• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o. J u l i 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o. J u l i 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u l i 2 0 1 6

1)

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1205561 2)

Penulis Penanggungjawab

PENERAPAN MODEL

SCAFFOLDED WRITING

DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

DESKRIPSI

Pipit Mira Fitriyah

1

, Kurniawati

2

, Desiani Natalina Muliasari

2 Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia.

Email: fitriyahp48@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa kelas IV SD Negeri Cijati 01 mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam menulis khususnya menulis karangan deskripsi. Siswa masih belum mampu mengungkapkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan hingga kesalahan-kesalahan teknik penulisan. Proses pembelajaran menulis yang dilakukan guru menuntut siswa untuk dapat menulis sekali jadi tanpa memperhatikan teori menulis. Atas dasar hal inilah peneliti terstimulasi untuk melakukan sebuah penelitian dengan tujuan memperoleh gambaran proses pembelajaran siswa dalam kegiatan menulis karangan deskripsi menggunakan

model scaffolded writing dan memperoleh nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model scaffolded writing. Metode penelitian

yang dipilih ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Elliot. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Partisipan penelitian yang dilaksanakan ialah siswa kelas IV SD Negeri Cijati 01 yang berjumlah 48 siswa. Instrumen yang digunakan selama kegiatan penelitian yaitu lembar observasi guru, lembar observasi siswa, catatan lapangan, serta dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik kuantitatif, kualitatif, serta triangulasi. Selama kegiatan penelitian nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan proses pembelajaran menulis karangan deskripsi terdiri dari beberapa aktivitas menulis serta nilai rata-rata proses yang diperoleh siswa pada siklus I ialah 62,71, siklus II ialah 75,12, serta siklus III ialah 79,20. Menindaklanjuti hal tersebut, maka model scaffolded

writing dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam

meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa.

(2)

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi| 2

1)

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1205561 2)

Penulis Penanggungjawab

THE IMPLEMENTATION OF SCAFFOLDED WRITING MODEL IN

IMPROVING STUDENTS’ ABILITIES TO WRITE DESCRIPTIVE

ESSAYS

Pipit Mira Fitriyah

1

, Kurniawati

2

, Desiani Natalina Muliasari

2 Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia.

Email: fitriyahp48@yahoo.com

ABSTRACT

This research was conducted based on the issue that was encountered by fourth grade students at Cijati 01 Public Elementary School regarding the lack of writing skills, especially in descriptive essays. The students are still unable to express their idea into a writing form and prone to some technical errors in writing. The process of writing lessons that is conducted by the teachers urges the students to write without regard to theories. Based on this matter, the researcher is stimulated to conduct a research that aims to obtain the exposures of the students’ activities descriptive essays by using a scaffolded writing model and and obtain students’ scores of learning process by utilizing descriptive essays by using a scaffolded writing model. The research method used in this research is Eliot’s Classroom Action Research design. This research consists of three cycles, and each cycle consists of three actions. The research participants in this research are fourth grade students at Cijati 01 Public Elementary School, which consist of 48 students. The instruments used in this research are teachers’ observation sheet, students’ observation sheet, field notes sheet, and documentation sheet. The data analysis was carried out using quantitative, qualitative, and triangulation techniques. During the observation, the students’ average scores in the process were 62.71 in cycle I, 75.12 in cycle II, and 79.20 in cycle III. Therefore, scaffolded writing model can be used as one of the alternatives for teachers to improve students’ abilities in writing descriptive essays.

Keywords : Writing descriptive essays, scaffolded writing model, elementary school students.

(3)

3 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u l i 2 0 1 6

Dunia yang semakin berkembang, menuntut adanya perubahan dalam segala bidang. Bidang teknologi, penciptaan berbagai alat komunikasi semakin canggih seperti semakin maraknya penciptaan telepon genggam dengan berbagai fitur canggih atau biasa disebut dengan telepon pintar. Bidang ekonomi, terbukanya pasar internasional yang memungkinkan adanya lapangan pekerjaan bagi yang memiliki keahlian. Begitupun dalam dunia pendidikan, maka dari itu pendidikan hendaknya mendapatkan perhatian yang serius dari semua kalangan sebab melalui pendidikan inilah akan terlahir generasi penerus yang berkualitas sehingga mampu mengikuti setiap perkembangan zaman. Berdasarkan permasalahan tersebut, hendaknya proses pembelajaran di sekolah bukan hanya memprioritaskan pada hasil, tetapi pada prosesnya pun perlu mendapatkan perhatian sehingga pada akhirnya sekolah akan memiliki output yang berkualitas. Salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia, dalam Kurikulum 2013 menempati posisi pertama dalam alokasi waktu terbanyak pada setiap minggunya di setiap jenjang kelas. Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih mendalami mata pelajaran bahasa Indonesia dibandingkan mata pelajaran lainnya sehingga setiap materi mata pelajaran bahasa Indonesia dapat terkuasai siswa dengan baik.

Disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Depdiknas (2006, hlm. 317) yang menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa dapat ‘berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun secara tulis’ Berkomunikasi secara lisan meliputi bercerita, berpantun, berwawancara, bermain peran, dan lain sebagainya. Pembelajaran komunikasi melalui tulisan siswa akan diperkenalkan dengan

berbagai jenis teks, salah satunya teks deskripsi. Teks deskripsi adalah sebuah teks yang menjelaskan dan memberikan perincian-perincian tentang suatu objek yang sedang dideskripsikan (Keraf dalam Mahargyani, dkk. 2012). Teks deskripsi memiliki banyak manfaat, baik untuk penulis maupun pembaca. Manfaat teks deskripsi untuk penulis ialah melatih kepekaan dan daya sasmita terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Manfaat teks deskripsi bagi pembaca ialah untuk melatih daya khayal tentang hal-hal yang dideskripsikan di dalam tulisan tersebut.

Berdasarkan hal di atas, maka penguasaan keterampilan menulis penting dikuasai oleh semua siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas tinggi. Namun yang terjadi di lapangan bahwa masih rendahnya keterampilan menulis pada siswa sekolah dasar kelas IV. Tidak semua siswa dapat menulis dengan baik. Masih banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa selama kegiatan proses menulis. Dimulai dari tidak mampu mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk tulisan, tidak mengindahkan kerangka karangan, ketidaklogisan dalam pembuatan karangan, hingga kesalahan dalam penggunaan tanda baca dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Kondisi tersebut tidak didukung dengan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Guru beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis adalah materi yang mudah dipelajari oleh siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru hanya berkisar mengerjakan tugas yang terdapat dalam buku paket siswa tanpa mengembangkan keterampilan berbahasa. Selain itu proses pembelajaran yang dilakukan guru kurang sesuai dengan perkembangan siswa itu sendiri. Guru menuntut pembelajaran menulis untuk sekali jadi tanpa memperhatikan teori

(4)

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi| 4 menulis. Padahal berdasarkan teorinya,

menulis merupakan suatu pembelajaran yang prosedural dan bertahap. Sejalan dengan hal tersebut Suparno dan Yunus, M (2008) mengungkapkan bahwa menulis adalah sebuah proses yang terdiri atas aktivitas pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Beberapa hal inilah yang membuat siswa merasa terbebani dalam kegiatan menulis sehingga banyak siswa yang tidak mampu menulis dengan baik.

Mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis tersebut, maka perlu dilakukannya suatu upaya perbaikan. Solusi yang ditawarkan peneliti ialah dengan menggunakan model scaffolded writing dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Berkaitan dengan hal tersebut, Bodrova (1998) mengungkapkan bahwa pada awal pembelajaran menulis guru akan memberikan suatu upaya bantuan kepada siswa. Pemberian bantuan tersebut secara bertahap akan berkurang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pada awal kegiatan menulis, siswa memerlukan bantuan guru dalam membuat karangannya hingga pada akhirnya siswa mampu secara mandiri membuat karangannya sendiri. Pemberian bantuan yang ditawarkan di antaranya memberikan bimbingan kepada siswa selama kegiatan menulis, dimulai dari menentukan pokok-pokok yang akan dijadikan bahan karangan hingga merevisi karangan yang telah dibuat siswa baik antar siswa maupun guru.

Pemberian bantuan pun tidak hanya bersumber dari satu sumber semata yaitu guru, melainkan dapat juga berasal dari pihak lainnya seperti siswa (Samana, 2013). Antara satu siswa dengan siswa lainnya dapat memberikan bantuan berupa mengoreksi hasil pekerjaan temannya. Memperbaiki tulisan temannya apabila terdapat kesalahan atau dapat juga memberikan ide-ide cemerlang untuk mengembangkan karangannya yang telah dibuat temannya. Atas

pemberian bantuan inilah siswa tidak akan merasa terbebani selama kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan sebuah penelitian di kelas IV yang berjudul “Penerapan Model Scaffolded Writing dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi”. Melalui penggunaan model tersebut diharapkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi akan meningkat. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Taniredja, dkk. (2013) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang terjadi di dalam kelas yang dilakukan oleh para guru bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran secara lebih profesional. Masalah-masalah tersebut kemudian dianalisis untuk dicaritahu penyebabnya. Lebih jauh guru ataupun peneliti melakukan suatu upaya perencanaan perbaikan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga diharapkan masalah tersebut dapat diminimalisir ataupun dihilangkan.

Mengatasi permasalahan yang terjadi pada SD Negeri Cijati 01 di kelas IV yaitu mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, maka peneliti merumuskan langkah-langkah perbaikan menggunakan model Elliot. Adapun langkah-langkah dari kegiatan penelitian dengan jenis desain Elliot sesuai dengan yang diungkapkan oleh Abidin (2011). Tahap pertama dimulainya kegiatan penelitian ialah ide awal yang melatarbelakangi kegiatan penelitian yakni ditemukannya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas IV SDN Cijati 01 mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam

(5)

5 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u l i 2 0 1 6

menulis karangan deskripsi. tahap kedua ialah temuan analisis yang berisi sebab-sebab kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi yang masih rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi ialah guru menuntut pembelajaran menulis ialah pelajaran yang harus sekali jadi padahal dalam teorinya menulis merupakan kegiatan prosedural dan bertahap. Tahap ketiga dari kegiatan penelitian ialah perencanaan umum siklus I. Aktivitas yang dilakukan peneliti pada tahap ini ialah merancang kegiatan perbaikan proses pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model scaffolded writing. Tahap keempat ialah mengimplementasikan kegiatan perencanaan penelitian yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Adapun implementasi dari kegiatan penelitian ini terdiri dari 3 siklus yang setiap siklus terdiri dari 3 tindakan. Pada dasarnya proses pembelajaran setiap siklus ialah sama, yang membedakan ialah tema yang dipilih. Tema pembelajaran pada siklus pertama yaitu barang-barang yang dibawa siswa ke sekolah. Tema siklus kedua ialah peristiwa alam, serta tema siklus ketiga yaitu tokoh idola.

Tahap kelima dari kegiatan penelitian ialah memonitoring efek yang ditimbulkan dari pemberian tindakan yang dilakukan peneliti. Pada tahap ini pun peneliti memantau sejauh mana keberhasilan dan keefektifan tindakan yang telah dilakukan peneliti pada objek yang ditelitinya. Tahap keenam yaitu penjelasan kegagalan implementasi. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan refleksi terhadap tindakan penelitian yang telah dilakukan. Tahap yang terakhir yaitu melakukan revisi perencanaan umum, yaitu melakukan perbaikan pada tahap perencanaan umum apabila terdapat kegagalan kegiatan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri Cijati 01 kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung. Partisipan dari kegiatan penelitian ialah siswa kelas IV dengan jumlah 49 siswa.

Instrumen yang digunakan selama kegiatan penelitian ialah pedoman penilaian proses, lembar observasi guru dan siswa, catatan lapangan, serta dokumentasi. Standar keberhasilan dari penelitian ini ialah nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Cijati 01 yaitu 75.

Adapun teknik analisi data yang digunakan ialah teknik kuantitatif, kualitatif, serta triangulasi. Data dari teknik kuantitatif diperoleh dari nilai-nilai siswa selama kegiatan menulis karangan deskripsi menggunakan model scaffolded writing. Data dari teknik kualitatif diperoleh dari lembar observasi guru, lembar observasi siswa, serta catatan lapangan. Sedangkan teknkik triangulasi ialah teknik penggabungan dari teknik kuantitaif dan teknik kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya langkah penelitian setiap siklus ialah sama, yang membedakan ialah tema yang diambil. Langkah-langkah proses pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan model scaffolded writing mengadopsi dari teroi yang diungkapkan oleh Herber dan Herber (dalam Veerapan dkk. 2011). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a) membangun pengetahuan awal siswa, b) diskusi kelompok kecil, c) bekerja mandiri.

Aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada membangun pengetahuan awal yaitu siswa mengamati objek-objek yang akan dideskripsikannya, selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab seputar objek yang diamati oleh siswa. Kegiatan menulis yang dilakukan siswa pada tahap ini ialah membuat kata kunci berdasarkan objek-objek yang diamatinya. Pada kegiatan ini guru memberikan

(6)

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi| 6 pemodelan atau contoh dalam membuat

kata kunci. Kegiatan pemodelan dimaksudkan agar siswa mengetahui cara membuat kata kunci yang baik dan benar. Selaras dengan hal tersebut, Muijs & Reynolds (Shofianingrum, 2013) menyatakan bahwa salah satu prosedur yang digunakan dalam kegiatan menulis adalah pemberian model.

Tahap kedua yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran ialah melakukan diskusi kelompok kecil. Pada dasarnya pembelajaran dengan cara berkelompok ialah pembelajaran suatu tim yang bertugas untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi (Suprijono, 2015). Siswa bersama teman sekelompoknya saling membantu, berdiskusi, berargumen, mengkaji pengetahuan yang sedang dipelajari bahkan lebih jauh mengatasi berbagai kesalahan dalam memahami suatu konsep. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa pada tahap ini ialah membuat kerangka karangan secara berkelompok, selanjutnya siswa bersama teman sekelompoknya merevisi kerangka kelompok lain. Kegiatan pembelajaran terakhir yang dilakukan siswa pada tahap ini ialah memperbaiki kerangka karangan yang telah dibuat bersama teman sekelompoknya berdasarkan saran dan komentar yang telah diterimanya.

Tahap ketiga yaitu bekerja secara mandiri. Pada tahap ini siswa mulai bekerja secara mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas yang diterimanya. Siswa bekerja secara mandiri dengan menerapkan informasi-informasi yang telah didapatkannya untuk mencari ide dan konsep yang baru. Proses pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini ialah siswa mulai mengembangkan kerangka karangan deskripsi menjadi sebuah karangan deskripsi utuh. Selanjutnya siswa bersama teman semejanya saling mengedit dan merevisi karangan deskripsinya. Kegiatan mengedit

dan merevisi pun tidak hanya antara siswa dengan siswa, namun juga antara guru dengan siswa. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Samana (2013) yang menyatakan bahwa pemberian bantuan pun tidak hanya bersumber dari satu sumber semata, melainkan dapat juga berasal dari pihak lainnya.

Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa temuan esensial baik yang bersifat positif maupun negatif selama selama kegiatan penelitian tersebut berlangsung.

Temuan pada saat kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan model scaffolded writing pada siklus I tindakan 1 ialah siswa masih belum mampu membuat kata kunci karangan deskripsi. Hal tersebut dikarenakan siswa masih belum mengerti mengenai instruksi yang diarahkan oleh peneliti. Siswa membuat kata kunci tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh peneliti. Mengatasi hal tersebut, peneliti berupaya menjelaskan ulang mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Kegiatan berdiskusi kelompok pada tindakan 2 pun belum berjalan secara optimal. Tidak semua siswa turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Hal tersebut terlihat dari siswa yang asyik bermain sendiri saat kegiatan pengerjaan tugas secara berkelompok. Hal yang dilakukan peneliti mengatasi masalah tersebut ialah memberikan tugas yang mendorong seluruh keaktifan siswa dalam kegiatan berdiskusi.

Pada saat kegiatan mengedit dan merevisi karangan, siswa masih kebingungan untuk mengedit dan merevisi bagian-bagian yang harus diperbaikinya. Menindaklanjuti hal tersebut, peneliti memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai hal-hal yang seharusnya diperbaiki oleh siswa.

(7)

7 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u l i 2 0 1 6

Secara bertahap siswa mampu mengurangi kesalahan-kesalahan dalam proses menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model scaffolded writing. Hal tersebut sejalan dengan manfaat yang diperoleh dari penggunaan model

scaffolded writing dalam kegiatan

pembelajaran menulis yang diungkapkan oleh Fernandes dkk. (2001) yaitu mengurangi kesalahan-kesalahan dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Adapun nilai rata-rata proses yang diperoleh siswa selama kegiatan penelitian dari siklus I hingga siklus III sebagai berikut.

Gambar 4.1 Grafik data proses menulis karangan deskripsi tiap siklus Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata proses siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 62,71. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa belum mencapai standar KKm atau standar keberhasilan penelitian, maka dari itu perlu diadakannya penelitian siklus II. Pada penelitian siklus I siswa masih belum terbiasa melakukan kegiatan menulis secara bertahap, selain itu siswa

pun belum memahami secara penuh setiap instruksi yang diberikan peneliti.

Pada siklus II nilai rata-rata prosesnya mengalami kenaikan sebesar 12,41 yaitu 75,12. Pada siklus II, siswa telah mencapai standar keberhasilan namun pada rata-rata hasilnya belum mencapai. Selain itu proses pembelajaran pun belum teraksana secara optimal, maka dari itu perlu diadakannya pengulangan siklus yang dilakukan pada siklus III.

Keberhasilan penelitian terlihat pada siklus III dengan nilai rata-rata proses 79,2. Data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus III siswa telah mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga mampu menghasilkan nilai rata-rata proses yang baik pula. Pada siklus III siswa telah mampu membuat karangan deskripsi dengan menggunakan model scaffolded writing dengan baik dan benar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai penerapan model scaffolded writing dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SDN Cijati 01, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model scaffolded writing terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama yaitu membangun pengetahuan awal. Pada tahap ini peneliti mengajak siswa untuk mengamati objek-objek yang akan dideskripsikannya. Selanjutnya peneliti dan siswa melakukan tanya jawab untuk membangun pengetahuan awal siswa. kegiatan menulis yang dilakukan pada tahap ini ialah membuat kata kunci karangan deskripsi. tahap kedua ialah berdiskusi kelompok kecil. Siswa dibagi secara heterogen oleh peneliti 62.71 75.12 79.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus I Siklus II Siklus III

(8)

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi| 8 berdasarkan tingkat kecerdasan siswa,

selanjutnya siswa saling bekerja sama dalam mengerjakan tugas. Adapun tugas yang diberikan pada tahap ini ialah membuat dan merevisi kerangka karangan secara berkelompok. Tahap ketiga ialah bekerja mandiri. Paada tahap ini siswa mulai bekerja secara mandiri dalam membuat dan mengedit karangan deskripsi.

2. Hasil belajar yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan model scaffolded writing pada kelas IV SDN Cijati 01 mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun perolehan nilai rata-rata proses yang didapatkan siswa pada siklus I ialah 62,71. Nilai rata-rata proses pada siklus II ialah 75,12. Serta nilai rata-rata proses pada siklus III ialah 79,2.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Bodrova, E. (1998). Scaffolding

emergent writing in the zone proximal development. An Internasional Journal of Early Reading and Writing an Official

Publication of the Reading

Recovery Council of North

America, 3 (2), hlm 1-18.

Depdiknas. (2006). KTSP: Standar

kompetensi mata pelajaran

bahasa indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Fernandes, dkk. (2001). Re-conceptualizing “Scaffolding”n and the Zone of Proximal Development in the Context of

Symmetrical Collaborative Learning. Journal of Classroom Interaction, 36 (2), hlm 1-15. Mahargyani, dkk. (2012). Peningkatan

kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan metode field trip pada siswa sekolah dasar. Jurnal Penelitian Bahasa,

Sastra Indonesia dan

Pengajarannya, 1 (2), hlm 30-44. Nurudin. (2007). Dasar-dasar penulisan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Samana, W. (2013). Teacher’s and students’ scaffolding in an EFL Classroom. Academic Journal of Interdisciplinary Studies MCSER Publishing, Rome-Italy, 2 (8), hlm 338-343.

Shofianingrum, L P. (2013). Perbedaan Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Model Scaffolded Writing dengan Model Estafet

Writing. (Skripsi). Sekolah

Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suparno & Yunus, M. (2008).

Keterampilan dasar menulis.

Jakarta: Universitas Terbuka. Suprijono, A. (2015). Cooperative

learning teori dan aplikasi

PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taniredja, T., Pujiati, I., & Nyata. (2013). Penelitian tindakan kelas untuk

(9)

9 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u l i 2 0 1 6

praktik, praktis, dan mudah. Bandung: Alfabeta.

Veerapan, V., & Suan, W. H., & Sulaiman, T. (2011). The effect of scaffolding technique in journal writing among the second language learners. Journal of

Language Teaching and

Gambar

Gambar 4.1 Grafik data proses menulis  karangan deskripsi tiap siklus

Referensi

Dokumen terkait

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari tokoh-tokoh politik Indonesia pasca Proklamasi, didalamnya terdapat empat tulisan Aidit yang menggambarkan pola pemikiran

Menimbang, bahwa dalam gugatannya Penggugat mohon kepada Pengadilan Agama Kabupaten Madiun untuk menyatakan menurut hukum bahwa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat

Dalam kedua butir kanon tersebut dibicarakan tentang tahbisan, dikatakan bahwa dengan adanya sakramen pentahbisan ini menurut ketetapan Ilahi sejumlah orang dari

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Pelayanan antenatal yang berkualitas meliputi: pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III

- Terhadap jenis ikan yang sama, ikan yang lolos melalui jendela mata jaring bujur sangkar dan ikan yang masuk ke kantong kemudian dilakukan penimbangan

Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1 bahwa dari 153 embrio tahap 1 sel hasil ICSI ditransfer ke 12 ekor resipien menghasilkan 33 (22%) embrio tertanam di rahim, selanjutnya

Kendaraan ini di produksi oleh tangan-tangan kreatif anak bangsa yang awalnya di buat dari barang-barang bekas onderdil mobil-mobil rusak dengan mesin diesel