• Tidak ada hasil yang ditemukan

lapisan dengan daya dukung dan ketebalan yang berbeda, fungsi utama perkerasan mi untuk mendukung beban lalu lintas secara aman dan nyaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "lapisan dengan daya dukung dan ketebalan yang berbeda, fungsi utama perkerasan mi untuk mendukung beban lalu lintas secara aman dan nyaman"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian IJrnum Lapis Perkerasan

Lapis perkerasan merupakan suatu struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan daya dukung dan ketebalan yang berbeda, fungsi utama perkerasan mi untuk mendukung beban lalu lintas secara aman dan nyaman sehingga tidak terjadi kerusakan yang berarti selama umurjalan (Suprapto,1994).

Berdasar bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas 3 macam berikut ini (Silvia Sukirman, 1999):

1. Konstruksi perkerasan lentur (Jleksibel pavement),

2. Konstruksi perkerasan kaku (rigidpavement),

3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement).

2.2 Jenis-Jenis Konstruksi Perkerasan

2.2.1 Konstruksi Perkerasan Lentur (Fleksible Pavement)

Konstruksi perkerasan lentur (fleksible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan ini bersifat memikul dan menyebarkan beban lalulintas ke tanah dasar.

Struktur perkerasan jalan terdiri dari :

1. Lapis permukaan (surface course),

2. Lapis pondasi atas (base course),

3. Lapis pondasi bawah (sub base course), 4. Tanah dasar (subgrade).

(2)

Struktur perkerasan jalaa dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut

•••.^",:^.'0-~M~7A ZK m M /A M >

Tanah dasar

Gambar 2.1 Struktur Perkerasan Jalan Sumber: Pavement Design (Suprapto, 1987)

2.2.1.1 Lapis Permukaan (Surface Course)

Fungsi lapis permukaan beraspal meliputi hal-hal berikut ini :

1. Lapis permukaan penahan beban roda, 2. Lapis kedap air,

3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan,

4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah.

Jenis lapisan yang umum dipergunakan di Indonesia antara lam :

1. Non Struktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air, antara lain: 1). Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal maksimum 2 cm,

2). Burda (Laburan Aspal Dua Lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm,

3). Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir) merupakan lapis menutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan

tebal padat 1-2 cm,

Lapis permukaan Lapis pondasi atas

(3)

4). Buras (Laburan Aspal), merupakan lapisan penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8

inchi,

5). Latasbum (Lapis Tipis Asbuton Murni), merupakan lapis penutup

yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan

perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal

padat maksimum 1 cm,

6). Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), dikenal dengan nama Hot Roll

Sheet (HRS), merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran

antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan

aspal karas dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2,5-3 cm. Jems lapisan pennukaan tersebut diatas walaupun bersifat nonstruktural, tetapi dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan jalan.

2. Struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan

beban roda, antara lain :

1). Lapen (penetrasi macadam), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas laspen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi dari 4-10 cm,

2). Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antar agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihamparkan dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara 3-5 cm,

(4)

3). Laston (Lapis Aspal Beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur dihampar dan

dipadatkan pada suhu tertentu.

2.2.1.2 Lapis Pondasi Atas (Base Caurse)

Lapis pondasi atas adalah lapisan lapis keras yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Fungsi lapis pondasi atas adalah sebagai

berikut:

1. Lapis pendukung bagi lapis permukaan,

2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah, 3. Bagian lapis keras yang menahan gaya lintang.

2.2.1.3 Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan lapis keras yang terletak diantara lapis pondasi alas dan tanah d?sar (.Silvia Sukmnan. 19991. Adapun Fungsi lapis pondasi bawah adalah :

1. Menyebarkan beban roda, 2. Lapis peresapan,

3. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi, dan 4. Lapisan pertama pada pembuatan strukur perkerasan.

2.2.1.4 Tanah Dasar (subgrade)

Tanah dasar (subgrade) adalah permukaan tanah asli, pennukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya (Suprapto 1987).

Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar adalah :

1. Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalulintas. Perubahan bentuk yang besar akan menyebabkan jalan tersebut rusak. Tanah-tanah dengan plastis tinggi cenderung untuk mengalami hal

(5)

2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah akibat perubahan kadar air. Hal ini dapat dikurangi dengan memadatkan tanah pada kadar optimum sehingga mencapai kepadatan tertentu. Kondisi drainasi yang baik dapat menjaga kemungkinan berubahnya kadar air pada lapisan tanah dasar. 3. Daya dukung tanah yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah

yang sangat berbeda. Penelitian yang seksama atas jenis dan sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya

dukung tanah dasar.

4. Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. 5. Perbedaan penurunan akibat terdapatnya lapisan-lapisan tanah lunak

dibawah tanah dasar akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk

tetap.

2.2.2 Konstruksi Perkerasan Kaku (rigidpavement)

Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang

menggunakan semen sebagai bahan pangikat. Pelat beton dengan atau tanpa

tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah.

Beban lalu lintas sebagaian besar dipikul oleh pelat beton.

2.2.3 Konstruksi Perkerasan Komposit (composite pavement)

Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan

kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan

lentur diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.

2.3 Material Konstruksi Perkerasan

Pemilihan material didasarkan pada kekuatan perkerasan yang dibutuhkan,

b-aya, ketahanan, kemudahan pengerjaan dan pengalaman. Material perkerasan

dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori sifat dasar material yaitu : unbound

granular, semen, aspal, dan cement concrete. Kategori dan karakteristik dari

(6)

Tabel 2.1 Kategori dan Karakteristik Material Perkerasan

Karakteristik Unbound

granular

Semen Aspal Cement

concrete

Tipe material 1. Batu pecah distabilisasi Beton aspal Cdement

2. Agregat kapur, abu Bitumen concrete

tanah terbang,semen

Sifat 1. Meningkat- 1. Meningkat- 1. Meningkat- 1.

Meningkat-kan kekuatan kan kekuatan kan kekuatan kan kekuatan geser dengan geser dengan geser dengan geser secara

interlock antar interlock antar interlock antar kimia dan

partikel partikel partikel dan interlock antar

2. Tidak 2. Terdapat kohesi partikel

mempunyai kekuatan tarik 2. Terdapat 2. Kekuatan kekuatan tarik kekuatan tank tariknya besar

Kerusakan 1. Deformasi Retak yang 1. Retak yang Retak yang

yang diakibatkan diakibatkan diakibatkan

diakibatkan shri.igkage, fatique, beban shringkage.

geser fatique dan berlebih fatique dan

2. Breakdown tekanan 2. Deformasi erosi pada sub

berlebih permanen base

Sumber : NAASRA 1987

2.3.1 Tanah Dasar

Perkerasan jalan diletakan diatas tanah dasar, dengan demikian secara

keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat

tanah dasar. Tanah dasar yang baik adalah tanah yang mempunyai tingkat

kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung tanah baik serta

berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan

walaupun terdapat perbedaan kondisi Iingkungan dan jenis tanah.

2.3.2 Agregat

Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan

yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75-85%

agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung, keawetan

dan mutu perkerasan jalan ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran

(7)

2.3.3 Aspal

Aspal didefisinikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada

temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan pada

temperatur tertentu aspal menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel

agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori

agregat pada saat penyemprotan/penyiraman pada perkerasan macadam atau

pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat

agregat pada tempatnya (sifat termoplastis).

Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspa! merupakan

salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4-10% aspal berdasarkan persentase

berat atau 10-15% aspal berdasarkan persentase volume (Silvia Sukiiman, 1999).

2.4 Jenis-Jenis Kerusakan

Untuk memudahkan dalam analisis dan identifikasi kerusakan, NAASRA

membenkan panduan dan klasifikasi jenis-jems kerusakan pada Tabel 2.2 sebagai

berikut.

Tabel 2.2 Klisifikasi Kerusakan Jalan Beraspal

Jenis Kerusakan Deformation Tipe Kerusakan 1. Corrugation 2. Depresion 3. Rutting Ciri-Ciri Kerusakan Jalan bargelembung dengan panjang gelombang kurang dari 2 meter Berbentuk cekungan dengan kedalaman lebih dari 2 cm Berbentuk sejajar as roda, terjadi pada lintasan roda.

Sifat Kerusakan

Dapat menampung air sehingga mengurangi kenyamanan dan keamanan pengguna jalan

Deformasi plastis terjadi setempat dan bersifat menampung air, apabila disertai retakan kerusakan ini akan menyerapkan air. Dapat menampung air, jika bersama-sama

retak akan

(8)

Lanjutan Tabel 2.2 Jenis Kerusakan 2. Crack Tipe Kerusakan 4. Shoving 1. Block 2. Crescent Shaped 3. Crocodile 4. Diagonal Ciri-Ciri Kerusakan Jalan mengembung umumnya searah arah lalulintas Retak berbentuk saling sambung membentuk kotak

dengan sudut tajam

Berbenuk seperti bulan sabit atau berbentuk seperti huruf V dengan puncak terbalik dengan arah lalulintas Retaknya saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya dengan lebar celah lebih besar atau sama dengan 3

m m

Retaknya tidak bersambung

membentuk garis diagonal dengan arah sumbu jalan

Sifat Kerusakan

Deformasi plastis terjadi setempat, sering terjadi pada tempat pemberhentian

kendaraan, kelandaian

curam, pada tikungan

tajam. Menampung air

dan jika disertai retakan akan bersifat

meresapkan air

Meresapkan air dan jika dibiarkan dapat

menyebabkan

terjadinya pelepasan

butir

Meresapkan air dan jika dibiarkan

berkembang akan terjadi pelepasan butiran berkembang menjadi lubang

Meresapkan air dan

jika dibiarkan dapat

menyebabkan pelepasan butir

Meresapkan air dan jika dibiarkan dapat

menyebabkan pelepasan butir

(9)

Lanjutan Tabel 2.2 Jenis Kerusakan lipe Kerusakan Ciri-Ciri Kerusakan 12 Sifat Kerusakan 5. Longitudinal Retak yang sejajar

dengan as jalan, dapat berbentuk retak yang membentuk seri ataupun palalel, memiliki cabang yang terbatas

Meresapkan air dan jika dibiarkan dapat menyebabkan pelepasan butir 3. Edge Defacls 4. Surface Te.xtur Defectencies 6. Meandering 1. Transvere Edge Break 2. Eds>e Drop off Delamination 2. Flushing Retaknya tidak bersambung dengan arah yang tidak

teratur

Retaknya tegak lurus

degan arah sumbu jalan

Bagian tepi jalan rusak atau tepinya tidak beraturan

Kerusakan dengan jarak vertikal dari

permukaan tanah ke

permukaan jalan, tidak dianggap kerusakan jika patahnya kurang dari

10-15 mm Lepasnya

permukaan lapisan jalan dengan area yang cukup luas Permukaan menjadi licin atau berupa gundukan aspal pada pennukaan jalan

Meresapkan air dan jika dibiarkan dapat

menyebabkan

pelepasan butir

Meresapkan air dan

jika dibiarkan dapat

menyebabkan pelepasan butir Mengurangi lebar jalan, dapat mengalirkan air sehingga dapat menyebabkan erosi

pada bahu jalan dan dapat meresapkan air Mengurangi lebar

jalan, dapat

mengalirkan air sehingga dapat menyebabkan erosi

pada bahu jalan dan dapat meresapkan air

Jika dibiarkan terjadi akan menjadi lubang

Kerusakan ini bersifat

meluas pada

temperatur tinggi aspal

(10)

Lanjutan Tabel 2.2 Jenis Kerusakan 5. PotholeI'S 6. Patches Tipe Kerusakan 3. Polishing 4. Ravelling 5. Stripping Pothole Patch Sumber: Austroad, 1987 Ciri-Ciri Kerusakan Umumnya areanya akan terasa lebih lembui dan kadang-kadang mengkilap

Mencakup area yang luas, hilangnya atau

lepasnya

butir-butiran aspal dari

jalan Hilangnya lapisan permukaan atau bahan pengikat agregat Berbentuk mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai

besar

Area dimana lapisan asli telah rusak dan kemudian ditambal dengan aspal, berbentuk bukit-bukit yang tidak beraturan dan setempat

13

Sifat Kerusakan

Permukaan jalan

menjadi lembut dan jika dibiarkan akan

menjadi pelepasan butir Permukaan menjadi menampung meresapkan berkembang lubang^ jalan kasar, dan air dapat menjadi Meresapkan air dan jika dibiarkan terus

akan berkembang menjadi lubang Menampung meresapkan air dan Menghambat

pengaliran air, jika disertai retak akan

(11)

14

Untuk jenis kerusakan deformation yang terdiri dari corrugation,

depresian, rutting, dan shoving dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :

Rutting Shovinji i'VC-"-'-'—-— | J"* ^

%

1.

_i.%—„ ~ . — • — t-— x

\\

'^..--Depression

\\> ~''\ Corrugufion •", "-•• \

Gambar 2.2 Jenis Kerusakan Deformation

Untuk jenis kerusakan crack yang terdiri dan block, crescent, shaped,

crocodile, diagonal, longitudinal, meandering, dan transvere dapat dilihat pada

Gambar 2.3 berikut: r,-i.i.ivt;'i(? DiNijoiliji Lonflilyrtmol ROAD

ttr'

SS®

B!a (k C r fi <: o d i Ie C f e 5 c e n i

(12)

15

Untuk jenis kerusakan edge defacls yang terdiri dari edge break, edg

drop-off dapat dilihat paja Gambar 2.4 berikut:

EdQU b r e o y / r s / / / J? /// d y ,: r o p oi": / / / / /ff V'"' " .'• / / A-r / / , f y / / i>Lv---—- 7-'-.T&S,-'AK~-> •&&&<&..J/ / 1/ - .

Gambar 2.4 Jenis Kerusakan Edge Defacls

Untuk jenis kerusakan surface textur defectenaes yang terdiri dan

delamination, frushmg, polishing, ravelling, dan stripping dapat dilihat pada

Gambar 2.5 berikut: Dciami.-iotiori Pali shi ng

2T:

Rc,'• i;1<i' g i'.j" "^^ '-"I 1 . . . . —

1

- • •

$=k^e?

*££>#

(13)

Untuk jenis kerusakan pothole dan patch dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut: Pothole f;o' f. h a J * . . - * r r ^ v ROAD G • (imp of Potriok-i

Gambar 2.6 Jenis Kerusakan Pothole dan /'a/c/z

2.5 Penelitian yang Perniih Dilakukan

2.5.1 Penelitian Bachnas (2001)

Topik yang diambil adalah Kondisi Perkerasan Ring Road Utara Koia

Yogyakarta. Hasil penelitiaannya adalah kerusakan bentuk retak kulit buaya

(crocodile cracking), hampir terdapat sepanjang jalan ring road dengan lebar

retakan bervariasi 1 mm sampai 3 mm. Alur (rutting), terdapat pada bagian

permukaan jalan, kedalaman alur bervanasi 1 cm sampai 3 cm. Kerusakan

berbentuk jembul (shoving) terdapat pada persimpangan jalan, besarnya jembul

bervariasi dari 1sampai 5cm. Kerusakan berbentuk ambles (depression) terdapat

pada sebagian kecil dari bagian jalan, kedalaman ambles cukup besar mencapai 6

cm. Kerusakan berbentuk lobang (pothole) tidak terlalu banyak tetapi cenderung

bertambah. Pertemuan antara jembatan dengan jalan raya terjadi pengelupasan

lapisan perkerasan sehingga membentuk lubang dengan arah melintang jalan.

(14)

17

2.5.2 Penelitian Amung Setiaji dan Muhammad Arief Ariadi (2003)

Topik yang diambil adalah Evaluasi Kerusakan Jalan Dengan Metode

NAASRA (study kasus : Jl. Sil.wangi Kotamadya Semarang). Pokok

permasalahan bahwa jalan tersebut terdapat 18 jenis kerusakan, kerusakan umum

nya mencapai tingkat 3dengan klasifikasi jelek. Nilai kerataan yang terbaca pada

alat roughnessmeter memperlihatkan pada jalan tersebut secara umum masih

memenuhi syarat dengan kategori sangat baik.

2.5.3 Penelitian Sulistyo Herlambang dan Tety Rosmiany (2003)

Topik yang diambil adalah Evaluasi Perkerasan Lentur di Pertemuan Jalan

Sebidang Beriengan tiga Jl. Jogja-Prambanan km 15-18 dengan Metode

NAASRA. Hasil dan penelitian tersebut adalah dapat diketahui nilai Road

Condition Index untuk jalan Jogja-Prambanan dari KM 15-18 sangat baik sebesar

8,6 sehingga dan segi kenyaman sangat baik, sadangkan nilai kekuatan tegangan

tanah dasar menunjukkan hasil sebesar 4,141 x 106 lebih besar danpada nilai

tegangan yang terjadi sebesar 2xl06 sehingga perkerasan pada jalan tersebut

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Perkerasan Jalan
Tabel 2.1 Kategori dan Karakteristik Material Perkerasan
Tabel 2.2 Klisifikasi Kerusakan Jalan Beraspal
Gambar 2.2 Jenis Kerusakan Deformation
+3

Referensi

Dokumen terkait