• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Kadar Nitrogen Tanah dan Produksi Tanaman Padi Utama serta Ratun di Tanah Pasang Surut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Kadar Nitrogen Tanah dan Produksi Tanaman Padi Utama serta Ratun di Tanah Pasang Surut"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Kadar Nitrogen Tanah dan

Produksi Tanaman Padi Utama serta Ratun di Tanah Pasang Surut

The Effects of Liquid Fertilizer on the N-total of SoilAnd Production of

Paddy and Ratoon in The Tidal Lowland Soil

Siti Nurul Aidil Fitri1*, Siti Masreah Bernas1, Weliza Agustina1 1

Program Studi Agroekoteknologi Peminatan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya Ogan Ilir

ABSTRACT

The Tidal lowland, generally has very low fertility. The production of paddy in this soil is still low. The liquid fertilizer from swamp plants Neptunia prostrata can be used to improve soil fertility in the soil of tidal lowland. This is because the liquid fertilizer contains N 6.5% and pH of 8.12. In order to improve soil fertility and production of paddy on the soil of tidal lowland need proper time application. This study was aimed to know the effect of liquid fertilizer on N-total of soil and the production of paddy and ratoon on tidal lowland. This study was conducted in plastic house, field of Agriculture Department, Agriculture Faculty Inderalaya, University of Sriwijaya, South Sumatra. For the analysis of N-total of soilwas done in the Laboratory of Chemistry and Soil Fertility Department of Soil Science, Agriculture Faculry, University of Sriwijaya. This study was conducted in August through December 2014.The method used in this studyis Randomized Factorial with two factors: 1) dose of liquid fertilizer; 96 ml per pot (P1), 120 ml per pot (P2), and 144 ml per pot (P3). 2) period of giving the liquid fertilizer; once time given at the beginning of planting (W1), two times given at the beginning of planting and primordial stage (W2), and three times given at the beginning of planting, primordial stage, and harvest period (W3).The parametersinthis researchare the initial of soil analysis, N-total of soil, weight of empty rice filled, weight of full rice filled and weight of dry grainsof the paddy and ratoon.The results showedthat giving of liquid fertilizer with various doses and time applications, significantly affect the percentage of full rice filled and empty rice filled on ratoon plants. Giving of liquid fertilizer with a dose of 96 ml per pot (P1) and a one-time application (W1) is the best treatment to increase N-total of soil and production of paddy and ratoon in the soil of tidal lowland.

Key words : Tidal lowland, paddy, ratoon, liquid fertilizer.

ABSTRAK

Tanah pasang surut, umumnya memiliki kesuburan yang sangat rendah. Produksi tanaman padi di tanah pasang surut masih rendah. Pupuk cair dari tumbuhan rawa petai air (Neptunia prostrata) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah di tanah pasang surut. Hal ini dikarenakan pupuk cair tersebut memiliki kandungan N 6,5% dan pH 8,12. Untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman padi di tanah pasang surut diperlukan waktu pemberian pupuk yang tepat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair terhadap kadar nitrogen pada tanah, serta mendapatkan dosis dan waktu aplikasi yang terbaik untuk produksi padi utama dan ratun pada tanah pasang surut..Penelitian ini telah dilakukan di rumah plastik, lahan percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya, Sumatera Selatan. Untuk analisis kadar nitrogen tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Jurusan

(2)

Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL-F) dengan dua faktor perlakuan, yaitu 1) Dosis pupuk cair sebanyak 96 ml per pot (P1), 120 ml per pot (P2), dan 144 ml per pot (P3). 2) Waktu aplikasi yaitu pemberian sebanyak pemberian sebanyak satu kali yaitu pada saat tanam (W1), dua kali yaitu pada saat tanam dan primordia (W2), dan pemberian sebanyaktiga pada saat tanam, primordia, dan panen utama (W3). Peubah yang diamati yaitu analisis tanah awal, kadar nitrtogen tanah, berat gabah hampa, berat gabah bernas dan berat gabah kering giling pada tanaman padi utama dan ratun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan waktu aplikasi, berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas dan hampa pada tanaman ratun. Pemberian pupuk cair dengan dosis 96 ml per pot (P1) dan waktu aplikasi satu kali (W1) merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan kadar nitrogen tanah dan produksi pada tanaman padi utama dan ratun di tanah pasang surut. Kata kunci: Tanah pasang surut, tanaman padi, ratun, pupuk cair.

PENDAHULUAN

Lahan pasang surut di Sumatera Selatan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Pemanfaatan lahan pasang surut dalam upaya untuk meningkatkan produksi beras nasional masih rendah. Menurut BPS Banyuasin (2012), pada tahun 2011 luas lahan rawa pasang surut yang telah dikembangkan untuk lahan pertanian padi adalah 255.087 hektar. Produksi tanaman padi di lahan pasang surut cenderung rendah. Menurut BPS Banyuasin (2012), produksi rata – rata tanaman padi di lahan pasang surut lebih rendah dibandingkan dengan produksi tanaman padi di lahan beririgasi yaitu berkisar 3 – 4 ton per hektar.

Tanah pasang surut umumnya memiliki kesuburan tanah dan pH rendah. Nazemiet al., (2012) mengungkapkan bahwa masalah utama yang sering dihadapi pada tanah pasang surut adalah genangan air dan kemasaman tanah yang tinggi. Hal tersebut mempengaruhi keseimbangan reaksi kimia dalam tanah dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pada umumnya pada tanah pasang surut memiliki ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang sangat rendah. Salah satu unsur hara yang paling penting adalah nitrogen.Menurut Taslim (1989) dalam Supramudho (2008), nitrogen menjadi salah satu faktor pembatas dalam upaya untuk meningkatkan produksi padi terutama untuk padi dengan varietas unggul baru. Menurut Budianta dan Ristiani (2013) menyatakan bahwa unsur nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, umumnya menjadi faktor pembatas pada tanah – tanah yang tidak dipupuk. Unsur nitrogen sangat mudah hilang dalam bentuk gas yaitu NH3 atau N2. Kehilangan unsur hara ini disebabkan oleh penguapan yang banyak terjadi pada tanah – tanah sawah, rawa lebak atau pasang surut dengan temperatur tinggi dan kelembapan rendah serta dapat hilang akibat pencucian dari tanah. Oleh sebab itu, tanah pasang surut memerlukan input dari luar untuk menjaga kesuburan tanah dan produksi tanaman.

Salah satu cara yang diaplikasikan untuk mengatasi masalah budidaya padi di lahan pasang surut adalah dengan penerapan budidaya padi ratun. Menurut Santoso (2014), padi ratun adalah tanaman padi yang merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen danmenghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen. Selain itu, upaya untuk meningkatkan produksi tanaman di lahan pasang surut adalah dengan pemupukan secara tepat. Menurut Salikin (2003), pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu produktivitas tanaman secara optimal.

(3)

Salah satu sumber pupuk adalah pupuk cair. Berdasarkan penelitian Bernas et al.,

(2013), tanaman rawa dapat dijadikan sumber pembuatan pupuk cair. Tanaman rawa seperti petai air memiliki nilai kandungan nilai N-total 6,15 persen dan nilai pH yang tinggi yaitu 8,12 sehingga dapat meningkatkan kadar unsur hara nitrogen dalam tanah. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa aplikasi pupuk cair ini pada tanaman padi rawa terbukti dapat meningkatkan berat gabah kering giling dan meningkatkan persentase gabah bernas. Berat panen kering giling yang tertinggi adalah 30,90 gram yang diperoleh pada dosis 144 ml pot-1

. Untuk persentase gabah bernas yang tertinggi adalah 96,69 persen yang diperoleh pada dosis 96 ml.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dari Wijaya et al.,(2013) menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen dengan tiga kali pemberian yaitu 33,3 % saat awal tanam, 33,3% saat primordial, dan 33,3% saat panen pertama dari jumlah 200 kg Urea diketahui dapat memberikan hasil gabah kering panen sebesar 6,03 kg per petak (petakan ukuran 12 m2) atau setara 5 ton per hektar. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa produksi padi di lahan pasang surut dapat ditingkatkan. Menurut Balai Pengkajian Teknologi Lampung (2004), pemberian pupuk secara tepat dan berimbang pada padi utama dan ratun diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi. Pemupukan dengan waktu pemberian dan dosis yang tepat dapat mencegah penurunan kesuburan tanah akibat pengurasan hara oleh tanaman secara berlebihan. Oleh sebab itu, diperlukan serangkaian penelitian untuk mengetahui dosis dan waktu aplikasi pupuk cair yang tepat terhadap kadar nitrogen tanah dan produksi padi utama serta ratun pada tanah pasang surut.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair terhadap kadar nitrogen pada tanah, serta mendapatkan dosis dan waktu aplikasi yang terbaik untukproduksi padi utama dan ratun pada tanah pasang surut.

Adapun hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga pemberian pupuk cair dengan dosis 144 ml per tanaman (P3) dan waktu pemberian tiga kali: saat tanam, primordia dan saat panen padi utama(W3) merupakan kombinasi terbaik untuk meningkatkan kadar nitrogen pada tanah pasang surut.

2. Diduga pemberian pupuk cair dengan dosis 144 ml per tanaman (P3) dan waktu pemberian tiga kali: saat tanam, primordia dan saat panen padi utama (W3) merupakan kombinasi terbaik yang mampu menghasilkan produksi yang optimum pada padi utama dan ratun pada tanah pasang surut.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik lahan percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2014. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia, Biologi, dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) alat-alat analisis tanah di laboratorium, 2) alat – alat untuk pengamatan di lapangan, 3) alat tulis, 4) baki, 5) cangkul, 6) ember, 7) jaring, 8) plastik, 9) timbangan, 10) mesin penggiling tanah, 11) meteran dan 12) sabit bergerigi.

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) bahan – bahan untuk analisis tanah di laboratorium, 2) benih padi varietas Ciherang, 3) pupuk cair dari Petai Air (Neptunia prostrata), 4) pupuk dasar Urea, KCl, dan SP36 dan 4) tanah pasang surut.

(4)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah plastik dan dibuat 9 perlakuan dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3 seri dengan demikian terdapat 3x3x3x3 sehingga terdapat 81 pot penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor yaitu:

Faktor 1 : adalah dosis pupuk cair (P) terdiri dari 3 perlakuan yaitu: 1. P1 = 96 ml per tanaman

2. P2 = 120 ml per tanaman 3. P3 = 144 ml per tanaman

Faktor 2 : adalah waktu aplikasi pupuk cair(W) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu: 1. W1 = Satu kali pemberian (saat tanam)

2. W2 = Dua kali pemberian (saat tanam dan primordia)

3. W3 = Tiga kali pemberian (saat tanam, primordia, saat panen padi utama)

Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan dengan 3 seri, sehingga jumlah keseluruan perlakuan adalah 81 pot penelitian. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka akan dilakukan uji lanjutan dengan uji BNJ 5%.

Cara Kerja

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap pekerjaan, yaitu: 1) sebelum pekerjaan lapangan, 2) pekerjaan lapangan, 3) analisis tanah di laboratorium.

1. Sebelum Pekerjaan Lapangan

2. Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini ada lima kegiatan yang harus dilakukan meliputi: - Persiapan dan Pengolahan Media Tanam

Pada tahap ini meliputi 4 kegiatan: 1) pengambilan sampel yaitu tanahpasang surut sekitar 1 ton tanah pasang surut basah, 2) pengolahan tanah dilakukan dengan kering angin tanah selama lebih kurang dua minggu. Tanah tersebut dibolak – balik setiap hari agar cepat mengering, 3) setelah tanah kering, tanah tersebut digiling halus dengan menggunakan mesin penggiling tanah, 4) setelah tanah digiling, dilakukan penimbangan tanah yaitu 5 Kg untuk 1 ember atau pot penelitian, 5) penggenangan tanah, pada setiap ember diberi air dan digenangi dan besoknya air tersebut dibuang. Tujuan penggenangan ini adalah untuk mencuci senyawa – senyawa yang berbahaya bagi tanaman.

-Penanaman

Dalam tahap ini, penanaman dilakukan dengan menanam bibit padi yang sebelumnya telah disemai terlebih dahulu yaitu bibit padi berumur 14 hari. Bibit ditanam secara langsung pada media tanam, pada tahap ini dilakukan penanaman 1 bibit per pot tanaman.

-Pemupukan

Pemupukan dilakukan saat tanam yaitu pemupukan dasar diberikan pada setiap ember perlakuan. Pemberian pupuk dasar berdasarkan perhitungan kebutuhan pupuk dengan jumlah populasi tanaman per Ha. Sehingga didapatkan dosis yaitu: pupuk Urea yaitu 0,28 g, pupuk KCl yaitu 0,63 g, dan pupuk SP36 0,63 g per pot tanaman. Sedangkan untuk pemberian pupuk cair dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu P1 (96 ml per tanaman), P2 (120 ml per tanaman) dan P3 (144 ml per tanaman). Serta waktu aplikasi pupuk cair dengan tiga perlakuan yaitu W1(saat tanam), W2(saat tanam dan primordia), dan W3 (saat tanam, primordia, dan saat panen utama).

- Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman utama meliputi :  Pemupukan tanaman pada fase primordia

(5)

 Pengendalian gulma

- Pemanenan Tanaman Padi Utama

Pemanenan dilakukan saat padi masih hijau kekuningan, dan bulir gabah terasa keras bila ditekan dan bila dikupas isi bulir bewarna putih. Pemanenan dilakukan dengan cara manual menggunakan alat sabit bergerigi. Tanaman dipotong dengan ketinggian 20 cm batang bawah.

- Pemanenan Padi Ratun

Pemanenan padi ratun yaitu sekitar 40 hari setelah panen tanaman padi utama. Pemanenan dilakukan saat bulir malai hampir 90% sudah menguning, bulir gabah jika ditekan terasa keras dan isi bulir bewarna putih. Panen padi ratun dilakukan dengan cara manual menggunakan sabit bergerigi.

3. Kegiatan Laboratorium

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah, yaitu analisis kadar Nitrogen tanahpada fase primordia tanaman padi utama dan ratun.

Parameter Pengamatan

Peubah Yang Diamati

Panen I (Tanaman Utama) :

1. Analisis tanah lengkap pada awal penelitian

2. Analisis kadar Nitrogen tanah pada primordia utama 3. Berat gabah hampa

4. Berat gabah bernas 5. Berat gabah kering giling

Panen II (Panen Ratun) :

1. Analisis kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun 2. Berat berat hampa

3. Berat berat bernas 4. Berat gabah kering giling

HASIL Analisis Tanah Awal Penelitian

Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian tergolong sangat masam yaitu denganpH (H2O) sebesar 3,90 dan pH (KCl) sebesar 3,76.

Kadar Nitrogen Tanah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pada berbagai dosis pupuk cair dan waktu aplikasi pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap hasil analisis kadar N tanah, baik pada saat primordia padi utama maupun pada saat primordia ratun, juga interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N tanah pada masa primordia utama maupun saat primordia ratun. Namun demikian, kadar N pada primordia padi utama semuanya tergolong sedang dan kadar N pada primordia ratun bervariasi yaitu sedang sampai tinggi.

Berat Gabah Hampa

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap hasil berat gabah hampa pada padi

(6)

utama dan padi ratun. Sedangkan hasil analisis ragam untuk persentase gabah hampa menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap persentase gabah hampa pada padi utama, tetapi berbeda nyata pada padi ratun.

Berat Gabah Bernas

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap hasil berat gabah bernas pada padi utama dan padi ratun. Sedangkan hasil analisis ragam untuk persentase gabah bernas menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas pada padi utama tetapi berbeda nyata pada padi ratun.

Berat Gabah Kering Giling

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan aplikasi waktu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering giling per rumpun padi utama dan padi ratun.

PEMBAHASAN

Reaksi tanah yang tergolong masam merupakan masalah utama khususnya pada tanah pasang surut. Umumnya tanah pasang surut memiliki kemasaman tanah yang tinggi. Kandungan bahan organik pada tanah pasang surut yang digunakan sangat tinggi yaitu nilai C-Organik sebesar 5,13%. Kandungan C-organik pada tanah merupakan petunjuk jumlah akumulasi bahan organik pada suatu tanah. Tingkat kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur hara tanah pada tanah pasang surut yang digunakan juga relatif rendah sampai sangat tinggi. Untuk kandungan unsur hara tanah pada tanah pasang surut yang digunakan dalam penelitian yaitu N-Total sebesar 0,36 yang tergolong sedang, P-Bray I sebesar 0, 92 ppm yang tergolong sangat rendah, K-dd sebesar 0,06 Cmol+kg-1 yang tergolong sangat rendah. Kandungan unsur hara Na pada tanah penelitian yaitu sebesar 0,44 Cmol+kg-1 yang tergolong rendah, hal tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang mengenai lokasi atau tanah tersebut.

KTK pada tanah tersebut tergolong tinggi yaitu 30,45 Cmol+kg-1. Tanah penelitian ini mengandung Al-dd yang tergolong sangat rendah yaitu sebesar 0,24Cmol+kg-1. Sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah. Tanah pasang surut yang digunakan pada penelitian ini berstruktur lempung liat berdebu dengan komposisi pasir 16,16%, debu 56,96% dan liat 31,43%. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanah pasang surut yang digunakan tergolong tanah yang memiliki tingkat kesuburan sangat rendah, sehingga perlu dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut seperti pemupukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pemupukan seperti penggunaan pupuk cair.

Kadar Nitrogen tanah pada masa primordia utama menunjukkan kadar Nitrogen tanah tertinggi pada perlakuan P1W2 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi dua kali) yaitu sebesar 0,32 persen. Sedangkan pada masa primordia ratun, kadar Nitrogen tanah tertinggi adalah pada perlakuan P3W2 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi dua kali) yaitu sebesar 0,57 persen. Berdasarkan kriteria penilaian sifat- sifat tanah berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1983) menunjukkan bahwa kadar Nitrogen tanah yang digunakan dalam penelitian tergolong sedang sampai tinggi. Untuk kadar Nitrogen tanah, perlakuan P1W1

(7)

(dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) merupakan dosis dan waktu aplikasi terbaik karena sudah cukup mampu meningkatkan kadar Nitrogen pada saat primordia padi utama dan ratun di tanah pasang surut.

Pada masa primordia padi utama, persentase kadar Nitrogen tanah berkriteria sedang. Kadar Nitrogen pada tanah yang digunakan masih cukup tersedia bagi tanaman, walaupun sebagian besar sudah diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produktivitasnya. Nitrogen tanah banyak diserap oleh tanaman untuk membantu pertumbuhan dan pengisian bulir pada tanaman padi. Menurut Duan (2007), kebutuhan tanaman akan Nitrogen lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, unsur Nitrogen merupakan faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Selain itu, tanaman padi membutuhkan unsur hara Nitrogen pada masa primordia yaitu berkisar 3,0 - 3,4 % (Datta, 1981 dalam Fitri, 2010). Menurut Sutedjo (2004), pemberian pupuk Nitrogen dengan dosis tinggi dapat meningkatkan kadar Nitrogen total tanah dan serapan unsur hara Nitrogen pada tanaman.

Pengaruh pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan waktu aplikasi terhadap kadar Nitrogen tanah, tidak berpengaruh nyata pada tanah pasang surut. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan peningkatan kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun. Kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun bervariasi yaitu sedang sampai tinggi. Hal tersebut diduga karena sumber Nitrogen cukup banyak tersedia. Tanah pasang surut yang digunakan memiliki kandungan Nitrogen tanah yang tergolong sedang dan kandungan C-organik yang tergolong tinggi sehingga sumber Nitrogen dalam tanah cukup tersedia bagi tanaman, disamping ada pemberian pupuk cair pada saat panen utama dan penambahan pupuk Urea sebagai pupuk dasar dengan dosis 0,28 gram yang diberikan pada awal tanam.

Selain itu, tingginya kadar Nitrogen tanah pada primordia ratun diduga karena adanya akumulasi Ammonium (NH4+) di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber Nitrogen yang tersedia dan keadaan tanah yang tergenang. Menurut Sanchez (1973), penggenangan pada tanaman padi akan mempengaruhi keadaan tanah melalui proses reduksi dan oksidasi. Akibat reduksi yang terjadi pada tanah yang tergenang adalah perubahan pH, denitrifikasi nitrat dan penimbunan Ammonium (NH4+). Penimbunan Ammonium (NH4+) terjadi karena kelebihan Nitrogen yang kemudian disimpan dalam tanah. Sedangkan menurut Budianta dan Ristiani (2013), kelebihan Nitrogen di dalam tanah dapat menyebabkan penimbunan Ammonium (NH4+). Jika akar melepas HCO3- maka Ammonium (NH4+) dapat bersifat meracuni tanaman.

Pemberian pupuk cair dengan berbagai dosis dan waktu aplikasi menunjukkan bahwa berat gabah hampa pada tanaman utama lebih tinggi dibandingkan berat gabah hampa pada tanaman ratun. Berat hampa terendah pada padi utama yaitu perlakuan P2W1 (dosis 120 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) yaitu sebesar 7,34 gram. Sedangkan pada ratun, berat hampa terendah adalah pada perlakuan P3W3 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali kali) yaitu sebesar 0,22 gram. Perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) sudah cukup mampu menurunkan persentase gabah hampa pada tanaman padi utama dan ratun.

Tingginya gabah hampa yang dihasilkan pada tanaman utama diduga disebabkan karena tanaman padi mengalami serangan hama walang sangit. Hama walang sangit menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan bulir padi yang masih dalam keadaan masak susu dan menyebabkan bulir menjadi hampa. Menurut Anggraini et al., (2014), hama walang sangit merupakan hama penting pada tanaman padi. Hama ini menyerang tanaman padi mulai berbunga hingga matang susu. Hama walang sangit menyerang dengan menghisap cairan pada bulir padi hinggamenyebabkan bulir padi menjadi hampa. Selain itu, Kenmore (1979) menyatakan bahwa kerusakan dan kehilangan hasil yang diakibatkan serangan hama walang sangit cukup tinggi. Serangan pada masa tanaman padi sedang bunting dapat menurunkan hasil sekitar 20% sampai 37%.

(8)

Persentase gabah hampa terendah pada padi utama yaitu perlakuan P2W1 (dosis 120 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) yaitu sebesar 20,62 persen. Sedangkan pada ratun, persentase gabah hampa terendah adalah pada perlakuan P3W3 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali kali) yaitu sebesar 2,95 persen. Pada tanaman ratun, persentase gabah hampa lebih rendah dibandingkan dengan persentase gabah hampa pada padi utama. Hal tersebut diduga karena serangan hama walang sangit telah ditanggulangi dengan menggunakan jaring halus sehingga gabah hampa pada tanaman ratun dapat ditekan.

Masih tingginya persentase gabah hampa pada tanaman padi utama diduga juga disebabkan karena tanaman kekurangan unsur P. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki kandungan unsur P yang sangat rendah. Walaupun telah dilakukan pemberian pupuk dasar P, diduga belum cukup bagi tanaman. Menurut Doberman dan Fairhust (2000), unsur P berfungsi untuk mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah. Defisiensi P dapat meningkatkan persentase gabah hampa, menurunkan bobot dan kualitas gabah, bahkan pada keadaan defisiensi yang parah, tanaman padi tidak akan berbunga sama sekali. Defisiensi unsur P juga dapat menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan N.

Sedangkan pada tanaman ratun, masih tingginya gabah hampa yaitu pada perlakuan dosis 120 mL dan waktu aplikasi tiga kali: saat tanam, primordia dan panen utama (P2W3) dan perlakuan dosis 144 mL dan waktu aplikasi dua kali: saat tanam dan primordia (P3W2), diduga karena tanaman kelebihan Nitrogen sehingga bulir yang dihasilkan sedikit akibat masa vegetatif yang lama dan kualitas bulir rendah. Menurut Kaya (2013), kelebihan unsur Nitrogen dapat meyebabkan penurunan kualitas hasil tanaman. Selain itu menurut Syafruddin

et al., (2006), kelebihan unsur Nitrogen dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit, memperpanjang umur vegetatif tanaman dan tanaman lebih mudah rebah serta sukulen.

Selain itu, pemberian pupuk cair dengan dosis tinggi dan waktu aplikasi tiga kali yaitu saat tanam, primordia dan panen padi utama mampu menekan gabah hampa pada tanaman ratun. Hal tersebut diduga karena pemberian pupuk cair berasal dari tumbuhan rawa petai air yang memiliki nilai kandungan nilai N-total 6,15 persen dapat menambah Nitrogen untuk pengisian bulir. Tanaman padi membutuhkan Nitrogen dalam jumlah banyak pada awal pertumbuhan hingga pembentukan bunga. Hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan pembentukan malai produktif dan pematangan biji (Yoshida, 1981 dalam Fitri, 2010).

Berat gabah bernas tertinggi pada padi utama yaitu perlakuan P1W3 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali) yaitu sebesar 35,04 gram. Sedangkan pada ratun, berat gabah bernas tertinggi adalah pada perlakuan P1W2 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi dua kali) yaitu sebesar 18,08 gram. Pada tanaman utama, pemberian pupuk cair dengan waktu pemberian tiga kali dapat menghasilkan berat gabah bernas yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dosis dan waktu aplikasi terbaik dalam meningkatkan berat gabah bernas pada padi utama dan ratun adalah pada perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali). Pada perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) ini cukup mampu menghasilkan berat gabah bernas yang tinggi pada padi utama dan ratun, walaupun pemberian yang diberikan merupakan dosis dan waktu aplikasi yang rendah.

Berat gabah bernas ditentukan oleh pemasakan bulir padi dan jumlah anakan produktif. Semakin tinggi jumlah anakan produktif maka akan meningkatkan berat gabah yang diperoleh.Persentase gabah bernas tertinggi pada padi utama yaitu perlakuan P2W1 (dosis 120 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) yaitu sebesar 79,38 persen. Sedangkan pada ratun, persentase gabah bernas tertinggi adalah pada perlakuan P3W3 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali kali) yaitu sebesar 97,05 persen. Pada padi ratun, persentase gabah bernas terendah adalah 81,77% yaitu pada perlakuan P3W1 (dosis 144 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali kali). Hal tersebut diduga karena terdapat anakan yang mati sehingga menghasilkan gabah yang tidak optimal. Secara umum, persentase gabah bernas pada padi utama lebih rendah daripada padi ratun. Pada padi ratun, persentase gabah bernas tinggi yaitu

(9)

mencapai 90%. Sedangkan pada padi utama, persentase gabah bernas masih cukup rendah yaitu dibawah 80%.

Pemberian pupuk cair yang berasal dari tumbuhan rawa Petai Air yang mengandung N-total 6,15 persen, tidak berpengaruh nyata terhadap berat gabah bernas padi utama dan ratun. Tetapi pemberian pupuk cair ini dapat meningkatkan persentasi gabah bernas pada padi ratun. Menurut Doberman dan Fairhust (2000), Nitrogen berperan dalam memperbaiki kualitas gabah, meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah berisi.

Selain itu, pemberian pupuk cair pada masa panen utama, diduga mampu meningkatkan pH pada tanah pasang surut, sehingga unsur P yang tergolong sangat rendah pada tanah tersebut lebih banyak tersedia bagi tanaman ratun. Pupuk cair juga diduga lebih cepat reaksinya dalam pengisisan bulir padi. Menurut Hadisuwito (2012), pupuk cair mampu menyediakan ketersediaan hara secara cepat dan dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman.

Berdasarkan penelitian Bernas et al., (2013), pemberian pupuk cair dari tumbuhan rawa cenderung meningkatkan jumlah gabah bernas pada padi utama. Persentase gabah bernas tertinggi diperoleh pada perlakuan 96 mL per pot tanaman yaitu sebesar 96,69 persen. Sedangkan pada penelitian ini, pemberian pupuk cair dengan dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali mampu menghasilkan persentase gabah bernas yang cukup tinggi pada tanaman ratun yaitu 94,99 persen.

Pada padi utama, berat gabah kering giling per pot tertinggi pada perlakuan P1W3 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi tiga kali) rata-rata 48,00 gram dan pada tanaman ratun berat gabah kering giling per pot tertinggi pada perlakuan P1W2 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi dua kali) rata-rata 18,90 gram.

Berdasarkan penelitian Bernas et al., (2013), pemberian pupuk cair dari tumbuhan rawa berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan berat gabah kering giling, tetapi cenderung meningkatkan berat gabah kering giling. Berat panen kering giling diperoleh pada dosis 144 mL per pot tanaman yaitu sebesar 30,90 gram. Sedangkan pada penelitian ini, pemberian pupuk cair berasal dari tanaman rawa petai air yang memiliki kandungan nilai N-total 6,15 persen terhadap produksi tanaman padi di lahan pasang surut, dapat menghasilkan berat gabah kering giling yang lebih baik lagi yaitu sekitar 37,5 – 48,00 gram. Menurut Rauf et al.,

(2000), unsur Nitrogen memiliki peran utama dalam meningkatkan jumlah gabah per rumpun pada tanaman padi.

Pengaruh pemberian pupuk cair terhadap berat kering giling per rumpun tidak berbeda nyata. Hal tersebut diduga karena pupuk dasar yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan tanaman padi. Sehingga pupuk cair yang fungsinya untuk meningkatkan pH dan menambah unsur Nitrogen pada tanah pasang surut, tidak diperlukan pada tanaman padi yang sudah dipupuk. Untuk berat gabah kering giling, perlakuan P1W1 (dosis 96 mL per pot dan waktu aplikasi satu kali) merupakan dosis dan waktu aplikasi terbaik dalam meningkatkan produksi padi khususnya berat gabah kering giling pada padi utama dan ratun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Nitrogen tanah dan produksi tanaman padi utamadi tanah pasang surut. Kombinasi perlakuan pemberian pupuk cair dengan dosis 96 ml per pot tanaman (P1) dan waktu pemberian 1 kali (saat tanam) (W1) merupakan kombinasi terbaik untuk meningkatkan kadar Nitrogen pada primordia tanaman padi utama dan produksi tanaman padi utama di tanah pasang surut.

(10)

2. Pemberian pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Nitrogen tanah pada primordia tanaman ratun, tetapi berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas dan hampa pada tanaman ratun. Kombinasi perlakuan pemberian pupuk cair dengan dosis 96 ml per pot tanaman (P1) dan waktu pemberian 1 kali (saat tanam) (W1) merupakan kombinasi terbaik untuk meningkatkan kadar Nitrogen tanah pada primordia tanaman ratun dan produksi tanaman ratun di tanah pasang surut.

Penelitian ini dilakukan dalam skala pot, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan skala yang besar seperti pada persawahan padi di lahan pasang surut.Sebaiknya pemupukan dengan pupuk cair dilakukan pada tanah yang tidak dipupuk. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit untuk mengurangi kerugian dalam produksi tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S., S. Herlinda, C. Irsan, dan A. Umayah. 2014. Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Lahan Sub Optimal 2014. 1-8.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 2004. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian: Lampung.

Bernas S.M., A. Wijaya, E.S. Parlindungan. 2013. Pupuk Organik dari Tumbuhan Rawa dan Budidaya Padi Merah Organik. Laporan Penelitian didanai oleh PUPT. UNSRI.

BPS Banyuasin. 2012. Banyuasin Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kab.Banyuasin.Http://banyuasinkab.bps.go.id/images/publikasi_2012/banyuasin%20da lam%20angka%202012/index.html. Diakses tanggal 20 November 2014.

Budianta, D. dan D. Ristiani. 2013. Pengelolaan Kesuburan Tanah: Mendukung Pelestarian Sumberdaya Lahan dan Lingkungan. Unsri Press: Palembang.

Datta, S.K.D. 1981. Advances in Soil Fertility Research and Nitrogen Fertilizer Management for Lowland Rice.Dalam Fitri, S.N.A. (Ed.). 2010. Uji Efektifitas Inokulan Bakteri Endofitik dengan Berbagai Bahan Pembawa untuk Memacu Pertumbuhan Padi di Tanah Lebak. Prosiding Seminar Nasional Unsri. Unsri: Indralaya.

Doberman, A., dan T. Fairhust. 2000. Rice Nutrient Disorders and Nutrient Management. Potash and PhosphateInstitute of Canada and International Rice Research Institute. International Rice Research Institute (IRRI).

Duan, Y.H, Y. Zhang, L. Ye, X. Fan, G. Xu, and Q. Shen. 2007. Responses of Rice Cultivars with Different Nitrogen Use Efficiency to Partial Nitrate Nutrition. IRRI.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka: Jakarata.

Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK terhadap N-Tersedia Tanah, Serapan N, Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). J. Agrologia. 2(1): 42-50.

Kenmore, P.E. 1979. Limits of Brown Plantoppher Problem. Implication for Integrated Pest Management. IRRI Saturday Seminar. 33p.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia. PTT: Bogor.

Rauf, A.W., S. Taufik., dan S.R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Jayapura. Salikin,K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sanchez, P.A. 1973. Puddling Tropical Rice Soil. Soil Sci: 115(4): 303-308.

(11)

Sutedjo, M.M. 2004. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhineka Cipta: Jakarta.

Taslim, H. 1989. Pemupukan Padi Sawah. Dalam Supramudo, G.C. (Ed.). 2008. Efisiensi Serapan N serta Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Skripsi (Published). Program Strata 1. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Wijaya, A.,Y. Parto, Marpaung, dan S.N.A. Fitri. 2013. Peningkatan Produksi Padi Rawa Pasang Surut melalui Penerapan Budidaya Sistem Ratoon dan Perakitan Varietas yang Spesifik. Laporan Kemajuan Penelitian Tahun II Insentif Riset Sinas 2013.

Yoshida,S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. Dalam Fitri, S.N.A. (Ed.). 2010. Uji Efektifitas Inokulan Bakteri Endofitik dengan Berbagai Bahan Pembawa untuk Memacu Pertumbuhan Padi di Tanah Lebak. Prosiding Seminar Nasional Unsri. Unsri: Indralaya.

Tabel 1. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap kadar N tanah tanah pasang surut pada masa primordia padi utama dan primordia ratun. Pupuk Cair Kadar N Tanah (%)

Dosis (mL/pot) Waktu Aplikasi (Kali) Primordia Padi Utama (*) Primordia Ratun (*) 96 1 0,25 *(Sedang) 0,31 *(Sedang) 96 2 0,32 *(Sedang) 0,39 *(Sedang) 96 3 0,30 *(Sedang) 0,44 *(Sedang) 120 1 0,28 *(Sedang) 0,37 *(Sedang) 120 2 0,28 *(Sedang) 0,38 *(Sedang) 120 3 0,31 *(Sedang) 0,56 *(Tinggi) 144 1 0,31 *(Sedang) 0,30 *(Sedang) 144 2 0,30 *(Sedang) 0,57 *(Tinggi) 144 3 0,30 *(Sedang) 0,30 *(Sedang) BNJ 0,05 tn tn

(12)

Tabel 2. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap berat gabah hampa dan persentase gabah hampa pada padi utama dan ratun.

Pupuk Cair Berat Gabah Hampa (g/rumpun) Persentase Gabah Hampa (%) Dosis (mL/pot) Waktu Aplikasi (Kali) Padi Utama Padi Ratun Padi Utama Padi Ratun 96 1 10,50 0,78 25,74 5,01 a 96 2 13,86 0,82 30,90 4,39 a 96 3 12,96 0,97 27,14 6,24 a 120 1 7,34 0,62 20,62 4,01 a 120 2 12,42 1,02 26,81 3,09 a 120 3 12,88 0,34 27,70 9,04 ab 144 1 12,06 1,20 26,97 7,05 a 144 2 12,53 0,84 28,27 18,23 b 144 3 11,15 0,22 26,10 2,95 a BNJ 0,05 tn tn tn 10,22

Tabel 3. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap berat gabah bernas dan persentase gabah bernas pada padi utama dan ratun.

Pupuk Cair Berat Gabah Bernas (g/rumpun) Persentase Gabah Bernas (%) Dosis (mL/pot) Waktu Aplikasi (Kali) Padi Utama Padi Ratun Padi Utama Padi Ratun 96 1 30,07 12,55 74,26 94,99 b 96 2 30,88 18,08 69,10 95,61 b 96 3 35,04 17,81 72,86 93,76 b 120 1 30,00 14,19 79,38 95,99 b 120 2 34,18 7,21 73,19 96,91 b 120 3 34,02 10,69 72,30 90,96 ab 144 1 33,16 6,78 73,03 92,95 b 144 2 32,04 10,96 71,73 81,77 a 144 3 31,66 9,01 73,90 97,05 b BNJ 0,05 tn tn tn 10,22

(13)

Tabel 4. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair terhadap berat gabah kering giling pada padi utama dan ratun.

Pupuk Cair Berat Gabah Kering Giling (g/rumpun)

Dosis (mL/pot)

Waktu Aplikasi (Kali)

Padi Utama Padi Ratun

96 1 40,57 13,33 96 2 44,74 18,90 96 3 48,00 18,78 120 1 37,35 14,81 120 2 46,59 7,56 120 3 46,90 14,06 144 1 45,19 7,98 144 2 44,57 11,79 144 3 43,67 9,22 BNJ 0,05 tn tn

Gambar

Tabel 1. Pengaruh pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk cair   terhadap kadar  N tanah tanah pasang surut pada masa primordia padi utama dan primordia ratun
Tabel  3.  Pengaruh  pemberian  berbagai  dosis  dan  waktu  aplikasi  pupuk  cair  terhadap  berat  gabah bernas dan persentase gabah bernas pada padi utama dan ratun
Tabel  4.  Pengaruh  pemberian  berbagai  dosis  dan  waktu  aplikasi  pupuk  cair  terhadap  berat  gabah kering giling pada padi utama dan ratun

Referensi

Dokumen terkait

Penutup Penyimpulan mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan dan pemberian tugas kepada mahasiswa untuk merumuskan konsep pendahuluan sesuai dengan topik

[r]

[r]

Berdasarkan penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf d yang dimaksud dengan jaksa dapat melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu yang diatur oleh undang- undang ialah

pada bahan komposit tersebut rendah, maka tidak akan mampu menahan tekanan yang lebih besar sehingga menyebabkan retakan (cracking). Keretakan juga dapat diakibatkan dari

23 akses untuk mencapai lokasi wisata tersebut, dimana jumlah dan frekuensi keberangkatan transportasi umum menuju obyek wisata Pantai Sigandu adalah rendah dan belum

Pengumuman yang berkenaan dengan kegiatan PROMITRA, dapat disampaikan oleh Panitia kepada peserta baik secara tertulis, online maupun secara lisan, dan peserta PROMITRA