota laskar pelangi yang sekarang menjadi konsultan IT adalah yg diam-diam membawa naskah LP ke penerbit tanpa diketahui Andrea.

19. Aman alis Akiong pernah menyebutkan bahwa menurutnya Laskar Pelangi: Chandra Prana, Syahdan Wahyudi, Alpino, Iwan, Ahmad Fajri, Andrea Hirata, dan satu nama perempuan, Hartati. Yang disebut Mahar dan Samson, kata Aman, bisa jadi Ahmad Fajri—sekarang guru di SMA Negeri 2 Tanjung Pandan—dan Alpino. Sedangkan Lintang? "Saya hanya tahu ini. Kalau Lintang, tanya Andis", ujarnya sambil tersenyum.

20. Harun Karena cacat mental sekarang dirumah saja, menemani ibunya. Harun sering datang ke lokasi syuting, lalu dia cerita: "tadi lihat syuting film, ada Andis ".

21. Sempat Syahdan dan Kucai asli ditanya wartawan siapa yg paling pintar dikelas, berdua serempak jawab: ANDIS!( kenapa bukan lintang???tanya kenapa? ) :? ,Bahkan bu Mus ketika ditanya siapa Lintang? dia menjawab "saya tidak ingat,siapa lintang?" (mungkinkah jika Bu mus tidak ingat, anak sejenius lintang? )

(47)

22. Saat di Kick Andi andrea menyebutkan bahwa foto tersebut tidak detail yaitu Syahdan (jongkok, kanan), Sahara (satu-satunya cewek) pada waktu itu para penonton langsung histeris, "LINTANG, YG MANA???" Dan Andrea dgn cool bilang, "Rahasia…"

23. Riri Reza berhasil menjinakkan "keganjilan" pada beberapa bagian novel Andrea. Mahar yang mengagetkan Bu Mus dengan tiba-tiba menyanyikan Tennessee Waltz karya Anne Murray dan "si jenius” Lintang yang berdebat hebat tentang cincin Newton dalam lomba cerdas cermat "dibumikan" Riri menjadi adegan yang lebih wajar bagi seorang anak. Riri mengganti Tennessee Waltz dengan Bunga Seroja, yang justru memperkental roh Melayu ke dalam film. Dan untuk adegan lomba cerdas cermat itu, secara tak terduga Riri mengubahnya menjadi drama yang menggetarkan

24. Tokoh Pak Mahmud yang ditampilkan oleh Tora Sudiro, menghapus seluruh tato di tangannya dengan "dempul" make-up, sebenarnya di Novel Pak Mahmud adalah tokoh antagonis tapi di Film menjadi tokoh yang membela SD Muhammadiyah saat Cerdas Cermat

25. Buaya dari Film Laskar Pelangi meminjam buaya dari Museum Pemkab Belitung (

Gambar

Gambar 1.1 : “Model Uses and Gratifications”.
Gambar 1.2. Teori uses and gratifications dalam operasional :
Gambar 1.3 Model Laswell (Wiryanto, 2005:17)
Tabel 4.2  Usia Responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi karena kurangnya penulisan mengenai pola ikat pada suatu tarian Jepin Tali Bui, serta kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah

Ketiga , permintaan masyarakat yang terus meningkat akan tersedianya pendidikan tinggi merupakan pertanda perubahan yang signifikan, patut diimbangi dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan antara metode simulasi dan self directed video terhadap pengetahuan, sikap dan

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi

Daft ar I sian Pelak sanaan Anggaran, yang selanj ut nya disebut DI PA, adalah dokum en pelak sanaan anggar an yang dibuat oleh Ment er i/ Pim pinan Lem baga selaku Pengguna