• Tidak ada hasil yang ditemukan

110 Bidan PTT Lolos Seleksi CPNS Akan Ditempatkan di Desa desa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "110 Bidan PTT Lolos Seleksi CPNS Akan Ditempatkan di Desa desa."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

110 Bidan PTT Lolos Seleksi

CPNS Akan Ditempatkan di Desa

– desa.

PURWOREJO, FP – Sebanyak 132 bidan desa berstatus pegawai tidak tetap Kementerian Kesehatan di lingkungan Kabupaten Purworejo yang dinyatakan lolos seleksi mendapat pengarahan pemberkasan pengangkatan calon pegawai negeri sipil (CPNS) oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Purworejo di ruang Arahiwang, komplek Setda, Kamis (2/3).

Kepala Badan Kepegawaian Daerah Purworejo, drg, Nancy Megawati Hadisusilo M. M, mengatakan, pemberkasan tersebut sebagai tindak lanjut Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor R/201/S. SM. 01.00/2017 tanggal 2 Februari 2017 tentang Penyampaian Penetapan Kebutuhan PNS dark Program Pegawai Tidak Tetap dan Hasil Seleksi Kompetensi Dasar Kementerian Kesehatan Alan dilaksanakan proses pemberkasan yang direncanakan pada tanggal 7 – 8 Market 2017 bagi pegawai tidak tetap yang telah dinyatakan Lulu’s seleksi.

” Jumlah pegawai tidak tetap yang mengikuti seleksi sebanyak 132 orang dan yang dinyatakan lulus 110 orang, ” kata Nancy. Dikatakan, 22 bidan pegawai tidak tetap yang tidak lulus seleksi disebabkan usia yang sudah lebih dark 35 tahun. ” Sesuai Surat Menteri Pendayaghnaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, mereka yang tidak lolos seleksi akan diarahkan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), ” ucap Nancy.

Menurut Nancy, setelah diangkat menjadi PNS para bidan tersebut akan ditempatkan di desa dan harus tinggal di desa. Sesuai Peraturan Bupati nomor 20 tahun 2016 maka para bidan minimal 10 tahun baru boleh dimutasi.

Sementara Plt Setda Purworejo, Ahmad Kurniawan mengungkapkan, pengangkatan CPNS dark PTT Kemenkes merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Karena bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan strategis, yang memiliki tugas dan fungsi memberikan pelayanan kebidanan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak,

(2)

khususnya kesehatan reproduksi perempuan dan tumbuh kembang bayi dan balita.

” Peran tersebut sangat penting, mengingat status kesehatan ibu sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Apalagi angka kematian bayi dan ibu melahirkan di Kabupaten Purworejo masih cukup tinggi, sehingga keberadaan bidan terasa sangat dibutuhkan, ” kata Kurniawan.

Nama RSUD Saras Husada

Diganti DrTjitrowardoyo

Sejak September 2015, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Purworejo yang semula bernama RSUD Saras Husada, resmi diganti dengan nama RSUD Dr Tjitrowardojo. RSUD Purworejo didirikan oleh Yayasan Zending pada tahun 2015 dan pada tahun 1951 resmi bernama Rumah Sakit Umum (RSU) Purworejo.

Pada 5 Oktober 2005 diberi nama RSUD Saras Husada, meskipun saat itu sudah muncul nama beberapa tokoh di bidang kedokteran yang berasal dari Purworejo. Tetapi karena banyaknya nama yang disodorkan, agar tidak menimbulkan kecemburuan akhirnya ditetapkan dengan nama RSUD Saras Husada.

Terakhir, Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg bersemangat untuk mengganti nama RSUD tersebut dengan nama RSUD Dr Tjitrowardojo. “ Ini sebagai upaya untuk mikul dhuwur mendhem jero,” ujar Bupati kepada Legalitas. Akhirnya pada sejak September 2015, resmi RSUD Purworejo bernama RSUD Dr Tjitrowardojo.

Siapakah Dr Tjitrowardojo ?

Sejarah daerah Purworejo sebenarnya masih banyak yang tersembunyi. Termasuk nama Dr Tjitrowardojo masih jarang yang belum tahu siapakah sebenarnya almarhum ? Kenapa Bupati

(3)

Purworejo sangat bersemangat untuk memberi nama RSUD Purworejo dengan nama RSUD Dr Tjitrowardojo ?

Pemberian nama tersebut cukup beralasan. Bukan hanya sekedar niat yang tanpa alas an dasar. Karena Bupati berharap nama Dr Tjitrowardojo dapat terpatri di hati sanubari warga Purworejo. Meskipun pada awalnya Drs H Mahsun Zain M Ag mengaku belum memiliki data lengkap tentang sejarah hidup almarhum. Bahkan saat itu ada yang menduga kalau almarhum berasal dari Solo hanya kebetulan dimakamkan di Makam Kedokteran, Kampung Baledono, Purworejo.

Namun ketika Legalitas selama beberapa bulan meneliti sejarah Dr Tjitrowardojo yang merupakan anak kandung Kiai Honggodrono, dapat memastikan kalau almarhum memang benar-benar Putra Purworejo. Nama kecil almarhum Mas Ngabei Radiman, lahir di Purworejo pada 13 Januari 1847.

Pada usia 19 tahun, yakni pada tahun 1865 karena kegeniusannya telah lulus dari Fakultas Kedokteran di Leiden, Belanda. ( Kita tidak tahu bagaimana hingga pada zaman itu Mas Ngabei Radiman bisa mengikuti studi di Leiden. Karena kebetulan pada masa hidupnya tengah digelorakan Tanam Paksa yang diprakarsai oleh Gubernur Jendral Van den Bosh di Tanah Bagelen ).

Namun secara mengejutkan muncul Mas Ngabei Radiman yang dapat lulus dari Fakultas Kedokteran di Leiden dalam usia masih sangat belia. Bukan hanya itu, Mas Ngabei Radiman juga berhasil meraih rangking dua sehingga menerima Bintang Perak. Mas Ngabei Radiman Tjitrowardojo atau Dr Tjitrowardojo merupakan Dokter Pribumi pertama di negeri kita. Sesudah lulus fakultas kedokteran di Leiden lalu mengajar di Stovia (fakultas kedokteran) di Jakarta. Mahasiswa yang pernah dididiknya antara lain Dr Tjiptomangunkusumo serta Dr Karyadi. Dalam silsilah yang ditemukan Legalitas menunjukkan kalau ayah kandung Dr Tjitrowardojo yakni Kiai Honggodrono adalah Putra ke 15 dari KRT Gagak Pernolo II. Pada masa hidupnya KRT Gagak

(4)

Pernolo II menjabat sebagai Tumenggung Gunung ( Tumenggung yang bertugas menghimpun upeti untuk raja dan bagian dari para pangeran di kraton). KRT Gagak Pernolo II bertempat tinggal di Tanggung ( kini bernama Desa Sidomulyo ), Kecamatan Purworejo.

Sedang KRT Gagak Pernolo II putra sulung KRT Gagak Pernolo I yang berasal dari Banyuasin. KRT Gagak Pernolo I putra sulung dari Kiai Wayah dan Kiai Wayah keturunan langsung Bathara Loano atau Anden Loano I yang merupakan tokoh legendaris dalam sejarah daerah Bagelen. Dalam silsilah disebutkan, Bathara Loano atau Anden Loano I adalah keturunan Aria Bangah putra dari Kerajaan Galuh.

Pernikahan Dr Tjitrowardojo dengan R Ay Suratinah dikaruniai empat orang anak, yakni RM Soemali, R Ay Watini, RM Moeljadi dan R Ay Sadini. Setelah R Ay Sadini dewasa nikah dengan R Ng Puspodirdjo Puspowardojo seorang Kepala Pertanian di Solo. Dari hasil pernikahanya, lahir R Ay Tuti Marini. Tatkala R Ay Tuti Marini dewasa nikah dengan Alwi Abdul Jalil Habibie dari Pare-Pare Sulawesi. Dari hasil pernikahan mereka pada 25 Juni 1936 lahir Burhanudin Jusup (BJ) Habibie di Pare-Pare. Seperti kita ketahui BJ Habibie adalah Presiden Republik Indonesia ke III.

Dengan penetapan nama RSUD Purworejo menjadi RSUD Dr Tjitrowardojo merupakan pilihan nama paling tepat. Karena almarhum merupakan dokter pribumi pertama di tanah air kita dan banyak mengabdi di bidang kedokteran. Sedang nama para mahasiswa hasil dididikannya seperti Dr Karyadi sudah cukup lama menjadi nama RSU di Semarang. Demikian pula nama Dr Tjiptomangungkusumo sudah lama menjadi nama RSU di Jakarta. Rumah Sakit Rujukan Terbaik.

RSUD Dr Tjitrowardojo saat ini dikenal sebagai Rumah Sakit Rujukan Terbaik di Jawa Tengah Selatan. RS yang terletak di Jl Jendral Sudirman No 60 Purworejo tersebut merupakan Rumah

(5)

Sakit Kelas B Pendidikan yang sudah ditetapkan lewat SK Men Kes No Hk.02.03/I/0216/2014 tgl 21 Februari 2024. RS tersebut berdiri di atas tanah seluas 58.123 m2 dengan luas bangunan 21.383.80 m2, terdiri dari Gedung Farmasi, 22 Bangsal Perawatan, Auditorium dan Kantor.

Melalui pendekatan Managemen Mutu, RSUD Dr Tjitrowardojo selalu berusaha meningkatkan serta mengembangkan mutu pelayanan, demikian dijelaskan oleh Direktur RSUD Dr Tjitrowardojo, Drg H Gustanul Arifin, M Kes.

Sejak tahun 2009, RSUD Dr Tjitrowardojo sudah dinyatakan lulus akreditasi 16 bidang pelayanan. Di antaranya pelayanan administrasi dan managemen,pelayanan medik, gawat darurat, keperawatan sampai pelayanan bank darah.

Anak Buruh Bangunan Menderita

Tumor Akut

PURWOREJO – Anisa (10) warga RT 02 RW 08 Kelurahan Kledung Kradenan Kecamatan Banyuurip Purworejo kondisinya sangat memprihatinkan. Anisa adalah penderita tumor Teratoma Maligna grade III yang kondisinya keluarganya tidak mampu dan butuh bantuan dermawan untuk biaya pengobatan. Ibu Anisa,bPuji Mulyani (39) hanyalah pembantu rumah tangga, sementara ayahnya, Suherman (40) penjual siomay yang kini terpaksa harus bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta karena sudah kehabisan modal. Diusianya yang semestinya bersekolah dan bermain itu saat ini Anisa hanya bisa berbaring di kasur lusuh. Sesekali Anisa merintih menahan sakit yang dideritanya. Terkadang jika lelah tiduran Anisa minta dipapah ibunya untuk sekedar jalan-jalan didalam rumah meski sambil menahan sakit.

(6)

Puji Mulyani, saat ditemui di rumahnya Jumat (26/8) bercerita anaknya menderita sakit tumor di bagian pantat sejak Matet 2014 tepatnya saat Anisa duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar (SD). “Awalnya hanya berupa benjolan kecil seperti bisul namun kemudian menjadi sebesar kepalan tangan orang dewasa,” katanya. Melihat kondisi itu orang tuannya kemudian membawa ke Puskesmas, namun oleh Puskesmas diberi rujukan agar dibawa ke rumah sakit. Setelah dibawa ke RSUD Purwprejo dokter yang memeriksa mengatakan benjolan itu ternyata tumor. Namun karena peralatan kurang lengkap pihak RSUD Purworejo merujuk agar dibawa ke RS Sardjito Yogyakarta.

Di RS Sardjito Anisa mendapat perawatan cemoterapi hingga delapan kali. Meski belum sembuh namun perawatan itu sedikit mengurangi rasa sakit dan benjolan juga sedikit kempes. Namun setelah beberapa bulan dirumah, benjolan ditubuh Anisa kembali membesar. Kedua orang tuanya kemudian membawa Anisa ke RS Margono di Purwokerto. Di tempat ini Anisa menjalani perawatan dengan cara penyinaran hingga 30 kali. Namun ketika beberapa waktu dirumah kondisinya kembali drop dan dibawa ke RS Sardjito.

Di RS Sardjito rencananya akan dilakukan operasi. Namun operasi urung dilakukan karena dari hasil pemeriksaan tim medis RS Sardjito ternyata tumur yang diderita Anisa sudah cukup akut dan akarnya sudah menyatu dengan tulang. Dengan kondisi seperti itu pihak rumah sakit tidak berani melakukan operasi karena resikonya cukup tinggi. Pihak rumah sakit kemudian hanya melakukan kemoterapi sebanyak tujuh kali. “Kemoterapi terakhir sekitar dua bulan lalu,” ucap Puji.

Puji menambahkan, karena tidak mempunyai biaya lagi, kini anaknya hanya diobati dengan ramuan tradisional. “Sekarang kami hanya bisa pasrah menunggu mukjizat Allah. Kalau Allah menghendaki sembuh mudah-mudahan anak saya segera sembuh,” ucap Puji mencoba tabah.

(7)

menjadi terbatas sehingga menjelang kenaikan kelas 2 Anisa berhenti sekolah. Selama ini biaya menggunakan Jamkesmas. Dan sampai saat sekarang belum ada bantuan dari pemerintah Kabupaten Purworejo. (W5).

Pencari Kerja Membludak,

Banyak

Lowongan

Tidak

Diminati

PURWOREJO, FP – Hingga bulan Januari 2017 tercatat sebanyak 3924 orang terdaftar sebagai pencari kerja. Sementara lowongan pekerjaan sebanyak 238. Dari jumlah pencari kerja itu 94 diantaranya sudah penempatan.

Dari jumlah pencari kerja sebagian besar didominasi lulusan SMA/SMK dengan 3270 orang, D2/ Sarjana 515 dan sisanya SMP/ sederajat.

Hal itu dikatakan Kabid Tenaga Kerja dan Transmigasi Dinas Industri dan Tenaga Kerja (Din Pernaker) Kabupaten Purworejo, Drs. Aris Widyantoro, MM, Selasa (7/3).

Lebih jauh dikatakan, lowongan pekerjaan yang paling diminati di bidang produksi seperti pabrik dan sisanya perkebunan kelapa sawit. “Ini yang membuat pencari kerja tidak segera tersalurkan karena lowongan yang tersedia tidak sesuai minat, ” kata Aris.

Selain tidak sesuai minat, banyak pencari yang enggan bekerja didaerah. “Para pencari kerja inginya kerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bekasi Tangerang dan lainya. Padahal sebenarnya banyak lowongan didaerah Semarang dan sekitarnya, tapi tidak diminati, ” ucap Aris.

Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2016 tercatat 8244 pencari kerja dengan lowongan kerja dan 2105 diantaranya sudah penempatan melalui Antar Kerja Lokal (AKAL), Antar Kerja Antar

(8)

Daerah (AKAD), dan Antar Kerja Antar Luar Negara (AKAN).

Lokalisasi

Gunung

Tugel

Riwayatmu Kini

PURWOREJO, FP – Komplek lokalisasi Gunung Tugel Kutoarjo kini

hanya tinggal kenangan. Tempat bisnis esek-esek itu kini sudah rata dengan tanah. Enam bangunan yang biasa digunakan untuk mereguk kenikmatan sesaat itu sudah dirobohkan oleh tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016).

40 PSK yang tiap malam siap melayani para hidung belang kini sudah kocar kacir. Sebagian ada yang mengikuti pelatihan ketrampilan di sebuah lembaga yang disediakan pemerintah, sisanya masih bertahan dengan profesinya meski harus ke luar daerah. Kendati ada yang tetap nekad beroperasi di Kutoarjo itupun harus secara sembunyi-sembunyi dengan resiko terjaring razia petugas.

Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, pihaknya sudah memberi penawaran kepada eks penghuni lokalisasi Gunung Tugel untuk diberi pelatihan ketrampilan gratis di Solo selama satu tahun. Pelatihan ketrampilan disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing. Diantaranya menjahit, bordir dan salon kecantikan. “Setelah selesai mereka akan diberi modal untuk usaha,” kata Sri.

(9)

Sri Lestariningsih, K a b i d S o s i a l Diskertransos Purworejo

Namun demikian, lanjutnya, tidaklah mudah membina eks PSK. Banyak yang enggan untuk dibina dan mencari nafkah secara normal. Bahkan ada yang sudah ikut pembinaan kabur dan kembali beroperasi ke profesi semula. “Alasanya, mereka tidak percaya hasil usahanya kelak cukup menghidupi keluarga. “Mereka juga beralasan lebih mudah dan cepat cari uang dengan menjajakan diri,” tambahnya.

Keberadaan tempat prostitusi di Gunung Tugel yang masuk wilayah Dusun Girirejo Timur Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo sejak tahun 1970 an. Awalnya lokasinya di sekitar pasar hewan. Seiring perkembangan wilayah tempatnya bergeser di pinggir sungai tak jauh dari Gunung Tugel. Namun lantaran diwilayah itu dibangun perumahan dan disertai penolakan warga, komplek wisata esek-esek itu kemudian pada tahun 1993 berpindah di Gunung Tugel.

Gunung Tugel sendiri merupakan sebuah perbukitan yang dijadikan area pemakaman etnis Tionghoa atau lebih dikenal dengan Bong Cina. Gunung Tugel dibelah oleh jalan beraspal yang menghubungkan Kutoarjo dan daerah sekitarnya. Karenanya tidak mengherankan meski wilayahnya berada di pinggiran namun cukup ramai dilalui kendaraan baik roda dua maupun empat.

(10)

Nama Harjo Kubis disebut sebut sebagai orang yang pertamakali membuka bisnis haram itu. Hingga sebelum dihancurkan, dari enam rumah bordil itu salah satu micikarinya atau germo bernama Wiji yang masih trah Harjo Kubis. Bahkan Wiji dianggap orang yang paling berpengaruh setelah era Harjo Kubis

Lokalisasi Gunung Tugel sebenarnya tidak begitu luas. Meski demikian kendaraan roda empat bisa masuk sampai komplek. Prostitusi di Gunung Tugel juga masuk kategori kelas menengah ke bawah. Tarifnya cukup terjangkau bagi hidung belang yang modalnya pas pasan. Yakni berkisar Rp 50 ribu rupiah. Kalau toh ada yang tarifnya Rp 200 ribuan biasanya PSK pendatang dan dianggap “barang baru”, bagi pria yang suka ” jajan”,ditempat itu.

Tempat Lokalisasi Gunung

Tugel Dibongkar Paksa Para

PSK Akan Diberi Pelatihan

Ketrampilan

PURWOREJO, FP – Tempat Lokalisasi di Gunung Tugel Kutoarjo

dibongkar paksa oleh Tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016). Pembongkaran enam bangunan dilakukan karena para pemiliknya tidak mengindahkan surat teguran dan janji akan membongkar sendiri bangunan rumahnya. Selain untuk tempat porstitusi liar, bangunan di lokalisasi juga digunakan sebagai tempat peredaran minuman keras.

Sebelumnya para penghuni sudah mendapat teguran sebanyak tiga kali namun tidak ada respon. Mereka kemudian diberi waktu

(11)

sampai 10 Februari untuk membongkar sendiri bangunan milknya. Namun akrena sampai batas waktu tidak juga dibongkar maka pembongkaran paksa dilakukan oleh tim gabungan.

Pembongkaran disaksikan langsung oleh Pj Bupati Purworejo Agus Utomo, Dandim 0708 Letkol Czi Tommy Arief Prasetyo, Wakapolres Kompol Sumayono dan perangkat kelurahan setempat. Pembongkaran tanpa ada perlawanan dari pemilik rumah karena sebelumnya mereka sudah mengosongkan tempat itu.

Pj Bupati Purworejo didampingi Dandim 0708 dan Wakapolres mengatakan, pembongkaran tersebut sudah sesuai prosedur dan perda yang ada. Apalagi pemilik rumah sudah sepakat akan membongkar sendiri dan sudah diberi waktu namun tidak juga dilakukan. “Pembongkaran ini sudah sesuai prosedur, perdanya juga ada. Keberadaan bangunan disini sudah mengganggu fungsi sosial karena digunakan untuk kegiatan prostitusi dan peredaran miras,” ungkap Pj bupati.

Dia menjelaskan, bekas lokalisasi itu nantinya akan ditatanami bibit pohon untuk menghijaukan kawasan itu. “Saya berharap di Purworejo tidak ada lagi usaha-usaha seperti ini,” tambahnya.

Pj Bupati Purworejo melihat l a n g s u n g p e m b o n g k a r a n bangunan di lokalisasi Gunung Tugel

Sementara itu, Kasat Pol PP Purworejo Tri Joko Pranoto mengungkapkan, pembongkaran bangunan di Gunung Tugel sudah

(12)

sesuai dengan Perda No 11 Tahun 2012 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Perda No. 8 Tahun 2014 tentang Ketertiban dan Perda No. 6 Tahun 2003 tentang Porstitusi. “Artinya pembongkaran bangunan ini sudah sesuai jalur hukum,” paparnya. G u n u n g T u g e l t e r l e t a k d i D u s u n G i r i r e j o T i m u r , Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Keberadaan prostitusi di wilayah itu sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1970. Pada awalnya lokasinya berada di sekitar pasar hewan. Namun karena ada penolakan dari warga kemudian pindah di pinggir sungai tak jauh dari tempat semula.

Tapi seiring perkembangan kota dan diwilayah itu akan dibangun perumahan maka komplek sekitar tahun 1993 lokalisasi berpindah di kawasan Gunung Tugel sampai sekarang. Gunung Tugel sendiri adalah tempat pemakaman orang Tionghoa.

Orang paling berperan dalam usaha lokalisasi ditempat itu adalah Harjo Kubis almarhum. Setelah Harjo Kubis tidak ada usaha diteruskan orang-orang yang pernah bekerja denganya. Sebelum dihancurkan petugas, ada enam rumah dan 40 kamar serta sebuah warung di lokalisasi. Meski tidak begitu luas namun kendaraan roda empat bisa sampai ke lokasi itu.

Ada 25 Pekerja Sek Komersial (PSK) yang mangkal ditempat itu. 14 orang asli warga Kutoarjo dan sisanya PSK pendatang atau tidak menetap yang berasal dari daerah Kebumen dan Wonosobo. Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, para mantan PSK lokalisasi Gunung Tugel itu nantinya akan diberi penawaran. Bagi yang berminat akan dikirim ke sebuah lembaga di Solo untuk diberi pelatihan dan ketrampilan selama satu tahun secara gratis. Selama di Solo mereka akan diberi pelatihan ketrampilan sesuai minat bakat masing-masing. Diantaranya, menjahit, bordir dan rias kecantikan atau salon. “Setelah pulang dari pelatihan mereka akan diberi modal dan pendampingan untuk membuka usaha,” kata Sri Lestariningsih.

(13)

Siswa SMK YPT Purworejo Dan

Anggota Koramil Kaligesing

Bangun Jalan Setapak

Sebanyak 210 anggota Saka Wira Kartika SMK YPT Purworejo binaan Kodim 0708 Purworejo melaksanakan kegiatan karya bhakti berupa pembangunan rabat beton jalan setapak sepanjang 375 meter, Senin (14/12). Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi yakni Padukuhan Jetis dan Jeketro, Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing. Kegiatan juga didukung oleh 17 anggota Koramil 03 Kaligesing dan 30 guru pembina.

Serma Budi Susanto dan Sertu Santoso selaku penanggung jawab pramuka mengatakan, disamping untuk membantu masyarakat, kegiatan karya bhakti tersebut bertujuan meningkatkan rasa kepedulian sosial. Diharapkan dengan kegiatan itu para siswa akan semakin memahami rasa kegotong royongan dan kebersamaan. “Kegiatan ini sangat besar sekali manfaatnya baik untuk anggota Saka Wira Kartika maupun masyarakat Desa Kaligono,” jelasnya.

Di lokas Padukuhan Jetis, para siswa melakukan aksi pengambilan batu dari sungai. Sedang di Padukuhan Jekreto melakukan pembangunan rabat beton.

(14)

Purworejo Segera Miliki Green

Park, Tahun 2018 Mulai

Dibangun

PURWOREJO, FP – Masyarakat tidak lama lagi akan dapat menikmati keberadaan Purworejo Mall yang diberi nama Green Park Purworejo. Pembangunan gedung mall direncanakan pada 2018 mendatang, dengan lokasi depan SMA Negeri 6 Purworejo. Tujuannya selain untuk peningkatan perekonomian juga untuk memajukan Kabupaten Purworejo.

Hal itu diungkapkan Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM usai Sholat Tarawih pada kegiatan Tarawih dan silaturahim (Tarhim) Bupati bersama masyarakat di Masjid Baitul Karomah Desa Seborokrapyak Kecamatan Banyuurip pada Senin malam (5/6). Turut mendampingi Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti SH, FKPD, dan sejumlah pejabat yang tergabung dalam Tim A Tarhim. Lebih lanjut Bupati mengatakan, masyarakat Purworejo tidak perlu lagi mengunjungi mall di Jogja, tapi bisa di mall yang ada di Purworejo. “Termasuk untuk menarik masyarakat luar Purworejo supaya berbelanja disini, sehingga bisa menjadi income Kabupaten Purworejo yang endingnya untuk kesejateraan masyarakat Purworejo,” tuturnya.

Sementara itu secara terpisah Kepala Dinas Perumahan Rakyat Wawasan Pemukiman dan Pertanahan Kabupaten Purworejo Ir Susanto menjelaskan, lahan tanah yang direncanakan untuk pembangunan mall seluas 11.352 meter persegi. Tanah tersebut merupakan tanah bengkok Kelurahan Kledung Kradenan Kecamatan Banyuurip. Sebagian dimanfaatkan untuk sawah pertanian dan sebagian disewakan untuk tanaman hias.

“Rencana pembangunan mall, telah melalui proses dengan melakukan rapat dinas terkait bersama masyarakat. InsyaAllah untuk pembahasan lahan tanah yang akan dibangun mall, dalam

(15)

minggu ini sudah klir. Pembangunan mall direncanakan gedung berlantai empat, yang akan menyediakan berbagai fasilitas seperti tersedia berbagai kebutuhan juga kelengkapan permainan,” jelas Susanto yang duduk bersebelahan dengan Bupati dalam Tarhim itu.

Kegiatan Tarhim tersebut sekaligus penyerahan tali asih oleh Bupati kepada takmir Masjid, Guru ngaji, anak yatim, dan Lansia jompo. Disamping itu Bupati juga mengingatkan beberapa hal antara lain, masyarakat agar menjaga lingkungannya masing-masing dan mendata warga baru terkait pencegahan terhadap kelompok teroris. Juga adanya bandara udara internasional supaya masyarakat ikut ambil bagian dengan membuka usaha maupun menjadi karyawan di bandara.

Demikian juga Bupati meminta dalam bulan Romadhon ini, supaya masyarakat tidak membunyikan petasan sebab selain dilarang pemerintah juga membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain. Termasuk masih banyaknya temuan makanan kedaluwarsa, termasuk ayam tiren juga daging opolosan, agar masyarakat dalam berbelanja lebih teliti harapannya kesehatan masyarakat dapat terjaga baik.

Bupati juga mengingatkan bantuan dana desa yang hampir mencapai RP.1 milyar supaya pengelolaannya secara transparan dan terencana dengan baik, melalui perencanaan program yang dibuat pemerintah desa dan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Selain untuk pemberdayaan masyarakat, juga pengentasan kemiskinan, dan pembangunan infrastruktur jalan. Dana desa itu diantaranya untuk pembangunan jalan desa, termasuk membentuk Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang hasil pendapatannya untuk pemasukan desa.

“Saya berharap masyarakat ikut berperan serta dalam pengawasan penggunaan dana desa, supaya pengelolaan dana desa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang dapat dirasakan masyarakat. Sehingga tujuan dana desa untuk memajukan desa dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud,” pesan Bupati.

(16)

Terlunta-lunta di Aceh, Mbah

Sumini Akhirnya Ditemukan

Keluarganya

PURWOREJO, FP – Mbah Sumini (84), warga RT 01 RW 05 Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Kabupten Purworejo yang terlunta-lunta di Desa Pasar, Kecamatan Padang Tiji, Aceh, akhirnya Sudah ditemukan keluarganya. Rencananya hari ini Sabtu (4/3) oleh Dinas Sosial Kabupaten Pidie, Mbah Sumini akan diterbangkan ke Jakarta untuk dikembalikan kepada salah satu keluarganya.

Sunami Harjo Dinomo (79), adik kandung mbah Sumini ditemani Totok (36), keponakan mbah Sumini saat ditemui di rumahnya membenarkan kejadian tersebut.

Diceritakan, mbah Sumini meninggalkan rumah sekitar 40 tahun lalu. “Awalnya pergi ke Jakarta ikut Supini, anaknya yang ke dua, ” kata Sunami.

Setelah beberapa tahun tinggal bersama Supini, mbah Sumini pergi ke Aceh mengikuti Nining, cucunya. Nining adalah cucu mbah Sumini anak dari Sumarni, yang tinggal di Bandung. ” Suami Nining orang Aceh, jadi mbah Sumini ikut ke Aceh karena ingin momong buyutnya, ” kata Sunami.

Namun entah karena persoalan apa, setelah beberapa waktu ikut Nining, mbah Sumini tiba-tiba tampa sebab jelas Mbah Sumini pergi dan ditemukan warga sekitar di Pasar Pidie.

Saat ditanya warga mbah Sumini yang sudah mulai pikun terlihat bingung dan hanya ingat alamat rumah di Kelurahan Baledono. Keberadaan mbah Sumini terlantar di pasar Pidie menarik perhatian Tagana, komunitas medsos di Aceh.

(17)

Sunami Harjo Dinomo (tengah) adik kandung Mbah Sumini berdiri didepan rumahnya

di posting lewat medsos akhirnya keberadaan mbah Sumini diketahui keluarganya yang berada di Kelurahan Baledono. ” Setelah keluarga di Baledono mengetahui keberadaan mbah Sumini kami langsung menghubungi keluarga yang di Aceh, Jakarta dan Bandung. Sehingga kakak saya sekarang sudah aman, ” ujar Sunami.

Sementara Totok mengatakan, berdasarkan keterangan Nining saat dihubungi lewat ponsel mengaku bahwa kepergian Mbah Sumini atas kemauan sendiri hanya saja saat pergi dari rumah tidak pamit sehingga membuat kekhawatiran keluarga.

” Jadi tidak benar kalau Mbah Sumini pergi karena diusir dan setiap hari dimarahi apalagi sampai dipukul oleh Nining, ” ucap Totok.

Meski demikian pihak keluarga sangat berterimakasi kepada semua pihak karena berkat inform asi lewat medsos mbah Sumini segera mendapat pertolongan.

Sekedar diketahui, selama beberapa hari ini banyak medsos yang meposting mbah Sumini, warga Kelurahan Baledono yang terlantar di daerah Pasar Tiji, Aceh.

(18)

lemah dan kebingungan serta sering menangis. Saat warga sekitar hanya ingat daerah asalnya saja, yakni Purworejo. Mbah Sumini juga mengaku kabur karena tidak betah lantaran sering dibentak-bentak oleh cucunya.

Menurut Totok, selama di Aceh, mbah Sumini tinggal di Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Aceh.

Operasional Perdana Kereta

Kesehatan Rail Clinic, Layani

140 Warga

Setelah di launching di Stasiun Pasar Senen Jakarta pada 12 Desember lalu, kereta kesehatan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI), Rail Clinic, Sabtu (19/12) melakukan operasional perdana di Stasiun Wojo, Desa Dadirejo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Masyarakat di sekitar stasiun langsung dapat menikmati layanan kesehatan secara gratis di atas kereta selama satu hari. Dari data paramedis, sedikitnya tercatat 140 warga memanfaatkan layanan tersebut.

Pelayanan kesehatan yang dapat dinikmati oleh masyarakat di Rail Clinic meliputi layanan kesehatan tingkat pertama seperti pemeriksaan umum, gigi, mata, kehamilan dan kefarmasian. Disamping itu juga dilakukan pemberian kaca mata gratis serta penyuluhan kesehatan. Untuk mendapatkan layanan kesehatan di Rail Clinic masyarakat hanya diminta menunjukan kartu identitas kepada petugas.

“Rail Clinic merupakan bentuk kegiatan kepedulian dan tanggung jawab sosial PT KAI kepada masyarakat. Ke depan kami berharap dapat menjalin kerjasama dengan BUMN atau lembaga lain untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan namun dapat

(19)

terjangkau oleh kereta api,” kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Tambah Edi, untuk sementara ini Rail Clinic baru beroperasi di wailayah pulau Jawa saja. Namun demikian bila ke depan sudah ada kerjasama dengan pihak lain maka Rail Clinic akan beroperasi sampai luar pulau Jawa.

Menurut Edi Sukmoro, pembuatan Rail Clinic dilatar belakangi oleh semangat PT KAI untuk memberikan layanan lebih kepada masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan dengan memanfaatkan jalur KA sehingga dapat menembus daerah yang sulit dilalui kendaraan bermotor. “Untuk proses pengerjaan Rail Clinic sendiri dilakukan sejak 10 Oktober 2015 di Balai Yasa Yogyakarta,” ujar Edi.

Dalam pengoperasian Rail Clinic tidak tergantung pada lokomotif sehingga dapat lebih leluasa. Rail Clnic merupakan kereta armada yang dimodifikasi oleh Balai Yasa dengan retrofit kereta rel diesel (KRD). Rail Clinic dilengkapi dengan toilet ramah lingkungan. Rangkain Rail Clinic terdiri dari dua kereta (gerbong) yang masing-masing memiliki tata ruang dan jenis pelayanan kesehatan yang berbeda. Rail Clinic juga pernah mendapat piagam penghargaan dari MURI sebagai kereta kesehatan pertama di Indonesia.

Kegiatan layanan perdana Rail Clinik dihadiri Deputi Bidang Usaha Kontruksi Dan Sarana Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambunan, Staf Ahli Kemenhub sekaligus Komisaris PT KAI Riza Permadi, Bupati Kulonprogo dr, Hasto Wardoyo,Sp,OG (K), PJ Bupati Purworejo Agus Utomo, Kapolres Purworejo AKBP Arsida Septiana dan jajaran PT KAI.

Referensi

Dokumen terkait

f. Generasi ini juga mempunyai “kesadaran merek” dan penolakan terhadap merek. Kondisi ini menampilkan kesempatan, namun bukan pasar yang homogeny. Pemasar yang berhasil

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian kompos pelepah daun kelapa sawit dengan berbagai dekomposer pada tanaman

Dampak positif lain dari membaca Al-Qur‟an adalah dari perubahan sikap oleh individu (siswa). Mereka yang merasakan dampak positif dari membaca Al-Qur‟an pasti akan

Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini

Selanjutnya baru bisa diajukan permohonan perubahan hak menjadi Hak Milik, kemudian diterbitkan hak atas tanah Hak Milik, sehingga hal tersebut menyebabkan proses perubahan

Merumuskan alternatif strategi teknologi dan strategi bisnis yang dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh PT.. Dharma Guna

Berkaitan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud dari system kaderisasi adalah suatu rangkaian kegiatan penyiapan sumber daya manusia secara terdidik atau secara

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (margin ) yang disepakati oleh ke dua belah pihak (Penjual dan