BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Botani TanamanTanaman kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Dicotyledoneae, Ordo: Rosales, Famili: Leguminosea, Genus: Arachis, Species:
Arachishypogaea L. (Deptan, 2006).
Sebagian besar tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tetraploid. Ada dua bentuk tanaman utama, yaitu tipe menjalar dengan pertumbuhan merayap
atau menyebar dan tipe semak dengan pertumbuhan agak lebih tegak dan kurang menyebar (Tindal, 1983).
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi sebagai penahan dan penyimpan debu. Daun mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian bawah. Selain berhubungan dengan umur, gugur daun ada hubungannya dengan dengan faktor penyakit.
(Suprapto, 2006).
Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek. Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm. Cabang lateral dekat dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).
Kacang tanah mepunyai susunan perakaran sebagai berikut : yang pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tumbuh ke bawah sepanjang + 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya pengikat zat nitrogen di udara (Deptan, 2006).
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Di sebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga adalah sebenarnya tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya (Pitojo, 2005).
Buah kacang tanah disebut polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Buah kacang tanah berada didalam tanah setelah terjadi pembuahan bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi polong. Mula-mula ujung ginofor yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu
menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofor terhenti. Panjang ginofor ada yang mencapai 18 cm. Tempat berhentinya ginofor masuk ke dalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofor yang terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong (Deptan, 2006).
Warna biji kacang tanah bermacam-macam ada yang putih, merah, ungu dan kusumba. Kacang tanah yang paling baik adalah yang berwarna kusumba (Suprapto, 2006).
Syarat Tumbuh Iklim
Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang tanah berkisar 250-300C, di bawah suhu 250C perkembangan akan terhambat dan suhu diatas 350C berpengaruh terhadap produksi bunga (Weiss, 1983).
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan kelembapan di sekitar pertanaman kacang tanah (Yufdi,dkk, 2006).
Di Indonesia kacang tanah cocok ditanam di dataran rendah yang ketinggianya di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi antara 250-320C. Sedikit lembab (RH 65%-75%). Curah hujan 800-1300 mm per tahun dan tempat terbuka
Faktor iklim yang berpengaruh adalah cahaya. Kacang tanah merupakan tanaman C3, sedangkan cahaya mempengaruhi fotosintesis dan respirasi. Kacang tanah termasuk tanaman hari pendek, sedangkan pembungaan tidak tergantung pada fotoperiode. Sehingga terbukanya bunga dan jumlah bunga yang terbentuk sangat tergantung pada cahaya. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofora akan mengurangi jumlah ginofor. Disamping itu rendahnya intensitas penyinaran pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa (Adisarwanto, 2003).
Tanah
Kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir. Kemasaman (pH) tanah optimal adalah 6,5-7,0. apabila pH tanah lebih besar dari
7,0 maka daun berwarna kuning akibat kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul bercak hitam pada polong. Kacang tanah
memberikan hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang remah dan berdrainase baik, terutama tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal (Yufdi, M dkk, 2006).
Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, mulai tanah bertekstur ringan (berpasir), bertekstur sedang (lempung
berpasir), hingga bertekstur berat (lempung). Namun, tanah yang paling sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah yang bertekstur ringan dan sedang. Saat ini, sebagian besar (lebih dari 500.000 hektar) budidaya kacang tanah di Indonesia dilakukan di tanah Alfisol. Budidaya kacang tanah di beberapa daerah menghadapi kendala berupa pH tanah yang tinggi (alkalis) yang banyak tersebar di daerah sekitar gunung kapur, seperti di pantai utara dan bagian selatan Jawa timur , Jawa Tengah dan DIY ( Mutagen Kolkisin
Salah satu program pemuliaan tanaman yang dapat digunakan untuk mendapatkan kultivar atau varietas unggul adalah banyak dilakukan dengan teknik pemuliaan mutasi. Penggunaan teknik mutasi dalam program pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan tanaman poliploid. Poliploid dapat menghasilkan perubahan-perubahan hebat pada perbandingan genetik. Pada poliploidi terjadi penggandaan set kromosom. Perbandingan ini mungkin dapat terjadi karena adanya lokus yang diperbanyak pula, seperti terbukti dengan terjadinya kasus alopoliploid segmental (Welsh,1991).
Poliploid adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar (3x, 4x, 5x dan seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploid dapat berisikan dua atau lebih pasang genom dengan segmen kromosom yang homolog, keseluruhan kromsom homolog atau keseluruhan kromosom tidak homolog. Perbedaan satu dengan yang lain pada sejumlah gen atau segmen kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya (Hetharie, 2003).
Secara alami poliploid sering lebih besar penampakan morfologi dari spesies diploid seperti permukaan daun lebih luas, organ bunga lebih besar, batang lebih besar dan tanaman lebih tinggi. Fenomena ini diistilahkan sebagai gigas atau jagur. Populasi poliploid mempunyai kemampuan berkompetisi lebih baik dibanding moyang diploid yang ditunjukkan dengan daerah penyebarannya yang luas (Hetharie, 2003).
Poliploidisasi dapat diperoleh melalui pemberian kolkisin. Kolkisin berpengaruh menghentikan aktifitas benang-benang pengikat kromosom (spindel) sehinga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase baik pada pembelahan sel tumbuhan maupun hewan. Dengan terhentinya proses pemisahan dalam metafase mengakibatkan jumlah kromosom dalam suatu sel menjadi berganda. Perlakuan kolkisin dalam waktu yang makin lama bisa menghasilkan pertambahan genom sebagai suatu deret ukur seperti 4n, 8n, 16n dan seterusnya (Ajijah, N dan Nurliani Bermawie 2003).
Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkoloid yang berasal dari umbi
dan biji (Colchicum autumnale Linn) yang termasuk dalam famili Liliaceae. Nama Colchicum diambil dari nama Colchis, ialah seorang raja yang menguasai daerah di tepi Laut Hitam, karena di daerah itulah ditemukan banyak sekali tanaman tersebut. Tanaman yang berbunga dalam musim gugur ini banyak diperlihatkan bunga-bunganya saja diatas permukaan tanah. Dalam musim semi tanaman ini memiliki daun, buah dan biji (Suryo, 1995).
Kolkisin bersifat racun, yang terutama pada tumbuhan memperlihatkan pengaruhnya pada nukleus yang sedang membelah. Kolkisin diperdagangkan
dalam bentuk serbuk halus berwarna putih. Senyawa ini memiliki sifat mudah larut dalam air dan digunakan dalam konsentrasi rendah (Suryo, 1995).
Kolkisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom dalam sel-selnya, sedangkan sifat umum dari tanaman poliploid adalah menjadi lebih kekar, bagian tanaman lebih besar sehingga nantinya sifat-sifat yang kurang baik menjadi lebih baik, selain itu kolkisin juga dapat merubah susunan protein, vitamin, karbohidrat (Sulistianingsih, 2006).
Sel-sel tumbuhan umumnya tahan terhadap konsentarasi larutan kolkisin yang relatif kuat. Substansi kolkisin cepat mengadakan difusi kedalam jaringan tanaman dan kemudian disebarluaskan ke berbagai bagian tubuh tanaman melalui jaringan pengangkut. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa penggunaan kolkisin agak kuat dan dalam waktu singkat memberikan hasil yang lebih baik dari pada kebalikannya. Oleh karena itu konsentarasi 0,2% sering dipakai. Namun demikian perlu dicari konsentrasi optimum yang dapat menghasilkan persentase
yang paling tinggi dari sel-sel yang mengalami perubahan poliploid (Suryo, 1995).
Dalam menggunaan kolkisin, hal yang sering menjadi hambatan adalah sering sekali tidak diketahui saat sel-sel tanaman secara simultan mengalami mitosis pada waktu yang sama karena sedang aktif membelah. Bila saat mitosis pada setiap jenis tanaman diketahui, maka perlakuan dengan kolkisin akan lebih efektif. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada beberapa percobaan lama perendaman tidak memberikan perbedaan nyata terhadap berat
buah yang diamati. Sedangkan konsentrai kolkisin lebih memberikan perbedaan yang nyata terhadap berbagai parameter pengamatan (Nasir, 2002).
Kolkisin dapat merubah jumlah kromosom dalam sel. Hal ini tampak pada perubahan jumlah kromosom yang amat banyak pada tanaman yang mendapat perlakuan waktu perendaman dengan konsentrasi kolkisin dibandingkan dengan jumlah kromosom pada tanaman kontrol. Pemberian kolkisin pada tanaman memperlihatkan pengaruhnya pada nukleus yang sedang membelah. Proses mitosis mengalami modifikasi dimana tidak terbetuk benang spindel, sehinggga kromosom-kromosom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma. Pada setadium ini kromosom-kromosom memperlihatkan gambaran seperti tanda silang. Akan tetapi kromosom-kromosom dapat memisahkan diri pada sentromernya dan dimulailah anafase. Selanjutnya terbentuklah dinding nukleus sehingga nukleus restitusi (nukleus perbaikan) mengandung jumlah kromosom lipat dua. Apabila pengaruh kolkisin telah menghambur, sel poliploid yang baru ini dapat mementuk spindel pada kedua kutubnya, dan membentuk nukleus anakan poliploid seperti pada telofase dari mitosis bisasanya (Suryo, 1995).
Jika konsentrasi larutan kolkisin terlalu tinggi atau waktu perlakuan lama perendaman terlalu lama, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif, yaitu penampilan tanaman menjadi lebih jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan matinya tanaman (Suryo, 1995).
Umumnya kolkisin akan bekerja efektif pada konsentrasi 0,01-1% untuk jangka waktu 6-72 jam, namun setiap jenis tanaman memiliki respon yang berbeda-beda (Suryo, 1995).
Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas. Sebagian besar organisme berderajat tinggi memiliki jumlah kromosom yang bersifat diploid. Variasi jumlah set kromsom (ploidi) sering ditemukan di alam. Pada keadaan normal materi genetik setiap makhluk hidup stabil (tidak berubah-ubah), akan tetapi karena ada pengaruh luar atau dari dalam sel itu sendiri dapat terjadi perubahan. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari dalam sel merupakan ciri benda hidup yang membedakannya dengan benda mati, yakni dapat melakukan mutasi dan menjaga keanekaragaman hayati. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari luar sel dapat disebabkan oleh bahan kimia maupun radiasi (Pai, 1992).
Perubahan jumlah kromosom disebabkan pemberian konsentrasi kolkisin dengan konsentrasi kritis dapat mencegah terbentuknya benang mikrotubula dari gelondong inti sehingga pemisahan kromosom yang menandai perpindahan dari tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tanpa penggandaan dinding sel (Suryo, 1995).
Penelitian Permadi et al., (1991) tentang cara pembelahan umbi, lama perendaman, dan konsentrasi kolkisin pada poliploidisasi bawang merah menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi kolkisin dengan waktu perendaman yang menentukan efektivitas induksi poliploidi. Hasil yang diperoleh adalah bentuk tanaman bawang merah yang lebih pendek, jumlah daun sedikit, jumlah stomata sedikit, daun lebih tebal dengan pembesaran stomata baik lebar maupun panjang. Hasil pemeriksaan sel juga telah terjadi pengandaan sel pada tanaman yang diberi kolkisin, sehingga memiliki ukuran sel yang lebih besar dari pada tanaman kontrol. Cara yang paling efektif untuk menginduksi poliploidi
adalah pembelahan umbi melintang dengan waktu perendaman 3 jam dalam larutan kolkisin 400 ppm.
Sifat umum tanaman poliploid adalah memiliki ukuran bagian-bagian tanaman lebih besar, meliputi akar, batang, daun, bunga, atau buah. Tanaman poliploid juga memiliki ukuran sel yang lebih besar, intisel besar, buluh-buluh pengangkutan berdiameter lebih besar, dan ukuran stomata yang lebih besar. Bertambahnya diameter buluh-buluh pengangkutan, sebagai akibat pemberian kolkisin, menyebabkan diameter batang tanaman yang lebih besar pula
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Juli hingga Oktober 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas Banteng, Bison , Zebra, kolkisin, pupuk urea, TSP, KCl, pupuk kandang, insektisida, air, akuades, asam asetat 45%, HCl 1N, serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, gembor, tali plastik, handsprayer, pacak sampel, plank nama, mikroskop, timbangan analitik, jangka sorong, buku data, alat tulis, pisau silet, preparat, kamera, dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor ganda, sebagai berikut :
Faktor I : Konsentrasi kolkisin terdiri dari 4 taraf yaitu: K0= 0 ppm
K1= 30 ppm K2= 60 ppm K3 = 90 ppm
Faktor II : Tiga Varietas Kacang Tanah. V1 = Banteng
V2 = Bison V3 = Zebra
K0 V1 : Konsentrasi Kolkisin 0 ppm dengan Varietas Landak K0 V2 : Konsentrasi Kolkisin 0 ppm dengan Varietas Gajah K0 V3 : Konsentrasi Kolkisin 0 ppm dengan Varietas Zebra K1 V1 : Konsentrasi Kolkisin 30 ppm dengan Varietas Landak K1 V2 : Konsentrasi Kolkisin 30 ppm dengan Varietas Gajah K1 V3 : Konsentrasi Kolkisin 30 ppm dengan Varietas Zebra K2 V1 : Konsentrasi Kolkisin 60 ppm dengan Varietas Landak K2 V2 : Konsentrasi Kolkisin 60 ppm dengan Varietas Gajah K2 V2 : Konsentrasi Kolkisin 60 ppm dengan Varietas Zebra K3 V1 : Konsentrasi Kolkisin 90 ppm dengan Varietas Landak K3 V2 : Konsentrasi Kolkisin 90 ppm dengan Varietas Gajah K3 V3 : Konsentrasi Kolkisin 90 ppm dengan Varietas Zebra
Jumlah kombinasi : 12
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 36
Jumlah Lobang Tanaman / Plot : 12 Jumlah Tanaman / Lobang : 1 Jumlah Tanaman / Plot : 12 Jumlah Sampel / Plot : 3 Jumlah Sampel Seluruhnya : 72 Jumlah tanaman seluruhnya : 432
Jarak Tanam : 30 cm x 30 cm
Ukuran Plot : 150 cm x 150 cm Jarak antar Plot : 50 cm
Jarak antar Blok : 50 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan dengan model linier sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1, 2, 3, j = 1, 2, 3,4 k = 1, 2,3,
Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan Kolkisin (K) pada taraf ke-j
dan perbandingan Varietas (V) pada taraf ke-k.
μ = Nilai tengah
ρi = Efek blok ke-i
αj = Efek Kolkisin (k) pada taraf ke-j
βk = Efek Varietas (v) pada taraf ke-k
(αβ)jk = Efek interaksi kolkisin pada taraf ke-j dengan varietas pada taraf ke-k.
εijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan kolkisin pada taraf ke-j dan
varietas pada taraf ke-k.
Jika perlakuan dari sidik ragam diperoleh pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengn Uji Beda Nyata Jujur ( BNJ) pada taraf 5% ( Bangun,1991).
Tabel 1. Tabel Esmitasi Kuadrat Tengah Sumber
Keragaman Db JK KT F.hit
Estimasi Kuadrat Tengah
Blok 3-1 JKb KTB KTb/KTE σ2e+12σ2k
Varietas (V) 3-1 JKv KTV KTv/KTE σ2e+3σ212+aσ2r/b+12σ2b
Kolkisin ( K) 4-1 JKk KTK KTk/KTE σ2e+3σ212+9σ2a Interaksi (VxK) (3-1)(4-1) JK(VxK) KTVxK KT(VxK)/KTE σ2e+3σ2ab
Error 3(4)(3)-1 Jkerror KTE - σ2e
Total vkb-1 Jktotal - -
Keterangan : V = Varietas K = Kolkhisin b = blok Db = Derajat Bebas
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
Aplikasi Kolkisin
Aplikasi kolkisin dilakukan sebelum benih ditanam. Benih direndam dengan kolkisin dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1 (30 ppm), K2 (60 ppm), dan K3 (90 ppm) dengan perlakuan tiga varietas V1 (Banteng), V2 (Bison ), V3 (Zebra) masing-masing dilaksanakan sesuai dengan kombinasi perlakuan, kemudian dilakukan perendaman benih secara bersama selama 48 jam. Hal ini sesuai Firman (2009) yang menyatakan bahwa perendaman 48 lebih baik di bandingkan dengan waktu perendaman yang lain. Penanaman benih serentak dan sebelum benih ditanam terlebih dahulu dilakukan pencucian dengan akuades untuk menghilangkan sisa-sisa bahan kimia yang ada pada benih kacang tanah kemudian dilakukan penanaman.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah aplikasi kolkisin. Dimana benih kacang tanah dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3 cm sebanyak dua butir per lubang kemudian ditutup dengan tanah.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk
kacang tanah yaitu Urea 0,38 g per tanaman, TSP 0,06 g per tanaman, KCl 0,3g per tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 tahap yakni pada saat
penanaman ½ pupuk Urea dari jumlah dosis anjuran sedangkan KCl dan TSP sepenuhnya, kemudian tahap kedua diberikan pada saat penyiaangan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) yakni hanya pupuk urea saja yaitu ½ dari dosis pupuk anjuran.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu disiram.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari satu pada setiap lobang tanam dengan mencabut tanaman tersebut. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Pembumbunan
Pembubunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah disekeliling tanaman. Pembubunan dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah dan dapat berdiri tegak. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan melihat kondisi di lapangan biasanya menyemprotkan insektisida, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. Masing- masing disemprotkan pada tanaman yang terserang.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut batang tanaman tersebut dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panennya adalah sebagian besar
daun telah menguning dan gugur, polong telah terisi penuh, umur tanaman 90-95 hari.
Pengamatan Parameter Persentase Hidup (%)
Persentase hidup dihitung dengan mengitung jumlah semua tanama yang tumbuh dengan jumlah tanaman seluruhnya dikalikan 100 %. Pengamatan persentase hidup dilakukan pada 2 MST.
Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan sekali yaitu pada akhir fase vegetatif
tanaman yang ditandai dengan keluarnya bunga. Pengamatan ini dilakuakan pada 5 minggu setelah tanam (MST).
Jumlah cabang (cabang)
Perhitungan jumlah cabang dilakukan hanya satu kali pada akhir fase vegetatif tanaman yang tandai dengan keluarnya bunga. Pengamatan dilakukan pada umur 5 minggu setelah tanam (MST).
Ketebalan Daun (mm)
Pengukuran ketebalan daun dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pengukuran dilakukan pada masing- masing sampel. Pengukuran dilakukan pada masa akhir generatif atau menjelang panen.
Jumlah Klorofil
Pengukuran jumlah klorifil dilakukan dengan mengambil daun pada masing masing sampel. Pengamatan dilakukan pada akhir masa vegetatife atau saat tanaman berumur 5 MST.
Jumlah polong berisi per tanaman (polong)
Perhitungan jumlah polong berisi per tanaman dilakukan dengan menghitung semua polong berisi pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut dipanen.
Jumlah polong hampa per tanaman (polong)
Perhitungan jumlah polong hampa pertanaman dilakukan dengan menghitung semua polong berisi pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut dipanen.
Bobot kering biji per tanaman (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji yang sudah dikeringkan dari masing-masing tanaman sampel. Penimbangan dilakukan setelah seluruh tanaman tersebut dipanen.
Bobot kering 100 biji (g)
Penimbangan dilakukan setelah biji kering. Untuk tanaman yang tidak mencapai 100 biji maka datanya dikonversikan dengan menggunakan rumus : 100/X x Bobot X. Dimana X : Jumlah Biji, yang dilakukan setelah tanaman dipanen.
Ukuran biji (mm)
Biji kacang tanah yang dipanen dikeringkan kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong dimana setiap sampel dipilih biji sebanyak 10 biji sebagai perwakilan pengukuran, pengambilan dilakukan secara acak. Pengamatan dilakukan setelah tanaman dipanen.