• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ALOKASI DANA DESA DI WILAYAH DESA TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 RIO RETNA WIANTORO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI ALOKASI DANA DESA DI WILAYAH DESA TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 RIO RETNA WIANTORO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ALOKASI DANA DESA DI WILAYAH DESA TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

RIO RETNA WIANTORO

ABSTRACT

Implementation of Tembeling Village Fund Allocation in the future must be plan before and direct well. As a logical consequence of the authority and demand of the implementation of village autonomy is the availibility of sufficient fund. Thus the implementation of village autonomy must be run well and evenly in accordance with the planning carefully. To avoid the imbalance of village funding allocations for each village, the calculation of village funding allocations will be shared equally by among population, area and geographical condition. However, in the implementation of the allocation of funds in the field, there are some problems that become obstacles in the implementation such as: planning, village apparatus, the community, and environmental condition of the Tembeling village.

The purpose of this research is to understand the implementation of Tembeling village fund allocation in 2015. Winarno (2008: 144) implementation is widely seen as has meaning in the implementation of law where various actors, organizations, procedures and techniques work together to implement policies in order to achieve the policy objectives. In this research the related informants are: Village head, Village secretary, Village exchequer, head of Planning, head of development, BPD, Hamlet chief 1, hamlet chief 2, and Tembeling village community. Data analysis technique use in this research is qualaitative descriptive analysis technique.

Based on the result of this research in the field that can be analyze that implementation of allocation of Tembeling fund village in 2015 has been directed well and referring to the applicable legislation. However, in the planning stage not all the planning can be apply in the field accordance with the wishes of the community. In addition, the level of participation in community empowerment is still less active.

(2)

ABSTRAK

Pelaksanaan Implementasi Alokasi Dana Desa Tembeling kedepannya harus terencana dan terarah dengan baik. Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Dengan demikian pelaksanaan otonomi desa wajib dijalankan dengan baik dan merata sesuai dengan perencanaan yang matang. Untuk menghindari ketimpangan alokasi dana desa setiap desa, perhitungan alokasi dana desa akan dibagikan merata berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan kondisi geografis. Namun dalam implementasi alokasi dana desa tembeling dilapangan terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan dianataranya yaitu : perencanaan, aparatur desa, masyarakat, dan, kondisi lingkungan desa tembeling.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Alokasi Dana Desa Tembeling pada tahun 2015. Apakah sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Winarno (2008:144) implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan. Dalam penelitian ini informan yang terkait yaitu : Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kaur Perencanaan, Kaur Pembangunan, BPD (1 informan), Kepala Dusun I, Kepala dusun II, serta masyarakat desa tembeling (2 informan). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan maka dapat di analisa bahwa Implementasi Alokasi Dana Desa Tembeling pada tahun 2015 dalam pelaksanaannya sudah terarah dengan baik dan mengacu pada peraturan perundang-undang yang berlaku. Namun dalam pelaksanaannya pada tahap perencanaan apa yang direncanakan tidak semua dapat diaplikasikan dilapangan sesuai dengan keinginan masyarakat. Selain itu tingkat partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan kegiatan pemberdayaan masyarakat masih kurang aktif.

Kata Kunci : Alokasi Dana Desa, Implementasi, Pemerintahan Desa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

(3)

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemahaman Desa di atas menempatkan Desa sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya. desa berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014, diberikan kewenangan yang mencakup:

1. kewenangan berdasarkan hak asal usul 2. kewenangan lokal berskala Desa

3. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota, dan

4. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Dengan demikian, pelaksanaan otonomi desa wajib dijalankan dengan baik dan merata sesuai dengan perencanaan yang matang. Wasistiono (2007:107) menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa autonomy indentik dengan auto money, maka untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya.

Untuk menghindari ketimpangan Alokasi Dana Desa untuk setiap kab/kota dan setiap desa, penghitungan alokasi dana desa akan dilakukan berdasarkan alokasi yang dibagi secara merata, dengan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kondisi geografis. Namun dalam implementasi dan realita di lapangan, ditemui berbagai masalah dan kekurangan yang menghambat terlaksananya post alokasi dana yang tepat sasaran. Masalah yang mungkin terjadi adalah perencanaan yang buruk, pengelolaan dana

(4)

yang tidak sesuai, tidak tepat sasaran, kurangnya pengetahuan dan keterbatasan sumberdaya manusia, serta keterbatasan sarana prasarana.

Permasalahan-permasalahan alokasi dana desa tersebut juga terjadi pada Desa Tembeling. Desa Tembeling sebagai bagian dari Kecamatan Teluk Bintan memiliki alokasi dana desa yang didapatkan dari Pemerintah Kabupaten Bintan. Dalam perjalanan sistem pengelolaan desanya terdapat beberapa masalah pengimplementasian alokasi dana desa sehingga dapat menjadi kendala bagi pembangunan desa.

Dengan demikian perlu dilakukan analisis kajian mengenai sejauh mana pelaksanaan alokasi dana desa yang dimanfaatkan oleh desa Tembeling sebagai percepatan pembangunan desa, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji penelitian mengenai Implementasi Alokasi Dana Desa Di Wilayah Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Bagaimana Implementasi Alokasi Dana Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau pada Tahun 2015 ?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan dari rumusan diatas maka penulis menentukan tujuan penelitian yang diambil ialah untuk mengetahui implementasi dana Desa Tembeling untuk pembangunan desa sebagai langkah untuk kemajuan desa. 2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

Dapat memberikan stimulus kepada mahasiswa dan akademisi untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan terkait pada masa yang akan datang sehingga diperoleh gambaran data secara jelas.

(5)

Menyediakan informasi terkini mengenai kondisi pengalokasian dana desa dan menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan dan evaluasi rencana pembangunan desa.

D. Konsep Operasional

Untuk lebih terarahnya penelitian yang dilaksanakan di lapangan maka peneliti perlu teori yang dapat membantu dalam proses penelitian agar sesuai dengan yang diharapkan. implementasi secara sederhana diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Implementasi kebijakan publik adalah suatu tindakan pejabat pemerintah atau lembaga pemerintah dalam menyediakan sarana untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan sehingga program tersebut dapat mencapai tujuannya. Bahwa dalam pelaksanaannya Proses implementasi sekurang kurangnya terdapat 3 unsur penting dan mutlak, seperti yang di kemukakan oleh Adi, Tarwiyah ( 2005 : 11 ) yaitu :

1. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan

2. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan ataupun peningkatan

3. Unsur pelaksana ( implementor ) baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses implementasi tersebut

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah bersifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Sugiyono (2008 : 6) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan tanpa membuat perbandingan atau hubungan dengan variabel lain, tetapi penelitian untuk mendekripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.

(6)

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tembeling yang secara administratif yang merupakan salah satu wilayah dari kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, provinsi Kepulauan Riau.

3. Informan

Informan yang diambil dintaranya meliputi : Kepala Desa, Sekertaris Desa, Bendahara Desa, Kaur Perencanaan, Kaur Pembangunan, Badan Permusyawaratan Desa/BPD (1 informan), Kepala Dusun I, Kepala Dusun II, serta masyarakat setempat (2 informan) yang ditentukan secara tepat. Jumlah keseluruhan informan 10 informan.

4. Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. 5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. 6. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah : a. Menelaah dari semua data yang tersedia dari berbagai sumber

b. Reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi c. Menyusun data kedalam satuan-satuan

d. Pengkategorian data sambil membuat koding e. Mengadakan pemeriksaaan keabsahan data f. Penafsiran data secara deskriptif

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemerintahan Desa

Menurut Syafii (2013) Secara etimologi pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan melakukan kegiatan perintah/menyuruh yang didalamnya terdapat dua pihak yaitu pemerintah yang memiliki wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan ataupun keharusan.

(7)

Pembangunan menurut Siagian (2001:2-3) adalah “suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan tugas”.

C. Kebijakan Publik

Edi Suharto (2010:1) menyebutkan bahwa kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. Sebagai sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia. Pembangunan adalah konteks dimana kebijakan beroperasi.

D. Sumberdaya dan Peran Sumberdaya

Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung tidak efektif. Dengan demikian sumbersumber dapat merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik (Winarno, 2002 : 132 dalam Wisakti, 2008).

E. Implementasi Kebijakan

Implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi menurut suharto ada 2 yaitu :

1. Perumusan kebijakan yaitu rencana kegiatan yang sudah disepakati bersama dirumuskan kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta pedoman pelaksanaannya.

2. Perancangan dan implementasi program yaitu kegiatan pada tahap ini adalah mengoperasionalkan kebijakan kedalam usulan-usulan program (program proposal) atau proyek sosial untuk dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran program.

Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat 3 unsur penting dan mutlak, seperti yang dikemukakan oleh Adi, Tarwiyah (2005:11) yaitu :

1. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan

2. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan ataupun peningkatan.

(8)

3. Unsur pelaksana (implementor) baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Implementasi kebijakan publik adalah suatu tindakan pejabat pemerintah atau lembaga pemerintah dalam menyediakan sarana untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan sehingga program tersebut dapat mencapai tujuannya.

Selain itu menurut Winarno (2008:144) implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai faktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

BAB III

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Desa Tembeling

Desa Tembeling mempunyai letak Wilayah Daratan dan Pesisir Pantai, Tanjung, Teluk dan Sungai-sungai. Dalam perkembangannya Desa Tembeling tumbuh dan berkembang sebagai Ibu Kota Kecamatan yakni Kecamatan Teluk Bintan yang memiliki wilayah jasa, Perikanan, Perkebunan, Pertambangan dan Daerah Pelabuhan Perdagangan yang sangat penting. khususnya Kecamatan Teluk Bintan yang dihuni dengan berbagai macam etnis, suku dan agama yang telah mampu hidup berdampingan dan rukun sebagai suatu kelompok Masyarakat Desa Tembeling.

Sesuai dengan rencana dan usulan dari semua kalangan maka Desa Tembeling dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah yaitu Kelurahan Tembeling Tanjung Dengan Desa Tembeling Induk. Sesuai dengan pemekaran tersebut Desa Tembeling sekarang terletak di Kampung Siantan dan memiliki luas wilayah lebih

(9)

kurang 20,2 km2 yang terdiri dari Kampung Pulau Ladi, Siantan, Gisi, Balai Rejo, Pelang dan Tekis.

Dalam sistem pemerintahannya desa tembeling dipimpin oleh Kepala Desa. Pusat pemerintahannya dikantor desa yang merupakan tempat penyelenggaran pemerintahan dan berbagai urusan kemasyarakatan yang terletak di kampung siantan. Desa tembeling ini memiliki 2 dusun yang dibagi berdasarkan pemetaan geografis.

Secara geografi Desa Tembeling adalah merupakan Desa di wilayah Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan dengan luas desa ± 20,2 KM2. Dimana Desa Tembeling adalah merupakan penghasil Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Sektor Perikanan Air Tawar, didalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa, Kepala Desa dibantu unsur Kewilayahan diantaranya Kepala Dusun ( 1 ) dan Kepala Dusun ( 2 ). Desa Tembeling memiliki batas – batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Bintan Buyu

Sebelah Se;latan berbatasan dengan : Kelurahan Tembeling Tanjung Sebelah Barat berbatasan dengan : Desan Bintan Buyu

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tuapaya / Kec. Tuapaya

Wilayah ini luas karena jarak dari Ibu Kota Kecamatan lebih kurang 31 Km2 dan Penduduk wilayah Desa Tembeling bekerja sebagai Nelayan, Bertani, Wiraswasta, Pedagang, Pertukangan dan lain-lain.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Implementasi Alokasi Dana Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Aset Desa adalah barang milik Desa yang

(10)

berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

Dari penjabaran Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pada butir IX menyebutkan bahwa Desa mempunyai sumber pendapatan Desa yang terdiri atas pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.

Bagian dari dana perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa. Alokasi anggaran untuk Desa yang bersumber dari Belanja Pusat dilakukan dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan.

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaan dan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa.

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan. Tujuan diberikannya Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) antara lain meliputi:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.

(11)

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial ekonomi masyarakat.

4. Mendorong peningkatan partisipasi pembangunan, pelatihan, dan, pemberdayaan masyarakat. Penggunaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dibagi menjadi 2 (dua) komponen, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sebesar 30 % dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. b. Sebesar 70 % dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing

desa, digunakan untuk membiayai kegiatan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat meliputi Pemerintah Desa, BPD, LPMD, dan Organisasi masyarakat.

Dalam hal ini juga dilakukan wawancara terhadap kepala desa tembeling Samsul Bahari, sebagaimana yang dikemukakan dalam wawancara :

“Pelaksanaan ADD di desa tembeling didasarkan pada UU no 6 tahun 2014, dimana alokasi dana desa turun dari APBD ke kas daerah kabupaten yang kemudian di lanjutkan ke APBDes. Dalam pelaksanaannya Alokasi Dana Desa Tembeling sudah berjalan dengan baik karena kami telah mengacu pada peraturan perundang-undangan, dimana prosesnya dana turun dari pemerintah secara bertahap pertriwulan selama tiga triwulan, besarnya alokasi dana desa setiap tahunnya selalu bertambah. Tingkat kenaikan alokasi dana desa setiap tahunnya berdasarkan luas geografi desa dan jumlah penduduk desa, dan perhitungannya hanya diketahui oleh pemerintah pusat, Pemerintahan Desa hanya memberikan laporan rutin terhadap perkembangan jumlah penduduk melalui data demografi kependudukan. Dalam pelaksanaannya ADD tidak di prioritaskan kepada pembangunan fisik saja, tetapi disitu juga terdapat pelatihan,

(12)

pembinaan, dan pemberdayaan. Kisaran besar alokasi dana desa untuk fisik sarana dan prasarana sekitar 30% sedangkan untuk pelatihan, pembinaan, dan, pemberdayaan sekitar 70% .” (hasil wawancara 06 juni 2017)

Secara umum pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di desa tembeling telah berjalan dengan baik. Pada tahun 2015 jumlah anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintah Kabupaten Bintan yang diterima oleh desa tembeling sebesar Rp.471,564,000,00 Namun dengan dana yang demikian dalam pelaksanaan implementasi ADD desa tembeling di Kecamatan Teluk Bintan masih terdapat beberapa kendala baik dalam pengunaannya maupun dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dapat diketahui melalui berbagai fenomena yang penulis temukan selama melaksanakan penelitian. Menurut Adi, Tarwiyah (2005:11) dalam pelaksanaannya proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat 3 unsur penting dan mutlak yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Adanya Program / Kebijakan

Dalam pelaksanaan implementasi harus adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku implementasi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya Penyusunan rencana kegiatan ADD desa tembeling yang telah berjalan dengan baik terbukti dari tersusunnya Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPD), hal ini dikarenakan RKPD menjadi syarat pencairan ADD. Proses pelaksanaan dan penyusunan rencana kegiatan ADD aparatur desa telah menyelesaikan dan menyusun RKPD sesuai dengan apa kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Dalam perencanaanya, pemerintah desa melaksanakan rapat koordinasi serta musyawarah desa pada semua aparatur desa dan perwakilan masyarakat yang berhubungan langsung dalam proses pelaksanaan ADD.

Pemerintahan Desa sudah menjalankan dengan baik pada saat proses perencanaan hingga pengesahan RKPD. Pada kondisi ini artinya pemerintahan desa telah mengedepankan asas musyawarah sehingga dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mengurangi perselisihan di kalangan masyarakat. Hal ini juga dijadikan sebagai langkah transparansi dalam penyusunan kegiatan yang akan diusulkan dalam bentuk dokumen RKPD.

(13)

Dokumen RKPD yang telah disahkan dan dipelajari oleh pihak pemerintahan Desa akan di distribusikan ke pemerintah Daerah, dalam hal ini Kabupaten Bintan melalui DPPKD (Dinas Pengelolaan dan Pendapatan Keuangan Daerah) dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk kemudian masuk dalam proses pencairan pada setiap triwulan selama 1 tahun. Dalam implementasi alokasi dana desa tembeling sudah terdapat adanya program yang di rencanakan maupun dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Pelaksanaan program / kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD) Tembeling Tahun 2015

No Program / Kegiatan Pagu Anggaran Dana (Rp)

1 Operasional Kantor

I. Program Administrasi Perkantoran II. Program Peningkatan Sarana Dan

Prasarana Aparatur

III. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

IV. Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan

140,044,000 91,037,000 29,935,000 13,992,000 5,080,000 2 Pemberdayaan Masyarakat

I. Program Penataan Otonomi Baru II. Program Pembinaan Masyarakat III. Program Penataan Dan Pembinaan

Pemerintahan Umum Dan Daerah Bawahan

329,561,900 4,150,000 315,411,900

10,000,000

Jumlah Pengeluaran Keseluruhan 469,605,900 Sumber : Laporan Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Tembeling

(14)

2. Target Groups

Yang dimaksud dengan target groups yaitu, kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program Alokasi Dana Desa (ADD), baik dalam perubahan ataupun peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat di desa tembeling. Dengan adanya Alokasi Dana Desa diharapkan dapat menunjung potensi-potensi masyarakat dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat.

Dengan adanya Alokasi Dana Desa diharapkan dapat menunjung potensi-potensi masyarakat dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat. Untuk itu yang menjadi sasaran penerima manfaat dari program Alokasi Dana Desa ialah masyarakat setempat desa tembeling agar berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Tabel 4.2 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Alokasi Dana Desa (ADD) Tembeling Tahun 2015

No Program / Kegiatan Pagu Anggaran Dana (Rp)

1 Pemberdayaan Masyarakat

I. Program Penataan Daerah Otonomi Baru

II. Program Pembinaan Masyarakat III. Program Penataan Dan Pembinaan

Pemerintahan Umum Dan Daerah Bawahan

329,561,900 4,150,000

315,411,900

10,000,000

Sumber : Laporan Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Tembeling Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di desa tembeling sudah ada berbagai macam jenis kegiatan yang terlaksana yang ditujukan dalam pemberdayaan masyarakat desa tembeling. 3. Unsur Pelaksana ( implementor )

(15)

Yang dimaksud sebagai unsur pelaksana (implementor) yaitu kelompok organisasi maupun perorangan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan, pengawasan dari proses implementasi tersebut. Para pelaksana implementasi memiliki bentuk-bentuk organisasi dan kesepakatan kerja dalam rangka memecahkan masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Pelaksana dalam proses implementasi ADD Desa Tembeling sudah berjalan dengan baik. Terlihat dari adanya pembentukan tim pelaksana dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab pada bagian masing-masing. Serta adanya arahan yang disampaikan oleh Kepala Desa terkait dengan proses Alokasi Dana Desa (ADD) dijalankan dengan baik oleh eksekutor mulai dari tahapan perencanaan hingga tahapan pelaksanaan dan terakhir dalam upaya pertangung jawaban (pengawasan). Adapun struktur tim pelaksana ADD desa tembeling dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :

Gambar 4.1 Struktur Tim Pelaksanaan ADD Desa Tembeling

Sumber : Pemerintahan Desa Tembeling KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA BENDAHARA DESA

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

(16)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan oleh peneliti tentang Implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Bahwa pelaksanaan implementasi alokasi dana desa di desa tembeling sudah berjalan cukup baik dan terarah karena dalam mekanisme pelaksanaannya sudah didasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa dan Peraturan Daerah Bintan Nomor 13 Tahun 2008 tentang Keuangan Desa. Selain itu juga telah dibuktikan dengan adanya program yang telah terlaksana, Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaan program ADD didesa tembeling sudah terdapat beberapa program yang telah terlaksana, hal tersebut juga dapat dilihat pada tabel pelaksanaan program ADD desa tembeling. Namun dalam proses perencanaan program (kegiatan) sering terjadi revisi ataupun perubahan RKPD, yang dikarenakan tidak kesesuaian antara program dengan kondisi dilapangan, walaupun demikian hal tersebut dapat diatasi dengan baik oleh pihak aparatur desa.

2. Dalam pelaksanaan program ataupun kegiatan ADD, pihak aparatur desa harus memiliki target group, yang merupakan target sasaran dalam penerima manfaat yaitu seluruh masyarakat desa tembeling. berdasarkan hasil penelitian di lapangan tingkat partisipasi masyarakatnya sudah cukup baik. Dengan demikian bahwa masyarakat desa tembeling telah berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pihak aparatur desa tembeling.

3. Dalam pelaksanaan kegiatan ADD di Desa Tembeling, sudah terdapat unsur pelaksana yaitu panitia pelaksana ataupun tim pelaksanaan dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, serta

(17)

pengawasan dalam kegiatan Alokasi Dana Desa Tembeling. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya struktur tim pelaksana ADD desa tembeling. Dengan demikian dapat disimpulkan oleh peneliti, meskipun pelaksanaannya sudah berjalan cukup terarah namun dalam pelaksanaan implementasi masih mengalami kendala-kendala diantaranya surat-menyurat / laporan ketidaksesuaian yang terjadi pada perubahan ataupun revisi program kegiatan, kendala teknis pelaksanaan dilapangan, maupun dari masyarakat desa tembeling. Oleh karena itu dalam proses pelaksanaan di tahun-tahun berikutnya perlu dilakukan antisipasi agar kendala-kendala yang terjadi saat ini tidak terulang lagi ditahun-tahun berikutnya, dan dalam proses pelaksanaan alokasi dana desa ditahun-tahun berikutnya berjalan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adi, Tarwiyah. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta

Moloeng, Lexy. J, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya: Bandung

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Soebarsono, AG. 2008, Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Siagian, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara: Jakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Suharto, Edi. 2008. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama

(18)

Suharto, Edi. 2010. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji

Masalah dan Kebijakan Sosial . Alfabeta : Bandung

Syafii. I. K. 2013. Ilmu Pemerintahan. Mandar Maju : Bandung

Tachan, 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI(Asosiasi Ilmu Politik Indonesia)

Tjokroamidjojo. 2000. Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Governance

dan Perwujudan Masyarakat Madani. LANRI: Jakarta

Wasistiono dan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokusmedia.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori & Proses. Jakarta: PT Buku Kita Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Daerah Bintan Nomor 13 Tahun 2008 tentang Keuangan Desa

Peraturan Daerah Bintan Nomor 4 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaporan & Pertanggungjawaban

Skripsi:

Wisakti. D. 2008. Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Di Wilayah

Gambar

Tabel 4.1 Pelaksanaan program / kegiatan  Alokasi Dana Desa (ADD) Tembeling  Tahun 2015
Tabel  4.2  Kegiatan  Pemberdayaan  Masyarakat  Alokasi  Dana  Desa  (ADD)  Tembeling Tahun 2015
Gambar 4.1 Struktur Tim Pelaksanaan ADD Desa Tembeling

Referensi

Dokumen terkait

di daerah lainnya. Guru dapat menggunakan buku sumber tentang materi pembelajaran baik melalui internet, perpustakaan atau media lainnya, agar materi pembelajaran dapat

a. Sumber primer adalah sumber data yang memiliki otoritas, artinya bersifat mengikat, meliputi peraturan perundang-undangan, Putusan hakim. 12 Dalam penelitian ini sumber

Dengan partisipasi aktif para mitra dan donatur, PKPU menjalankan rangkaian program Ramadhan yang tidak hanya bernilai ibadah bagi mitra dan donatur tetapi juga

Novel “Peri Kecil di Sungai Nipah” mendedahkan bahwa praktek-praktek sebuah ideologi politik asing yang tidak sesuai dengan konteks sosio- historis masyarakat setempat akan

c Bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut, maka semua Keputusan serta Penetapan Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Kelas IA Khusus

Apabila kita dapat melihat munculnya kesadaran mendengar saat mendengar sesuatu, maka kesadaran atau pikiran tidak dapat memberikan suatu penilaian terhadap obyek sebagai sesuatu

Steganografi telah digunakan se- jak zaman dahulu dalam berbagai cara, antara lain dengan menyembunyikan pe- san pada orang sebagai pembawa pesan, tinta yang tidak

Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk penghayatan terhadap pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk praktik pencegahan : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep,