• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian 4.1.1.1 Sejarah Singkat Priangan

Priangan atau Parahyangan berasal dari kata rahyang atau hyang yang berarti roh leluhur atau dewa. Priangan atau Parahyangan berasal dari gabungan kata para-hyang-an. Para menunjukkan bentuk jamak, sedangkan akhiran –an menunjukkan tempat. Jadi Parahyangan berarti tempat para hyang bersemayam. Masyarakat Sunda kuno percaya bahwa roh leluhur atau para dewa menghuni tempat-tempat yang luhur dan tinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam.

Sejak zaman kerajaan Sunda, wilayah jajaran pegunungan di tengah Jawa Barat dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam. Menurut legenda Sunda, tanah Priangan tercipta ketika para dewa tersenyum dan mencurahkan semua berkah dan restunya. Kisah ini bermaksud untuk menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur dan makmur.

Pada masa kekuasaan Kerajaan Sunda, wilayah Priangan mencakup wilayah antara sungai Cipamali di sebelah timur dan sungai Cisadane di sebelah barat, kecuali wilayah Pakuan Pajajaran dan Cirebon. Setelah kekuasaan Kerajaan Sunda di Pakuan diruntuhkan oleh Kesultanan Banten (1579/1580), wilayah peninggalannya terbagi ke dalam dua kekuasaan. Kerajaan Sumedang Larang dan

(2)

Kerajaan Galuh. Sumedang Larang yang pusat pemerintahannya di Kutamaya (wilayah barat kabupaten Sumedang saat ini) dipimpin oleh Prabu Geusan Ulun (1580-1608).

Setelah jatuh ke dalam kekuasaan Mataram, Sumedang Larang diubah menjadi Kabupaten Sumedang di bawah kekuasaan Mataram, demikian pula wilayah lainnya yang kemudian menjadi bawahan Mataram yang diawasi oleh Wedana Bupati Priangan. Untuk jabatan Wedana Bupati Priangan, Sultan Agung memilih Aria Suriadiwangsa dengan gelar Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata (Rangga Gempol I, 1620-1624).

Ketika kekuasaan Priangan dipegang oleh Pangeran Rangga Gede (mewakili Rangga Gempol yang ditugaskan untuk menaklukkan daerah Sampang, Madura), Sumedang diserang Banten. Karena tidak mampu mengatasi serangan Banten, Rangga Gede kemudian ditahan di Mataram, sedangkan Priangan diserahkan kepada Dipati Ukur, dengan syarat harus merebut Batavia dari VOC. Dipati Ukur saat itu menjabat Wedana Bupati Priangan di wilayah Bandung saat ini, yang membawahi wilayah Sumedang, Sukapura, Bandung, Limbangan, serta sebagian Cianjur. Namun, karena gagal memenuhi syarat merebut Batavia (1628), dan sadar bahwa dirinya akan dihukum oleh Sultan Agung, Dipati Ukur berontak . Pemberontakan Dipati Ukur baru bisa dilumpuhkan pada tahun 1632, setelah Mataram dibantu oleh beberapa pemimpin Priangan. Jabatan Wedana Bupati Priangan selanjutnya diserahkan kembali kepada Rangga Gede.

Akibat pemberontakan Dipati Ukur, dalam Piagam Sultan Agung bertanggal 9 Muharam tahun Alip (menurut F. de Haan, tahun Alip sama dengan tahun 1641 Masehi, tetapi ada beberapa keterangan lain yang menyebutkan bahwa

(3)

tahun Alip identik dengan tahun 1633), daerah Priangan di luar Galuh dibagi lagi menjadi empat kabupaten :

1. Sumedang (Rangga Gempol II, sekaligus Wedana Bupati Priangan)

2. Sukapura (Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, bergelar Tumenggung Wiradadaha)

3. Bandung (Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, Tumenggung Wiraanggun-anggun)

4. Parakan Muncang (Ki Somahita Umbul Sindangkasih, bergelar Tumenggung Tanubaya)

Wilayah Priangan jatuh ke dalam kekuasaan VOC sebelum Mataram benar-benar takluk kepada VOC (1757). Berdasarkan perjanjian antara Mataram dan VOC tahun 1677 (perjanjian 19-20 Oktober), Priangan Barat dan Tengah diserahkan kepada VOC, sedangkan Priangan Timur tahun 1705 (perjanjian 5 Oktober). Pada masa Hindia Belanda (setelah VOC bangkrut), Gubernur H.W. Daendels menggiatkan penanaman kopi di Priangan, terutama di daerah Cianjur, Bandung, Sumedang, dan Parakan Muncang (1808-1809). Pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1808-1942), status Priangan adalah Karesidenan yang beribukota Cianjur (namun kemudian sejak tahun 1864 dipindahkan ke Bandung). Dengan masuknya Galuh (awal abad ke-20), Wilayah Karesidenan Priangan bertambah : Priangan menjadi enam kabupaten : Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan, Sukapura, dan Galuh.

(4)

4.1.1.2 Letak Geografis Priangan

Saat ini Priangan merupakan salah satu wilayah Propinsi Jawa Barat yang mencakup wilayah :

Tabel 4.1

Wilayah Priangan Jawa Barat No. Wilayah Priangan

1 Kota Bandung

2 Kota Cimahi

3 Kota Tasikmalaya

4 Kota Banjar

5 Kabupaten Bandung 6 Kabupaten Bandung Barat

7 Kabupaten Garut

8 Kabupaten Sumedang

9 Kabupaten Tasikmalaya 10 Kabupaten Ciamis

Sumber : Perda Prov.Jabar No. 2 Tahun 2009

Luas wilayah Priangan mencapai seperenam pulau Jawa (kurang lebih 21.524 km persegi). Bagian utara Priangan berbatasan dengan Karawang, Purwakarta, Subang dan Indramayu. Sebelah selatan dengan Majalengka, Kuningan dan Jawa Tengah. Sebelah timur dibatasi oleh sungai citanduy. Di sebelah barat berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi. Sedangkan di selatan berhadapan dengan Samudera Indonesia.

(5)

Relief tanah daerah Priangan dibentuk oleh dataran rendah, bukit-bukit dan rangkaian gunung : Gunung Kancana, Gunung Masigit (Cianjur), Gunung Tangkuban Peraru, Gunung Burangrang, Gunung Malabar, Gunung Bukit Tunggul (Bandung); Gunung Tampomas, Gunung Calancang, Gunung Cakra Buana (Sumedang) ; Gunung Guntur, Gunung Haruman, Gunung Talagabodas, Gunung Karacak, Gunung Galunggung (Garut) ; Gunung Cupu, Gunung Cula Badak, Gunung Bongkok (Tasikmalaya) ; Gunung Syawal (Ciamis).

4.1.2 Deskripsi Data Responden

Adapun yang menjadi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Akuntansi pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang mengisi kuesioner untuk variabel Penerapan standar akuntansi pemerintahan dan variabel Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dipilih, karena menurut Permendagri 59 tahun 2007, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai instansi yang berwenang menyusun dan menyajikan serta mengkonsolidasikan laporan keuangan pemerintah daerah serta yang melaksanakan sistem akuntansi keuangan daerah. Responden berjumlah 10 orang, masing-masing satu responden untuk setiap bagian yang mewakili pemerintahan daerahnya di wilayah Priangan Jawa Barat.

Sedangkan responden yang mengisi kuesioner untuk variabel Kualitas laporan keuangan daerah adalah Instansi Inspektorat. Inspektorat dipilih karena lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan review dan menilai kualitas laporan keuangan daerah secara intern untuk pemerintah daerahnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam PP. No. 2 Tahun 2008 tentang wewenang Inspektorat.

(6)

Responden berjumlah 10 orang, masing-masing satu responden untuk setiap bagian yang mewakili pemerintahan daerahnya di wilayah Priangan Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya tentang deskripsi data responden Kepala Bagian Akuntansi pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan Inspektorat pada pemerintahan kabupaten kota di wilayah Priangan Jawa Barat dapat dilihat pada sub bab berikut ini :

1. Deskripsi Data Responden Kepala Bagian Akuntansi PPKD Tabel 4.2

Profil Responden Kepala Bagian Akuntansi PPKD

Keterangan Kabag Akuntansi PPKD

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Pria 9 90 Wanita 1 10 Jumlah 10 100 Pendidikan S1 7 70 S2 3 30 S3 0 0 Jumlah 10 100 Lama Bekerja < 1 tahun 0 0 1 – 5 tahun 8 80 > 5 tahun 2 20 Jumlah 10 100

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel 4.8 di atas, dapat dilihat terdapat 10 responden Kepala Bagian Akuntansi PPKD yang mengisi kuesioner. Setiap responden mewakili setiap daerah yang ada di wilayah Priangan Jawa Barat. Responden dari Kepala Bagian Akuntansi PPKD terdiri dari 9 orang Pria dan 1 orang wanita dengan persentase pria 90% dan wanita 10%. Dari kategori jenis kelamin, jelas menunjukkan bahwa pria jauh lebih banyak atau dominan sebagai responden yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner.

(7)

Pada tingkat pendidikan, untuk Kepala Bagian Akuntansi PPKD persentase terbesar adalah pada sarjana S1 yaitu 7 orang S1 dan 3 orang S2. Hal ini memungkinkan responden lebih menguasai dan memahami dalam penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

Dari kategori lamanya bekerja, persentase terbesar adalah lama antara bekerja 1-5 tahun, hal ini menunjukkan bahwa perputaran kerja pada instansi PPKD selaku lembaga yang melaksanakan penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah ini sangat cepat. Dari segi positifnya, masa jabatan atau lama bekerja yang tergolong relatif singkat dapat menghindari atau meminimalisir terjadinya tingkat kecurangan atau penyalahgunaan wewenang. Dari segi negatifnya, masa jabatan atau lama bekerja yang tergolong relatif singkat adalah belum memiliki pengalaman yang baik dan memadai atas jabatan yang diembannya.

2. Deskripsi Data Inspektorat

Tabel 4.3

Profil Responden Inspektorat

Keterangan Inspektorat

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Pria 10 100 Wanita 0 0 Jumlah 10 100 Pendidikan S1 5 50 S2 5 50 S3 0 0 Jumlah 10 100 Lama Bekerja < 1 tahun 0 0 1 – 5 tahun 4 40 > 5 tahun 6 60 Jumlah 10 100

(8)

Responden yang berpartisipasi untuk mengisi variabel Kualitas laporan keuangan daerah adalah Inspektorat sebagai lembaga yang berwenang melakukan review dan menilai kinerja serta kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerahnya. Dari tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa total responden yang terlibat untuk mengisi kuesioner Kualitas laporan keuangan daerah adalah berjumlah 10 orang. Masing-masing responden mewakili pemerintah daerahnya yang ada di wilayah Priangan Jawa Barat. Dilihat dari kategori jenis kelamin, seluruh responden yang mengisi kuesioner Kualitas laporan keuangan daerah adalah pria.

Pada tingkat pendidikan, terlihat persentase terbesar adalah pada sarjana S1dan S2, sehingga memungkin responden lebih mampu dan memahami dalam memberikan penilaian terhadap Kualitas lapoan keuangan daerah di pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat.

Dari kategori lamanya bekerja, rata-rata lama bekerja untuk Inpektorat sendiri adalah lebih dari 5 tahun, hal ini menunjukkan dengan masa jabatan atau lama bekerja yang tergolong lama telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan yang baik dan memadai atas jabatan yang diembannya.

4.1.3 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.1.3.1 Uji Validitas Variabel X1, X2 dan Y

Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan, dan menunjukkan tingkat kevaliditasan suatu instrumen, serta seberapa baik suatu konsep dapat didefinisikan oleh suatu ukuran. Instrumen dikatakan valid jika instrumen sudah mampu mengukur apa yang diinginkan dan

(9)

mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Hal ini berarti apabila peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya.

Menurut Saifuddin Azwar dalam Widi Lestari (2010:55) ditetapkan patokan besaran koefisien item total dikorekksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua item pertanyaan dan pernyataan yang meiliki koefisien korelasi item total dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai dan kurang dari 0,25 atau 0.30 diindikasikan item tersebut tidak valid.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan koefisien korelasi Rank Spearman.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Variabel X1

(Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan) Item

Pertanyaan

r hitung r tabel Keterangan

1 0.554 0.300 Valid 2 0.814 0.300 Valid 3 0. 393 0.300 Valid 4 0. 730 0.300 Valid 5 0. 883 0.300 Valid 6 0. 789 0.300 Valid 7 0. 454 0.300 Valid 8 0. 812 0.300 Valid 9 -0.129 0.300 Tidak Valid 10 0. 624 0.300 Valid 11 0. 771 0.300 Valid 12 0. 848 0.300 Valid 13 0. 748 0.300 Valid 14 0. 937 0.300 Valid 15 0. 447 0.300 Valid 16 -0.132 0.300 Tidak Valid 17 0.815 0.300 Valid 18 0.789 0.300 Valid 19 0.428 0.300 Valid 20 -0.193 0.300 Tidak Valid

(10)

21 0.660 0.300 Valid 22 0.755 0.300 Valid 23 0.784 0.300 Valid 24 0.766 0.300 Valid 25 0.887 0.300 Valid 26 0.773 0.300 Valid 27 0.150 0.300 Tidak Valid 28 0.344 0.300 Valid 29 0.716 0.300 Valid 30 0.901 0.300 Valid 31 -0.440 0.300 Tidak Valid 32 0.699 0.300 Valid 33 0.646 0.300 Valid 34 0.820 0.300 Valid 35 0.680 0.300 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Variabel X2

(Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) Item

Pertanyaan

r hitung r tabel Keterangan

1 0.751 0.300 Valid 2 0.769 0.300 Valid 3 0.877 0.300 Valid 4 0.907 0.300 Valid 5 0.847 0.300 Valid 6 0.924 0.300 Valid 7 0.595 0.300 Valid 8 0.060 0.300 Tidak Valid 9 0.605 0.300 Valid 10 0.847 0.300 Valid 11 -0.045 0.300 Tidak Valid 12 0.696 0.300 Valid 13 0.676 0.300 Valid 14 0.877 0.300 Valid 15 0.690 0.300 Valid 16 0.396 0.300 Valid 17 -0.300 0.300 Tidak Valid 18 0.940 0.300 Valid 19 0.773 0.300 Valid 20 0.651 0.300 Valid 21 0.078 0.300 Tidak Valid 22 0.833 0.300 Valid 23 0.755 0.300 Valid 24 0.563 0.300 Valid

(11)

25 0.421 0.300 Valid

26 0.406 0.300 Valid

27 0.924 0.300 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Item

Pertanyaan

r hitung r tabel Keterangan

1 0.800 0.300 Valid 2 0.616 0.300 Valid 3 0.698 0.300 Valid 4 0.744 0.300 Valid 5 0.541 0.300 Valid 6 -0.224 0.300 Tidak Valid 7 0.750 0.300 Valid 8 0.781 0.300 Valid 9 0.815 0.300 Valid 10 0.657 0.300 Valid 11 0.877 0.300 Valid 12 0.635 0.300 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pada tabel 4.2, dapat dilihat bahwa untuk variabel X1 (Penerapan standar akuntansi pemerintahan), dari 35 item pernyataan ada 30 item pernyataan dinyatakan Valid dan 5 item pernyataan dinyatakan Tidak Valid. Pada tabel 4.3, dapat dilihat bahwa untuk variabel X2 (Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah), dari 27 item pernyataan ada 23 item pernyataan dinyatakan Valid dan 4 item pernyataan dinyatakan Tidak Valid. Pada tabel 4.4, dapat dilihat bahwa untuk variabel Y (Kualitas laporan keuangan daerah), dari 12 item pernyataan ada 11 item pernyataan dinyatakan Valid dan 1 item pernyataan dinyatakan Tidak Valid. Selanjutnya item yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan tidak dipakai.

(12)

4.1.3.2 Uji Reliabilitas Variabel X1, X2 dan Y

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan uji statistik

Cronbach Alpha (

α

). Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60. Hasil perhitungan uji reliabilitas pada variabel X

(Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) dengan menggunakan SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel:

Tabel 4.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan)

Cronbach's Alpha N of Items

.973 30

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.8

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2

(Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah)

Cronbach's Alpha N of Items

.982 23

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan

nilai Cronbach Alpha, yaitu 0,973 > 0,60, dan 0,982 > 0,60 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa 30 pernyataan valid yang diajukan dalam kuesioner untuk variabel X1 (Penerapan standar akuntansi pemerintahan) dan 23 pernyataan valid yang diajukan dalam kuesioner untuk variabel X2 (Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah) adalah reliabel.

(13)

Sedangkan perhitungan uji reliabilitas untuk variabel Y (Kualitas laporan keuangan daerah) dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.9

Hasil Uji ReliabilitasVariabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah)

Cronbach's Alpha N of Items

.923 11

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.7, rhitung lebih besar dibandingkan dengan nilai Cronbach Alpha, yaitu 0,923 > 0,60, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

11 pernyataan valid yang diajukan dalam kuesioner untuk variabel Y (Kualitas laporan keuangan daerah) adalah reliabel.

4.1.4 Deskripsi Data Variabel X1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan)

Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari indikator-indikator variabel X1 berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian dan perhitungannya yang dijelaskan pada sub bab 3.2.5 teknik analisis data pada Bab III. Data kuesioner variabel X1 yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 10 responden tentang “Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan” yang terdiri dari 12 dimensi. Dimensi dan indikator diambil dari 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang terkandung dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dari dimensi dan indikator tersebut dijabarkan ke dalam 35 pernyataan yang ada di dalam kuesioner variabel X1.

(14)

4.1.4.1Deskripsi Data Variabel X1 Per Indikator

Berikut ini disajikan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diuraikan per-indikator :

1. PSAP No. 01 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Tabel 4.10

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 01 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 1 Komponen laporan keuangan 5 3 2 0 0 43 Sangat Efektif 2 Identifikasi laporan keuangan 3 6 1 0 0 42 Sangat Efektif 3 Periode pelaporan 5 4 1 0 0 44 Sangat Efektif

TOTAL 129

Rata-rata 43 Sangat Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel tersebut untuk indikator komponen laporan keuangan sebagian besar pemerintah daerah telah menyajkan akun-akun ke dalam tujuh komponen laporan keuangan, hal ini mengindikasikan mayoritas pemerintah daerah telah memahami fungsi dan tujuan penyajian akun-akun ke dalam komponen laporan keuangan, meskipun demikian ternyata ada dua pemerintah daerah yang belum sepenuhnya menyajikan akun-akun pada seluruh komponen laporan keuangan yang terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Laporan perubahan saldo anggaran lebih, Neraca, Laporan operasional, Laporan arus kas, Laporan perubahan ekuitas, Catatan atas laporan keuangan berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentan SAP berbasis akrual.

Pelaksanaan identifikasi laporan keuangan sebagian besar telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah namun ternyata ada satu pemerintah daerah yang kadang-kadang mengidentifikasi dan membedakan laporan keuangan dengan

(15)

jelas, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah tersebut belum sepenuhnya mengidentifikasi dan membedakan secara jelas laporan keuangan dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama. Kemudian untuk indikator periode pelaporan sebagian besar pemerintah daerah telah dengan baik menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, namun demikian terdapat satu pemerintah daerah yang ternyata masih kadang-kadang mampu menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

2. PSAP No. 02 Tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas Tabel 4.11

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 02 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

4 Basis kas 5 3 1 1 0 42 Sangat Efektif

5 Periode pelaporan 2 6 2 0 0 40 Efektif 6 Isi laporan realisasi

anggaran

3 4 3 0 0 40 Efektif

TOTAL 122

Rata-rata 40,66 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas skor item yang dipeoleh indikator periode pelaporan dan indikator isi laporan realisasi anggaran berada di bawah rata-rata. Pada indikator periode pelaporan enam pemerintah daerah sebagian besar telah menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, namun demikian tenyata terdapat dua pemerintah daerah yang masih belum tepat waktu menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Sedangkan pada indikator isi laporan realisasi anggaran terdapat tiga pemerintah daerah yang belum sepenuhnya menyajikan isi laporan realisasi anggaran yang terdiri dari Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, Surplus/defisit-LRA, Penerimaan

(16)

pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan, Pembiayaan neto, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA).

3. PSAP No. 03 Tentang Laporan Arus Kas Tabel 4.12

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 03 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

7 Aktivitas operasi kas masuk

2 6 1 1 0 39 Efektif

8 Aktivitas operasi kas keluar

3 3 4 0 0 39 Efektif

10 Aktivitas investasi kas keluar 1 7 2 0 0 39 Efektif 11 Aktivitas pendanaan kas masuk 2 3 3 2 0 35 Efektif 12 Aktivitas pendanaan kas keluar 1 3 5 1 0 34 Efektif

13 Aktivitas transitoris kas masuk

6 4 0 0 0 46 Sangat

Efektif

14 Aktivitas transitoris kas keluar

4 2 4 0 0 40 Sangat

Efektif

TOTAL 272

Rata-rata 38,85 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas skor item yang diperoleh indikator aktivitas pendanaan kas masuk dan indikator aktivitas pendanaan kas keluar berada di bawah rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa pada indikator aktivitas pendanaan kas masuk pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan laporan arus kas masuk dari aktivitas pendanaan yang terdiri dari : Penerimaan utang luar negeri, Penerimaan dari utang obligasi, Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah, Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara. Begitu juga pada skor item yang diperoleh indikator aktivitas pendanaan kas keluar mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan

(17)

laporan arus kas keluar dari aktivitas pendanaan yang terdiri dari : Pembayaran pokok utang luar negeri, Pembayaran pokok utang obligasi, Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah, Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara belum sepenuhnya diterapkan dengan baik.

4. PSAP No. 04 Tentang Catatan Atas Laporan Keuangan Tabel 4.13

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 04 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

15 Susunan catatan atas laporan keuangan

2 6 1 1 0 39 Efektif

TOTAL 39

Rata-rata 39 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tanggapan responden pada tabel di atas sebagian besar pemerintah daerah telah menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan baik yang meliputi : kebijakan fiskal, ekonomi makro, pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan, namun demikian terdapat dua pemerintah daerah yang masih belum sepenuhnya menerapkan atau menyajikan kelima komponen yang terdapat dalam PSAP No. 4 tentang catatan laporan keuangan tersebut.

5. PSAP No. 05 Tentang Akuntansi Persediaan Tabel 4.14

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 05 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

17 Pengukuran persediaan 1 7 1 1 0 38 Efektif

TOTAL 38

Rata-rata 38 Efektif

(18)

Berdasarkan tabel di atas tanggapan responden terhadap pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP) No.05 menggambarkan bahwa PSAP No. 05 tentang akuntansi persediaan sebagian besar telah diterapkan oleh tujuh pemerintah daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah telah mampu mencatat dan mengukur persediaan berdasarkan biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, akan tetapi terdapat dua pemerintah daerah yang belum mampu mencatat dan mengukur persediaan berdasarkan biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian dengan efektif.

6. PSAP No. 06 Tentang Akuntansi Investasi Tabel 4.15

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 06 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

18 Klasifikasi investasi 3 4 3 0 0 40 Efektif 19 Pengakuan investasi 4 6 0 0 0 44 Sangat Efektif

TOTAL 84

Rata-rata 42 Sangat

Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas skor item yang dipeoleh indikator klasifikasi investasi menunjukkan berada di bawah rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah masih belum sepenuhnya mampu dengan baik dalam mengklasifikasikan investasi pemerintah ke dalam investasi jangka pendek yang merupakan kelompok aset lancar, dan membagi investasi jangka panjang. menurut sifat penanaman investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.

(19)

7. PSAP No. 07 Tentang Akuntansi Aset Tetap Tabel 4.16

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 07 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

21 Klasifikasi aset tetap 2 5 2 1 0 38 Efektif 22 Pengakuan aset tetap 1 3 6 0 0 35 Efektif 23 Pengukuran aset tetap 2 6 1 1 0 39 Efektif

TOTAL 112

Rata-rata 37,33 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator pengakuan aset. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum mampu sepenuhnya mengakui aset tetap pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Karena untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut : (a) Berwujud; (b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; (d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan (e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

8. PSAP No. 08 Tentang Akuntansi Kontruksi Dalam Pengerjaan Tabel 4.17

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 08 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 24 Pengakuan kontruksi dalam pengerjaan 5 3 2 0 0 43 Sangat Efektif 25 Pengukuran kontruksi dalam pengerjaan 2 6 1 1 0 39 Efektif TOTAL 82 Rata-rata 41 Efektif

(20)

Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator pengukuran kontruksi dalam pengerjaan hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mencatat konstruksi dalam pengerjaan dengan biaya perolehan.

9. PSAP No. 09 Tentang Akuntansi Kewajiban Tabel 4.18

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 09 No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

26 Klasifikasi kewajiban 2 6 2 0 0 40 Efektif 28 Pengukuran kewajiban 3 6 1 0 0 42 Sangat Efektif

TOTAL 82

Rata-rata 41 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator klasifikasi kewajiban. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mampu mengklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

10. PSAP No. 10 Tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan

Tabel 4.19

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 10

No. Pernyataan Frekuensi

Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

29 Koreksi kesalahan 4 5 1 0 0 43 Sangat Efektif 30 Perubahan kebijakan 5 2 3 0 0 42 Sangat Efektif

(21)

akuntansi

32 Operasi yang tidak dilanjutkan

4 3 3 0 0 41 Efektif

TOTAL 126

Rata-rata 42 Sangat Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator operasi yang tidak dilanjutkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mampu mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan mengenai informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan.

11. PSAP No. 11 Tentang Laporan Keuangan Konsolidasian Tabel 4.20

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 11

No. Pernyataan Frekuensi

Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 33 Penyajian laporan keuangan konsolidasian 2 6 1 1 0 39 Efektif TOTAL 39 Rata-rata 39 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel tanggapan responden di atas sebagian besar pemerintah daerah telah menyajikan laporan keuangan konsolidasian, namun terdapat dua pemerintah daerah yang dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian belum sepenuhnya memasukkan semua komponen laporan keuangan konsolidasian yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

(22)

12. PSAP No. 12 Tentang Laporan Operasional Tabel 4.21

Tanggapan Responden Tentang PSAP No. 12

No. Pernyataan Frekuensi

Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

34 Periode pelaporan operasional

4 4 2 0 0 42 Sangat

Efektif 35 Struktur dan isi laporan

operasional

0 5 3 2 0 33 Cukup

Efektif

TOTAL 75

Rata-rata 37,5 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator struktur dan isi laporan operasional. Hal ini mengindikasikan bahwa laporan operasional yang terdiri dari : Pendapatan-LO, Beban, Surplus/defisit dari operasi, Surplus/defisit dari kegiatan non operasional, Surplus/defisit sebelum pos luar biasa, Pos luar biasa, Surplus/defisit-LO belum semua komponen-komponen tersebut disajikan dengan baik.

4.1.4.2Deskripsi Data Variabel X1 (Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan) Secara Keseluruhan

Tabel 4.22

Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel X1 No. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Rata-Rata

1 PSAP No.01 Penyajian Laporan Keuangan 43 2 PSAP No.02 Laporan Realisasi Anggaran

Berbasis Kas

40,66

3 PSAP No.03 Laporan Arus Kas 39,75

4 PSAP No.04 Catatan Atas Laporan Keuangan 39

5 PSAP No.05 Akuntansi Persediaan 38

6 PSAP No.06 Akuntansi Investasi 42

7 PSAP No.07 Akuntansi Aset Tetap 37,33

8 PSAP No.08 Akuntansi Kontruksi Dalam Pengerjaan

41

(23)

10 PSAP No.10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan

42

11 PSAP No. 11 Laporan Keuangan Konsolidasian 39

12 PSAP No.12 Laporan Operasional 37,50

Jumlah 480,24

Rata-Rata 40,02

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan perhitungan rekapitulasi rata-rata jawaban untuk variabel X1 yaitu penerapan standar akuntansi pemerintahan, total skor yang diperoleh adalah 480,24 dengan rata-rata 40,02 dari 12 (dua belas) dimensi pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP). Berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian total skor 40,02 berada pada kategori efektif, sehingga hal ini menunjukkan bahwa penerapan 12 (duabelas) pernyataan standar akuntansi pemerintahan pada pemerintahan Kabupaten Kota wilayah Priangan Jawa Barat sudah diterapkan dengan baik atau efektif pada proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Dari 12 (duabelas) PSAP terlihat bahwa total skor tertinggi terdapat pada PSAP No.01 tentang penyajian laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah telah memahami dan menerapkan dengan baik indikator-indikator yang terdapat dalam PSAP No. 01, sehingga hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu mengidentifikasi dan membedakan secara jelas laporan keuangan dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang sama, menyajikan tujuh komponen laporan keuangan dan menyajikan laporan keuangan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Namun total skor yang paling terendah dari 12 PSAP dan berada di bawah rata-rata terdapat pada PSAP No. 07 akuntansi aset tetap yaitu sebesar 37,33. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat untuk PSAP No. 07 tentang akuntansi aset tetap belum sepenuhnya dapat dipahami dan

(24)

diimplementasikan dengan baik oleh aparatur pemerintah daerah, terutama hal pengakuan, penilaian, dan penyajian aset tetap yaitu mengakui aset tetap pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal dan menilai aset tetap berdasarkan harga perolehan dan mencantumkan dalam neraca setelah ada bukti kepemilikan aset tersebut.

4.1.5 Deskripsi Data Variabel X2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah)

Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari indikator-indikator variabel X2 berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian dan perhitungannya yang dijelaskan pada sub bab 3.2.5 teknik analisis data pada Bab III. Data kuesioner variabel X2 yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 10 (sepuluh) responden tentang “Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah” yang terdiri dari lima indikator. Indikator diambil dari Prosedur akuntansi keuangan daerah yang terdapat dalam Permendagri No. 59 Tahun 2007. Kelima indikator tersebut terdiri dari :

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas 2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas 3. Prosedur Akuntansi Aset

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas 5. Penyajian Laporan Keuangan

Dari lima indikator tersebut dijabarkan ke dalam 27 (dua puluh tujuh) pernyataan yang ada di dalam kuesioner variabel X2.

(25)

4.1.5.1 Deskripsi Data Variabel X2 Per Indikator

Berikut ini disajikan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diuraikan per-indikator :

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas Tabel 4.23

Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

No. Pernyataan Frekuensi

Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 1 Dilaksanakan oleh fungsi akuntansi SKPKD 6 3 1 0 0 45 Sangat Efektif 2 Menggunakan bukti transaksi : surat ketetapan pajak daerah (SKP-daerah), STS dll.

5 3 1 1 0 42 Sangat Efektif

3 Disertai dengan bukti transfer

6 3 0 1 0 44 Sangat Efektif 4 Disertai dengan nota

kredit bank

4 5 1 0 0 43 Sangat Efektif

5 Pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas

5 4 1 0 0 43 Sangat Efektif 6 Dicatat dalam buku

besar kas

5 3 0 2 0 41 Efektif

7 Dicatat dalam buku besar pembantu

6 3 1 0 0 45 Sangat Efektif

TOTAL 303

Rata-rata 43,28 Sangat Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh indikator prosedur akuntansi penerimaan kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Namun total skor indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator dicatat dalam buku besar kas, hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku besar kas rekening berkenaan belum dilakukan dengan sepenuhnya dengan baik.

(26)

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Tabel 4.24

Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

No. Pernyataan Frekuensi

Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

9 Bukti transaksi berupa SP2D

4 5 0 1 0 42 Sangat Efektif 10 Disertai dengan bukti

transfer

4 5 0 1 0 42 Sangat Efektif 12 Pencatatan ke dalam

jurnal pengeluaran kas

4 5 0 1 0 42 Sangat Efektif 13 Dicatat dalam buku

besar kas

7 2 1 0 0 46 Sangat Efektif 14 Dicatat dalam buku

besar pembantu

6 3 1 0 0 45 Sangat Efektif

TOTAL 217

Rata-rata 43,4 Sangat Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal pengeluaran kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting kedalam buku besar rekening berkenaan. Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator Bukti transaksi berupa SP2D, Disertai dengan bukti transfer, dan Pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menggunakan bukti transaksi SP2D dalam melakukan pencairan dana, menggunakan bukti transaksi SP2D dalam melakukan pencairan dana, dan melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas berkenaan.

(27)

3. Prosedur Akuntansi Aset

Tabel 4.25

Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Aset No. Item Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 15 Dilaksanakan oleh fungsi akuntansi SKPKD 5 3 1 1 0 42 Sangat Efektif

16 Bukti transaksi 3 5 2 0 0 41 Efektif 18 Pencatatan ke dalam

jurnal

4 4 1 1 0 41 Efektif

19 Dicatat dalam buku besar selain kas

6 2 2 0 0 44 Sangat Efektif 20 Dicatat dalam buku

besar pembantu

3 5 1 1 0 40 Efektif

TOTAL 208

Rata-rata 41,6 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi membuat bukti memorial. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan.

Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator dicatat dalam buku besar pembantu, Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menggolongkan transaksi-transaksi aktiva tetap menurut rincian yang dianggap perlu dicatat dalam buku besar pembantu.

(28)

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Tabel 4.26

Tanggapan Responden Tentang Prosedur Akuntansi Selain Kas No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

22 Bukti memorial 4 4 2 0 0 42 Sangat Efektif 23 Koreksi kesalahan pembukuan 7 1 1 1 0 44 Sangat Efektif 24 Penyesuaian terhadap akun tertentu 3 6 1 0 0 42 Sangat Efektif 25 Reklasifikasi belanja modal 3 4 2 1 0 39 Efektif 26 Reklasifikasi akibat koreksi 2 6 1 1 0 39 Efektif TOTAL 206 Rata-rata 41,2 Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi membuat bukti memorial. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan

Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator Reklasifikasi belanja modal dan Reklasifikasi akibat koreks, Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya melaksanakan reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap dan melaksanakan reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan di kemudian hari.

(29)

5. Penyajian Laporan Keuangan

Tabel 4.27

Tanggapan Responden Tentang Penyajian Laporan Keuangan No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

27 Laporan keuangan terdiri dari : LRA, neraca, CALK, Laporan arus kas

5 3 2 0 0 43 Sangat

Efektif

TOTAL 43

Rata-rata 43 Sangat

Efektif

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tujuh dari indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagian besar sudah diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pemerintah daerah telah menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari : LRA, neraca, CALK, Laporan arus kas. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah memahami tujuan penyajian laporan keuangan yaitu: Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang diisyaratkan. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.

Namun demikian masih terdapat dua pemerintah daerah yang kadang-kadang menerapkan, yang artinya bahwa komponen laporan keuangan yang terdiri dari : LRA, neraca, CALK, Laporan arus kas belum sepenuhnya disajikan dengan baik oleh pemerintah daerah tersebut.

(30)

4.1.5.2Deskripsi Data Variabel X2 (Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ) Secara Keseluruhan

Tabel 4.28

Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel X2 No. Penerapan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah Rata-Rata Kategori 1 Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas 43,28 Sangat Efektif 2 Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas 43,4 Sangat Efektif

3 Prosedur Akuntansi Aset 41,6 Efektif

4 Prosedur Akuntansi Selain Kas

41,2 Efektif

5 Penyajian Laporan Keuangan 43 Sangat Efektif

Jumlah 212,48

Rata-Rata 42,49 Sangat Efektif

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan perhitungan rekapitulasi rata-rata jawaban untuk variabel X2 yaitu penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, total skor yang diperoleh adalah 212,48 dengan rata-rata 42,49 dari lima dimensi penerapan sistem akuntansi keuangan daerah Berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian total skor 42,49 berada pada sangat kategori efektif, sehingga hal ini menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan telah diimplementasikan dengan baik oleh pemerintah daerah wilayah Priangan Jawa Barat. Skor tertinggi terdapat pada indikator prosedur akuntansi pengeluaran kas, hal ini mengindikasikan bahwa Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. Berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal pengeluaran kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting kedalam buku besar rekening berkenaan.

(31)

Namun demikian, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah pada indikator prosedur akuntansi aset dan prosedur akuntansi selain kas mendapat total skor di bawah rata-rata. Hal ini mengindkasikan bahwa pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat belum sepenuhnya mampu menggolongkan semua transaksi aktiva tetap dalam buku besar aktiva tetap dan melaksanakan reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap serta Melaksanakan reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan di kemudian hari.

4.1.6 Deskripsi Data Variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari indikator-indikator variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian dan perhitungannya yang dijelaskan pada subbab 3.2.5 teknik analisis data pada Bab III. Data kuesioner variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sepuluh responden tentang “Kualitas Laporan Keuangan Daerah” yang terdiri dari empat indikator dengan duabelas pernyataan. Indikator diambil dari karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dari empat indikator tersebut dijabarkan ke dalam duabelas pernyataan yang ada di dalam kuesioner variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah). Dan berikut di bawah ini deskripsi data variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah).

(32)

4.1.6.1Deskripsi Data Variabel Y Per Indikator

Berikut ini disajikan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diuraikan per-indikator :

1. Relevan

Tabel 4.29

Tanggapan Responden Tentang Relevan No. Item Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

1 Digunakan sebagai alat evaluasi dan koreksi

3 7 0 0 0 43 Sangat berkualitas 2 Digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya 1 7 2 0 0 39 Berkualitas 3 Disampaikan tepat waktu 2 8 0 0 0 42 Sangat berkualitas 4 Dijadikan sebagai dasar

pengambilan keputusan

0 7 2 1 0 36 Berkualitas

TOTAL 200

Rata-rata 40 Berkualitas

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa empat indikator relevan pada kualitas laporan keuangan daerah sebagian besar sudah dimiki oleh pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan koreksi dan disampaikan tepat waktu.

Namun indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi akuntansi keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

(33)

2. Andal

Tabel 4.30

Tanggapan Responden Tentang Andal No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1

5 Disajikan secara jujur dan wajar

3 4 3 0 0 37 Berkualitas 7 Dapat diverifikasi oleh

pihak yang berbeda

3 5 1 1 0 40 Berkualitas 8 Disajikan untuk

kebutuhan umum dan tidak berpihak kepada pihak tertentu

4 4 2 0 0 42 Sangat

Berkualitas

TOTAL 119

Rata-rata 39,66 Berkualitas

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tiga indikator andal pada kualitas laporan keuangan daerah sebagian besar sudah dimiki oleh laporan keuangan pemerintah daerah wilayah Priangan Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan yang yang disajikan pemerintah daerah dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda. Dan Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

Berdasarkan tabel di atas total skor item yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator disajikan secara jujur dan wajar. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan laporan keuangan secara jujur dan wajar. Artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah belum sepenuhnya memberikan Informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

(34)

3. Dapat Dibandingkan

Tabel 4.31

Tanggapan Responden Tentang Dapat Dibandingkan No

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 9 Laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 7 1 1 1 0 44 Sangat Berkualitas 10 Konsistensi laporan antar periode 3 4 2 1 0 39 Berkualitas TOTAL 83 Rata-rata 41,5 Berkualitas

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah wilayah Priangan Jawa Barat dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian indikator yang berada di bawah rata-rata terdapat pada indikator konsistensi laporan antar periode. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menyajikan dan mengklasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan antar periode secara konsisten

4. Dapat Dipahami

Tabel 4.32

Tanggapan Responden Tentang Dapat Dipahami No.

Item

Pernyataan Frekuensi Jawaban

Skor Item Kategori 5 4 3 2 1 11 Penyajian laporan keuangan 4 5 1 0 0 43 Sangat Berkualitas 12 Atribut laporan keuangan 4 5 1 0 0 43 Sangat Berkualitas TOTAL 86 Rata-rata 43 Sangat Berkualitas

(35)

Berdasarkan tanggapan responden pada tabel 4.32 tanggapan responden tentang dapat dipahami, sebagian besar terlihat bahwa laporan keuangan yang dihasilkan disajikan dengan bentuk istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram ataupun grafik hasil kinerja pemerintah yang mudah dipahami, hal ini ditunjukkan dengan pernyataan dapat dipahami dan atribut laporan keuangan yang menghasilkan skor 43 dan masuk dalam kategori sangat sangat berkualitas. Namun demikian masih terdapat satu pemerintah daerah yang masih kadang-kadang bisa menyajikan laporan keuangan dengan bentuk istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

4.1.6.2Deskripsi Data Variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan Daerah) Secara Keseluruhan

Tabel 4.33

Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel Y No. Kualitas Laporan

Keuangan Daerah

Rata-Rata Kategori

1 Relevan 40 Berkualitas

2 Andal 39,66 Berkualitas

3 Dapat dibandingkan 41,5 Berkualitas

4 Dapat dipahami 43 Sangat Berkualitas

Jumlah 164,16

Rata-Rata 41,04 Berkualitas

Sumber :Data primer diolah

Berdasarkan perhitungan rekapitulasi rata-rata jawaban untuk variabel Y yaitu kualitas laporan keuangan daerah, total skor yang diperoleh adalah 164,16 dengan rata-rata 41,04 dari empat dimensi kualitas laporan keuangan daerah. Berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian total skor 41,04 berada pada kategori berkualitas. Skor tertinggi terdapat pada indikator dapat dipahami, hal ini

(36)

mengindikasikan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Namun demikian skor terendah terdapat pada indikator andal. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah di wilayah Priangan Jawa Barat belum sepenuhnya mampu menyajikan laporan keuangan yang andal yang memenuhi kriteria penyajian jujur, dapat diverifikasi, dan netralitas. Yaitu dalam hal menyajikan laporan keuangan secara jujur dan wajar, Menguji informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, Menunjukan kesimpulan yang sama apabila diuji dan diverifikasi lebih dari satu kali oleh pihak yang berbeda, Menyajikan setiap informasi dalam laporan keuagan yang ditujukan untuk kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak pihak tertentu.

4.1.7 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 4.1.7.1Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 16,0. Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan daerah dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah, terlebih dahulu menganalisis pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

Sehingga dalam pengujian dilakukan dua tahap pengujian, yaitu tahap pertama pengujian pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2), tahap kedua

(37)

pengujian pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Berikut dilakukan analisis korelasi dan regresi variabel-variabel penelitian, yang hasilnya ialah sebagai berikut :

1. Analisis Jalur Sub Struktur 1

Persamaan analisis jalur sub struktur 1 dinyatakan oleh : X2 = ρx2x1X1 + e1.

Diagram jalur untuk model sub struktur 1 adalah sebagai berikut :

ρx2x1

e1

Gambar 4.1

Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 1

Gambar 4.1 di atas menjelaskan hubungan kausal antara penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yang ditunjukkan dengan koefisien jalur antara variabel X1 (penerapan standar akuntansi pemerintahan) dan variabel X2 (penerapan sistem akuntansi keuangan daerah).

X1

(Penerapan Standar Akuntansi Pemerintaan)

X2

(Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah)

(38)

a. Koefisien Korelasi Antara Variabel X1 dengan X2

Berdasarkan hasil analisis, diketahui koefisien korelasi antar variabel-variabel independen (X1) dengan variabel-variabel dependen (X2) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.34

Hasil Uji Korelasi Antar Variabel X1 Terhadap X2

Correlations

Penerapan SAP

Penerapan SAKD

Penerapan SAP Pearson Correlation 1 .918**

Sig. (2-tailed) .000

N 10 10

Penerapan SAKD Pearson Correlation .918** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 10 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Hasil pengolahan data

Tabel 4.35

Matriks Korelasi Antar Variabel X1 Dengan Variabel X2

X1 X2

X1 1,000 0,918

X2 0,918 1,000

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 16,0

Dari tabel 4.37 menunjukkan hubungan variabel X1 dengan variabel X2. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hubungan variabel X1 dengan variabel X2 yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,918. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara penerapan standar akuntansi pemerintahan dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

(39)

b. Koefisien Jalur Variabel X1 Terhadap Variabel X2 Tabel 4.36

Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Antar Variabel X1 dengan X2

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.709 8.813 .648 .535 Penerapan SAP .767 .117 .918 6.568 .000

a. Dependent Variable: Penerapan SAKD Sumber : Hasil pengolahan data

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien jalur X1 terhadap X2 sebesar ρx2x1 = 0,918. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana di atas, dapat diketahui bahwa nilai konstanta (a) adalah sebesar 5,709 dan nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,767. Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka dapat dibuat model regresi linear sederhana dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + bX

Y = 5,709 +0,767X

Dimana :

Y = Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

a = 5,709 (Nilai peningkatan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah jika tidak ada penerapan standar akuntansi pemerintahan)

b = 0,767 (Jumlah penerapan sistem akuntansi keuangan daerah untuk setiap peningkatan penerapan standar akuntansi pemerintahan)

Berdasarkan koefisien regresi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berbanding lurus (positif). Nilai koefisien regresi

(40)

adalah 0,767, artinya apabila rata-rata skor penerapan standar akuntansi pemerintahan meningkat satu satuan, maka rata-rata skor penerapan sistem akuntansi keuangan daerah naik sebesar 0,767. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik penerapan standar akuntansi pemerintahan maka akan semakin baik pula penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

2. Analisis Jalur Sub Struktur II

Persamaan analisis jalur sub struktur 2 dinyatakan oleh : Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + e2

Diagram jalur untuk model sub struktur 2 adalah sebagai berikut : Keterangan :

X1 = Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan X2 = Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Y = Kualitas Laporan Keuangan Daerah

e2 = Faktor Residual

ρyx1

e2

ρyx2

Gambar 4.2

Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 2 X1

(Penerapan Standar Akuntansi Pemerintaan)

X2

(Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah)

Y

(Kualitas Laporan Keuangan Daerah)

(41)

a. Koefisien Korelasi Variabel X1 dengan Y dan Variabel X2 dengan Y Berdasarkan hasil analisis, diketahui koefisien korelasi antar variabel-variabel independen (X1) dengan variabel-variabel dependen (X2) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.37 Hasil Uji Korelasi Variabel X1 dan X2 Terhadap Y

Correlations

Penerapan SAP Penerapan SAKD

Kualitas Laporan Keuangan

Daerah

Penerapan SAP Pearson

Correlation 1 .918

**

.972**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 10 10 10

Penerapan SAKD Pearson

Correlation .918

**

1 .968**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 10 10 10

Kualitas Laporan Keuangan Daerah Pearson Correlation .972 ** .968** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 10 10 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

1. Variabel X1 dengan Y

Berdasarkan hasil analisis, diketahui koefisien korelasi variabel independent (X1) dengan variabel dependent (Y) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.38

Matriks Korelasi Antar Variabel X1 Dengan Variabel Y

X1 Y

X1 1,000 0,972

Y 0,972 1,000

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 16,0

Dari tabel 4.40 menunjukkan hubungan variabel X1 dengan variabel Y. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hubungan variabel X1 dengan variabel Y yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,972. Hal ini

(42)

menunjukkan hubungan yang kuat antara Penerapan standar akuntansi pemerintahan dengan Kualitas laporan keuangan daerah.

2. Variabel X2 dengan Y

Berdasarkan hasil analisis, diketahui koefisien korelasi variabel independent (X2) dengan variabel dependent (Y) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.41

Matriks Korelasi Antar Variabel X2 Dengan Variabel Y

X2 Y

X2 1,000 0,968

Y 0,968 1,000

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS 16,0

Dari tabel 4.11 menunjukkan hubungan variabel X2 dengan variabel Y. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hubungan variabel X2 dengan variabel Y yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,968. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dengan Kualitas laporan keuangan daerah.

b. Koefisien Jalur Variabel X1 Terhadap Y dan Variabel X2 Terhadap Y Tabel 4.39

Hasil Uji Regresi Antara Variabel X1 dan X2 Terhadap Y

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.184 1.448 -.127 .902 Penerapan SAP .188 .047 .525 3.972 .005 Penerapan SAKD .208 .057 .486 3.683 .008

a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan Daerah Sumber : Hasil pengolahan data

Dari hasil perhitungan data di atas, diperoleh koefisien jalur X1 terhadap Y sebesar ρyx1X1 = 0,525 dan koefisien jalur X2 terhadap Y sebesar ρyx2X2 = 0,486

(43)

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana di atas, dapat diketahui bahwa nilai konstanta (a) adalah sebesar -0,184 dan nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,188 dan nilai koefisien regresi (b2) sebesar 0,208

Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka dapat dibuat model regresi linear sederhana dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = -0,184 + 0,188 X1 + 0,208 X2 Dimana :

Y = Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

a = -0,184 (Nilai peningkatan kualitas laporan keuangan daerah jika tidak ada penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah )

b1 = 0,188 (Jumlah kualitas laporan keuangan daerah untuk setiap peningkatan penerapan standar akuntansi pemerintahan)

b2 = 0,208 (Jumlah kualitas laporan keuangan daerah untuk setiap peningkatan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah)

Berdasarkan koefisien regresi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah berbanding lurus (positif). Nilai koefisien regresi adalah 0,188, artinya apabila rata-rata skor penerapan standar akuntansi pemerintahan meningkat satu satuan, maka rata-rata skor kualitas laporan keuangan daerah naik sebesar 0,188. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik penerapan standar akuntansi pemerintahan maka akan semakin baik pula kualitas laporan keuangan daerah.

(44)

3. Uji Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Tabel 4.40

Pengaruh Langsung dan Tidal Langsung Pengaruh Antar Variabel Koefisien Jalur Pengaruh Total

Langsung Tidak Langsung Melalui X2 X1→X2 0,918 (ρx2x1)2 = (0,918)2 = 0,8427 - 84,27% X1→Y 0,525 (ρyx1)2 = (0,525)2 = 0,2756 (0,525)(0,486)(0,486) = 0,1240 39,96% X2→Y 0,486 (ρyx2)2 = (0,486)2 = 0,2361 - 23,61%

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 16,0

Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa kontribusi langsung penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) adalah sebesar 84,27%. Pengaruh langsung penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) terhadap kualitas laporan keuangan daerah (Y) adalah sebesar 27,56%, sedangkan pengaruh tidak langsung penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) terhadap kualitas laporan keuangan daerah (Y) melalui penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) adalah sebesar 12,40%. Sehingga pengaruh total penerapan standar akuntansi pemerintahan (X1) terhadap kualitas laporan keuangan daerah (Y) adalah sebesar 39,96%. Pengaruh langsung penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) terhadap kualitas laporan keuangan daerah (Y) adalah sebesar 23,61%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum penerapan standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan daerah.

(45)

4.1.7. 2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh positif dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun kriteria pengujian hipotesis berdasarkan perhitungan koefisien jalur (ρyx). Apabila nilai koefisien jalur (ρyx) memiliki nilai negatif atau ρyx < 0 maka artinya variabel yang diteliti tidak memiliki pengaruh yang positif, begitu sebaliknya Apabila nilai koefisien jalur (ρyx) memiliki nilai positif atau ρyx ≥ 0 maka artinya variabel yang diteliti memiliki pengaruh yang positif.

Berdasarkan perhitungan koefisien jalur maka pengujian hipotesis statistik dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Hipotesis berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh positif antara penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yaitu sebagai berikut :

a. H0 : ρx2x1 < 0 : Penerapan standar akuntansi pemerintahan tidak berpengaruh positif terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

b. Ha : ρx2x1 ≥ 0 : Penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

Berdasarkan tabel 4.44 hasil perhitungan koefisien jalur antara X1 (Penerapan standar akuntansi pemerintahan) terhadap X2 ( Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah) diperoleh ρx2x1 sebesar 0,918. Nilai koefisien jalur ρx2x1 memiliki nilai positif maka artinya variabel yang diteliti memiliki pengaruh yang positif sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “Penerapan

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang diperoleh sebanyak 94,9% (37 siswa) telah mempunyai persepsi bahwa setelah lulus SMK tetap bisa melanjutkan kuliah. Artinya dari responden ini mereka benar benar

Secara umum, kegiatan KPL di SMK Negeri 1 Blitar berjalan dengan baik, namun terdapat beberapa kendala yang dialami, salah satunya adalah mahasiswa kesulitan dalam memantau

permukiman dari sisi pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah akibat skala prioritas di sektor pembangunan lain. Keterbatasan pendapatan pemerintah Kabupaten Bengkulu

1. Fungsi artikulasi dan agregasi kepentingan. Fungsi penerapan aturan. Dari hal tersebut, bisa tergambarkan bahwa UNICEF merupakan organisasi internasional yang

Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Internal, dan Kompetensi Staf Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi

a) Kami berhak, dari waktu ke waktu, merevisi, memperbarui dan/atau menyunting Kebijakan Jaminan atau setiap syarat dan ketentuan lainnya yang berhubungan dengan setiap Layanan

Uji validitas sangat penting dilakukan, karena uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrument dalam penelitian ini sudah mengukur apa yang seharusnya

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan standar akuntansi pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, efektivitas sistem