• Tidak ada hasil yang ditemukan

(PSLK) 2016, DISTRIBUSI SPASIAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR DI PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(PSLK) 2016, DISTRIBUSI SPASIAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR DI PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Malang, 26 Maret 2016

718

DISTRIBUSI SPASIAL ARTHROPODA PADA TUMBUHAN LIAR DI PERTANIAN TOMAT DESA KARANGWEDORO KECAMATAN DAU

KABUPATEN MALANG

Arthropods Spatial Distribution on Wild Plants In Tomato Farm Of Karangwedoro Village, Dau Sub-District, Malang District

Muhammad Saefi, Widi Cahya Adi, Alvina Putri Purnama Sari, dan Intan Lestari Mulyaning Tyas

Magister Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Dusun Semare RT/RW 02/02 Semare Kraton Pasuruan, 08563591826,

msaefi34@yahoo.com

Abstrak

Distribusi spasial merupakan penyebaraan suatu organisme dalam struktur populasi berdasarkan dimensi ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi spasial Arthropoda pada tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) di lahan pertanian Tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian deskripstif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan

dalam beberapa tahap yaitu: survei pendahuluan untuk mengamati jenis-jenis Arthropoda yang ada pada lokasi pengamatan; penentuan tumbuhan yang diamati yaitu Portulaca

oleracea L; serta pengamatan kunjungan Arthropoda pada tumbuhan tersebut. Metode

pengamatan yang digunakan adalah visual control. Pengamatan distribusi spasial dilakukan pada tempat tumbuhan Portulaca oleracea L. yang ditentukan berdasarkan daerah luar, tengah dan dalam pada lahan pertanian tomat tersebut. Distribusi spasial Athropoda pada tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) di Lahan Pertanian Tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang menunjukkan variasi yang berbeda pada daerah dalam yakni rata-rata frekuensi kunjungan harian lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah tengah dan luar. Hasil pengamatan Athropoda selanjutnya ditentukan famili dan peran ekologinya berdasarkan ciri dan morfologinya yang didasarkan pada Metcal, R.L. (1992). Analisis peran ekologi Arthropoda dapat dijadikan sebagai dasar pemanfaatan tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) sebagai tanaman refugia yang dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendalian hayati yang lebih ramah lingkungan.

Kata kunci: distribusi spasial, Arthropoda, tanaman refugia Abstract

Spatial distribution is organism spreading in the population structure based on the space. This research aims to analyze the distribution of Arthropods in wild plants, especially

Portulaca oleracea L. in Karangwedoro Village, Dau Sub-district, Malang District. It is an

explorative descriptive that used quantitative approach and through some steps, namely: preliminary research for observing kinds of Arthropods in observational location; determination observational plant (Portulaca oleracea L.); and observation the call frequency of Arthropods in those plants. Visual control used as observational method of Arthropods spatial distribution in 3 places of Portulaca oleracea L. that determined, such as: outer, middle, and inner space of the farm. Arthropods spatial distribution on Wild Plants in Tomato Farm of Karangwedoro Village, Dau Sub-district, Malang District shows some variation in each observational location, where inner space has less call frequency of Arthopods than middle and outer space/location. The kinds of Arthropods determined by family and its ecological roles based on the characteristics (Metcal, 1992). Arthropods ecological roles analysis can be used as utilization directory of wild plants (Portulaca

oleracea L.) as refugia, that can be utilized as bio-controlling agent. Key words: spatial distribution, Arthropods, refugia

(2)

Malang, 26 Maret 2016

719

PENDAHULUAN

Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis dan nilai gizi yang tinggi. Badan Pusat Statistik dan BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) menjelaskan bahwa produksi tomat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, produksi tomat berturut-turut adalah 635.474 ton pada tahun 2007, 725.973 ton pada tahun 2008, 853.061 ton pada tahun 2009, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi 891.616 ton, dan pada tahun 2011 mencapai 950.385 ton. Peningkatan produksi ini menunjukkan bahwa banyak para petani yang tertarik membudidayakan komoditas tomat, hal ini dikarenakan terus meningkatknya permintaan masyarakat terhadap komoditas ini. Namun, salah satu masalah yang dihadapi oleh pada pertanian tomat adalah menurunnya produksi akibat serangan hama atau Organisme Penggangu Tanaman (OPT).

Salah satu pencegahan yang telah dilakukan untuk mencegah serangan OPT adalah penggunaan pestisida. Setiawati, dkk. (2001) menjelaskan bahwa penggunaan pestisida memerlukan biaya yang besar hingga mencapai 50% dari total produksi. Selain itu, cara ini juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia yang mengkonsumsi akibat adanya residu pestisida. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan suatu cara untuk mengendalikan OPT yang ramah lingkungan serta biaya ongkos produksi yang murah.

OPT pada tanaman tomat dapat berupa Arthropoda. Perkembangan Arthropoda dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi adalah faktor hayati. Faktor hayati merupakan faktor berupa makhsluk hidupa yang ada di lingkungan baik berupa serangga dan binatang lainnya (Jumar, 2000). Beberapa faktor hayati ini dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hayati yang dapat memberantas hama dengan memanfaatkan musuh alami. Cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peranan tumbuhan liar sebagai refugia bagi Arthropoda (Kirana, 2015; Resti, 2015). Tumbuhan liar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Krokot (Portulaca oleracea L.).

Tumbuhan liar dapat digunakan sebagai sebagai pencegahan hama dengan memanfaatkan musuh alami dikarenakan tumbuhan ini dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan inang alternatif bagi hama (Rukmana dan Sugandi, 1999). Selain itu, pada saat dilakukan penyemprotan hebrisida sintetik pada tanaman budidaya, hama akan berpindah dan menggunakan tumbuhan liar sebagai berlindung (Landis et al., 2000). Lebih lanjut, Tjitrosoediro (1984) menjelaskan bahwa tingkat kepadatan dan keanekaragaman jenis tumbuhan liar atau tanaman budidaya akan menentukan komposisi fauna yang berguna ataupun yang merugikan (hama) bagi tanaman budidaya.

Tujuan penelitian ini yakni: (1) menganalisis kunjungan Arthropoda yang terdapat pada tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) di pertanian Tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang; dan (2) menganalisis distribusi spatial Athropoda Arthropoda pada tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) di pertanian Tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar tentang Arthropoda pada tumbuhan liar liar Portulaca oleracea L. (Krokot) yang dapat digunakan

(3)

Malang, 26 Maret 2016

720

untuk pengembangan model pengendalian hayati yang ramah lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati dalam upaya mendukung implementasi PHT.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Lahan Pertanian Tomat (Solanum lycopersicum) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabuaten Malang dan di Laboratorium Ekologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang pada bulan Desember 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Arthropoda di Lahan Pertanian Tomat (Solanum lycopersicum) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabuaten Malang. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah Artropoda yang berada pada beberapa titik yang terdapat tumbuhan liar Krokot (Portulaca oleracea L.). Penentuan titik dilakukan dengan membagi lahan pertanian tomat menjadi 3 bagian utama yakni daerah pinggir, tengah, dan dalam.

Alat dan bahan yang digunakan pada proses pengambilan data penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis, botol plakon, jaring serangga, mikroskop binokuler, jam tangan, dan klorofom. Sebagai penunjang digunakan pula buku determinasi untuk serangga ―The Pest of Crops in Indonesia‖.

Prosedur pengamatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Survei pendajuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan mengkaji

jenis-jenis Athropoda dan tumbuhan liar yang ada di lahan pertanian tomat tersebut. 2. Penentuan tumbuhan yang diamati yakni tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.)

yang ada di bagian luar, tengah, dan dalam lahan pertanian tomat.

3. Pengamatan Athropoda yang berkunjung. Pengamatan dilakukan dengan cara

pengamatan langsung menggunakan metode ―visual control‖ dengan gradasi jarak pengamatan 2 meter dan dilakukan dengan periode 15 menit. Athropoda yang diamati kemudian dicatat. Setelah dicatat, Athropoda ditentukan famili dan peran ekologisnya berdasarkan ciri dan morfologinya yang didasarkan pada Metcal, R.L. (1992).

Analisis data dilakukan dengan menjumlahkan Athropoda pada masing-masing famili berdasarkan tempat (luar, tengah, dan dalam), kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk diagram batang dan selanjutnya diinterpretasikan secara deskriptif. Terkait dengan ketertarikan Arthropoda predator dan hama berdasarkan frekuensi kunjungan terhadap

tumbuhan liar krokot (Portulaca oleracea L.) terpilih dihitung menggunakan presentase

yang kemudian diinterpretasikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengamatan distribusi spasial Arthropoda pada tumbuhan liar Portulaca

oleracea L. di lahan pertanian tomat (Solanum lycopersicum) Desa Karangwedoro

Kecamatan Dau Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 1. serta dilengkapi dengan gambar 1. berikut.

(4)

Malang, 26 Maret 2016

721

Tabel 1. Distribusi Spasial Arthropoda pada Portulaca oleracea L. (Krokot) di Lahan Pertanian Tomat (Solanum lycopersicum) Selama 4 hari (ulangan waktu selama 15 menit)

No. Family Waktu Jumlah

Pinggir Tengah Dalam

1 Formicidae 14 29 11 54 2. Alydidae 12 13 12 37 3. Coccinellidae 9 3 1 13 4. Staphylinidae - - 4 4 5. Scarabaeidae - - 1 1 Jumlah 35 45 29 109

Gambar 1. Distribusi Spasial Arthropoda pada Portulaca oleracea L. (Krokot) di Lahan Pertanian Tomat (Solanum lycopersicum) Selama 4 hari (ulangan waktu selama 15 menit)

Berdasarkan Tabel 1. dan Gambar 1. dapat diketahui bahwa terdapat 5 famili arthropoda, yaitu famili Formicidae, famili Alydidae, famili Coccinellidae, famili Staphylinidae, dan famili Scarabaeidae, dengan distribusi spasial yang bervariasi, yaitu pada pertanian tomat bagian pinggir, tengah, dan dalam. Secara umum, distribusi spasial Arthropoda menunjukkan kunjungan harian pada bagian dalam pertanian tomat lebih rendah daripada bagian luar dan tengah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa famili Formicidae, famili Alydidae, dan famili Coccinellidae dapat dijumpai di semua bagian pertanian tomat. Famili Formicidae dan Alydidae, paling banyak ditemukan di bagian tengah perkebunan tomat, sedangkan famili Coccinillidae paling banyak ditemukan di bagian pinggir pertanian tomat. Famili dari arthropoda lainnya, yaitu famili Staphylinidae dan famili Scarabaeidae hanya dapat dijumpai pada bagian dalam pertanian tomat, dan tidak ditemukan pada bagian pinggir dan tengah pertanian tomat.

Berdasarkan peranan Arthropoda pada suatu agroekosistem, Arthropoda dapat digolongkan menjadi hama dan musuh alami. Arthropoda dianggap sebagai hama apabila keberadaan Arthropoda tersebut mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia (Pracaya, 1991). Sedangkan musuh alami merupakan organisme yang dapat menyerang organisme yang lainnya. Musuh alami dapat dijadikan sebagai agen pengendali

JUM L AH F A M IL I

(5)

Malang, 26 Maret 2016

722

hama agar fluktuasi kepadatan rata-rata hama tanaman selalu rendah (Oka, 2005). Musuh alami dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni parasitoid, predator, dan patogen (Untung, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan, maka Arthropoda yang ditemukan pada pertanian tomat dapat dikelompokkan menjadi dua yakni hama dan musuh alami. Arthropoda yang digolongkan sebagai hama adalah famili Formicidae, famili Alydidae, famili Staphylinidae, dan famili Scarabaeidae, sedangkan yang termasuk sebagai musuh alami adalah famili Coccinellidae. Data pada Tabel 1. Dapat diubah menjadi presentase untuk mengetahui ketertarikan Arthropoda yang tergolong hama dan musuh alami berdasarkan frekuensi kunjungan pada tumbuhan liar tumbuhan liar Portulaca oleracea L. di lahan pertanian tomat (Solanum lycopersicum) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Presentase frekuensi kunjungan Predator dan Hama pada tumbuhan liar tumbuhan liar Portulaca oleracea L. di lahan pertanian tomat (Solanum lycopersicum) Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang (A) Luar, (B) Tengah, dan (C) Dalam.

Berdasarkan Gambar 2. Dapat diketahui bahwa presentase predator sangat kecil dibandingkan dengan dengan hama pada semua bagian lahan pertanian. Presentase terbesar keberadaan predator terdapat pada bagian luar, sedangkan presentase terkecil terdapat pada bagian dalam lahan pertanian. Buchori (2007) menjelaskan bahwa musuh alami yang dapat ditemui pada pertanian tomat adalah famili Coccinellidae dan Araneae. Namun, yang ditemukan pada pertanian tomat di Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang hanya famili Coccinellidae, sedangakan Araneae tidak ditemukan. Coccinellidae dan Araneae merupakan predator (Buchori, 2007; Sosromarsono dan Untung, 2000).

Tumbuhan liar Krokot (Portulaca oleracea L.) dapat tumbuh dengan optimal pada pertanian tomat karena suhu dan intentias cahaya yang sesuai. Menurut Moenandir (1988), suhu optimal yang dibutuhkan ialah 15-35o C di mana bunga dan biji dihasilkan dengan baik sekali, sebaliknya di bawah intensitas cahaya tinggi krokot ini dapat layu. Ketertarikan Arthropoda mengunjungi tumbuhan liar krokot dikarenakan jenis senyawa kimia volatil yang mempunyai aroma spesifik yang dapat menstimulasi Arthropoda untuk hinggap (Widiastutie, 2000; Armadiah, dkk., 2014). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

(6)

Malang, 26 Maret 2016

723

tumbuhan liar Krokot (Portulaca oleracea L.) dapat dijadikan sebagai tamanan refugia bagi Arthropoda. Krokot dapat dijadikan sebagai habitat/inang bagi famili Formicidae, famili Alydidae, famili Staphylinidae, dan famili Scarabaeidae, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber makanan oleh famili Coccinellidae. Pemanfaatan tumbuhan Krokot untuk konversi musuh alami pada pertanian tomat maka ketergantungan terhadap pengunaan pestisida dapat dikurangi sehingga dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalisir. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan Arthropoda pada bagian dalam lebih rendah daripada bagian tengah dan luar dikarenakan faktor ganguan dari aktivitas manusia. Bagian tengah pertanian tomat terdapat jalan sehingga lebih sering dilewati oleh manusia yang dapat mengganggu Arthropoda yang akan mengunjungi tumbuhan liar Krokot. Hasil ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tempat untuk menanam tumbuhan refugia pada tempat yang gangguannya paling kecil (jauh dari jalan).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa famili Formicidae merupakan Artropoda yang paling banyak ditemukan dan dapat ditemukan pada semua bagian pertanian tomat. Formicidae dapat mudah ditemukan karena beberapa faktor sebagai berikut.

1. Memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan (Rachmawaty, 2004); 2. Merupakan polyphagus artinya dapat memangsa apa saja sehingga kelangsungan

hidup tidak terbatas karena makanannya yang beragam (Kirana, 2015); 3. Menyukai habitat yang tidak tergenang air (darat) (Borror et al., 1992);

4. Memiliki toleransi terhadap lingkungan yang terkontaminasi logam berat (McIntyre et

al., 2001; Eeva et al., 2004);

5. Dapat hidup dengan baik di kondisi yang daerah tanpa polusi (Cortet et al., 1999).

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Frekuensi kunjungan Arthropoda yang terdapat pada tumbuhan liar Portulaca

oleracea L. (Krokot) di pertanian Tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau

Kabupaten Malang terdapat 5 famili arthropoda, yaitu famili Formicidae, famili Alydidae, famili Coccinellidae, famili Staphylinidae, dan famili Scarabaeidae.

2. Distribusi spatial Athropoda Arthropoda pada tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) di pertanian Tomat Desa Karangwedoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang menunjukkan variasi yang berbeda-beda, daerah bagian dalam pertanian tomat memiliki rata-rata frekuensi kunjungan harian lebih rendah jika dibandingkan dengan titik tengah dan luar pertanian tomat.

Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan saran sebagai berikut.

1. Pemanfaatan tumbuhan liar Portulaca oleracea L. (Krokot) dapat dilakukan sebagai tanaman refugia pada lahan perkebunan tomat.

2. Pemanfaatan Arthropoda sebagai musuh alami dari hama tanaman, dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendalian hayati.

3. Penelitian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau sehingga lebih banyak jenis Artropoda yang ditemukan.

(7)

Malang, 26 Maret 2016

724

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai interaksi predasi antar Athropoda di pertanian tomat.

DAFTAR PUSTAKA

Armadiah, R., Rohman, F., dan Dharmawan, A. 2014. Ketertarikan Arthropoda Predator

pada Tumbuhan Gulma di Lahan Pertanian Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

(Online).(http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCA258032AB057CF5 D3FB9F7CCE54543C.pdf, diakses tanggal 26 November 2015).

Badan Pusat Statistik & Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Produksi Tomat menurut

Provinsi 2007-2011. (On-line) (http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/

horti/pdf-ATAP2011/Prod-Tomat.pdf., diakses tanggal 6 Maret 2016).

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pengelolaan Hama

Terpadu. Yogyakarta: UGM Press.

Buchori, D. 2007. Riset Aksi Partisipatif Dalam Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Hortikultura: Model Pengembangan Kemandirian Petani Dalam Praktek Pertanian Ramah Lingkungan (Laporan kegiatan, April 2007). Bogor: FP IPB.

Cortet, J., De Vaufleury, A., Poinsotbalaguer, N., Gomot, L., Texier, C., Cluzeau, D., 1999. The use of invertebrate soil fauna in monitoring pollutant effects, European

Journal of Soil Biology 35(3): 115-134.

Eeva, T., Sorvari, J., Koivunen, V., 2004. Effects of heavy metal pollution on red wood ant (Formica s. str.) populations, Environmental Pollution 132(3): 533-539.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kirana, C. 2015. Distribusi Spasial Arthropoda Pada Tumbuhan Liar Di Kebun Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Bioeksperimen, 1(2): 9-17.

Landis, D.A., Wratten, S.D., dan Gurr, G. M. 2000. Habitat Management to Conserve National Enemies of Arthropoda Pest in Agriculture. Annual Review Entomologi. 45(2000): 175-201.

McIntyre, N.E., Rango, J., Fagan, W.F., Faeth, S.H., 2001. Ground arthropod community structure in a heterogeneous urban environment, Landscape and Urban Planning 52(4): 257-274.

Metcalf, R.L. dan Metcalf, E.L. 1992. Plant Kairomones in Insect Ecology and Control. New York: Chapmann and Hall.

Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta: Rajawali Press. Oka, I. D. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pracaya. 1991. Hama Penyakit Tanaman. Salatiga: PT Penebar Swadaya.

Rahmawaty, 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan Wisa-ta

Alam Sibolangit. (Online), (http://dokumen.tips/documents/hutan rahmawaty 1255888ae95552d.html) diakses 10 Desember 2015.

Resti, V. D. A. 2015. Distribusi Temporal Arthropoda Pada Tumbuhan Liar Centella

asiatica L. Di Kebun Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Bioeksperimen, 1(2): 1-8.

(8)

Malang, 26 Maret 2016

725

Rukmana, R., dan Sugandi. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Jakarta: Kansinius.

Setiawati, S., Sulastrini, I., Gunawan, O.S., dan Gunaeni, N. 2001. Penerapan Teknologi

PHT pada Tanaman Tomat. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Sosromarsono S. dan Untung K. 2000. Keanekaragaman hayati Artropoda predator dan

parasitoid di Indonesia serta pemanfaatannya. Makalah disampaikan dalam

simposium keanekaragaman hayati Artropoda pada sistem produksi pertanian, Cipayung, 16-18 Oktober.

Tjitrosoediro. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta: Gramedia. Untung, K. 2006. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset.

Widiastutie. 2000. Uji Preferensi Serangga Coccinelidae Pada Tanaman familia

Asteraceae. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Biologi FMIPA Universitas

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Spasial  Arthropoda  pada  Portulaca  oleracea  L.  (Krokot)  di  Lahan  Pertanian Tomat (Solanum lycopersicum) Selama 4 hari (ulangan waktu selama 15 menit)
Gambar  2.  Presentase  frekuensi  kunjungan  Predator  dan  Hama  pada  tumbuhan  liar  tumbuhan  liar  Portulaca  oleracea  L

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan orientasi penjualan yang dilakukan selama satu bulan dan juga evaluasi yang telah dilakukan terhadap perencanaan pelaksanaan serta kendala-kendalanya,

JISPO: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol.8 No. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan. Langkah nomer dua proses pengawasan terdiri

Data pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Talking Chips dan Fan-N-Pick dapat meningkatkan hasil belajar dilihat peningkatan hasil

Data yang digunakan berupa data time series , yaitu data kuartalan mulai dari tahun 2000.I sampai 2009.IV yang berjumlah 40 observasi, data berasal dari SEKI

yang dipilih ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Elliot. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 3

Hal ini dilakukan dengan membuat model matematis dimana yang menjadi fungsi tujuan adalah maksimisasi keuntungan, sedangkan yang menjadi kendala adalah jumlah pemakaian,

Kepala seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri Jantho, Evan Munandar menyebutkan kewenangan jaksa sebagai pihak yang berwenang membatalkan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat disusun suatu rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh berkumur sari buah belimbing manis terhadap perubahan pH