• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI. merupakan sesuatu yang baru. Konsep dari cloud computing sudah sejak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. LANDASAN TEORI. merupakan sesuatu yang baru. Konsep dari cloud computing sudah sejak"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

II. LANDASAN TEORI

2.1. Cloud Computing

Teknologi pendukung yang terdapat dalam cloud computing bukan merupakan sesuatu yang baru. Konsep dari cloud computing sudah sejak lama dikemukakan oleh seorang ilmuwan bernama John McCarthy di tahun 1960, yang mengatakan bahwa kelak komputasi akan tersedia dan dikelola sebagai layanan umum (Hamdaqa and Tahvildari, 2012).

Cloud computing merupakan layanan berbasis internet yang sejarahnya tentu tidak lepas dari perkembangan teknologiinternet itu sendiri.Bermula darisebuah organisasi riset nuklir di Eropa atau CERN (Centre Europeen pour la Recherchee Nucleaire) yang membuka akses internet kepada masyarakat luas di tahun 1991, evolusi world wide web berkembang sangat pesat. Dalam jangka waktu satu dekade, perkembangan teknologi ini ditandai dengan berdirinya Netscape Communications di tahun 1994, Amazon dan eBay di tahun 1995, serta Google di tahun 1998.

Tingkat kematangan dunia internet memicu lahirnya konsep layanan cloud computing. Mendekati tahun 2000, Salesforce.com berdiri dan meluncurkan produk aplikasi CRM (Customer Relationship Management) berbasis cloud. Di tahun pertama, aplikasi ini mampu menarik 1.500 pengguna serta 30.000 pelanggan, dan terus berkembang hingga sekarang (Salesforce.com, 2014).

Dengan adanya layanan seperti Salesforce.com, Amazon Web Service, Elastic Compute Cloud, dan Simple Storage Service, perusahaan

(2)

tidak perlu melakukan investasi di awal untuk membangun infrastruktur sistem informasinya. Dengan hanya menggunakan browser, aplikasi dan data yang tersedia 24 jam dapat diakses di mana pun. Tentu ini sangat membantu perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya secara efektif dan efesien.

Cloud computing juga merupakan suatu paradigma yang sedang berevolusi.Oleh karena itu banyak sekali persepsi yang sedikit berbeda dari tiap orang atau kalangan. Untuk menghindari kesimpangsiuran tersebut, lembaga seperti IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan NIST (National Institute of Standards and Technology) membentuk group kerja dan terus mengumpulkan dan meneliti data kasus untuk bisa pada akhirnya menyimpulkan defenisi yang tepat mengenai cloud computing.

Berikut adalah draft terakhir mengenai defenisi cloud computing dari NIST yang dikeluarkan pada bulan September tahun 2011:

“Cloud computing is a model for enabling ubiquitous, convenient, on-demand network access to a shared pool of configurable computing resources (e.g., networks, servers, storage, applications, and services) that can be rapidly provisioned and released with minimal management effort or service provider interaction. This cloud model is composed of five essential characteristics, three service models, and four deployment models”.

(3)

Setidaknya dapat didefinisikan dalam bahasa Indonesia yang sederhana bahwa cloud computing adalah suatu model yang memungkinkan untuk berdasarkan permintaan dapat mengakses melalui jaringan di mana pun, sesuai kebutuhan, terhadap suatu kumpulan sumber daya komputasi yang terkelola bersama, sehingga dapat cepat didapatkan dan digunakan dengan pengaturan atau interaksi yang minimum dengan penyedia”(NIST Special Publication 800-145, 2011).

2.1.1. Karakter Cloud Computing

Mengacu kembali kepada draft dari NIST, cloud computing terdiri dari lima karakter utama, antara lain adalah sebagai berikut:

1. On-demand self-service.

Dalam hal ini, para pengguna atau pelanggan dari layanan cloud computing dapat dengan mudah dan cepatnya melakukan pengaturan terhadap layanan yang tersedia secara mandiri, tanpa banyak melibatkan pihak penyedia.

2. Broad network access.

Sumber daya komputasi yang ada pada cloud computing dapat diakses melalui jaringan dan menggunakan mekanisme yang standar dengan menggunakan thin atau thick client seperti telepon selular, tablet, laptop, dan workstation lainnya.

(4)

Di balik cloud computing terdapat sekumpulan sumber daya komputasi yang diatur oleh penyedia agar dapat berbagi secara dinamis di antara penggunanya.

4. Rapid elasticity.

Cloud computing memungkinkan para pengguna dengan cepat mengatur skala penggunaan sumber daya komputasi yang tersedia.Pelanggan dapat dengan mudah menambahkan atau menguranginya sesuai kebutuhan.

5. Measured service.

Penyedia layanan cloud computing secara berkesinambungan dapat malakukan kontrol dan monitor terhadap penggunaan sumber daya oleh pelanggannya. Perhitungan beban penggunaan secara transparan dapat dipantau dengan adanya sistemmetering layanan.

Mark Williams menambahkan, ada delapan karakter umum pada cloud computing, antara lain skalabilitas yang besar, sifat yang homogen, didukung oleh teknologi virtualisasi, software dengan harga murah, komputasi yang handal, terdistribusi luas secara geografis, berorientasi kepada layanan, dan keamanan yang canggih.

(5)

Gambar 2.1. Kerangka defenisi cloud computing NIST (Sumber: Mark Williams, 2010)

2.1.2. Model Layanan Cloud Computing

Beberapa jenis yang berbeda layanan cloud computing diberikan oleh penyedianya. Jenis layanan yang tergolong menjadi tiga kategori:

1. Software as a service.

Aplikasi yang diberikan oleh layanan cloud computing, yang dapat diakses melalui jaringan internet menggunakan browser atau program khusus. Pengguna tidak perlu terlibat dalam pengaturan infrastruktur dibalik aplikasi yang bersangkutan, seperti server, sistem operasi, media penyimpanan, dan jaringan.

Contoh sederhana dari layanan ini adalah email berbasis web, yang aplikasi dan datanya dapat diakses melalui jaringan internet di

(6)

untuk mengakomodir kebutuhan di bidang finansial, penjualan, seperti CRM (Customer Relationship Management) dan SCM (Supply Change Management). Salesforce.com, Cisco WebEx, Zoho, dan SAP Business By Design, merupakan contoh lain dari software as a service. 2. Platform as a service.

Layanan ini diberikan untuk pengguna yang ingin melakukan pengembangan program menggunakan infrastruktur cloud computing. Para programer secara online dapat membuat, melakukan pengetesan, dan mengimplementasikan aplikasi web, dengan tools development berbasis cloud.Dalam layanan ini tersedia server untuk development, testing, dan production.Instalasi dan konfigurasi terhadap server tersebut dapat dilakukan secara mendiri.

Contoh dari layanan ini adalah Microsoft Windows Azure, Google App Engine, dan platform Force.com.

3. Infrastructure as a service.

Pengguna diperbolehkan untuk menyewa infrastruktur sesuai dengan kebutuhannya. Sumber daya komputasi ini meliputi sistem proses, media penyimpanan data, jaringan, sistem operasi, tools manajemen dan monitoring.

Pada umumnya fitur yang terdapat pada layanan ini adalah: - Mesin virtual yang sudah terdapat sistem operasi di dalamnya,

seperti Windows, Linux, atau Solaris.

(7)

- Interface web untuk menambah atau mengurangi kapasitas sumber daya koomputasi yang diperlukan.

- Kemampuan secara otomatis untuk mengatur penggunaan

aplikasi.

Contoh dari layanan ini seperti Amazon EC2, Rackspace dan IBM eXtreme Scale.

Dalam jurnalnya, Hamdaqa dan Tahvildari menambahkan satu model lagi dari IBM (International Business Machines) yaitu:

4. Business process as a service.

Sebuah layanan diklasifikasikan sebagai layanan proses bisnis jika pengguna dengan tools manajemen yang ada, diberikan akes untuk merancang, mengelola, dan mengintegrasikan serangkaian transaksi dan aktifitas kolaborasi untuk mencapai tujuan bisnisnya. Tetap dalam terminologi karakter cloud computing dari NIST, layanan ini secara arsitektur berorientasi web dan berjalan di atas layer infrastructure dan platform as a service.

(8)

Gambar 2.2. Model layanan cloud computing. (Sumber: Hamdaqa and Tahvildari, 2012)

2.1.3. Model Implementasi Cloud Computing

Model implementasi cloud computing adalah deskripsi environmentbagaimana dan di mana aplikasi dan infrastruktur cloud computing secara fisik dibangun hingga sampai kepada pengguna atau pelanggannya.Ada empat model utama dalam implementasi cloud computing:

1. Private cloud.

Perusahaan atau organisasi besar lebih memilih untuk membangun model cloud computing untuk kebutuhannya sendiri.Server, software, dan data, dikelola secara pribadi di dalam data centernya. Pembangunan private cloud ini membutuhkan dana besar dan memindahkan beban resiko serta operasionalnya ke

(9)

perusahaan yang bersangkutan.Perusahaan atau organisasi dapat menentukan kebijakannya sendiri terkait mekanisme, keamanan, dan batas akses terhadap sumber daya cloud computingnya.

2. Community cloud.

Community cloud identik dengan ekstranet namun memilki karakter cloud computing seperti virtualisasi serta pelayanannya yang

bersifat on-demand. Sejumlah organisasi atau komunitas yang

memiliki tujuan yang sama, membangun data center cloud computing bersama. Dibandingkan dengan private cloud, community cloud ini bisa mengurangi beban operasional, biaya administrasi, menurunkan biaya belanja yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur cloud. Infrastuktur community cloud dapat dibangun oleh pihak internal mau pun pihak ketiga.

3. Public cloud.

Model cloud computing yang terbuka untuk umum di mana fasilitas insfrastrukturnya disewakan oleh pihak ketiga.Sumber daya komputasi dalam layanan ini digunakan secara bersama atau berbagi (Multi-tenancy), oleh berbagai pelanggan.Dibutuhkan upaya lebih untuk membangun kepercayaan antara penyedia dan pelanggan untuk keamanan dan privasi data yang tersimpan dalam public cloud.

4. Hybrid cloud.

Model layanan hybrid cloud merupakan kombinasi dari public dan private cloud.Implementasi hybrid cloud tentu membutuhkan biaya yang lebih murah dari pada private cloud, namun yang perlu

(10)

diperhatikan adalah interoperabilitas dan portabilitas dari aplikasi dan data yang ada, agar dapat saling berkomunikasi dengan model yang berbeda. Sebuah perusahaan atau organisasi akan menggunakan public cloud untuk kebutuhan yang general. Namun untuk kepentingan yang bersifat rahasia, komputasi dan penyimpanan datanya dilakukan dalam private cloud, community cloud, atau bahkan infrastruktur tradisional data center.Hybrid cloud menjadi pilihan ketika perusahaan atau organisasi ingin mendapatkan keuntungan skalabilitas dan fleksibilitas yang ada pada cloud computing, namun tetap menjadikan privasi dan keamanan datanya sebagai tanggung jawabnya sendiri.

2.2. Potensi Cloud Computing

Cloud computing membawa banyak manfaat di berbagai tingkat dan bidang industri.Di tahun 2010, survey Gartner CIO (Gartner CIO Agenda, 2010) melihat ada tiga area yang menjadi prioritas para CIO saat itu:

- Bangkit dari masa resesi secara ekonomi.

- Fokus membangun infrastruktur teknologi informasi dengan

memotong biaya untuk efesiensi.

- Transisi teknologi ke arah virtualisasi, cloud computing, dan web 2.0. Manfaat dari layanan cloud computing dapat ditinjau dari empat sisi yang berbeda (Williams, 2010):

1. Manfaat finansial.

- Fleksibilitas dan skalabilitas merupakan sifat yang sangat

(11)

mengkonsumsi layanan ini berdasarkan penggunaan, dan ini berlaku pada ketiga model layanannya.

- Untuk membangun infrastruktur SI/TI, perusahaan atau

organisasi tidak perlu mengeluarkan belanja modal dan membuang banyak waktu.Ini sangat penting bagi perusahaan untuk bisa lebih fokus kepada bisnis utamanya.

- Perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk kepentingan manajemen SI/TI.

2. Manfaat teknologi.

Dua dari lima karakter utama yang dimiliki cloud computing, yaitu on-demand self-service dan rapid elasticity, sekaligus menjadi manfaat. Dengan sifatnya tersebut, dengan cepat pengguna dapat mendapatkan model layanan yang tersedia sesuai dengan porsi kebutuhannya.Dan pada akhirnya layanan ini dapat diakses dari mana saja.

3. Manfaat operasional.

Selain instalasi, infrastruktur SI/TI memerlukan operasional. Proses ini bisa diserahkan kepada penyedia layanan cloud computing. Pengguna hanya membutuhkan sedikit pengetahuan bagaimana untuk menggunakan layanan.

4. Manfaat lingkungan.

Cloud computing membangun data centernya untuk digunakan bersamaan atau berbagi oleh para penggunanya.Ini tentu membawa dampak positif kepada lingkungan, karena perusahaan atau organisasi

(12)

tidak perlu membangun data centernya masing-masing yang sangat banyak mengkonsumsi listrik.Belakangan ini dinamakan dengan green computing atau green data center. Selain itu juga cloud computing sedikit banyak dapat mengurangi kadar karbondiksida. Para pekerja kini dapat mengakses datanya untuk dapat bekerja di mana saja, seperti di rumah, tanpa harus pergi ke kantor.

2.3. Resiko Cloud Computing

Selain manfaat, cloud computing juga memiliki drawback seperti security, control, cost, openness, compliance, dan service-level agreements (Linthicum, 2010).Hal tersebut dapat dikatakan sebagai kekurangan yang secara berkesinambungan perlu diperbaiki. Sehingga layanan cloud computing akan semakin baik dan diterima.

Cloud computing memiliki beberapa faktor resiko yang perlu menjadi bahan pertimbangan penggunanya, antara lain:

1. Keamanan.

Ancaman terhadap keamanan bisa berasal dari dalam dan luar.Untuk pencegahan ancaman dari internal, oranisasi dapat mengimplementasikan metode keamanan seperti metode single sign-on atautwo-factor authentication.Kedua teknik tersebut adalah metode yang sering dilakukan di lapangan.

Ancaman yang datang dari luar banyak dilakukan oleh pihak

yang melakukan praktik hackingterhadap operasional keamanan

(13)

penyedia juga termasuk dalam kategori ini.Cloud Security Alliance merupakan salah satu contoh lembaga yang memberikan perhatian terhadap keamanan cloud computing dan terus melakukan pengembangan untuk membuat layanan ini semakin aman.

2. Proteksi data.

Data merupakan sumber daya yang sangat penting bagi pengguna, baik itu personal mau pun organisasi.Tingkat kepercayaan pengguna terhadap penyedia dalam menjaga karahasiaan data dinilai masih belum cukup memuaskan.Bukan hanya itu, banyak pengguna juga mengkhawatirkan atas penyedia dalam memlihara keutuhan datanya.Kehilangan data merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh pihak mana pun.

3. Vendor lock-in and failure.

Penyedia ternama seperti Amazon, Google, Microsoft, dan Salesforce, bukannya tidak pernah melakukan cloud outagessepanjang perjalanan bisnis layanannya. Tercatat di tahun 2008 – 2009, perusahaan tersebut beberapa kali melakukan kesalahan dalam layanannya.

Salah satu hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih penyedia adalah faktor interopability.Bagaimana data yang ada dalam model layanan SaaS dari satu penyedia, dapat diterjemahkan oleh penyedia lainnya.Begitu juga bagaimana PaaS dari satu penyedia dapat berkomunikasi dengan penyedia lainnya.

(14)

Organisasi seperti CCIF (The Cloud Computing Interopability Forum), DTMF (The Distributed Management Task Force’s Open Standards Incubator), The Open Cloud Manifesto, dan OCCI-WG (The Open Grid Forum’s Open Cloud Computing Interface Working Group), melakukan perbaikan terhadap standar interopabilitas dalam cloud computing.

Tingkat kepentingan bisnis dan transparansi penyedia adalah dua aspek yang perlu dipertimbangkan ketika sebuah perusahaan atau organisasi memilih vendor atau penyedia layanan. Berikut merupakan risk calculator berkaitan dengan kedua aspek tersebut.

Gambar 2.3. Risk Calculator layanan cloud computing. (Sumber: Williams, 2010).

(15)

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Organisasi Dalam Mengadopsi Cloud Computing

Perilaku suatu organisasi atau perusahaan dalam mengadopsi suatu SI/TI dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk mengungkap faktor apa saja yang mempengaruhi, terdapat teori dan kerangka yang bisa digunakan seperti DOI (Diffussion of Innovation), dan TOE (Technology Organization Environment).

2.4.1. Teori DOI (Diffussion of Innovation)

Di banyak penelitian sebelumnya, DOI merupakan salah satu teori yang sangat popular untuk mengungkap faktor seorang individu dalam mengadopsi suatu inovasi teknologi (Al-Jabri & Sohail, 2012).

(16)

Gambar 2.4.Diffusion of Innovation (Roger 1995).

Roger mengidentifikasi lima faktor atau atribut yang mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi suatu teknologi, antara lain:

- Relative advantage

Manfaat suatu inovasi teknologi dengan mengurangi biaya dan menambah benefit opersional (Lian et al, 2013).Dengan layanan cloud computing, perusahaan dapat mengurangi biaya untuk membayar

(17)

tenaga ahli untuk melakukan instalasi, pemeliharaan, dan update/upgrade sistem informasi (Abdollahzadegan, 2013).

- Complexity

Teknologi baru akan menyebabkan persoalan atau kesulitan karena diperlukan keahlian untuk diimplementasikan (Ranald et al, 2013).

- Compatibility

Teknologi baru diharapkan sesuai dengan aktifitas seseorang yang sudah terbiasa dijalani, sehingga tidak menimbulkan perubahan yang signifikan (Erisman, 2013).

- Triability

Suatu inovasi teknologi akan dinilai dari tingkat kemudahan seseorang untuk melakukan uji coba (Morgan, 2013).

- Observability

Kesuksesan dalam mengadopsi suatu inovasi teknologi dipengaruhi oleh komunikasi seseorang terhadap sesamanya. Pengaruh tersebut bisa berdampak positif maupun negative (Yeboah et al, 2014).

Dari kelima atribut tersebut di atas, beberapa penelitian juga menemukan bahwa unsur kepercayaan atau keyakinan merupakan indikator yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan mengadopsi suatu teknologi (Chong et al, 2009).

(18)

Selain dari konteks teknologi, kecenderungan suatu organisasi mengimplementasikan suatu inovasi teknologi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:

- Karakter pemimpin dalam menyikapi suatu perubahan.

- Karakter internal dari struktur organisasi yang meliputi sentralisasi, kompleksitas, formalitas, proses komunikasi, sumber daya, dan ukuran organisasi.

- Karakter eksternal dari organisasi.

Untuk mengambil keputusan dalam mengadopsi inovasi teknologi cloud computing, faktor manusia sebagai pemimpin (CIO) dalam suatu organisasi juga turut mempengaruhi (Lian et al, 2013). Faktor tersebut terlihat dalam penelitiannya di sebuah rumah sakit di Taiwan dengan model di bawah ini:

(19)

Gambar 2.5. Adopsi Cloud Computing (Lian et al, 2013).

2.4.2. Kerangka TOE (Technology Organization Environment)

Secara empiris, framework TOE telah banyak digunakan dan diuji di banyak penelitian di bidang teknologi informasi (Mangula et al, 2014).Kerangka TOE dikembangkan oleh Tornatzky dan Fleischer pada tahun 1990. Teori ini mengungkap tiga faktor dalam organisasi yang mempengaruhi proses adopsi dan implementasi terhadap suatu inovasi teknologi, yaitu technology, organization, dan environment. Seperti telah dibahas di bab pendahuluan sebelumnya, bahwa dalam mengambil keputusan untuk mengimplementasikan sistem informasi, dipengaruhi oleh

(20)

beberapa faktor. Terdapat beberapa model teori yang dapat digunakan untuk menilai faktor apa saja yang berpengaruh dan seberapa besar pengaruhnya. Model seperti TAM (Technology Acceptance Model), TPB (Theory of Planned Behaviour), DOI (Diffussion of Innovation), dan TOE (Technology Organization Environment), merupakan contoh kerangka teori yang cukup popular dan sering digunakan oleh para peneliti. TOE dan DOI merupakan teori yang paling relevan untuk menguji faktor yang mempengaruhi berhasilnya implementasi SI/TI di tingkat organisasi, dibandingkan dengan TAM dan TPB yang lebih baik pada perspektif individu (Oliveira & Martins, 2011).

Teori DOI dan TOE sangat terkait dan identik satu sama lainnya. Dalam teori DOI, adopsi suatu inovasi teknologi dikaji dengan melihat faktor internal dan external dari teknologi yang bersangkutan.Melalui kerangka TOE, Tornatzsky dan Fleischer menambahkan bahwa faktor teknologi juga terkait dengan faktor eksternal dari teknologi itu sendiri, seperti bisnis, industri, competitor, dan pemerintah (Jamaludin et al, 2012).

(21)

Gambar 2.6. Kerangka TOE (Tornatzsky & Fleischer, 1990).

Dijelaskan bahwa untuk konteks organization dalam kerangka TOE, terdapat beberapa indikator reflektif, antara lain:

- Size

Ukuran besar atau kecilnya suatu organiasasi turut mempengaruhi keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi teknologi.Perusahaan kecil lebih cenderung untuk mengadopsi suatu teknologi, di mana perusahaan besar lebih cenderung untuk tidak melakukan perubahan (Makena, 2013).

(22)

Pemilik suatu perusahaan atau para pemimpin di tingkat direksi maupun manajerial sangat berpengaruh kepada anggota lain di bawahnya (Ismail & Ali, 2013).

- Innovativeness

Terdapat dua karakter mengenai pemimpin yang inovatif.Dalam hal ini terdiri dua jenis CEO, yaitu CEO yang mencari solusi yang telah cukup dipahami dan dicoba, dan CEO yang lebih memilki kemauan untuk lebih cepat mangadopsi inovasi sistem informasi.(Thong, 1999).

- Prior technology experience

Keberhasilan implementasi cloud computing dalam organisasi dipengaruhi oleh ketrampilan karyawan dan persepsi serta pemahaman manajemennya, sehingga dapat menghasilkan keputusan strategis, lingkungan yang kreatif dan inovatif.(Borgman et al, 2013).

- Observability

Kesuksesan dalam mengadopsi suatu inovasi teknologi dipengaruhi oleh komunikasi seseorang terhadap sesamanya. Pengaruh tersebut bisa berdampak positif maupun negative (Yeboah et al, 2014).

Berdasarkan hasil penilitian sebelumnya, faktor environment diuraikan dengan beberapa indikator sebagai berikut:

(23)

Tekanan kompetisi memaksa perusahaan untuk lebih inovatif agar dapat tetap bertahan dalam dunia bisnis. Mengacu kepada teori Five Forces (Porter), dua di antaranya adalah: rivalry among companies and the threat of substitution. Cloud computing adalah paradigma yang paling popular dalam bidang TI untuk mencapai competitive advantage.(Tehrani, 2013).

- Industry

Adopsi inovasi sistem informasi dipengaruhi oleh jenis industri di mana perusahaan beroperasi dan bagaimana jenis industri tersebut mengelola informasi.(Yazn et al, 2013).

- Market scope

Dengan mengadopsi cloud computing, diharapkan dapat mengurangi biaya eksternal dan membuat perusahaan tidak bergantung pada lokasi secara geografis. (Zhu et al, 2006).

- Supplier computing support

Kesuksesan implementasi inovasi teknologi didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang tersedia.(David et al, 2010).

- Government policy

Kebijakan peraturan, tata kelola, dan kepatuhan dapat membuat bisnis merasa enggan untuk mengadopsi cloud computing karena kurangnya undang-undang yang mengatur kepemilikan dan privasi data, serta audit akses data dan reporting rights(Nkhoma & Dang, 2013).

(24)

2.5. Strategi Mengadopsi Cloud Computing

Dalam disertasinya, Shimba menyatakan untuk memulai mengadopsi layanan cloud computing harus diawali dengan tahap analisis (Shimba, 2010). Dari hasil penelitiannya, strategi adopsi cloud computing terdiri dari lima fase, yaitu analisis, perencanaan, adopsi, migrasi, dan manajemen. Strategi ini kemudian disebut dengan ROCCA (Roadmap for Cloud Computing Adoption) dan dikembangkan menjadi sebuah kerangka yang disebut dengan RAF (Rocca Achievement Framework).Belakangan, kerangka ini mulai banyak dimanfaatkan sebagai acuan penelitian.

Pada tahap awal, untuk menganalisis suatu kondisi untuk mengambil keputusan dapat menggunakan beberapa teknik analisis. Analisis perlu dilakukan agar dapat:

- Melakukan identifikasi dan evaluasi data yang relevan. - Mengenali kondisi internal dan eksternal.

- Menggunakan metode yang tepat dalam melakukan analisis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakanteknik analisis SWOT yang mengacu kepada hasil dari analisis faktor yang telah menggunakan kerangka TOE dan hasil dari diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion).

2.5.1. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah alat yang relevan untuk mengembangkan strategi dalam proses pengambilan keputusan (Hadidi, 2010). SWOT merupakan alat analisis untuk menggaliempat komponen utama dalam suatu organisasi, yaitu:

(25)

- Strength

Mengukur kekuatan yang dimiliki di dalam organisasi.Kekuatan yang saat ini dimiliki nantinya dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan opportunities dan menutupi threat.

- Weaknesses

Merupakan kelemahan yang dimiliki di dalam organisasi. Informasi apa yang menjadi kelemahan organisasi diharapkan dapat diantisipasi sehingga menjadi opportunities.

- Opportunities

Adalah potensi atau peluang yang dapat dicapai oleh sebuah perusahaan atau organiasasi.

- Threat

Selain kelemahan dari dalam, setiap organisasi pasti memiliki ancaman yang berasal dari luar.Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategi bagaimana untuk mengantisipasinya.

(26)

Gambar 2.7. Contoh diagram analisis SWOT. Sumber:

https://wikispaces.psu.edu/pages/viewpage.action?pageId=75450206#

Sebuah penelitian dilakukan untuk menganalisis aplikasi medis berbasis cloud computing dengan hasil seperti gambar di bawah ini:

(27)

Gambar 2.8.Hasil Analisis SWOT Aplikasi Medis. (Wang & Alexander, 2014)

Secara umum analisis SWOT terkait cloud computing dapat ditinjau dari karakteristik teknologi itu sendiri, terkait kelebihan dan kekurangannya, serta potensi benefit dan resiko yang berdampak kepada penggunanya (Dogo et al, 2013).

2.5.2. Analisis Matriks TOWS

Untuk menyusun strategi yang diperlukan berdasarkan data yang ada, maka dilakukan analisis Matriks TOWS.Matriks TOWS adalah salah satu pendekatan bagi peneliti untuk menghasilkan strategi bagi suatu perusahaan atau organisasi.Pada dasarnya matriks TOWS ini merupakan pemanfaatan

(28)

kekuatan untuk menciptakan peluang, meminimalisir kelemahan, dan menghindari ancaman dari luar (Nugraha & Leo, 2012).

Gambar 2.9. Proses Analisis Matriks TOWS (Weihrich, 1982).

Langkah-langkah untuk membangun matriks TOWS (Weihrich, 1982):

(29)

2. Merumuskan ancaman eksternal yang berpotensi terhadap perusahaan. 3. Merumuskan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan saat ini. 4. Merumuskan kelemahan perusahaan yang dimiliki perusahaan saat ini.

5. Membangun strategi S-O, memaksimalkan kekuatan untuk

memaksimalkan peluang.

6. Membangun strategi S-T, memaksimalkan kekuatan untuk

meminimalisir ancaman dari luar.

7. Membangun strategi W-O, meminimalisir kelemahan dan

memaksimalkan peluang.

8. Membangun strategi W-T, meminimalisir kelemahan dan ancaman

bagi perusahaan.

2.6. Hipotesis Penelitian

Dari hasil studi literatur, observasi, dan perhatian dari peneliti, maka berikut adalah alur pemikiran yang dibangun:

(30)

Gambar 2.10. Kerangka Berfikir.

Mengacu kepada kerangka berfikir di atas maka ditentukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis  Deskripsi  H1  Faktor technology berpengaruh signifikan bagi PT. Taspen untuk mengadopsi  cloud computing.  H2  Faktor organization berpengaruh signifikan bagi PT. Taspen untuk  mengadopsi cloud computing.  H3  Faktor environment berpengaruh signifikan bagi PT. Taspen untuk  mengadopsi cloud computing.  Tabel 2.1. Hipotesis

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka defenisi cloud computing NIST  (Sumber: Mark Williams, 2010)
Gambar 2.2. Model layanan cloud computing.
Gambar 2.3. Risk Calculator layanan cloud computing.
Gambar 2.5. Adopsi Cloud Computing (Lian et al, 2013).
+4

Referensi

Dokumen terkait

kewajiban ini tidak dapat dilakukan selain dengan komitmen terhadap manhaj yang dipegang oleh salaf dalam memahami Al- Qur’an dan hadis, karena kewajiban mengikuti mereka

Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang

Poisson untuk Mendeteksi Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Jumlah Penderita Gizi Buruk di Provinsi Jawa Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

Sanksi pelanggaran disiplin yang berupa pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai ditetapkan dengan keputusan BPH atas usul Rektor yang didalamnya

Tanggal 12 Agustus 1989 desa Malalayang Satu, Desa Malalayang Dua dan Desa Winangun yang sebelumnya berada dalam wilayah Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa masuk ke

REPARASI LISTRIK JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL Panel Capasitor Bank PL 4459 PRAKTIKUM INSTALASI LISTRIK 2 File : KEL8.doc Disusun: Kelompok 8 Disetujui : Annas

Aman: produk Tupperware terbuat dari bahan berkualitas ‘food grade’ sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan walaupun untuk menyimpan makanan panas. Aman digunakan

Sementara itu, karakteristik lainnya adalah koefisien suhu, derau listrik (noise) dan induktansi. Resistor juga dapat kita integrasikan kedalam sirkuit hibrida dan