Potensi dan Sebaran Nyatoh….. Ady Suryawan, Julianus Kinho & Anita Mayasari
181
POTENSI DAN SEBARAN NYATOH (Palaquium obtusifolium Burck)
DI SULAWESI BAGIAN UTARA
Ady Suryawan, Julianus Kinho dan Anita Mayasari
Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado
keriting_ady@yahoo.co.id
RINGKASAN
Rumah kayu “woloan" merupakan rumah adat masyarakat Sulawesi Utara yang telah mendapat pasar ekspor dengan nilai tertinggi mencapai 173.600,00 US$ (Sasmuko, 2010). Salah satu bahan baku pembuatan rumah woloan adalah nyatoh yang didapatkan dari kebun masyarakat dan hutan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi nyatoh sebagai bahan konstruksi dan distribusi pada kawasan konservasi dan sebagai bahan menentukan sumber benih dalam pengembangan hutan tanaman di Sulawesi Utara. Penelitian dilakukan dengan metode nedsteed sampling dan analisa data INP. Plot pengamatan seluas 12 hektar atau 150 plot di CA Tangkoko dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Hasil penelitian menunjukan bahwa Nyatoh sangat populer sebagai bahan baku rumah woloan yang telah mendapat pasar ekspor. Sebaran nyatoh dan potensi regenerasi di kawasan Cagar Alam Tangkoko dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone cukup tinggi ditunjukan dengan anakan yang sangat melimpah dan terdistribusi dalam berbagai ketinggian antara 135 -560 mdpl. Sedikitnya 51 pohon teridentifikasi di kedua kawasan dengan kualitas bagus dan memiliki anakan dalam jumlah melimpah.
Kata kunci : Nyatoh, Palaquium obtusifolium, Potensi, Sebaran, Woloan.
I. PENDAHULUAN
Industri perkayuan di Sulawesi Utara yang paling terkenal adalah industri kayu rumah adat woloan. Menurut Sasmuko (2010) proses produksi rumah woloan dilakukan secara tradisional oleh masyarakat menggunakan jenis kayu besi (Intsia bijuga), nyatoh (Palaquium spp.) dan cempaka (Elmerillia ovalis D.) yang diperoleh dari hutan alam dan kebun masyarakat setempat. Namun saat ini ketiga jenis bahan baku tersebut sudah sulit didapatkan. Hal ini menyebabkan ekspor rumah woloan pada dua tahun
182 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
terakhir mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu 173.600,00 USD menjadi 47.494,20 USD pada tahun 2007 (Sasmuko, 2010). Harian Kompas (2011) mengatakan bahwa di Kota Tomohon dan sekitarnya ada 100 pengerajin yang menggantungkan usahanya pada produksi rumah woloan dengan nilai transaksi mencapai 15 miliar per tahun. Pada tahun 2011, kebutuhan lokal dan permintaan ekspor rumah woloan ke Timur Tengah, Dubai, dan Arab Saudi mengalami peningkatan hingga 60%.
Nyatoh (P. obtusifolium Burck) yang merupakan salah satu bahan rumah Woloan termasuk dalam Family Sapotacea. Menurut Idris et all. 2008 nyatoh memiliki kelas awet III-IV, berat jenis 0,56 dan biasanya dipakai untuk membuat perahu atau kano, papan lantai, panil, dinding, dayung, roda gerobak dan alat-alat rumah tangga lainnya. Salah satu habitat di Provinsi Sulawesi Utara adalah Cagar Alam Tangkoko dan TN Bogani Nani Wartabone. Menurut Cendrawasih et all (2005); Kurniawan (2006) dan Kurniawan et all (2008) jenis P. obtusifolium merupakan salah satu jenis dominan di CA Tangkoko, potensial dan merupakan pohon lokal (endemik) di Sulawesi. Tujuan tulisan ini adalah mengkaji potensi, nyatoh sebagai bahan konstruksi dan distribusi pada Kawasan konservasi Cagar Alam Tangkoko dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
II. Metode
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Cagar Alam (CA) Tangkoko dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Secara astronomis plot CA Tangkoko terletak pada 01o32’47’ LU dan 125o09’30” BT, sedangkan di TNBNW terletak pada 00o30’406 LU dan 123o15’398” BT atau sekitar 25 km dari kota Gorontalo. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Nopember 2010.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian menggunakan metode nedsteed sampling untuk mengetahui potensi dan sebaran nyatoh di kedua kawasan. Jumlah plot penelitian sebanyak 300 dengan luas total 12 hektar. Untuk mengetahui
Potensi dan Sebaran Nyatoh….. Ady Suryawan, Julianus Kinho & Anita Mayasari
183
penyebaran dan besar dominasi dilakukan INP (Indeks Nialai Penting) dengan rumus menurut Indriyanto 2010 yaitu INP = KR (Kerapatan Relatif) + FR (Frekuensi Relatif) + DR (Dominasi Relatif). Pengamatan dilakukan pada semua jenis pohon meliputi tinggi dan diameter. Tulisan ini juga didukung dengan data hasil wawancara dengan pengrajin rumah woloan terkait permasalahan yang sering muncul dalam proses produksi di Desa Woloan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
III. Hasil dan Pembahasan
A. Potensi Nyatoh (P. obtusifolium) sebagai Bahan Baku Konstruksi Di Sulawesi Utara kayu jenis nyatoh P. obtusifolium merupakan bahan baku pembuatan rumah adat woloan digunakan sebagai bagian dinding, plafon, lantai, kusen, daun pintu dan jendela serta sebagai tiang. Menurut Ratnaningrum dan Wibisono 2002 ada dua jenis kayu yang sangat digemari oleh masyarakat Sulawesi Utara yaitu cempaka (Elmerilia spp.) dan nyatoh (Palaquium spp.), sehingga masyarakat sangat antusias dalam mengupayakan pasokan bahan baku. Sedangkan menurut Sasmuko 2010 ada tiga jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan rumah woloan yaitu cempaka (Elmerilia ovalis), nyatoh (Palaquium sp) dan kayu besi (Intsia bijuga). Dijelaskan bahwa ketiga jenis kayu tersebut sudah sulit diperoleh, pasokan utama berasal dari hutan alam dan kebun masyarakat setempat. B. Sebaran Tegakan Nyatoh (P. obtusifolium Burck) di Kawasan Konservasi
Kondisi topografi plot penelitian di CA Tangkoko memiliki karakter daerah landai berada pada ketinggian antara 167 – 278 dan 506 – 560 mdpl. Curah hujan CA Tangkoko berkisar 2.500 – 3.000 mm/tahun, dengan temperatur rata-rata 20o C - 25o C. Sedangkan plot penelitian TNBNW terletak di seksi Suwawa dengan topografi perbukitan, lereng yang terjal sampai landai dan ditemui sungai kecil cukup banyak dengan ketinggian tempat antara 135 – 306 dan 476 – 512 mdpl. Menurut Cendrawasih et all (2005) berdasar Shcmidt dan Ferguson kedua kawasan penelitian memiliki iklim Tipe A, B dan C. Peta penelitian tersaji pada Gambar 1.
184 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
Gambar 1. Peta sebaran 51 pohon nyatoh yang berhasil di identifikasi.
Keanekaragaman habitat nyatoh (P. obtusifolium Burck) di kawasan CA. Tangkoko 140 jenis dan TNBNW 123 jenis pohon. Dinamika populasi dan sebaran nyatoh (P. obtusifolium) di habitat alam dapat dilihat dari nilai INP seperti pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil tabulasi INP lima jenis pohon dominan di CA Tangkoko
No Nama jenis Family DR
% KR % FR % INP % 1 Cananga odorata Hook.f.et Th Annonaceae 7.24 8.23 6.21 21.68 2 P. obtusifolium Burck Sapotaceae 6.57 4.15 4.66 15.38 3 Acalypha caturus Bl. Euphorbiaceae 1.82 6.67 5.81 14.30 4 Siphonodon celastrinew Griff. Celastraceae 2.90 6.80 3.84 13.54 5 Spathodea campanulata Bignoniaceae 3.84 5.90 3.35 13.09
Keterangan : 1 = Lokasi penelitian Di CA Tangkoko
2 = Lokasi penelitian di TN Bogani Nani Wartabone (Bagian Provinsi Gorontalo)
Potensi dan Sebaran Nyatoh….. Ady Suryawan, Julianus Kinho & Anita Mayasari
185 Tabel 2. Hasil tabulasi INP lima jenis pohon dominan di TNBNW
No Nama Family DR % KR % FR % INP % 1 Drypetes neglecta (Koord.)
Pax & Hoffm
Euphorbiaceae 8.18 7.25 6.01 21.44
2 Aglaia sp. Meliaceae 4.20 5.01 4.69 13.90
3 P. obtusifolium Burck Sapotaceae 4.88 3.41 3.85 12.14 4 Canarium asperum
Benth. Burseraceae 3.64 3.64 4.57 11.84
5 Euginia sp. Myrtaceae 1.99 4.69 4.69 11.38
Berdasar nilai Tabel 2 dan 3 menunjukan bahwa nyatoh (P. obtusifolium) memiliki nilai ukup tinggi sehingga tergolong jenis dominan. Angka ini menunjukan bahwa nyatoh tersebar cukup merata mulai ujung Sulawesi Utara (CA Tangkoko) hingga daerah Gorontalo (TNBNW). Berdasar hasil perhitungan INP di kedua lokasi menunjukan bahwa dominasi, kerapatan dan frekuensi perjumpaan dengan nyatoh P.obstusifolium lebih tinggi di CA Tangkoko daripada di TNBNW. Hal ini berarti nyatoh lebih mudah dijumpai di CA Tangkoko dan berdiameter rata-rata lebih besar daripada nyatoh di TNBWN. Berdasar ketinggian, letak petak ukur pengamatan berada pada ketinggian hingga 560 mdpl. Menurut Ratnaningrum dan Wibisono 2002, nyatoh dapat tumbuh di dataran rendah namun kadang dijumpai pada ketinggian 1.600 mdpl. Pengamatan jumlah individu berdasar kelas diameter di kedua kawasan konservasi disajikan pada Gambar 2.
186 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
Gambar 2. Grafik hubungan kelas diameter dan jumlah individu nyatoh
Gambar 2 menunjukan bahwa populasi nyatoh pada tegakan muda sangat melimpah dibanding dengan tegakan dewasa. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan regenerasi. Menurut Supriyadi (2001) jumlah permudaan yang melimpah dan tidak terputusnya kelas diameter menjadi faktor utamanya. Pada kedua kawasan, dijumpai ada beberapa tegakan yang memiliki anakan sangat banyak. Sedikitnya ada 51 pohon yang berhasil dijumpai di kedua kawasan penelitian dengan diameter diatas 30 cm dan memiliki anakan yang cukup banyak, seperti tersaji pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Pohon induk dan anakan nyatoh (P. obtusifolium) di kawasan konservasi.
Distribusi dari 51 pohon teridentifikasi tersebar di hampir semua jalur penelitian. Melimpahnya jumlah anakan ini menjadi salah satu potensi untuk dimanfaatkan menjadi bahan pembuatan tanaman melalui cabutan dan stek pucuk atau batang. Menurut Hani dan Effendi (2009) anakan yang tumbuh di bawah tegakan akan mengalami pertumbuhan yang kurang optimal. Karena akan mengalami persaingan yang cukup ketat dalam mendapatkan unsur hara dan cahaya.
Jum
lah
Potensi dan Sebaran Nyatoh….. Ady Suryawan, Julianus Kinho & Anita Mayasari
187 C. Uji Coba Anakan Nyatoh di Luar Habitat
Tinggi dan diameter rata-rata nyatoh (P. obtusifolium) umur 13 bulan yang teramati sebagai minggu pertama, ditanam di Arboretum Balai Penelitian Kehutanan Manado tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik rerata pertambahan dimensi nyatoh selama tiga minggu
Hasil rata-rata tinggi dan diameter pada Gambar 4, bila kita bandingkan minggu 1, 2, 3 dan 30 maka pertambahan tinggi dan diameter rata-rata sekitar 6,5 cm dan 0,5 mm/minggu. Menurut Ratnaningrum dan Wibisono (2002) tinggi nyatoh pada umur 7 tahun mencapai 8 m, 23 tahun mencapai 17 m dan pada umur 50 berdiameter 50 cm. Pertumbuhan akan maksimal bila mendapat cukup sinar matahari. Peluang yang dapat kita lakukan adalah bagaimana sistem silvikultur dapat diterapkan sehingga pertumbuhan akan optimal dan riap yang dihasilkan lebih tinggi. Hal ini perlu karena permintaan bahan baku kayu semakin meningkat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Nyatoh menjadi bahan baku utama dalam pembuatan rumah woloan dan telah diekspor ke berbagai negara. Potensi sebaran dan regenerasi nyatoh di kawasan konservasi cukup tinggi yaitu ditemukan diberbagai ketinggian antara 135 – 560 mdpl dan ditemukan anakan yang sangat melimpah. Upaya upaya penanaman dan penjarangan anakan di alam perlu segera dilakukan untuk meningkatkan populasi di alam.
188 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011 DAFTAR PUSTAKA
Cendrawasih, P., Masiki, A.D. dan Muslih, I.,2005. Mengenal BKSDA Sulut dan Konservasi. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara. Manado.
Hani, A. dan Effendi, R. 2009. Potensi Permudaan Alam Tingkat Semai (Khaya antotecha) di Hutan Penelitian Pasir Hantap, Sukabumi, Jawa Barat. Bogor. Mitra Hutan Tanaman Vol 4 No 2 Hal 49-56
Idris, M.M., et all. 2008. Atlas Hand Book edisi ke 4. Puslitbang Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor.
Indriyanto, 2010. Ekologi Hutan. Jakarta. Bumi Aksara.
Kompas. 2011. Rumah Kayu Woloan: Ibarat Nafsu Besar Tenaga Kurang. Kompas.com edisi 9 pebruari 2011diakses
http://nasional.kompas.com/read/2011/02/09/03372314/
Kompas.2011. Rumah Kayu Rakitan Diminati Timur Tengah. Kompas.com edisi 18 Mei 2011. Diakses
http://properti.kompas.com/index.php/read/2011/05/18/1741228/ Rumah.Kayu. Rakitan.Diminati.Timur.Tengah
Kurniawan, A. 2006. Vegetasi Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Balai Konservasi Tumbuhan - LIPI. Bali
Kurniawan,A., Undaharta, N.K.E. dan Pendit, I.M.R. 2008. Asosiasi Jenis-Jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Balai Konservasi Tumbuhan - LIPI. Bali
Ratnaningrum, Y. W. N. dan Wibisono, G. 2002. Pembangunan Sumber Benih Kayu Unggulan Setempat Di Sulawesi Utara. Gerbang Inovasi 7 hal 29-35. Jurnal LPKM-UGM. Yogyakarta.
Sasmuko, S.A. 2010. Karakteristik Kayu Lokal Untuk Rumah Woloan Di Provinsi Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan Mataram. Mataram di akses dari
www.forda-mof.orgfileadi%20sasmuko%20Rumah%20Woloan%20.2010.pdf.pdf.