• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of Burial of Bauxite Sludge Waste to Seagrass Growth (Thalassia hemprichii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Effect of Burial of Bauxite Sludge Waste to Seagrass Growth (Thalassia hemprichii)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

The Effect of Burial of Bauxite Sludge Waste to Seagrass Growth (Thalassia hemprichii)

Fendi Susanto

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, fendisusanto92@gmail.com

Arief Pratomo

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea_a_reef@hotmail.com

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com

Abstract

The purpose of this research was to determine the effect of burial of bauxite sludge waste

against the growth of seagrass (Thalassia hemprichii). Experimental examples unit are according

to the species of seagrass Thalassia hemprichii. Treatment variables to test example unit consists

of THE control over the waste burial of different bauxite sludge : 0 gr; 100 gr; 250 gr; 500 gr, and 750 gr. Observation variable is the number of growth of long-leaf and the shoots mortality. The results showed that the statistical tests based on the 95% confidence level (α = 0,05), that there is no significant difference between the treatment of bauxite sludge burial to the relative growth of

long-leaf and also the relative mortality among treatments shoots of seagrass (Thalassia

hemprichii).

(2)

2

PENGARUH PENIMBUNAN LUMPUR LIMBAH BAUKSIT TERHADAP PERTUMBUHAN LAMUN (Thalassia hemprichii)

Fendi Susanto

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, fendisusanto92@gmail.com

Arief Pratomo

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea_a_reef@hotmail.com

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penimbunan lumpur limbah

bauksit terhadap pertumbuhan lamun (Thalassia hemprichii). Unit contoh percobaan yaitu jenis

lamun Thalassia hemprichii. Variabel perlakuan terdiri dari kontrol atas penimbunan lumpur

limbah bauksit yang berbeda : 0 gr, 100 gr, 250 gr, 500 gr, dan 750 gr. Variabel pengamatan adalah jumlah pertumbuhan panjang daun dan kematian rumpun. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa uji statistik berdasarkan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara perlakuan penimbunan lumpur bauksit terhadap pertumbuhan

relatif panjang daun dan juga kematian relatif rumpun lamun (Thalassia hemprichii).

(3)

3

I. PENDAHULUAN

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar. Dengan rhizoma dan akarnya, tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus. Padang lamun juga dapat memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan gelombang hingga menyebabkan perairan sekitarnya menjadi lebih tenang. Dengan demikian, lamun bertindak sebagai penangkap sedimen dan sebagai pelindung pantai, pencegah erosi (Nontji, 2007)

Pulau Bintan termasuk kawasan yang mempunyai keanekaragaman lamun yang tinggi. Potensi sumberdaya lamun di perairan Desa Teluk Bakau dilihat dari jenis yang

ditemukan tergolong beranekaragam

jenisnya, karena memiliki 10 jenis lamun yang ditemukan di perairan Desa Teluk

Bakau, antara lain Enhalus acoroides,

Cymodocea serrulata, Thalassia hemprchii,

Halodule uninervis, Halophila minor,

Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Syringodium isotifolium, Thalassodendron

ciliatum, Halophila. Sp. Sumberdaya lamun

yang paling mendominasi adalah Enhalus

acoroides (Sitorus, 2011).

Namun begitu, ekosistem lamun di pulau ini terancam degradasi akibat tekanan lingkungan dan kegiatan manusia. Ancaman utama adalah dampak sedimentasi dan

kekeruhan perairan yang diakibatkan oleh

berbagai kegiatan seperti reklamasi,

penggalian pasir dan limbah tambang bauksit. Akibat hal tersebut adalah menurunnya

kualitas perairan karena meningkatnya

kekeruhan dan sedimentasi perairan

(Agustinus et al, 2010).

Pulau Bintan termasuk daerah

tambang bauksit penting di Indonesia

(www.tekmira.esdm.go.id). Kegiatan

pertambangan yang dilakukan oleh

perusahaan pertambangan bauksit di Pulau Bintan pada umumnya belum menerapkan konsep pengelolaan pertambangan yang baik

dan benar (good mining practice) sehingga

dapat menimbulkan dampak lingkungan terhadap wilayah di sekitar pertambangan

tersebut (Agustinus et al, 2010). Limbah

pertambangan bauksit yang umumnya berupa

tailling lumpur merah (red mud), baik secara

langsung maupun tidak langsung terbuang di perairan sekitar lokasi kegiatan.

Hasil sedimentasi limbah lumpur tambang bauksit dapat menutupi tanaman lamun. Secara umum, penimbunan sedimen pasir terbukti mempunyai pengaruh terhadap

jumlah rumpun, pertumbuhan, tingkat

fotosintesis, dan biomassa lamun (Craig et

al., 2008). Pengaruh tersebut telah diteliti

pada jenis Enhalus accoroides, Thalassia

hemprichii, Cymodocea sp., dan Halophylla

sp. (Duarte et al, 1997; Marba dan Duarte

1994; Cabaço et al ,2008).

Namun demikian, pengaruh

(4)

4

masih sedikit diketahui secara ilmiah. Oleh karena itu penelitian dilakukan agar diperoleh

pemahaman lebih mendalam mengenai

pengaruh dan dampak limbah lumpur tambang bauksit terhadap ekosistem lamun

khususnya jenis Thalassia hemprichii di

Pulau Bintan.

Secara khusus, penelitian mempunyai

tujuan untuk mengetahui pengaruh

penimbunan sedimen limbah bauksit terhadap

pertumbuhan lamun jenis Thalassia

hemprichii.

Adapun hipotesa awal peneliti sebagai berikut :

 H0 : Semua perlakuan penimbunan

lumpur limbah bauksit memberikan

pengaruh yang sama terhadap

pertumbuhan Lamun jenis Thalassia

hemprichii.

 H1 : Semua perlakuan penimbunan

lumpur limbah bauksit memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap

pertumbuhan Lamun jenis Thalassia

hemprichii.

Manfaat hasil penelitian diharapkan dapat menjadi rujukan bagi kajian dampak tambang bauksit terhadap ekosistem lamun,

kebijakan pengelolaan dan konservasi

ekosistem lamun di kawasan yang terdapat pertambangan bauksit, dan kemungkinan upaya rehabilitasi ekosistem lamun yang terkena dampak tambang bauksit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lamun (seagrass) adalah kelompok

tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)

dan berkeping tunggal (Monokotil) yang

mampu hidup secara permanen di bawah

permukaan air laut. Lamun memiliki

rhizoma, daun, dan akar sejati yang beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi (McKenzie & Yoshida, 2009).

Spesies yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Thalassia hemprichii dan

Enhalus acroides (Neinhius et al, 1989;

Kiswara, 1996 dalam McKenzie & Yoshida, 2009). Padang lamun jenis Thalassia hemprichii adalah yang paling luas di seluruh Indonesia dan terdapat di berbagai habitat dan jenis substrat dan secara vertikal hidup di zona intertidal sampai ke zona subtidal (Brouns, 1985 dalam McKenzie & Yoshida, 2009).

Bijih bauksit umumnya berwarna coklat kemerahan, coklat kekuning-kuningan, kuning kecoklatan. Secara fisik, bijih bauksit bersifat keras, berongga, dan fragmental dengan ukuran fragmen berkisar (1 mm - 1,5 cm). Komposisi fragmen dan matriks telah mengalami pelapukan secara intensif dan pada umumnya menjadi mineral lempung dan

oksida besi. Lebih lanjut Agustinus et al,

(2010) menyatakan bahwa bijih bauksit di Bintan mengandung beberapa jenis mineral,

seperti: Gibbsitte [Al(OH)3], Hematite

(Fe2O3), Goethite (Fe3O(OH), Nacrite

[Al2Si2O2(OH)4] (termasuk jenis lempung).

Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian bauksit mengandung mineral lempung yang berpotensi terjadinya kekeruhan perairan

(5)

5

III. METODE

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di habitat padang lamun Pantai Bintan Timur, tepatnya di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Lama percobaan selama 3 bulan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

No Alat Kegunaan

1. Multitester Mengukur suhu,

oksigen terlarut

dan pH perairan

2. Salinometer Mengukur

salinitas perairan

3. Kertas label dan

kantong plastik Menandai unit percobaan 4. Pipa paralon PVC Media unit percobaan

5. Alat tulis dan

lembar data

Untuk mencatat

data percobaan

dan kualitas air

6. Kamera Untuk

dokumentasi

7. Timbangan Untuk menimbang

berat lumpur

limbah bauksit

No. Bahan Kegunaan

1. Lumpur bauksit Sebagai sampel

perlakuan untuk

unit percobaan Metode penelitian yang digunakan

mengadopsi metode penelitian Pratomo et al.

(2013) yaitu menggunakan Rancangan

Percobaan Acak Lengkap mengikuti standar rancangan Sokal & Rohlf (1995).

Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan perancangan percobaan

menggunakan lamun Thalassia hemprichii

sebagai unit contoh percobaan.

Gambar 2. Gambar jenis lamun yang digunakan dalam penelitian (Sumber : McKenzie & Yoshida, 2009)

Variabel bebas yakni kontrol dan perlakuan, sementara variabel terikat yakni pertumbuhan panjang daun dan jumlah rumpun lamun. Variabel perlakukan terhadap unit contoh percobaan terdiri dari kontrol terhadap tingkat berat limbah lumpur bauksit yang berbeda yaitu 0 gr; 100 gr; 250 gr; 500 gr, dan 750 gr. Lumpur bauksit yang diambil adalah lumpur halus yang berasal dari limbah penambangan bauksit di daerah Sei Carang. Karakteristik lumpur ini telah diteliti oleh Zulfikar (2012).

Gambar 3. Bentuk rancangan paralon untuk perlakuan percobaan dan perlakuan terhadap lamun.

Pengulangan perlakuan dilakukan

sebanyak 5 kali. Dengan demikian total jumlah unit contoh percobaan yang diamati

Substrat alami # 1:170798 0°5 5' 0 °55' 1°0 0' 1°00 ' 1°5 ' 1 °5' 104°35 ' 104°35 ' 104°40 ' 104°40 ' 104 °45' 104 °45' 104 °50' 104 °50' PETA LOKASI PENELITIAN

Km 2 0 2 4 SKALA : FENDI SUSANTO 100254241002 IKL_FIKP UMRAH KETERANGAN : Kawal Laut Malangrapat Pula u Pula u B eral as Pasir Teluk B akau Pula u B eral as Bakau

#Titik Stasiun P. Mapur Malangrapat Kawal Desa Kelurahan Desa Teluk Bakau P. Beralas Pasir P. Beralas Bakau N

(6)

6

sejumlah: kelompok x perlakukan (termasuk kontrol) x ulangan = 1 x 6 x 5 = 30 unit contoh percobaan.

Pengamatan variabel pertumbuhan lamun yang diamati mengadopsi percobaan

Cabaço et al (2008), yaitu :

a) Panjang daun (P)

P = p2 – p1

Pr = (p2 – p1)/p1 X 100

Dimana p1 adalah panjang daun pada awal percobaan, sedangkan p2 adalah panjang daun diakhir percobaan.

b) Jumlah rumpun lamun (R)

M = m1 – m2

Mr = (m1 – m2)/ m1 X 100

Dimana m1 adalah jumlah rumpun lamun di awal percobaan, sedangkan m2 adalah jumlah rumpun lamun di akhir percobaan.

Data penunjang yang diamati adalah

data kualitas perairan tempat lamun

percobaan berada. Data kualitas perairan tersebut meliputi suhu, salinitas, pH, DO, sedimen pasir dan bauksit. Pengamatan data suhu, salinitas, pH dan DO dilakukan setiap 2 minggu sekali. Lalu, dicatat ke dalam lembar data. Untuk sedimen pasir dan bauksit

diambil satu kali dan di analisis

menggunakan metode Wentworth (Hutabarat

dan Evans, 1985 dalam Hasanuddin, 2013). Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan statistik. Secara kualitatif, hubungan tingkat penimbunan lumpur selama 3 bulan terhadap pertumbuhan lamun percobaan dilihat secara grafis. Hubungan tersebut baik terhadap tingkat perpanjangan daun maupun tingkat kematian rumpun.

Secara statistik, analisis pengaruh

perlakuan terhadap lamun percobaan

menggunakan ANOVAsatu arah pada nilai α

= 0,05 terhadap hasil data pengamatan lamun

percobaan. Sebelum dilakukan analisis

ANOVA, dilakukan uji terhadap asumsi

tingkat kenormalan data dengan Uji

Kosmolgorov-Smirnov karena ulangan unit

contoh percobaan kurang dari 30. Bila hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan nyata maka dilakukan analisis lanjutan

dengan Post Duncan untuk melihat perlakuan

mana yang menghasilkan perbedaan nyata.

Semua perhitungan statistik dilakukan

dengan menggunakan software SPSS.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keseluruhan perlakuan penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap lamun jenis

Thalassia hemprichii menunjukkan bahwa

tidak adanya pengaruh yang signifikan.

Menurut Cabaço et al (2008), jenis Thalassia

hemprichii merupakan salah satu jenis yang

cukup tahan terhadap erosi dan timbunan sedimen pasir.

4.1 Pertumbuhan Panjang daun

Gambar 3. Grafik Rata-rata Pertumbuhan Relatif Panjang Daun Lamun (Thalassia hemprichii)

(7)

7

Uji statistik menggunakan software

SPSS ver. 17. Untuk mengetahui pengaruh

penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap

pertumbuhan daun lamun jenis Thalassia

hemprichii dilakukan uji ANOVA. Sebelum

dilakukan uji ANOVA, dilakukan uji terhadap

asumsi tingkat kenormalan data pertumbuhan

panjang daun lamun menggunakan

Kosmolgorov-Smirnov Test, karena ulangan

unit contoh percobaan kurang dari 30. Dari

output SPSS diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0,190. Dikarenakan hasil tersebut > 0,05, maka data pertumbuhan relatif panjang

daun lamun berdistribusi normal. Uji

homogenitas dilakukan menggunakan

Levene’s Test of Equality of Error Variances.

Diperoleh data nilai probabilitas sebesar 0,089 atau > 0,05, maka pertumbuhan relatif panjang daun lamun merupakan varians populasinya sama. Dari kedua uji tersebut menandakan terpenuhinya kriteria untuk uji

ANOVA.

Tabel 2. Output Uji ANOVA ANOVA Pertumbuhan daun Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 22937.92 0 5 4587.584 .619 .687 Within Groups 155709.6 03 21 7414.743 Total 178647.5 22 26

Output dari SPSS diperoleh F sebesar

0,619 dengan probabilitas 0,687 atau > 0,05, maka diketahui nilai mean populasi adalah sama atau pengaruh penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap pertumbuhan lamun

jenis Thalassia hemprichii pada panjang daun

adalah tidak ada beda nyata.

4.2 Mortalitas Rumpun Lamun

Gambar 4. Grafik Rata-rata Mortalitas Relatif Rumpun Lamun (Thalassia hemprichii)

Untuk mengetahui mortalitas rumpun

lamun dilakukan uji normalitas, uji

homogenitas dan uji ANOVA. Untuk uji

terhadap asumsi tingkat kenormalan data

mortalitas rumpun, dari output SPSS

diperoleh nilai probabilitas (Asymp. Sig.

(2-tailed)) sebesar 0,000. Dikarenakan hasil

tersebut <0,05, maka data mortalitas relatif rumpun lamun berdistribusi tidak normal. Sementara itu, untuk uji homogenitas dari Levene’s Test of Equality of Error Variances diperoleh data nilai probabilitas sebesar 0,012 atau < 0,05, maka varians mortalitas relatif rumpun lamun tidak sama. Karena data mortalitas relatif rumpun lamun memiliki

varians yang tidak sama dan tidak

berdistribusi normal, maka tidak dapat

dilakukan uji ANOVA. Tapi untuk

mengetahui pengaruh penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap mortalitas relatif rumpun lamun dapat diuji menggunakan

(8)

8

Tabel 3. Output Uji Kruskal-Wallis

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Mortalitas rumpun Kontrol 5 10.00 0 gr 3 15.33 100 gr 5 18.10 250 gr 5 12.70 500 gr 5 17.60 750 gr 4 10.00 Total 27

Test Statisticsa,b

Mortalitas rumpun

Chi-Square 7.496

df 5

Asymp. Sig. .186

Dari nilai diketahui nilai pengaruh yang paling tinggi sampai yang terendah secara berurut yaitu perlakuan 100 gram, 500 gram, 0 gram, 250 gram, 750 gram dan

kontrol. Diperoleh juga data statistik

Kruskal-Wallis (chi-square) sebesar 7,496 dan

probabilitas yang diperoleh adalah 0.186 atau > 0.05, maka tidak ada beda nyata pengaruh penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap

mortalitas relatif rumpun lamun di

keseluruhan perlakuan.

4.3 Pengamatan Data Penunjang

Gambar 5. Grafik Data Kualitas Perairan

Dari hasil pengukuran parameter

perairan diperoleh nilai suhu 28,850C,

salinitas 32,070/00, DO 6,61 mg/l dan pH 7,74.

Nilai tersebut terkategorikan baik dan dapat menunjang pertumbuhan lamun.

Dari hasil analisis sedimen substrat diperoleh bahwa yang mendominasi adalah butiran pasir sangat halus yakni 57,65 %.

Untuk hasil analisis sedimen bauksit

didominasi oleh butiran pasir sedang yakni 23,91 %.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Secara kualitatif, penimbunan tersebut

mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan daun lamun secara horizontal (lebar). Sedangkan untuk pertumbuhan vertikal (panjang) daun

tidak begitu berpengaruh atau

panjangnya tetap bertambah.

2) Uji statistik menunjukkan pengaruh

penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap pertumbuhan lamun jenis

Thalassia hemprichii pada

pertumbuhan panjang daun dan

mortalitas relatif rumpun lamun

adalah tidak ada beda nyata.

3) Secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa H0 diterima yaitu semua

perlakuan penimbunan lumpur limbah bauksit memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan Lamun

jenis Thalassia hemprichii (baik

pertumbuhan panjang daun maupun

mortalitas rumpunnya). Dapat

disimpulkan pula bahwa Lamun jenis

(9)

9

terhadap penimbunan lumpur limbah bauksit.

Adapun saran penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Perlunya dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai pemulihan setelah perlakuan penimbunan.

 Perlunya dilakukan penelitian untuk

jenis lain, tingkat berat limbah lumpur bauksit yang lebih tinggi dan waktu penimbunan yang lebih lama.

 Perlunya dilakukan penelitian

mengenai beda pengaruh antara

sedimen pasir dan sedimen lumpur limbah bauksit.

 Bagi Pemerintah Daerah diperlukan

kebijakan pengelolaan dan konservasi ekosistem lamun di kawasan yang terdapat pertambangan bauksit, dan

kemungkinan upaya rehabilitasi

ekosistem lamun yang terkena dampak tambang bauksit.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, E. T. S., Soebowo, E.,

Suriadharma, A., Tatang, A. dan Sukmayadi, D. 2010. Kajian Dampak Penambangan Bauksit di Daerah Kijang dan Sekitar Pulau Mamot Korelasinya dengan Kemungkinan Perubahan Ekosistem Perairan Pesisir Timur Pulau Bintan dan Perairan Pesisir Pulau Mamot. COREMAP II – LIPI. Jakarta.

Anonim. 2012. Memotivasi Percepatan Pembangunan Pabrik Pengolahan dan

Pemurnian Bauksit.

www.tekmira.esdm.go.id.Akses Maret 2013.

Cabaço, S. Santos, R., Duarte, C. M.. 2008. The impact of sediment burial and

erosion on seagrasses: A review. Elsivier Ltd. Estuarine, Coastal and Shelf Science 79 (2008) 354–366. doi:10.1016/j.ecss.2008.04.021 Craig, C., Echeverria, S. W., Carrington, E.,

Shafer, D. 2008. Short-Term Sediment Burial Effects on the Seagrass Phyllospadix scouleri. ERDC TN-EMRRP-EI-03.

Duarte, C.M., Terrados, J., Agawin, N.S.R., Fortes, M.D., Bach, S., Kenworthy, J., 1997. Response of a mixed Philippine seagrass meadow to experimental burial. Marine Ecology Progress Series 147, 285–294.

Hasanuddin, R. 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometri Lamun

Enhalus Acoroides dengan Susbstrat

dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab. Pangkep. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Marba,N. Duarte, C. M. 1994. Growth

response of the seagrass Cymodocea

nodosa to experimental burial and

erosion. Ecology Progress Series. Vol. 107: 307-311

McKenzie, L. J. & Yoshida, R.L. 2009. Seagrass-Watch: Proceedings of a Workshop for Monitoring Seagrass Habitats in Indonesia. The Nature Conservancy Coral Triangle Centre, Sanur, Bali, 9th May. (Seagrass-Watch HQ, Cairns). 56pp.

Nontji. 2007. Laut Nusantara. Cetakan ke-5. Jakarta: Djambatan.

Pratomo, A., Jaya Y.V, Susanto F. Pengaruh Penimbunan Lumpur Limbah Bauksit

terhadap Lamun Jenis Cymodocea

spp. Penelitian Dosen Pemula.

UMRAH

Sitorus. 2011. Kajian Sumberdaya Lamun Untuk Pengembangan Ekowisata di Desa Teluk Bakau, Kepulauan Riau.

Bogor: Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan Fakultas

(10)

10

Sokal, R.R., Rohlf, F.J., 1995. Biometry. The Principles and Practice of Statistics in Biological Research, third ed. WH Freeman and Co., New York, 887 pp. Zulfikar, A. 2012. Analisis Kandungan

Logam pada Limbah Tailing (Red Mud) Tambang Bauksit. Dinamika Pesisir. Vol.2. no.1. 2012. Hal.90-98.

Gambar

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan
Gambar 3. Grafik Rata-rata Pertumbuhan  Relatif  Panjang  Daun  Lamun  (Thalassia  hemprichii)
Tabel 2. Output Uji ANOVA  ANOVA  Pertumbuhan daun  Sum of  Squares  df  Mean  Square  F  Sig
Tabel 3. Output Uji Kruskal-Wallis   Ranks

Referensi

Dokumen terkait

Sistem dan perosedur di desa induk sudah sesuai dengan undang undang yang mana dalam pengurusan surat-surat harus di laksanakan di kantor desa tanpa terkecuali dan tidak

Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis ini menunjukkan bahwa pendiri komunitas AEC memiliki kecintaan terhadap budaya lokal sunda, karena bendo juga sebagai wujud

Has11 penellian menunjukkan bahwa pemberian kelutan listrik dengan tlngkat voltase yang berbeda berpengaruh nyata terhadap mdilitas sperma namun tidak berpengaruh nyata terhadap

Menurut Haryanto (2009), sistem penyampaian inovasi teknologi menentukan cepat-lambatnya inovasi teknologi yang diterapkan oleh pengguna. Berdasarkan latar belakang

Optimasi sediaan krim kombinasi aluminium sulfat dan MAKC dan evaluasi sifat fisik, daya iritasi, akseptabilitas dari krim perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan

Sistem Inventory yang ada selama ini masih dilakukan secara sederhana, yaitu menggabungkan data yang dicatat dari toko dan data yang dicatat dalam gudang yang

Bimbingan pra nikah yang diadakan KUA Blangkejeren mendekatkan pasangan calon pengantin, dengan diadakannya khursus calon pengantin, pasangan tersebut dapat belajar

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil indeks nilai penting (INP) untuk komunitas pohon, perdu, dan herba yang diperoleh berdasarkan nilai persentase